Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

ANALISIS KEBIJAKAN PELAYANAN JKMA


KESEHATAN PRIMER DALAM Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
diterbitkan oleh:
MANAJEMEN PENATALAKSANAAN Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
PENYAKIT KRONIS LANSIA p-ISSN 1978-3833
e-ISSN 2442-6725
Diterima 19 Agustus 2015 10(1)52-58
Disetujui 19 September 2015 @2015 JKMA
Dipublikasikan 1 Oktober 2015 http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/

Reni Zulfitri1
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Pekanbaru, Riau, 28131
1

Abstrak
Studi ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pelayanan kesehatan primer dalam manajemen pena-
talaksanaan penyakit kronis pada lansia di Indonesia. Metode yang digunakan adalah content analysis
de­ngan melakukan penelusuran literature review secara terintegrasi dari berbagai sumber, baik dalam
bentuk jurnal maupun buku teks dari tahun 2004 sampai 2013 tingkat nasional maupun internasional.
Hasil literature review menguraikan bahwa fokus kebijakan pelayanan kesehatan primer harus bersifat
holistik (mencakup aspek Bio, psikososial, dan spiritual) dan komprehensif (mencakup upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif), mulai di tingkat individu, keluarga, kelompok ataupun di tingkat
masyarakat. Beberapa pendekatan yang harus dijalankan adalah menyediakan pelayanan kesehatan dasar
yang dekat dengan masyarakat, seperti: Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) induk dan pembantu,
Posbindu lansia, dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) lainnya dengan kegiatan yang
bervariasi. Bentuk upaya yang dapat dilakukan adalah: pendidikan kesehatan, deteksi dini, memandiri-
kan masyarakat khususnya keluarga melalui strategi empowerment, partnership, dan manajemen pem-
biayaan yang efektif. Kesimpulannya adalah kebijakan pelayanan kesehatan primer harus bersifat holistik
dan komprehensif, terjangkau, dan dalam upaya meningkatkan kemandirian lansia dan keluarga.
Kata Kunci: Kebijakan, Pelayanan kesehatan primer, Penatalaksanaan, Penyakit kronis, Lanjut usia

PRIMARY HEALTH CARE POLICY ANALYSIS IN CHRONIC DISEASE


MANAGEMENT OF ELDERLY
Abstract
This study aims to analyze the policy of primary health care in the management of chronic disease ma­
nagement in the elderly in Indonesia.The method used is content analysis to conduct an integrated
review of literature from various sources, both in the form of journals and textbooks from 2004 to 2013
national and international levels. The results obtained: the focus of primary health care policy must be
holistic (includes aspects of Bio, psychosocial, and spiritual) and comprehensive (include promotive, pre-
ventive, curative and rehabilitative), starting at the individual, family, group or community level. Some of
the approaches that should be implemented is to provide basic health services closer to the community,
such as community health centers (Puskesmas) and parent helpers, Posbindu elderly and resourced public
health efforts (UKBM) with other varied activities. An effort that can be made are: health education, early
detection, make independent community especially family through empowerment strategies, partnerships,
and management of effective financing. From this study we can conclude that primary health care policy
should be holistic and comprehensive, affordable, and in an effort to increase the independence
Keywords: Policy, primary health care, management, chronic disease, Elderly

Korespondensi Penulis:
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau (UR) Jl. Pattimura No.9 Gedung G, Pekanbaru, Riau, 28131
085264291891 / reni.zulfitri@gmail.com

52
Zulfitri | Analisis Kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer

Pendahuluan di masyarakat tidak terdiagnosis, dan bahkan


Penuaan saat ini menjadi isue penting di sebesar 88,1% kasus Rematik di masyarakat ti-
seluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indone- dak terdiagnosis.(5) Selain itu, data Kemenkes
sia, populasi lansia pada tahun 2000-2010 su- RI (2013), menunjukkan bahwa di Indonesia
dah mencapai di atas 7%, dimana tahun 2012 prevalensi merokok pada lansia usia 55 tahun
sudah mencapai 7,56%. Bahkan diperkirakan ke atas adalah cukup tinggi, yaitu di atas 30%.
pada tahun 2050 populasi lansia di Indone- Dimana paling tinggi pada kelompok usia
sia mencapai 28,68 %. Berdasarkan kondisi 55-64 tahun, yaitu sebesar 37,5%. Jika tidak
tersebut, dapat disimpulkan struktur kepen- dilakukan upaya penatalaksanaan secara tepat,
dudukan di Indonesia sudah bisa dikatakan akan berdampak pada penurunan kualitas hi­
berstruktur tua.(1,2) dup lansia bahkan peningkatan angka kema-
Kondisi ini berdampak pada terjadinya tian lansia di Indonesia.(1)
transisi epidemiologi masalah kesehatan di In- World Health Organization (WHO) me­
donesia, yaitu dari penyakit menular menjadi nguraikan bahwa kematian akibat penyakit ti-
penyakit kronis tidak menular. Data dari ta- dak menular yang bersifat kronis diperkirakan
hun 1995 sampai tahun 2007, menunjukkan akan terus meningkat di seluruh dunia, terma-
bahwa di Indonesia proporsi penyakit menu- suk Indonesia.(6) menjelaskan bahwa sebesar
lar telah menurun sepertiganya dari 44,2% 59% kematian disebabkan oleh penyakit kro-
menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi penyakit nis. Lebih dari dua pertiga (sekitar 80%) dari
tidak menular mengalami peningkatan cukup populasi global akan meninggal akibat penya-
signifikan dari 41,7% menjadi 59,5%.(3) kit kronis tidak menular.(7) Kondisi ini juga
Data Survey Ekonomi Nasional (SUSE- terjadi di Indonesia. Data hasil laporan Badan
NAS) tahun 2012, lebih separuh lansia Litbangkes di 15 kabupaten/kota tahun 2011
(52,1%) mengalami keluhan kesehatan sebu- menunjukkan bahwa proporsi angka kematian
lan terakhir, dimana keluhan kesehatan yang lansia akibat penyakit kronis tidak menular
paling tinggi pada lansia adalah: Asam urat, di Indonesia adalah sebesar 58,8% pada usia
Hipertensi, Rematik, Hipotensi dan Diabe- 55 – 64 tahun, dan sebesar 55,5% pada usia
tes Melitus (32,99%).(4) Perhimpunan Rumah 65 tahun ke atas. Dimana proporsi penyebab
Sakit Seluruh Indonesia (2009) menyebutkan kematian kelompok lansia yang paling tinggi
sekitar 74% dari lansia di Indonesia menderita adalah penyakit Stroke dan Ischaemic heart dis­
penyakit kronis sehingga harus mengkonsum- eases sebagai akibat lanjut dari Hipertensi yang
si obat-obatan selama hidupnya. Laporan dari tidak terkontrol.(1)
rumah sakit di Indonesia melalui Sistem Infor- Hal ini merupakan permasalahan ke­
masi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 menun- sehatan besar dan merupakan tantangan bagi
jukkan bahwa 10 peringkat terbesar penyakit Pemerintah. Pemerintah melalui Kementrian
penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit Kesehatan RI untuk dapat menyusun kebija-
rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun kan terkait program khusus penatalaksanaan
dan 65+ tahun yang paling tingggi adalah hi­ penyakit kronis pada lansia dengan pendeka-
pertensi esensial.(1) tan pelayanan kesehatan primer di Indonesia.
Hasil studi menunjukkan bahwa ma­ Dasar hukum yang menjadi alasan perlunya
salah terkait dengan tingginya prevalensi pe­ penanganan khusus bagi kelompok lansia di
nyakit kronis pada lansia adalah tingginya Indonesia adalah: Undang-Undang Nomor 23
kondisi penyakit kronis lansia yang tidak ter- tahun 1992 pasal 19, Undang-Undang Nomor
kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah Nomor
sekitar 50% penderita hipertensi tidak melaku- 43 Tahun 2004, Undang-undang Nomor 36
kan tindakan dan tidak terkontrol.(4) Hasil Ris­ Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 dan 2.(1)
kesdas (2013) menunjukkan bahwa sebagian Berlandasakan dasar hukum tersebut,
besar (63,2%) kasus Hipertensi di masyarakat pada tahun 1993 mulai dikembangkan ke-
tidak terdiagnosis, sebesar 42,1% kasus stroke giatan berupa deteksi dini dan pemeriksaan

53
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016 | Vol. 10, No. 1, Hal. 52-58

kesehatan lansia dengan menggunakan Kartu buhkan penyakit; Masalah keluarga dan kese-
Menuju Sehat (KMS) sebagai alat mencatat dihan kronis yaitu kondisi kesehatan kronis se-
hasil pemeriksaan. Bahkan pada tahun 2005 lalu memiliki pengaruh terhadap orang-orang
Departemen Kesehatan RI telah menyusun Pe- dekat individu yang terkena penyakit tersebut,
doman Puskesmas Santun Lansia yang bertu- dimana sangat tergantung pada budaya dan di-
juan untuk meningkatkan kualitas hidup lan- namika dalam keluarga.
sia dan kemandirian lansia dalam mencegah Ada empat penyakit kronis yang sangat
dan mengatasi permasalahan kesehatannya. erat hubungannya dengan proses menua yaitu:
Berbagai kegiatan tersebut merupakan bagian penyakit kardiovaskuler (hipertensi, kelainan
dari pendekatan pelayanan kesehatan primer. pembuluh darah, dan gangguan ginjal), penya-
Dari uraian tersebut, penulis tertarik kit endokrin dan metabolik (diabetes melitus,
untuk membahas lebih lanjut terkait mana- klimaterium, dan ketidakseimbangan tiroid),
jemen penatalaksanaan penyakit kronis pada penyakit tulang dan persendian (rheumatoid
lansia melalui pendekatan pelayanan keseha- arthritis, gout arthritis, dan osteoporosis), pe­
tan primer di Indonesia. Adapun tujuan penu- nyakit paru obtruksi kronis (PPOK), dan pe­
lisan artikel ini adalah untuk menganalisis nyakit keganasan (kanker).(9,6,10,11,12).
kebijakan pelayanan kesehatan primer dalam Data dari tahun 1995 sampai tahun
penatalaksanaan penyakit kronis pada lansia 2007, menunjukkan bahwa di Indonesia telah
di Indonesia terjadi transisi epidemiologi masalah keseha-
tan atau penyakit yaitu dari penyakit menular
Metode menjadi penyakit kronis tidak menular. Pro-
Analisis kebijakan pendekatan pe- porsi penyakit tidak menular mengalami pe­
layanan kesehatan primer dalam manajemen ningkatan cukup signifikan dari 41,7% men-
penatalaksanaan penyakit kronis pada lansia di jadi 59,5%.(3)
Indonesia menggunakan metode content analy­ Berdasarkan data Survey Ekonomi
sis dengan melakukan penelusuran literature Nasio­nal (SUSENAS) tahun 2012, lebih
review secara terintegrasi dari berbagai sumber, separuh lansia (52,1%) mengalami keluhan
baik dalam bentuk jurnal maupun buku teks kesehatan sebulan terakhir, dimana keluhan
dari tahun 2004 sampai 2013 tingkat nasional kesehatan yang paling tinggi pada lansia ada-
maupun internasional. lah: Asam urat, Hipertensi, Rematik, Hipoten-
si dan Diabetes Melitus (32,99%).(4) Perhim-
Hasil Dan Pembahasan punan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (2009)
Penyakit kronis adalah satu kondisi ti- menyebutkan sekitar 74% dari lansia di Indo-
dak adanya resolusi proses penyakit, dimana nesia menderita penyakit kronis sehingga harus
individu akan mengalami penyakit tersebut mengkonsumsi obat-obatan selama hidupnya.
sampai ia meninggal dan tidak ada pengo- Laporan dari rumah sakit di Indonesia melalui
batan yang dapat mengembalikannya kepada Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun
kondisi se­mula.(8) Beberapa karakteristik dari 2010 menunjukkan bahwa 10 peringkat terbe-
penyakit kronis adalah: Progresif yaitu kondisi sar penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh
kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64
lebih parah seiring perjalanan waktu; Irrever­ tahun dan 65+ tahun yang paling tingggi ada-
sible yaitu kondisi yang tidak dapat disembuh- lah hipertensi esensial.(1)
kan atau kembali seperti semula atau normal Selain faktor proses menua, faktor risiko
yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian; lainnya yang mengakibatkan tingginya preva­
Kompleks yaitu kondisi kronis ini dapat mem- lensi berbagai penyakit kronis ini adalah akibat
pengaruhi berbagai sistem, dimana pengaruh­ gaya hidup yang tidak sehat, seperti: perilaku
nya dapat menjangkau area yang lebih luas; merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan,
Terapi diarahkan untuk mengontrol kesehatan pola makan yang tidak sehat, dan kurangnya
atau gejala, bukan bertujuan untuk menyem- latihan atau olahraga.(13,7,6,10,14,4)

54
Zulfitri | Analisis Kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer

Efek penyakit kronis pada kehidupan rupa deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan
lansia bervariasi, tetapi umumnya kondisi ini lansia dengan menggunakan Kartu Menuju
dapat menurunkan kesejahteraan dan me­ Sehat (KMS) sebagai alat mencatat hasil pe-
ngancam kemandirian mereka. Oleh karena meriksaan. Bahkan pada tahun 2005 Departe-
itu, arahkan tindakan pada upaya meningkat- men Kesehatan RI telah menyusun Pedoman
kan kesejahteraan psikososial dan kemandi- Puskesmas Santun Lansia yang bertujuan un-
rian lansia. Perilaku berkaitan dengan upaya tuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan
peningkatan kesehatan lansia dengan penya- kemandirian lansia dalam mencegah dan me­
kit kronis tidak menular adalah: kontrol ke­ ngatasi permasalahan kesehatannya.
sehatan secara rutin ke pelayanan kesehatan, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
melakukan aktifitas fisik dan mental secara pasal 138 ayat 1 menetapkan bahwa Upaya
teratur, nutrisi sehat, hindari konsumsi alko- pemeliharaan kesehatan bagi lansia harus di-
hol, berhenti merokok, aktifitas fisik/latihan tujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat
atau olahraga, istirahat, relaksasi adekuat, me- dan produktif secara sosial maupun ekonomis
melihara dukungan sosial.(15,16) se­suai dengan martabat kemanusiaan. Ayat 2
Hasil literature review menjelaskan bahwa menetapkan bahwa Pemerintah wajib menja-
manajemen penatalaksanaan penyakit kronis min ketersediaan fasilitas pelayanan keseha-
pada kelompok lansia harus mempertimbang- tan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk
kan berbagai aspek diantaranya adalah: self dapat tetap hidup mandiri dan produktif se-
efficacy, pemberdayaan, comorbidity, perilaku cara sosial dan ekonomis.(1)
kesehatan, status fungsional kesehatan, kuali- Program Kementerian Kesehatan da-
tas hidup lansia, kesejahteraan psikososial dan lam upaya meningkatkan status kesehatan
spiritual, karakteristik lansia dan keluarganya para lansia khususnya de­ngan pe­nyakit kronis
serta jenis intervensi dan strategi penanganan adalah peningkatan dan pemantapan upaya
yang tepat.(6) Selain itu, harus dilakukan se- kese­hatan para Lansia di pelayanan kesehatan
cara komprehensif dengan mengintegrasikan primer, khususnya Puskesmas dan kelompok
bentuk kebijakan yang ditetapkan dengan Lanjut Usia (Posyandu lansia atau Pos Binaan
memperhatikan lingkungan sosialnya, sehing- Terpadu) melalui konsep Puskesmas San-
ga lansia termotivasi untuk mempertahankan tun Lansia. Tujuan dari program ini adalah
kondisi kesehatannya secara adekuat.(9,7,1). melakukan perencanaan lebih terarah dalam
Pemerintah telah mengeluarkan dasar pelaksanaan pelayanan kesehatan pada lansia
hukum yang menjadi alasan perlunya penan- sesuai kebutuhan. Pelayanan yang proaktif dan
ganan khusus bagi kelompok lansia di Indone- komprehensif serta berkua­ litas pada lansia.
sia, diantaranya adalah: Undang-Undang No- Memberikan kemudahan lansia mendapatkan
mor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 pelayanan kesehatan, menurunkan jumlah ke-
menyatakan bahwa pembinaan kesehatan usia sakitan dan kematian akibat berbagai penyakit,
lanjut merupakan tanggung jawab pemerin- terutama akibat penyakit kronis degeneratif
tah dan dilaksanakan oleh pemerintah bersa- dan meningkatkan kualitas hidup lansia seh-
ma-sama dengan masyarakat, Undang-Undang ingga selalu produktif dan bahagia.(1,3,6,7)
Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Pelayanan kesehatan primer menekan­
lansia yang menyebutkan bahwa perlu diberi kan pada upaya promotif dan preventif dalam
kemudahan dalam pelayanan kesehatan usia bentuk promosi kesehatan dan proteksi kese­
lanjut, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Ta- hatan lansia khususnya terhadap berbagai
hun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Pening- pe­nyakit tidak menular (PTM) yang bersifat
katan Kesejahteraan Lanjut Usia, diantaranya kronis. Pelayanan kesehatan primer melalui
adalah memberikan pelayanan kesehatan ke- pendekatan puskesmas santun lansia adalah
pada lansia.(1) pelayanan yang baik dan berkualitas, mem-
Berdasarkan dasar hukum tersebut, pada beri kemudahan dalam pelayanan kesehatan
tahun 1993 mulai dikembangkan kegiatan be- kepada lansia, memberikan keringanan atau

55
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016 | Vol. 10, No. 1, Hal. 52-58

Tabel 1 Indikator pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular dalam Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan tahun 2010-2014 (3)
TARGET (%)
No. INDIKATOR
2010 2011 2012 2013 2014
Presentase provinsi yang melakukan pembinaan pencegahan dan
1. penanggulangan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE, dan 50 70 80 90 100
Penanganan Kasus)
Presentase provinsi yang mempunyai peraturan perundang-undan-
gan tentang pencegahan dan penaggulangan dampak merokok ter-
2. 40 60 80 90 100
hadap kesehatan (Surat edaran/instruksi/SK/Peraturan Gubernur/
PERDA)
Presentase kab/kota yang melaksanakan pencegahan dan penanggu-
3. langan penyakit tidak menular (SE, deteksi dini, KIE, penanganan 10 15 20 25 30
kasus)
Persentase kab/kota yang mempunyai peraturan perundang-undan-
gan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak merokok ter-
4. hadap kesehatan (Surat edaran/instruksi/SK/Peraturan walikota/ 10 15 20 25 30
Bupati/PERDA)

penghapusan biaya pelayanan kesehatan bagi penyakit dalam masyarakat.(16) Hasil penelitian
lansia yang tidak mampu, memberikan duku­ menunjukkan bahwa lansia sangat tertarik
ngan dan bimbingan melalui berbagai kegia- dalam promosi kesehatan. Kelompok lansia
tan promosi dan proteksi kesehatan dalam lebih dominan menerapkan perilaku hasil pro-
memelihara dan meningkatkan kesehatannya mosi kesehatan dibandingkan usia yang lebih
agar tetap sehat dan mandiri, melakukan pe- muda.(15,6,7)
layanan secara proaktif untuk dapat menjang- Kegiatan promosi kesehatan, pen­ting
kau seba­nyak mungkin sasaran lansia yang ada menggunakan pendekatan kreatif untuk
di wilayah kerja Puskesmas, melakukan kerjasa- menyertakan aktifitas promosi kesehatan pada
ma lintas program dan sektor terkait di tingkat semua lingkungan pelayanan kesehatan, ter-
wilayah tertentu dengan asas kemitraan untuk masuk lingkungan keluarga, dan ma­syarakat.
bersama-sama melakukan pembinaan dalam (18,19,16)
Melalui pendekatan pelayanan keseha-
rangka peningkatan kualitas hidup lansia. tan primer dapat meningkatkan self care dan self
Berbagai pendekatan pelayanan kese- management dalam kesehatan dan kehidupan
hatan primer yang dilakukan berfokus pada: sosial sehari-hari. Lansia dan keluarganya
upaya deteksi dini; memandirikan keluarga da- dididik untuk dapat menggunakan pengeta-
lam melakukan perawatan secara holistik dan huan, sikap, dan perilaku dalam beraktifitas
komprehensif melalui strategi: pendidikan meningkatkan kesehatan mereka sendiri dan
kesehatan, proses kelompok, family empower­ masyarakat disekitarnya. Strategi pelayanan
ment dan partnership lintas program dan lintas kesehatan primer yang diterapkan bertujuan
sektoral terkait; serta menggunakan manaje- untuk meningkatkan kemampuan klien mulai
men pembiayaan yang efektif.(17,18,16,19,3) Semua dari tingkat individu, keluarga, dan kelompok
pendeka­tan pelayanan kesehatan primer ini masyarakat untuk dapat mandiri (self reliance)
merupakan bentuk upaya promosi kesehatan dalam mencegah dan mengatasi permasalahan
dalam manajemen penatalaksanaan penyakit kesehatan yang dialaminya.(17)
kronis pada lansia. Hal ini sebagai upaya preventif dan
Fokus utama dan pertama dari pe- protektif dari berbagai penyakit kronis, se­
layanan kesehatan primer berdasarkan deklara- hingga dapat mengendalikan tingkat kepar-
si Alma Ata adalah promosi kesehatan. Model ahan dari penyakit kronis yang dialami oleh
pelayanan kesehatan primer lebih menekan­ lansia.(6,20) Menjelaskan bahwa peningkatan
kan pada upaya promosi kesehatan, pemben- gaya hidup sehat dapat mencegah terjadinya
tukan kebijakan kesehatan, dan pencegahan tingkat keparahan dan komplikasi penyakit

56
Zulfitri | Analisis Kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer

kronis sebesar 40%. Dengan demikian, dapat penurunan penggunaan pelayanan kesehatan
meningkatkan Quality of life lansia sampai ak­ untuk berobat terutama dalam kondisi parah,
hir hayatnya. peningkatan status fungsional, peningkatan
Pelaksanaan berbagai kegiatan pelayanan kualitas hidup lansia, dan penurunan angka
kesehatan primer berupa pembinaan keseha- kematian akibat penyakit kronis yang tidak ter-
tan lansia dengan strategi Puskesmas santun kontrol pada lansia.
lansia perlu mengacu pada prinsip-prinsip ma- Saran yang dapat disampaikan kepada
najemen yang efektif dan efisien, mulai dari Kementrian kesehatan RI adalah untuk dapat
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan menyusun modul atau panduan khusus ten-
evaluasi. Sehingga diharapkan dapat berhasil tang penatalaksanaan penyakit kronis tidak
optimal sesuai hasil yang diharapkan. menular pada lansia di Indonesia dan menso-
Hasil yang diharapkan dapat dicapai sialisasikan ke Dinas kesehatan Provinsi dan
dari pendekatan pelayanan kesehatan prim- kabupaten/kota, serta mempersiapkan tenaga
er dalam penatalaksanaan penyakit kronis kesehatan yang kompeten melalui kegiatan
pada lansia adalah: penurunan penggunaan pelatihan dan pembinaan.
pelayanan kesehatan untuk berobat terutama
dalam kondisi parah, peningkatan status fung- Daftar Pustaka
sional, peningkatan kualitas hidup lansia, dan
penurunan angka kematian akibat penyakit 1. Kementrian Kesehatan RI. Buletin jendela
kronis yang tidak terkontrol pada lansia. Indi­ data dan informasi kesehatan: Gambaran
kator pencegahan dan penanggulangan pe­ kesehatan lanjut usia di Indonesia. Jakar-
nyakit tidak menular dalam Rencana Strategis ta: Pusat data dan informasi kesehatan Ke-
Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014, terla- mentrian Kesehatan RI 2013
mpir pada tabel 1.(3) 2. SurveyMeter. Memanusiakan lanjut usia:
Penuaan penduduk & pembangunan di
Kesimpulan Indonesia. Yogyakarta: INSISTPress 2013
Kebijakan pelayananan kesehatan 3. Kementrian Kesehatan RI. Buletin jende-
primer dalam manajemen penatalaksanaan la data dan informasi kesehatan: Penyakit
penyakit kronis tidak menular pada lansia di tidak menular. Jakarta: Pusat data dan in-
Indonesia adalah menggunakan pendekatan formasi kesehatan Kementrian kesehatan
Puskesmas santun lansia yang berfokus pada RI 2012
kegiatan promosi kesehatan, seperti: upaya 4. Guessous I, Bochud M, Theler JM, Gaspoz
deteksi dini; memandirikan keluarga dalam JM, and Pechere Bertschi A. 1999–2009
melakukan perawatan secara holistik (men- Trends in Prevalence, Unawareness, Treat-
cakup aspek bio, psiko, sosial, spiritual dan ment and Control of Hypertension in Ge-
kultural) dan komprehensif (mencakup upaya neva, Switzerland. PLoS ONE. 2012; 7 (6)
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) 5. Kemetrian kesehatan RI. Riset kesehatan
melalui strategi: pendidikan kesehatan, pro­ dasar 2013. Jakarta: Pusat penelitian dan
ses kelompok, family empowerment dan partner­ pengembangan kesehatan Kementrian
ship lintas program dan lintas sektoral terkait; Kesehatan RI 2013
serta menggunakan manajemen pembiayaan 6. Fortin M, Chouinard MC,Bélanger M,
yang efektif. Pelaksanaan berbagai kegiatan pe- Bouhali T, Dubois MF, Gagnon C. Eva­
layanan kesehatan primer berupa pembinaan luating the integration of chronic disease
kesehatan lansia dengan strategi Puskesmas prevention and management services into
santun lansia perlu mengacu pada prinsip-prin- primary health care. BMC Health Services
sip manajemen yang berlaku, mulai dari peren- Research. 2013; 13 (132)
canaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. 7. Hunter DJ and Reddy KS. Noncommu-
Hasil yang diharapkan dapat dicapai dari upa­ nicable Diseases. N Engl J Med. 2013;
ya penatalaksanaan penyakit kronis adalah: 369:1336-43.

57
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016 | Vol. 10, No. 1, Hal. 52-58

8. Anderson ET and McFarlane J. Buku ajar 19. Kemetrian Kesehatan RI. Pedoman pem-
Keperawatan komunitas: Teori dan prak- binaan kesehatan lanjut usia bagi petugas
tik. Jakarta: EGC 2007 kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan
9. Barondess JA. Toward reducing the pre­ Komunitas. Jakarta: Ditjen Bina Keseha-
valence of chronic disease: a life course tan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI
perspective on health preservation. Per- 2010
spective in Biology and Medicine. 2008; 51 20. Landon BE. (2007). Improving the ma­
(4): 616-628 nagement of chronic diseases at communi-
10. Chouinard MC, Hudon C, Dubois MF, ty health centers. New England Journal of
Roberge P, Loignon C, Tchouaket E, For- Medicine. 2007; 356 (9): 921- 934.
tin M, Couture EM, and Sasseville M.
Case management and self management
support for frequent users with chronic
disease in primary care: A pragmatic ran-
domized cotrolled trial, BMC Health Ser-
vices Research. 2013; 13 (49): 2-13.
11. Gonzalez DLI, Norris SA. Chronic
Non-Communicable Disease and Health-
care Access in Middle-Aged and Older
Women Living in Soweto, South Africa.
PLOS ONE. 2013; 8 (10)
12. Mafuya NP. Self reported prevalence of
chronic noncommunicable disease and
associated factors among older adults in
South Africa. Citation: Globe health ac-
tion. 2013; 6 (20936): 1-7
13. Vathesatogkit P. Associations of lifestyle
factors, Disease history and awareness with
health-related quality of life in Thai popu-
lation. Plos One. 2012; 7 (11): 1-10
14. Elwood P, Galante J, Pickering J, Palmer
S, Bayer A, Shlomo YB, Longley M, and
Gallacer J. Health lifestyles reduce the inci-
dences of chronic diseases and Dementia:
Evidence from the caerphilly cohort study.
Plos One. 2013;. 8 (2): 1 – 7
15. Stanley M, Beare PG. Buku ajar kepe­
rawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
2007
16. Potter PA & Perry AG. Fundamental of
nursing: Fundamental keperawatan. Edisi
7. Jakarta: Salemba Medika 2010
17. Stanhope M and Lancaster J. Community
public health nursing. St. Louis-Missouri:
Mosby 2004
18. Departemen Kesehatan RI. Promosi ke­
sehatan: Komitmen global dari Ottawa-Ja-
karta-Nairobi menuju rakyat sehat. Jakar-
ta: Depkes RI 2009

58

Anda mungkin juga menyukai