DISUSUN OLEH :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Metabolisme sel dapat dibagi menjadi dua, yaitu katabolisme dan anabolisme.
Umumnya, dalam proses metabolik melibatkan aktivitas katalis biologik yang
disebut enzim dengan melibatkan ATP. Metabolisme merupakan rangkaian reaksi
kimia yang diawali dengan substrat yang diakhiri dengan produk. Reaksi dalam sel
tidak terjadi bolak-balik, melainkan berjalan ke satu arah. Tiap produk akan
menjadi reaktan bagi reaksi selanjutnya. Reaksi ini berurutan sampai produk akhir,
membentuk suatu jalur metabolisme.
1.2 Tujuan
Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian karbohidrat.
2. Mengetahui pengertian anabolisme karbohidrat.
3. Mengetahui pengertian glikogenesis.
4. Mengetahui pengertian glikoneogenesis.
5. Mengetahui tahapan-tahapan anabolisme karbohidrat.
A. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi utama dan
sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O). Jenis-jenis karbohidrat sangat beragam dan mereka
dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan susunan atom-atomnya, panjang atau
pendeknya rantai serta jenis ikatan akan membedakan karbohidrat yang satu dengan
lain. Dari kompleksitas strukturnya dikenal kelompok karbohidrat sederhana (seperti
monosakarida dan disakarida) dan karbohidrat dengan struktur yang kompleks atau
polisakarida (seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa). Di samping itu,
terdapat oligosakarida (stakiosa, rafinosa, fruktooligosakarida, galaktooligosakarida)
dan dekstrin yang memiliki rantai monosakarida yang lebih pendek dari
polisakarida. Berdasarkan nilai gizi dan kemampuan saluran pencernaan manusia
untuk mencernanya, karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi karbohidrat yang
dapat dicerna dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Karbohidrat dari kelompok
yang dapat dicerna, bisa dipecah oleh enzim a-amilase untuk menghasilkan energi.
Monokasarida, disakarida, dekstrin dan pati adalah kelompok karbohidrat yang
dapat dicerna. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna (juga dikelompokkan sebagai
serat makanan atau dietary fiber) tidak bisa dipecah oleh enzim a-amilase.
Contohnya adalah selulosa, hemiselulosa, lignin dan substansi pektat.
Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat mengalami berbagai proses kimia. Proses inilah
yang mempunyai peranan penting dalam tubuh kita. Reaksi-reaksi kimia yang
terjadi dalam sel ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Sebagai contoh apabila banyak glukosa yang teroksidasi untuk
memproduksi energi, maka glikogen dalam hati akan mengalami proses hidrolisis
untuk membentuk glukosa. Sebaliknya apabila suatu reaksi tertentu menghasilkan
produk yang menghasilkan produk yang berlebihan, maka ada reaksi lain yang dapat
menghambat produksi tersebut. Dalam hubungan antar reaksi-reaksi ini enzim-
enzim mempunyai peranan sebagai pengatur atau pengendali. Proses kimia yang
terjadi dalam sel ini disebut metabolisme.
Proses-proses yang dialami oleh unsur-unsur makanan setelah dicerna dan diserap
disebut dengan metabolisme intermediet. Metabolisme intermediet ini mencakup
bidang luas yang tidak hanya proses metabolik yang dialami oleh masing-masing
molekul saja, tetapi juga interelasi dan mekanisme yang mengatur arus metabolit
untuk dapat melewati proses-proses atau tahapan-tahapan tersebut. Proses
metabolisme itu kemudian digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Anabolime (penyatuan/pembentukan)
2. Katabolisme (pemecahan)
3. Amfibolisme (persimpangan)
Reaksi anabolisme juga menggunakan energi dari hasil reaksi katabolisme, yang
berupa ATP. Agar asam amino dapat disusun menjadi protein, asam amino tersebut
harus diaktifkan terlebih dahulu. Energi untuk aktivasi asam amino tersebut berasal
dari ATP. Agar molekul glukosa dapat disusun dalam pati atau selulosa, maka
molekul itu juga harus diaktifkan terlebih dahulu, dan energi yang diperlukan juga
didapat dari ATP. Proses sintesis lemak juga memerlukan ATP.
C. Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis)
menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil
KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi
energi. Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa
melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan
dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan
analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati
(sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh
lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai
tiga sampai empat kali lebih banyak. -D-Glukosa yang bercabang. Seperti amilum,
glikogen merupakan polimer
Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk
proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat
berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk
mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan.
Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis.
Tetapi glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan
olahraga yang berat dan lama. Rangkaian proses terjadinya glikogenesis
digambarkan sebagai berikut:
a. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi
juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase
sedangkan di hati oleh glukokinase.
b. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi
dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang
intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat. Enz-P + Glukosa 6-fosfat ↔Enz +
Glukosa 1,6-bifosfat ↔ Enz-P + Glukosa 1-fosfat
c. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
UDPGl pirofosforilase. UTP + Glukosa 1-fosfat ↔ UDPGlc + PPi Uridin difosfat
glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan
menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi.
a. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan
glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.
Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus
ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada
primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1→4 untuk membentuk
rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin
tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah
molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
c. Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim
glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari
glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang. Enzim yang
berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).
D. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses pembentukan D-glukosa dari prekursor yang bukan
karbohidrat. Karena prekursor yang digunakan bukan karbohidrat, maka sumber
karbonnya adalah sejumlah prekursor glukogenik yang terutama berasal dari asam
amino-L, laktat atau gliserol. Proses ini terjadi jika makanan yang dimakan tidak
cukup mengandung D-glukosa yang dapat menyebabkan turunnya kadar glukosa
darah. D-glukosa harus dibentuk karena senyawa ini penting untuk fungsi sebagian
besar sel dan mutlak dibutuhkan oleh sistem syaraf dan eritrosit. Jalur metabolisme
ini terjadi terutama di hati dan ginjal, tetapi glukoneogenesis secara fisiologis tidak
berarti dalam otot karena otot tidak mempunyai enzim glukosa 6-fosfatase yang
mengubah glukosa 6-fosfat menjadi glukosa untuk dilepaskan ke darah.
Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Di
sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam
suatu proses yang disebut glukoneogenesis (pembentukan gula baru). Pada dasarnya
glukoneogenesis ini adalah sistesis glukosa dari senyawa-senyawa bukan
karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses
glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Walaupun proses
glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa, namun bukan kebalikan dari proses
glikolisis, karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak reversibel, artinya
diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.
1. Glukosa + ATP heksokinase glukosa-6-fosfat + ADP
2. Fruktosa-6-fosfat + ATP fosfofruktokinase fruktosa-1,6-difosfat + ADP
3. Fosfoenol piruvat + ADP piruvatkinase asam piruvat + ATP yaitu :
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi.
Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak
tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein
berperan pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa
glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non
karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur glukoneogenesis
dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut:
1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol.
Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk
dalam siklus Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus
Kreb’s.
E. Tahapan-tahapan Anabolisme
Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam
amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa
tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga,
penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein,
polisakarida, lemak dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi
cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan
energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
1. Fotosintesis
Salah satu contoh peristiwa anabolisme karbohirat adalah fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses pengubahan zat organik (karbohidrat) dengan
pertolongan cahaya. Organel yang berperan dalam fotosintesis adalah kloroplas.
Di dalam kloroplas inilah penyerapan sinar oleh klorofil dimulai pada proses
fotosíntesis. Kloroplas dibungkus oleh dua lapisan (membran). Membran dlam
berupa suatu membran yang kompleks. Pada membran ini terdapat beberapa
lapisan kantong yang rata, disebut granum. Di dalam seluruh granum terdapat
larutan protein yang disebut stroma. Arti fotosintesis adalah proses penyusunan
atau pembentukan dengan menggunakan energi cahaya atau foton. Sumber
energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum cahaya infra
merah (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan ultra
ungu (tidak kelihatan). Yang digunakan dalam proses fetosintesis adalah
spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai merah, infra merah dan ultra ungu
tidak digunakan dalam fotosintesis. Dalam fotosintesis, dihasilkan karbohidrat
dan oksigen, oksigen sebagai hasil sampingan dari fotosintesis, volumenya dapat
diukur, oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat produksi fotosintesis adalah
dengan mengatur volume oksigen yang dikeluarkan dari tubuh tumbuhan.
2. Kemosintesis
Kemosintesis terjadi pada organisme autotrof, tepatnya kemo-autotrof, yang
mampu menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan dari zat-zat anorganik
dengan bantuan energi kimia. Yang dimaksud dengan energi kimia di sini adalah
energi yang diperoleh dari suatu reaksi kimia yang berasal dari reaksi oksidasi.
Kemampuan mengadakan kemosintesis ini, terdapat pada mikroorganisme dan
bakteri autotrof. Bakteri Sulfur yang tidak berwarna memperoleh energi dari
proses oksidasi senyawa H2S. Jangan disamakan dengan bakteri sulfur yang
berwarna kelabu-keunguan yang mampu mengadakan fotosintesis karena
memiliki klorofil
Tidak semua tumbuhan dapat melakukan asimilasi C menggunakan cahaya
sebagai sumber energi. Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil
dapat mengadakan asimilasi C dengan menggunakan energi yang berasal dan
reaksi-reaksi kimia, misalnya bakteri sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri
besi dan lain-lain. Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi
senyawa-senyawa tertentu. Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara
oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+ (ferri). Bakteri Nitrosomonas dan
Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya
Amonium Karbonat menjadi asam nitrit dengan reaksi:
Nitrosomonas (NH4)2CO3 + 3 O2 ——> 2 HNO2 + CO2 + 3 H20 + Energi
Nitrosococcus
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi
utama dan sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh 3 unsur
utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).