Anda di halaman 1dari 18

Kasus III

Skenario Kasus :
Perempuan berumur 60 tahun datang ke IGD dengan keluhan ekstremitas sebelah
kiri tidak dapat digerakkan, bicara pelo. Perawatan melakukan pengkajian FAST.
Perawat melakukan pengkajian dengan hasil tanda vital TD 180/100 mmhg. Nadi
100x/menit, respirasi 22x/menit. Hasil EKG terdapat atrial fibrilasi. Pasien
mengalami hipertensi sudah sejak 5 tahun yang lalu dokter memberikan resep
rutin untuk minum amlodipine tiap hari 1 sekali. Tetapi sudah sejak 3 tahun yang
lalu berhenti mengkonsumsi obat tersebut dikarenakan sudah mengkonsumsi
ramuan herbal, pasien takut ginjalnya akan rusak jika mengkonsumsi obat-obatan
dalam jangka waktu yang lama. Hasil CT scan:

Step I
1. FAST
2. Atrial
3. Gambaran ICH
4. Hasil EKG
5. Amlodipin
6. Bicara Pelo
7. CT Scan
Menjawab :
1. Atrial : Gangguan irama jantung yang tidak beraturan (Sr Susiana)
2. Bicara Pelo : seseorang yang bicaranya kurang normal, seseorang mengalami
kelemahan otot untuk bicaranya melemah.
3. Amlodipin : Obat yang digunakan untuk orang dengan hipertensi (Rina)
4. Hasil EKG : Hasil elektrodiagram jantung (Puput)
5. CT Scan : Prosedur yang setiap kali digunakan menggunakan sinar X untuk
penyakit yang ada (Sr Susiana)
6. FAST : Digunakan untuk mendeteksi suatu penyakit yaitu stroke (Ivana)
7. Gambaran ICH : Gambaran pemeriksaan pada bagian otak
STEP II
1. Apa saja terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus tersebut?
(Rina)
2. Gejala awal apa yang dirasakan pada pasien tersebut ? (Puput)
3. Apa saja jenis-jenis irama jantung ? (Ayu)
4. Kenapa jika meminum obat terlalu banyak ginjalnya akan mengalami
kerusakan ? (Juni)
5. Bagaimana cara melakukan pengkajian FAST ? (Tika)
6. Apa tujuan dari pengkajian FAST (Adi)
7. Apa pengertian FAST (Ica)
8. Apa yang menyebabkan hipertensi pada pasien Stroke (Puput)
9. Mengapa dokter memberikan obat amlodipin kepada pasien ? (Rapael)

Step III
1. Obat amlodipin digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
(Juni)
2. Jenis-jenis irama jantung (Rohim)
a. Takikardia
b. Atrial flutter
c. Takikardia supraventrikular
d. Takikardia ventrikel
e. Vibrasi venrtikel
f. Bradikardia
g. Fibrilasi atrium
3. Tujuan pengkajian FAST : Untuk mengkaji adanya gejala awal stroke (Ayu)
4. Terapi yang diberikan : Menjaga pola makan, olahraga, minum obat dengan
teratur (Sr Susiana)
5. Terjadinya stroke karena hipertensi (Sr Susiana)
6. Karena ginjal berfungsi untuk menyaring dan membuang cairan kimia yang
masuk ke dalam tubuh sehingga jika terlalu banyak mengkonsumsi obat maka
menyebabkan kerja ginjal meningkat sehingga menimbulkan gagal ginjal.
(Juni)
7. Tanda dan gejala pasien : (Rina, Adi, Tika)
a. Keringat dingin
b. Keram
c. Kesemutan
d. Jantung berdebar
e. Sulit tidur
f. Leher tegang
g. Bicara pelo
h. Ekstremitas tidak dapat digerakkan
i. Kesulitan dalam bicara
8. FAST yaitu metode yang digunakan untuk mendeteksi pada pasien stroke
secara cepat (Juni)
9. Pengkajian FAST : (Puput)
Face : Melihat perubahan wajah pasien, perhatikan cara berbicara
Time : Melihat tanda dan gejala sudah berlangsung berapa lama

Step IV
1. FAST
2. Kontra lateral
3. Konsep Medis
4. Asuhan Keperawatan
Step V

STROKE

KONSEP MEDIS KONSEP KEPERAWATAN

1. Definisi
1. Pengkajian
2. Anatomi Fisiologi
2. Analisa Data
3. Epidemiologi
3. Diagnosis
4. Pathway
Keperawatan
5. Klasifikasi
4. Rencana
6. Mnifestasi Klinis
Keperawatan
7. Komplikasi
5. Evaluasi
8. Pemeriksaan
6. Jurnal Terkait
Diagnostik
7. SAP
9. Penatalaksanaan Media
8. Etik Legal
10. Prognosis
11. Pencegahan
STEP VI
1. Konsep Medis
a. Definisi
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak yang berupa
kelumpuhan syaraf (deficit neurologic) yang diakibatkan terhambatnya
aliran darah ke otak. (Junaidi, 2011)
Stroke adalah suatu penyakit yang sebagian besar gejala klinisnya
berkembang dengan cepat dan mengganggu fungsi otak, berlangsung
lebih dari 24 jam dan dapat menyebabkan kematian. (Merrit’s, 2010)
b. Anatomi-Fisiologi

Fisiologis
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh. Bagia dari saraf sentral yang yang
terletak didalam rongga tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak
yang kuat. Otak terletak dalam rongga cranium berkembang dari sebuah
tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.
a. Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
b. Otak tengah, trigeminus, korpus callosum, korpuskuadrigeminus.
c. Otak belakang, menjadi pons varoli, medullaoblongata, dan
serebellum.
Adapun bagian-bagian otak meluputi :
a) Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan
terluas dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas
rongga tengkorak. Masing-masing disebut fosakranialis anterior
atas dan media. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu
(zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat putig
terdapat pada bagian dalam yang mengndung serabut syaraf. Pada
otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :
 Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak
dibagian sulkussentralis.
 Lobus parientalis terdapat didepan sulkus sentralis dan
dibelakang oleh korakooksipitalis.
 Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura
serebralis dan didepan lobusoksipitalis.
 Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dariserebrum.

Secara umum korteks dibagi menjadi empat bagian:

 Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer


serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks
yang menangani suatu alat atau bagian tubuh tergantung ada
fungsi alat yang bersangkutan. Korteks sensori bagian fisura
lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
 Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri
merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang
intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan yang diterima diolah
dan disimpan serta dihubungkan dengan data yang lain.
Bagian anterior lobus temporalis mmpunyai hubungan dengan
fungsi luhur dan disebutpsikokortek.
 Kortek motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi
utamanya adalah kontribusi pada taktus piramidalis yang
mengatur bagian tubuhkontralateral.
 Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan
dengan sikap mental dankepribadian.

b) Batang otak
Batang otak terdiri :
 Diensephalon, diensephalon merupakan bagian atas batang
otak. yang terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon.
Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus
temporalis terdapat kapsul interna dengan sudut menghadap
kesamping. Fungsinya dari diensephalon yaitu:
- Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah.
- Respirator, membantu prosespernafasan.
- Mengontrol kegiatan refleks.
- Membantu kerja jantung, Mesensefalon, atap dari
mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol
keatas. Dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua sebelah bawah selaput korpus
kuadrigeminus inferior. Serat nervus toklearis berjalan ke
arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain.
Fungsinya: Membantu pergerakan mata dan mengangkat
kelopak mata dan memutar mata dan pusat pergerakan
mata.
 Ponsvaroli barikum pantis yang menghubungkan
mesensefalon dengan pons varoli dan dengan serebelum,
terletak didepan serebelum diantara otak tengah dan medulla
oblongata. Disini terdapat premoktosid yang mengatur
gerakan pernafasan dan refleks.
Fungsinya adalah:
- Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga
antara medulla oblongata dengan serebellum.
- Pusat saraf nervustrigeminus.

 Medulla oblongata
Merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah
yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan
medulla spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang
melebar disebut kanalis sentralis di daerag tengah bagian
ventral medulla oblongata. Medulla oblongata mengandung
nukleus atau badan sel dari berbagai saraftak yang penting.
Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat vital” yang
berfungsi mengendalikan pernafasan dan sistem
kardiovaskuler. Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada
bagian ini dalam batang otak dapat membawa akibat yang
sangat serius.

c) Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak
dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi
oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata. Organ ini banyak
menerima serabut aferen sensoris, merupakan pusat koordinasi
dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang kecil pada sentral
disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui
pundunkulus serebri inferior. Permukaan luar serebelum berlipat-
lipat menyerupai serebellum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih
teratur. Permukaan serebellum ini mengandung zat kelabu.
Korteks serebellum dibentuk oleh substansia grisia, terdiri dari
tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye dan lapisan
granular dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari
serebrum harus melewati serebellum

d. Epidemiologi
Stroke merupakan penyakit yang timbul akibat lesi vaskular di susunan
saraf dan menjadi penyebab kematian nomor tiga dalam urutan daftar
penyebab kematian di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan
kanker. Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa,
diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per
tahun. Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke
per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun,
dengan 4.8 juta penderita stroke yang bertahan hidup. Rasio insiden pria
dan wanita adalah 1.25 pada kelompok usia 55-64 tahun, 1.50 pada
kelompok usia 65-74 tahun, 1.07 pada kelompok usia 75-84 tahun dan
0.76 pada kelompok usia diatas 85 tahun.11 Prevalensi stroke di
Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per seribu
penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1
per seribu penduduk. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes
tertinggi di Sulawesi Utara (10,8 per seribu penduduk), diikuti DI
Yogyakarta (10,3 per seribu penduduk), Bangka Belitung dan DKI
Jakarta (masing-masing 9,7 per seribu penduduk). Prevalensi Stroke
berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi
Selatan (17,9 per seribu penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per seribu
penduduk), Sulawesi Tengah (16,6 per seribu penduduk), diikuti Jawa
Timur sebesar 16 per seribu penduduk. Kasus stroke di provinsi Jawa
Tengah tahun 2013 sebesar 12,3 per seribu penduduk. Dari 50 sampel
penelitian, 26 pasien (52%) mempunyai lebih dari satu komplikasi, 24
pasien (48%) tidak mempunyai komplikasi selama tinggal di rumah sakit.
Infeksi thorax 12 pasien (24%), konstipasi 12 pasien (24%), aspirasi
pneumonia 6 pasien (12%), UTI 5 pasien (10%), depresi 4 pasien (8%),
kejang 2 pasien (4%), stroke berulang 2 pasien (4%), dan retensi urin 2
pasien (4%). Penelitian lain menjelaskan Komplikasi pada 360 pasien
stroke (59%),komplikasi individu yang paling umum adalah jatuh (22%
dari semua stroke), dekubitus (18%), dan Infeksi saluran kemih (16%)
atau Infeksi dada (12%). Komplikasi lain 32% dari stroke. Kejang dan
infeksi dada terjadi lebih awal, sedangkan depresi dan dekubitus adalah
masalah di kemudian. Komplikasi yang lebih sering terjadi pada pasien
yang lebih tua, pada stroke berulang danmenderita stroke lebih parah.
Jumlah pasien penderita stroke yang dirawat di ICU RSKM pada 2011
meningkat dibanding 2010 lalu. Pada 2011, ada sekitar 115 pasien stroke
yang dirawat di ruang ICU atau rata-rata sekitar 12 pasien penderita
stroke setiap bulan atau dua orang setiap minggu. Sedangkan pada 2010
ada sekitar 68 pasien penyakit stroke yang dirawat di ruang ICU.

e. Pathway
f. Klasifikasi
Menurut Corwin (2009), klasifikasi stroke adalah:
1. Stroke non hemoragik
a. Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah
otak perlahan karna proses arterosklerosis cerebral dan
perlambatan sirkulasi serebral.
b. Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi
mendadak akibat abnormalitas patologik pada jantung. Embolus
biasanya menyumbat arteri cerebral tengah atau
cabangcabangnya,yang merusak sirkulasi cerebral.
2. Stroke Haemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun.

g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut Misbach (2011) antara
lain :
- Hipertensi
- Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
- Gangguan sensorik
- Gangguan visual
- Gangguan keseimbangan
- Nyeri kepala (migran, vertigo)
- Muntah
- Disatria (kesulitan berbicara)
- Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium,
suppor, koma)

h. Komlikasi
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat
terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
- Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan
embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri
yang mengalirkan darah ke paru.
- Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat,
sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka
akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
- Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumoni.
- Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
- Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan
reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi
perubahan dan kehilangan fungsi tubuh

i. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk stroke hemoragic,
antara lain:
1.) CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
(Wijaya & Putri, 2013)
2.) Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)
Pemeriksaan MRI menunjukkan daerah yang mengalami infark atau
hemoragik (Oktavianus, 2014). MRI mempunyai banyak keunggulan
dibanding CT dalam mengevaluasi stroke, MRI lebih sensitif dalam
mendeteksi infark, terutama yang berlokasi dibatang otak dan serebelum.
(Farida & Amalia, 2009)
3.) Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA)
Merupakan metode non-infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan
sirkulasi serebral serta dapat menunjukan adanya oklusi. (Hartono, 2010)
4.) Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transkranial
Mengukur aliran darah serebral dan mendeteksi penurunan aliran darah
stenosis di dalam arteri karotis dan arteri vetebrobasilaris selain
menunjukan luasnya sirkulasi
kolateral.Kedua pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengkaji
perburukkan penyakit vaskular dan mengevaluasi efek terapi yang
ditimbulkan pada vasospasme, seperti yang terjadi pada perdarahan
subaraknoid.Angiografi serebral merupakan
prosedur invasif yang menggunakan media kontras untuk menunjukan
pembuluh darah serebral, kepatenan, dan lokasi stenosis, oklusi atau
aneurisma.Pemeriksaan aliran darah serebral membantu menentukan
derajat vasopasme. (Hartono, 2010)
5.) Pemeriksaan lumbal pungsi
Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan (Oktavianus,
2014). Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA,
sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau intrakranial. (Wijaya
& Putri, 2013)
6.) Pemeriksaan EKG
Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak jika stroke emboli
dicurigai terjadi. (Hartono, 2010)
7.) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, fungsi ginjal, kadar
glukosa, lipid, kolestrol, dan trigliserida dilakukan untuk membantu
menegakan diagnose. (Hartono, 2010)
8.) EEG ( Electro Enchepalografi)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. (Wijaya & Putri, 2014)
9.) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obtruksi arteri, oklusi/ruptur. (Wijaya & Putri, 2013)
10.) Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan
sub arachnoid. (Wijaya & Putri, 2013)
11.) Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah berlawanan dari masa yang meluas (Doengoes, 2000) (Wijaya &
Putri, 2013)

j. Penatalaksana
Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan stroke terbagi atas :
1.) Penatalaksanaan umum
a. Pada fase akut
a.) Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena
penurunankesadaran atau mengalami disfagia. Terapi cairan
ini penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan
darah. The American Heart Association sudah menganjurkan
normal saline 50 ml/jam selama jam-jam pertama dari stroke
iskemik akut. Segera setelah stroke hemodinamik stabil, terapi
cairan rumatan bisa diberikan sebagai KAEN 3B/KAEN 3A.
Kedua larutan ini lebih baik pada dehidrasi hipertonik serta
memenuhi kebutuhan hemoestasis kalium dan natrium. Setelah
fase akut stroke, larutan rumatan bisa diberikan untuk
memelihara hemoestasis elektrolit, khususnya kalium dan
natrium.
b.) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik
mangalami gangguan aliran darah ke otak. Sehingga
kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia
dan juga untuk mempertahankan metabolism otak.
Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan
ventilator, merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai
hasil pemeriksaan analisa gas darah atau oksimetri.
c.) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena edema
serebri, oleh karena itu pengurangan edema penting dilakukan
misalnya dengan pemberian manitol, control atau
pengendalian tekanan darah.
d.) Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah.
e.) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG.
f.) Evaluasi status cairan dan elektrolit.
g.) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan
cegah resiko injuri.
h.) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi
labung dan pemberian makanan.
i.) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan.
j.) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,
keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus cranial dan
reflex.
b. Fase rehabilitasi
a.) Pertahankan nutrisi yang adekuat.
b.) Program manajemen bladder dan bowel.
c.) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi
(ROM).
d.) Pertahankan integritas kulit.
e.) Pertahankan komunikasi yang efektif.
f.) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
g.) Persiapan pasien pulang.
c. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau
volume
lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo
peritoneal bila ada hidrosefalus obstrukis akut.
d. Terapi obat-obatan
a.) Antihipertensi : Katropil, antagonis kalsium
b.) Diuretic : manitol 20%, furosemide,
c.) Antikolvusan : fenitoin
Sedangkan menurut Batticaca (2008), terapi perdarahan dan perawatan
pembuluh darah pada pasien stroke perdarahan adalah :
Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil,
Aminocaproic acid 100-150 ml% dalama cairan isotonic 2 kali selama 3-5
hari, kemudian 1 kali selama 1-3 hari,
Antagonis untuk pencegahan permanen : Gordox dosis pertama 300.000
IU kemudian 100.000 IU 4 kali perhar i IV ; Contrical. (Tarwoto, 2013)

k. Prognosis
Prognosis pada stroke iskemik dipengaruhi oleh umur, penyakit
sebelumnya, dan komplikasi. Sebuah penelitian oleh Framingham dan
Roschester menunjukkan adanya angka kematian pada 30 hari setelah
stroke adalah 28%, pada stroke iskemik sebesar 19%, dan angka sintasan
1 tahun pada stroke iskemik adalah 77%. Sebuah penelitian menemukan
skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan
prediktor terbaik pada risiko kematian awal.[48] Pemeriksaan The
National Institute of Health Stroke Scale dapat menunjukkan letak
kerusakan di otak.
Penelitian oleh Yoo, et al. tahun 2010 menunjukkan adanya
peningkatan prediksi keluaran dengan kombinasi National Institute of
Health Stroke Scale dan Magnetic Resonance Imaging.[49] Penelitian
Appelros, et al. menunjukkan bahwa 75% pasien yang dihitung keluaran
dalam satu tahun dengan skor NIHSS 4 atau kurang dapat mandiri secara
fungsional dalam 1 tahun.[50] Penelitian lainnya oleh Adams, et al.
menunjukkan bahwa peningkatan 1 poin dari NIHSS mengurangi 17%
kemungkinan keluaran yang baik

l. Pencegahan
- Melakukan olahraga secara rutin,
- Melakukan pemeriksaan fisik secara berkala,
- Menggunakan obat-obat hipertensi yang diresepkan dokter dengan
teratur,
- Mengonsumsi makanan sehat,
- Berhati-hati dalam berkendara
- Menaati aturan dan dosis yang dianjurkan dokter dalam menggunakan
warfarin.

Anda mungkin juga menyukai