Idi Warsah
Program Studi PAI, STAIN Curup, Bengkulu
idiwarsah@gmail.com
ABSTRACT
This article aims to reveal the importance of faith in education as the basis of the Social intelligence
of learners although it can not be measured concretely through quantitative data. This domain is a
benchmark of the success of the educational process in Islam as the goal of Islamic education itself.
This article use literature research, which examines the subject through the literature related to the
focus of the problem that result the conclusion as follows: First, Man created by God was born as a
person who brings potential social intelligence. The multi-dimensional social intelligence that God
bestows on human beings is able to assume his duty as chalif and dedicate himself totally in the
form of faith and piety to Allah; Secondly, the education of faith becomes important and the main
thing is given to learners, by: introducing the name of Allah SWT and His Apostle; gives the
description of who the creator of the universe is through examply stories; introducing the Almighty
of Allah SWT; to be an example for children in both worship and friendship; respect the abilities of
the children; positioning them not as objects but as learning partners; and give a positive
appreciation of all the advantages possessed by learners.
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan mengungkap arti penting keimanan dalam pendidikan sebagai basis kecerdasan
sosial peserta didik meskipun tidak dapat diukur secara konkret melalui data kuantitatif. Ranah
afeksi ini menjadi tolok ukur keberhasilan proses pendidikan dalam Islam sebagaimana tujuan dari
pendidikan Islam itu sendiri. Jenis artikel ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu menelaah pokok
masalah melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan fokus masalah tersebut sehingga
ditemukan simpulan sebagai berikut: Pertama, manusia diciptakan oleh Allah terlahir sebagai
pribadi yang membawa potensi kecerdasan sosial. Multi dimensi kecerdasan sosial yang
dianugerahkan Allah kepada manusia tidak lain bertujuan agar mampu mengemban tugasnya
sebagai khalifah dan mengabadikan dirinya secara total kepada Allah dalam wujud keimanan dan
ketakwaan kepada Allah; Kedua, Pendidikan keimanan menjadi hal yang penting dan utama
diberikan kepada peserta didik, dengan cara: memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasul-Nya;
memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan;
memperkenalkan ke-Maha-Agungan Allah SWT; dapat memberi sekaligus manjadi contoh bagi
anak-anak baik dalam beribadah maupun bermuamalah; menghargai kemampuan yang dimiliki oleh
anak; memposisikan mereka bukan sebagai objek namun sebagai mitra belajar; dan memberikan
apresiasi yang positif atas segala kelebihan yang dimiliki oleh peserta didik.
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
2| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018
karya tulis terkait sebagai sumber data bukan data orisinil dari tangann pertama
sekunder. lapangan.
Di samping sumber tersebut di atas, 4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh
diambil sumber data sekunder dari buku-buku ruang dan waktu. Peneliti berhadapan
literatur atau karya tulis para pakar yang telah dengan informasi statik tetap. Artinya
lebih dulu mengkaji permasalahan tersebut di kapanpun ia datang dan pergi data
atas (jika ditemukan) guna melengkapi data tersebut tidak akan pernah berubah
penelitian ini dan dapat dijadikan bahan karena ia sudah merupakan data “mati”
perbandingan. Sedangkan sifat penelitian ini yang tersimpan dalam rekaman penulis.
adalah penelitian deskriptif analisis.
Muhamad Nazir (1999) dalam hal ini Dalam menganalisa pokok
menyatakan bahwa dalam penelitian permasalahan yang akan dicari jawabannya,
kepustakaan, peneliti bertugas menggali teori- maka penelitian ini menggunakan analisis isi
teori yang telah berkembang dalam bidang (content analysis) (Muhadjir, 2000). Untuk itu
ilmu yang berkepentingan. Studi literatur, langkah-langkah akan ditempuh yang dalam
selain dari mencari sumber data sekunder oleh peneliti adalah sebagai berikut:
yang akan mendukung penelitian, juga Pertama, menghimpun dan
diperlukan untuk mengetahui sampai dimana mengumpulkan data-data yang berkaitan
ilmu yang berhubungan dengan penelitian dengan konsep keimanan. Baik melalui
telah berkembang, sampai dimana terdapat informasi ayat-ayat alquran dengan
kesimpulan dan generalisasi yang telah menggunakan pendekatan tafsir, yaitu kata-
pernah di buat, sehingga situasi yang kata kunci yang terkandung dalam poin-poin
diperlukan dapat diperoleh. gagasan-gagasan psikologi Qur‟āni ditinjau
Selanjutnya Mestika Zed (2008) dengan cara mencari pengertian pokok yang
menjelaskan bahwa penelitian kepustakaan terdapat dalam satu atau beberapa ayat
ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan alqurandan hadīṡ yang berhubungan dengan
dengan metode pengumpulan data pustaka, keimanan.
membaca dan mencatat serta mengelolah Kedua, setelah data yang diperlukan
bahan penelitian. Adapun ciri-ciri utama terkumpul berdasarkan isi yang terkandung
dalam penelitian kepustakan (Library Search) dalam gagasan-gagasan itu, kemudian
adalah sebagai berikut: dilakukan pengelompokkan yang disusun
secara logis berdasarkan tema-tema yang
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks lebih kecil di bawah rubrik fokus penelitian.
atau data angka dan bukan dengan Selanjutnya dilakukan analisis terhadap
pengetahuan langsung dari lapangan atau makna yang terkandung dalam keseluruhan
saksi mata berupa kejadian, orang atau gagasan alqurandan hadis yang berkenaan
benda lainya. dengan keimanan dan pesan-pesan yang ada
2. Data pustaka bersifat „siap pakai‟, artinya di dalamnya. Dalam menghadapi fenomena
peneliti tidak pergi kemana-mana, kecuali yang dianalisa, dapat digunakan metode
hanya berhadapan langsung dnegan berpikir induktif dan komparatif (Qomar,
bahan sumber yang sudah tersedia di 2005).
perpustakaan. Ketiga, menemukan tema-tema khusus
3. Data pustaka umumnya adalah sumber dalam alqurantentang dimensi keimanan
sekunder, dalam arti bahwa peneliti dengan pendekatan tafsir tematik, selanjutnya
memperoleh bahan dan tangan kedua dan menelaahnya dalam kerangka tema yang ada.
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|5
stimulus yang diberikan dan kemampuan atau pendidikan seseorang maka akan
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan semakin baik tingkat kecerdasannya.
atau belajar dari pengalaman. Inteligensi Sebaliknya, semakin buruk pengalaman atau
terjadi sebagai kemampuan mental yang pendidikannya maka akan semakin buruk pula
sangat umum meliputi kemampuan untuk tingkat kecerdasannya. Untuk mendukung
melakukan pertimbangan, perencanaan, kecerdasan manusia ini, Allah membekali
pemecahan masalah, pemikiran abstrak, manusia dengan potensi dasar berupa ruh
pemahaman gagasan-gagasan yang kompleks, (nyawa), pendengaran, penglihatan, dan hati
belajar dengan cepat dan belajar dari (akal dan nurani) (QS.al-Sajdah (32): 9).
pengalaman.
2) Potensi keimanan (SQ)
b. Potensi Kecerdasan Manusia dalam Hal ini diisyaratkan oleh Alquran
Islam dengan persaksian yang diberikan oleh Allah
Dalam Alquran dijelaskan bahwa kepada jiwa (ruh) yang ada pada setiap calon
Allah membekali manusia dengan dua potensi bayi yang masih dalam kandungan sang ibu
pokok, yakni: sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya.
Semua jiwa itu mempersaksikan bahwa Allah
1) Potensi kecerdasan (IQ) sebagai Tuhannya (QS. al-A‟raf (7): 172).
Dalam terminologi psikologi IQ Dua potensi pokok berkembang
diartikan sebagai tinggakatan/ukuruan menjadi berbagai kecerdasan yang dimiliki
kecerdasan. Kecerdasan ini juga sering oleh setiap individu, seperti multiple
disebut inteligensi, yang berarti kemampuan inteligence yang dikembangkan oleh pakar-
kognitif yang memiliki suatu organism untuk pakar psikologi modern seperti, Daniel
mnyesuaikan diri secara efektif pada Goleman dan Howard Gardner. Dalam
lingkungan yang kompleks dan selalu berubah perspektif lain bahkan potensi kecerdasan
dan dipengaruhi oleh factor genetic. Nafis tauhid atau keimanan dapat melahirkan
menjelaskan bahwa IQ merupakan ukuran kecerdasan Ruhaniah, karna kecerdasan
kemampuan yang berperan dalam ruhaniah tidak dapat dipisahkan dari agama.
pemprosesan logikan, bahasa dan matematika Agama membutuhkan spiriualitas agar tidak
(Dalam Adana (2013). kering dan spiritualitas agama sebagai jalan
Alquran mengisyaratkan hal ini perwujudannya (Lusi & Heni, 2011).
dengan menjelaskan proses pengajaran yang Lebih lanjut Tasmara dalam (Lusi &
diberikan oleh Allah kepada Adam, yang Heni, 2011), menjelaskan bahwa kecerdasan
dalam waktu singkat dapat menguasai semua spiritual masih berada pada potensi imajenasi
nama yang ada di surga (QS. al-Baqarah (2): kreatif, sementara kecerdasan ruhaniah
31). memberikan arah yang jelas kemana dan
Hal tersebut mengindikasikan bahwa bagaimana kreasi tersebut diarahkan. Lanjut
Adam, sebagai manusia pertama, memiliki Tasmara bahwa kecerdasan ruhaniah
kecerdasan yang lebih dibandingkan malaikat bertumpu pada ajaran cinta (mahabbah) yang
yang ternyata tidak mampu menyebutkan mendalam kepada Allah Rabbal‟Alamin dan
semua nama yang ada di surga. Potensi ini seluruh ciptaan-Nya. Cinta dimaksud adalah
akan berkembang, dengan maksimal atau keinginan untuk memberi dan tidak memiliki
tidak, sangat tergantung pada pengalaman pamrih untuk memperoleh imbalan, cinta
manusia, terutama dalam menempuh bukan komoditas, tetapi sebuah kepedulian
pendidikannya. Semakin baik pengalaman yang sangag kuat terhadap moral dan
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
8| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018
kemanusiaan dengan kata lain kecerdasan ini fungsi yang diperankan oleh SQ mampu
adalah suatu kecerdasan yang berpusat pada membantu individu untuk mencapai
kecintaan terhadap Allah dan seluruh ciptaan- kebermaknaan hidupnya. Dengan kontribusi
Nya dan salah satu kecerdasan ruhaniah SQ, individu akan memperoleh arahan
adalah taqwa. tentang bagaimana ia mensikapi hidupnya
Lebih lanjut Tasmara dalam (Lusi & serta di mana ia harus berpijak pada
Heni, 2011) mengemukakan bahwa terdapat kebenaran yang universal. Dalam menjalani
delapan aspek kecerdasan ruhaniah: kehidupannya, individu dengan SQ yang
a) Memiliki Visi atau cara pandang hidup; tinggi tetap merasa tegar walaupun dalam
b) Merasakan kehadiran Allah; keadaan yang sulit sekalipun. Penderitaan
c) Selalu berzikir dan berdoa; mampu mereka hayati sebagai suatu proses
d) Memiliki kualitas sabar; yang mampu memotivasi dan memberi
e) Cendrung kepada kebaikan; kontribusi bagi pencapaian hidup yang lebih
f) Memiliki empati; bermakna.
g) Berjiwa besar; Dalam beberapa penelitian disebutkan
h) Bahagia melayani. bahwa pengalaman penderitaan (suffering)
sering dikaitkan dengan perkembangan
Sementara menurut pendapat Ceragan spiritual manusia itu sendiri. Disebutkan
dikutip Nugraheni dalam (Lusi & Heni, 2011) dalam kisah Sidarta Gautama, di mana ia
aspek kecerdasan kerohanian mencakup mengalami krisis eksistensi yang berdampak
beberapa hal yaitu: pada penderitan yang panjang ia rasakan.
a) Selalu mempunyai harapan; Demikian juga dengan pengalaman Isra‟
b) Bersedia memaafkan diri dan orang lain; Mi‟raj Rosulullah Muhammad Saw yang
c) Meditasi; terjadi setelah kematian istri dan paman
d) Penolong; beliau, yang pada akhirnya semakin
e) Bersukur: memperkuat eksistensi kerasulan beliau serta
f) Memiliki keterikatan sosial; semakin mendongkrak kematangan dimensi
g) Doa-doa dan ritual. spiritual beliau Subandi dalam (Nida &
Khoirun, 2012). Maka dapat dipahami bahwa
Modal sifat-sifat spiritual yang telah selain SQ yang tinggi akan mampu memberi
dianugerahkan Allah pada hambaNya tidak kekuatan bagi individu untuk tetap tegar
mungkin tersia-siakan begitu saja. dalam kehidupannya, disisi lain hal itu juga
Sebagaimana eksistensi aspek intelektual dan akan berimbas pada semakin mematangkan
emosional yang membentuk kecerdasan dimensi spiritual itu sendiri sehingga tujuan
intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional untuk mencapai hidup lebih bermakna akan
(EQ), dan teraktualisasi dalam sikap dan terealisir.
perilaku yang sangat berperan dalam Eksistensi SQ juga akan menjadi
kehidupan manusia, kecerdasan spiritualpun modal bagi individu untuk mencapai
juga memiliki kebutuhan untuk direalisasikan kebermaknaan hidup saat berkolaborasi
peranya. SQ merupakan aspek yang sangat dengan nilai-nilai yang menjadi sumber
fundamental dalam memenuhi kebutuhan kebermaknaan hidup. Dalam memahami suatu
manusia yang sangat mendasar yakni pekerjaan, eksistensi SQ akan memotivasi
kebermaknaan hidup. individu untuk melewati segala beban kerja
Bila memahami karakteristik dari dengan etos kerja yang tinggi. Semua
peran SQ itu sendiri, tampak bahwa fungsi- pekerjaan dan aktivtas yang diemban tiap
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|9
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|11
Rasulullah SAW. adalah orang yang mempunyai sifat dan kecenderungan untuk
menjadi suri tauladan (Uswatun Hasanah) mengalami dan mempercayai adanya Tuhan.
bagi umatnya, baik sebagai pemimpin Oleh karena itu penanaman keimanan pada
maupun orang tua. Beliau mengajarkan pada anak harus diperhatikan dan tidak boleh
umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai dilupakan bagi orang tua sebagai pendidik
keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola (QS. al-Rūm (30): 30).
dasar pembinaan iman (Aqidah) yang harus Dengan fitrah manusia yang telah
diberikan pada anak, yaitu membacakan ditetapkan oleh Allah SWT sebagaimana
kalimat tauhid pada anak, menanamkan dalam ayat diatas maka orang tua mempunyai
kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, kewajiban untuk memelihara fitrah dan
mengajarkan Alquran dan menanamkan nilai- mengembangkannya. Hal ini telah ditegaskan
nilai perjuangan dan pengorbanan (Hafizh, dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai
1997). berikut :
Orang tua memiliki tanggung jawab عن أبي ىريرة رضي هللا عنو قال قال النبي صلَ هللا عليو
mengajarkan Alquran pada anak-anaknya ًسلم كل مٌلٌد يٌلذ علَ الفطرة فأبٌاه ييٌدانو أً ينصرانو
sejak kecil. Pengajaran Alquran mempunyai )أً يمجسانو (رًاه البخارٍ ًمسلم
pengaruh yang besar dalam menanamkan Dari Abi Hurairah ra ia berkata: Nabi saw
iman (aqidah) yang kuat bagi anak. Pada saat bersabda: “Setiap anak terlahir dalam
pelajaran Alquran berlangsung secara kondisi fitrah, kedua orang tuanyalah yang
bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu menjadikannya seorang yahudi, nasrani, atau
keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan mereka majusi. (HR al-Bukhari dan Muslim, Juz IV,
dan Alquran adalah firman-firman-Nya yang tt: 2047)
diturunkan pada Nabi Muhammad SAW.
Berkata Al Hafidz As-Suyuthi, Melihat ayat dan hadis diatas dapat
“pengajaran Alquran pada anak merupakan diambil suatu pengertian bahwa anak
dasar pendidikan Islam terutama yang harus dilahirkan dalam keadaan fitrah dan
diajarkan. Ketika anak masih berjalan pada perkembangan selanjutnya tergantung pada
fitrahnya selaku manusia suci tanpa dosa, orang tua dan pendidiknya, maka orang tua
merupakan lahan yang paling terbuka untuk wajib mengarahkan anaknya agar sesuai
mendapatkan cahaya hikmah yang terpendam dengan fitrahnya.
dalam Alquran , sebelum hawa nafsu yang Nilai pendidikan keimanan termasuk
ada dalam diri anak mulai mempengaruhinya aspek-aspek pendidikan yang patut
(Hafizh, 1997). mendapatkan perhatian pertama dan utama
Iman (aqidah) yang kuat dan tertanam dari orang tua dan pendidik. Memberikan
dalam jiwa seseorang merupakan hal yang pendidikan ini kepada anak merupakan
penting dalam perkembangan pendidikan sebuah keharusan yang tidak boleh
anak. Salah satu yang bisa menguatkan ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh
aqidah adalah anak memiliki nilai kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar
pengorbanan dalam dirinya demi membela yang mendasari keislaman seseorang yang
aqidah yang diyakini kebenarannya. Semakin secara otomatis akan berimplikasi pada
kuat nilai pengorbanannnya akan semakin kecerdasan sosial anak.
kokoh aqidah yang ia miliki (Hafizh, 1997). Nilai-nilai keimanan yang diberikan
Nilai pendidikan keimanan pada anak sejak anak masih kecil, dapat
merupakan landasan pokok bagi kehidupan mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana
yang sesuai fitrahnya, karena manusia ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
12| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018
dari Yazid, dariAbu al-Khair, dari 'Abd dari al-Lais dan Iain-lain, dari Yazld ibn
Allah ibn 'Amr bahwasanya seorang laki- Abi Tabib, dari 'Abd al-Rahman ibn
laki bertanya kepada Nabi Saw., "Islam Syimamah, bahwasanya iapernah
yang bagaimana yang paling baik? " mendengar 'Uqbah ibn 'Amir berbicara
Rasulullah menjawab, "Engkau memberi di atas mimbar, "Sesungguhnya
makan dan mengucapkan salam, baik Rasulullah Saw. bersabda, 'Seorang
kepada orang yang kamu kenal maupun mukmin adalah saudara bagi mukmin
tidak". (HR. Al-Bukhdn 11, Muslim 56, lainnya. Maka tidak halal bagi seorang
al-Tirmizi 1778, al-Nasd'i 4914, Abu mukmin membeli barangyang sudah
Ddwud 4520, Ibn Majah 3244, 3684, dibeli saudaranya dan tidak halal juga
Ahmad ibn Hanbal 6293, 6552, al- baginya meminang (seorangperempuan)
Ddrimil991). yang sudah dipinang saudaranya sampai
e) Iman dan Hubungan Sosial: 'Abd Allah ia meninggalkannya'. (al-Bukhari 9,
ibn Muhammad telah menceritakan Muslim 57, Nasa'i 4910, Abu
kepada kami Hisyam telah menceritakan Dawud2122, Ahmad6199, 6225, 6464,
kepada kami Ma 'mar telah 6502, 6515, 6521, 6541, 6618, 6659,
memberitahukan kami dari al- Zuhri dari 6687, 6721, 6789, ad-Darimi 2600).
Abu Salamah dari Abu Hurairah dari h) Iman dan Etika Lingkungan: Muhammad
Nabi Saw. bersabda, "Barangsiapa ibn Basyar telah menceritakan kepada
beriman kepada Allah dan hari akhir, kami, Abu 'Amir al-'Aqdi telah
maka hendaklah menghormati tamunya. menceritakan kepada kami, Khdlid ibn
Dan barangsiapa beriman kepada Allah Ilyas telah menceritakan kepada kami,
dan hari akhir hendaklah menyambung dari Sdlih ibn Abi Hassan, katanya, 'Aku
kasih-sayang (silaturahim), dan telah mendengar Sa'id ibn al-Musayyib
barangsiapa beriman kepada Allah dan berkata, 'Sesungguhnya Allah itu baik, la
hari akhir hendaklah berkata yang baik menyukai kebaikan; Allah itu bersih, la
atau diam. " (HR. Al-Bukhdri, No. 5673). menyukai kebersihan; Allah itu mulia, la
f) Konsistcnsi Iman dan Etika Bertetangga: menyukai kemuliaan; Allah itu
Zaid ibn al-Hubdb telah menceritakan dermawan, la menyukai kedermawanan.
kepada kami, katanya, 'Ali ibn Mas'adah Maka bersihkanlah — Aku (Sdlih ibn Abi
al-Bahili telah memberitahukan saya, Hassan) mengiranya (Ibn al-Musayyib)
katanya, Qatddah telah menceritakan berkata — halaman-halaman rumahmu,
kepada kami, dari Anas ibn Malik, dan janganlah kamu menyerupai orang-
katanya, Rasulullah Saw. bersabda, orang Yahudi yang tidak memperhatikan
"Iman seorang hamba tidak dikatakan kebersihan dan kesucian. Lalu aku
lurus sehingga hatinya lurus dan hatinya menyebutkan bahwa kata-kata itu berasal
tidak dikatakan lurus sehingga lisannya dari Muhdjir ibn Mismar (bukan dari Ibn
juga lurus, Seseorang tidak akan masuk al-Musayyib). Kata Muhdjir, 'Amir ibn Sa
surga karena tetangganya tidak merasa 'd ibn Abi Waqqas telah menceritakannya
aman dari kejahatan-kejahatan yang kepadaku, dari ayahnya, dari Nabi Saw.
dilakukannya" .(HR. Ahmad ibn Hanbal seperti (ucapan Ibn al-Musayyab) di atas
12575). kecuali kata-kata "bersihkanlah
g) Iman dan Hubungan Personal: Abu al- halaman-halaman rumahmu. (HR.
Tdhir telah menceritakan kepadaku, 'Abd Muslim 2536, Ibn Mdjah 2237, Ahmad
Allah ibn Wahb telah memberitahu kami, ibn Hanbal 16689, al-Darimi 2437)
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
14| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018
i) Iman dan Rasa Malu: 'Abd Allah ibn Anas ibn Malik, katanya, Rasulullah Saw.
Yusuf telah menceritakan kepada kami, tidak berkhutbah kepada kami kecuali
katanya, Malik ibn Anas telah beliau bersabda, "Tidak beriman bagi
mengabarkan pada kami, dari Ibn siapa yang tidak melaksanakan amanah
Syihab, dari Sdlim ibn 'Abd Allah, dari dan tidak beragama bagi siapa yang
ayahnya bahwasanya Rasulullah Saw. tidak menepatijanji. " (HR. Ahmad Ibn
melintas di depan seorang laki-laki dari Hanbal 11935,12108,12722,13145.
golongan Ansar yang sedang menasehati m) Iman dan Perbuatan Sia-sia: Hujain Abu
saudaranya tentang rasa malu. Lalu 'Umar telah menceritakan kepada kami
Rasulullah Saw. bersabda "Tinggalkan dan 'Abd al- 'Aziz telah menceritakan
dia! Sesungguhnya malu adalah sebagian kepada kami, dari Mansur ibn Unain,
dari iman. (HR. Al-Bukhdn 23, Muslim dari Makhul, dari Abu Hurairah,
52, al-Tirmizi 2540, al-Nasd'T 4947, Abu katanya, Rasulullah Saw. telah bersabda,
Dawud 4162, Ahmad ibn Hanbal 4326, "Seorang hamba tidak beriman secara
4936, 6057, Malik 1407). total sehingga ia meninggalkan
j) Iman dan Iri Hati(dengki): 'Usman ibn kebohongan ketika bercanda danjuga
Sdlih al-Bagdadi telah menceritakan meninggalkan perdebatan walaupun ia
kepada kami, Abu 'Amir ('Abdal-Malik benar. (HR. Ahmad ibn Hanbal 8276,
ibn 'Amr) telah menceritakan kepada 8411).
kami, Sulaimdn ibn Bilal telah n) Iman dan Perbuatan Munafiq: Sulaimdn
menceritakan kepada kami, dari Ibrahim Abual-Rabi' telah menceritakan kepada
ibn Abl Asid dari kakeknya dariAbu kami, katanya, Isma'il ibn Ja'far telah
Hurairah bahwasanya Nabi Saw. menceritakan kepada kami, katanya,
bersabda, "Jauhilah rasa dengki karena Nafi' ibn Malik ibn Abi 'Amir (Abu
sesungguhnya dengki itu menghilangkan Suhail) telah menceritakan kepada kami,
kebaikan seperti api memakan kayu dari ayahnya, Dari Abu Hurairah, dari
bakar. (HR. Al-Bukhdri 46) Nabi Saw bersabda, "Tanda orang
k) Iman dan Kejujuran: Hasan ibn Musd munafik itu ada tiga: jika berbicara, ia
telah menceritakan kepada kami, Ibn berdusta; jika berjanji, ia mengingkari;
Lahi'ah telah menceritakan kepada kami, dan jika diberi kepercayaan (amanah), ia
Abu al-Aswad telah menceritakan kepada berkhianal.(HR. Al-Bukhdri 32, Muslim
kami, dari 'Abd Allah ibn Raft', dari Abu 89, 90, al-rirmizI2555, al-Nasd'i4935,
Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw. Ahmad ibn Hanbal 8331, 8793, 10504).
bersabda, "Iman dan kekufuran tidak
akan berkumpul dalam hati seseorang; Oleh karena itu, pendidikan keimanan,
kebenaran dan kebohongan tidak akan harus dijadikan sebagai basis utama dalam
berkumpul bersamasama; dan khianat menilai keberhasilan pendidikan dan salah
dan amanah tidak akan berkumpul satu pokok dari pendidikan kesalehan anak.
bersama-sama. "(HR. Ahmad ibn Hanbal Dengannya, dapat diharapkan bahwa kelak ia
8238). akan tumbuh dewasa menjadi insan yang
l) Iman dan Hubungannya dengan Amanah beriman kepada Allah SWT., melaksanakan
dan Janji: Bahz telah menceritakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
kepada kami, Abu Hilal telah larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati
menceritakan kepada kami, Qatddah bisa membentengi dirinya dari berbuat dan
telah menceritakan kepada kami, dari berkebiasaan buruk.
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|15
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
16| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468