Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOLOGI KIMIA LANJUT


ANABOLISME KARBOHIDRAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIFALDI SYAPUTRA


NIM : G30119046
KELAS : B (GENAP)
DOSEN : Dr. ABD RAHMAN RAZAK M, Si.Apt

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makhluk multiseluler, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan tersusun atas jutaan
sel. Tiap sel memiliki fungsi tertentu untuk kelangsungan hidup suatu organisme.
Untuk menjalankan fungsinya, sel melakukan proses metabolisme. Metabolisme
adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Reaksi kimia ini akan
mengubah suatu zat menjadi zat lain.

Metabolisme sel dapat dibagi menjadi dua, yaitu katabolisme dan anabolisme.
Umumnya, dalam proses metabolik melibatkan aktivitas katalis biologik yang
disebut enzim dengan melibatkan ATP. Metabolisme merupakan rangkaian reaksi
kimia yang diawali dengan substrat yang diakhiri dengan produk. Reaksi dalam sel
tidak terjadi bolak-balik, melainkan berjalan ke satu arah. Tiap produk akan
menjadi reaktan bagi reaksi selanjutnya. Reaksi ini berurutan sampai produk akhir,
membentuk suatu jalur metabolisme.

1.2 Tujuan
Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian karbohidrat.
2. Mengetahui pengertian anabolisme karbohidrat.
3. Mengetahui pengertian glikogenesis.
4. Mengetahui pengertian glikoneogenesis.
5. Mengetahui tahapan-tahapan anabolisme karbohidrat.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian dari karbohidrat?
2. Apakah pengertian anabolisme karbohidrat?
3. Apakah pengertian glikogenesis?
4. Apakah pengertian glikoneogenesis?
5. Tahap-tahap apa sajakah yang terdapat dalam proses anabolisme karbohidrat?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi utama dan
sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O). Jenis-jenis karbohidrat sangat beragam dan mereka
dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan susunan atom-atomnya, panjang atau
pendeknya rantai serta jenis ikatan akan membedakan karbohidrat yang satu dengan
lain. Dari kompleksitas strukturnya dikenal kelompok karbohidrat sederhana (seperti
monosakarida dan disakarida) dan karbohidrat dengan struktur yang kompleks atau
polisakarida (seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa). Di samping itu,
terdapat oligosakarida (stakiosa, rafinosa, fruktooligosakarida, galaktooligosakarida)
dan dekstrin yang memiliki rantai monosakarida yang lebih pendek dari
polisakarida. Berdasarkan nilai gizi dan kemampuan saluran pencernaan manusia
untuk mencernanya, karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi karbohidrat yang
dapat dicerna dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Karbohidrat dari kelompok
yang dapat dicerna, bisa dipecah oleh enzim a-amilase untuk menghasilkan energi.
Monokasarida, disakarida, dekstrin dan pati adalah kelompok karbohidrat yang
dapat dicerna. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna (juga dikelompokkan sebagai
serat makanan atau dietary fiber) tidak bisa dipecah oleh enzim a-amilase.
Contohnya adalah selulosa, hemiselulosa, lignin dan substansi pektat.

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen, dengan rasio


hidrogen terhadap pksigen normalnya adalah 2 : 1 senyawa tersebut mengandung
beberapa rantai “unit gula” atau “sakarida” yang masing – masing terbentuk dari
tiga sampai tujuh atau karbon dengan atom hidrogen dan oksigen yang melekat
padanya, baik sendiri – sendiri ataupun dalam kelompok. Karbohidrat juga
merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di alam, terutama sebagai
penyusun utama jaringan tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah sakarida (berasal
dari bahasa Latin Saccharum = gula). Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi
aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung unsur – unsur karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH 2O)n, karbohidrat
paling sederhana adalah monosakarida, diantara glukosa yang mempunyai rumus
molekul C6H12O6. Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh
manusia, hewan dan tumbuhan disamping lemak dan protein. Senyawa ini dalam
jaringan merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel.
Sebagian besar karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai polisakarida
dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai penyusun
Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis, baik
dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan karbohidrat ini
ialah glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa serta monosakarida lainnya.
Senyawa-senyawa ini kemudian diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa ke hati
oleh darah.

Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat mengalami berbagai proses kimia. Proses inilah
yang mempunyai peranan penting dalam tubuh kita. Reaksi-reaksi kimia yang
terjadi dalam sel ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Sebagai contoh apabila banyak glukosa yang teroksidasi untuk
memproduksi energi, maka glikogen dalam hati akan mengalami proses hidrolisis
untuk membentuk glukosa. Sebaliknya apabila suatu reaksi tertentu menghasilkan
produk yang menghasilkan produk yang berlebihan, maka ada reaksi lain yang dapat
menghambat produksi tersebut. Dalam hubungan antar reaksi-reaksi ini enzim-
enzim mempunyai peranan sebagai pengatur atau pengendali. Proses kimia yang
terjadi dalam sel ini disebut metabolisme.

Proses-proses yang dialami oleh unsur-unsur makanan setelah dicerna dan diserap
disebut dengan metabolisme intermediet. Metabolisme intermediet ini mencakup
bidang luas yang tidak hanya proses metabolik yang dialami oleh masing-masing
molekul saja, tetapi juga interelasi dan mekanisme yang mengatur arus metabolit
untuk dapat melewati proses-proses atau tahapan-tahapan tersebut. Proses
metabolisme itu kemudian digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Anabolime (penyatuan/pembentukan)
2. Katabolisme (pemecahan)
3. Amfibolisme (persimpangan)

B. Pengertian Anabolisme Karbohidrat


Anabolisme adalah proses sintesis molekul kompleks dari senyawa-senyawa kimia
yang sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi
yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia.
Energi tersebut selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana
tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang
diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia
pada senyawa kompleks yang terbentuk.

Anabolisme karbohidrat merupakan serangkaian reaksi kimia yang substrat awalnya


adalah molekul kecil dan produk akhirnya adalah molekul besar atau dengan kata
lain reaksi yang bertujuan untuk penyusunan atau sintesis molekul. Pada makalah ini
proses anabolisme yang dibahas adalah glukoneogenesis, glikogenesis, kemosintesis
dan fotosintesis.

Reaksi anabolisme juga menggunakan energi dari hasil reaksi katabolisme, yang
berupa ATP. Agar asam amino dapat disusun menjadi protein, asam amino tersebut
harus diaktifkan terlebih dahulu. Energi untuk aktivasi asam amino tersebut berasal
dari ATP. Agar molekul glukosa dapat disusun dalam pati atau selulosa, maka
molekul itu juga harus diaktifkan terlebih dahulu, dan energi yang diperlukan juga
didapat dari ATP. Proses sintesis lemak juga memerlukan ATP.

C. Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis)
menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil
KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi
energi. Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa
melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan
dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.

Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan
analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati
(sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh
lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot  bisa mencapai
tiga sampai empat kali lebih banyak. -D-Glukosa yang bercabang. Seperti amilum,
glikogen merupakan polimer

Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk
proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat
berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk
mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan.
Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis.
Tetapi glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan
olahraga yang berat dan lama. Rangkaian proses terjadinya glikogenesis
digambarkan sebagai berikut:
a. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi
juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase
sedangkan di hati oleh glukokinase.
b. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi
dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang
intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat. Enz-P + Glukosa 6-fosfat ↔Enz +
Glukosa 1,6-bifosfat ↔ Enz-P + Glukosa 1-fosfat
c. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
UDPGl pirofosforilase. UTP + Glukosa 1-fosfat ↔ UDPGlc + PPi Uridin difosfat
glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan
menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi.
a. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan
glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.
Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus
ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada
primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.

UDPGlc + (C6)n ↔ UDP + (C6)n+1


                                                             Glikogen       Glikogen

Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1→4 untuk membentuk
rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin
tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah
molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.

b. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa


tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk
cabang memindahkan bagian dari rantai 1→4 (panjang minimal 6 residu glukosa)
pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1→6 sehingga
membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh
dengan penambahan lebih lanjut 1→ glukosil dan pembentukan cabang
selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah
total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat
glikogenesis maupun glikogenolisis.

c. Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim
glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari
glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang. Enzim yang
berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).

D. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses pembentukan D-glukosa dari prekursor yang bukan
karbohidrat. Karena prekursor yang digunakan bukan karbohidrat, maka sumber
karbonnya adalah sejumlah prekursor glukogenik yang terutama berasal dari asam
amino-L, laktat atau gliserol. Proses ini terjadi jika makanan yang dimakan tidak
cukup mengandung D-glukosa yang dapat menyebabkan turunnya kadar glukosa
darah. D-glukosa harus dibentuk karena senyawa ini penting untuk fungsi sebagian
besar sel dan mutlak dibutuhkan oleh sistem syaraf dan eritrosit. Jalur metabolisme
ini terjadi terutama di hati dan ginjal, tetapi glukoneogenesis secara fisiologis tidak
berarti dalam otot karena otot tidak mempunyai enzim glukosa 6-fosfatase yang
mengubah glukosa 6-fosfat menjadi glukosa untuk dilepaskan ke darah.

Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Di
sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam
suatu proses yang disebut glukoneogenesis (pembentukan gula baru). Pada dasarnya
glukoneogenesis ini adalah sistesis glukosa dari senyawa-senyawa bukan
karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses
glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Walaupun proses
glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa, namun bukan kebalikan dari proses
glikolisis, karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak reversibel, artinya
diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.
1. Glukosa + ATP   heksokinase   glukosa-6-fosfat + ADP
2. Fruktosa-6-fosfat + ATP  fosfofruktokinase    fruktosa-1,6-difosfat + ADP
3. Fosfoenol piruvat + ADP  piruvatkinase  asam piruvat + ATP yaitu :

1. Fosfoenol piruvat dibentuk di asam piruvat melalui pembentukan asam oksalo


asetat
a) Asam piruvat + CO2 + ATP + H2O asam oksalo asetat + ADP + fosfat + 2 H+
b) Oksalo asetat + guanosin trifosfat fosfoenol piruvat + guanosin difosfat +
CO2 Reaksi (a) menggunakan katalis piruvatkarboksilase dan reaksi (b)
menggunakan fosfoenolpiruvat karboksilase. Jumlah rekasi (a) dan (b) ialah :
+ ATP + GTP +H2O fosfoenolpiruvat + ADP + GTP + fosfat + 2 H+
2. Fruktosa-6-fosfat dibentuk dari fruktosa-1,6-difosfat dengan cara hidrolisis oleh
enzim fruktosa-1,6-difosfatase Fruktosa-1,6-difosfat + H2O fruktosa-6-fosfat +
fosfat
3. Glukosa dibentuk dengan cara hidolisis glukosa-6-fosfat dengan katalis glukosa-
6-fosfatase Glukosa-6-fosfat + H2O glukosa + fosfat

Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi.
Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak
tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein
berperan pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa
glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non
karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur glukoneogenesis
dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut:
1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol.
Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk
dalam siklus Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus
Kreb’s.
E. Tahapan-tahapan Anabolisme
Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam
amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa
tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga,
penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein,
polisakarida, lemak dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi
cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan
energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
1. Fotosintesis
Salah satu contoh peristiwa anabolisme karbohirat adalah fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses pengubahan zat organik (karbohidrat) dengan
pertolongan cahaya. Organel yang berperan dalam fotosintesis adalah kloroplas.
Di dalam kloroplas inilah penyerapan sinar oleh klorofil dimulai pada proses
fotosíntesis. Kloroplas dibungkus oleh dua lapisan (membran). Membran dlam
berupa suatu membran yang kompleks. Pada membran ini terdapat beberapa
lapisan kantong yang rata, disebut granum. Di dalam seluruh granum terdapat
larutan protein yang disebut stroma. Arti fotosintesis adalah proses penyusunan
atau pembentukan dengan menggunakan energi cahaya atau foton. Sumber
energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum cahaya infra
merah (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan ultra
ungu (tidak kelihatan). Yang digunakan dalam proses fetosintesis adalah
spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai merah, infra merah dan ultra ungu
tidak digunakan dalam fotosintesis. Dalam fotosintesis, dihasilkan karbohidrat
dan oksigen, oksigen sebagai hasil sampingan dari fotosintesis, volumenya dapat
diukur, oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat produksi fotosintesis adalah
dengan mengatur volume oksigen yang dikeluarkan dari tubuh tumbuhan.

Untuk membuktikan bahwa dalam fotosintesis diperlukan energi cahaya


matahari, dapat dilakukan percobaan Ingenhousz. Senyawa kompleks yang
disintesis organisme tersebut adalah senyawa organik atau senyawa hidrokarbon.
Autotrof, seperti tumbuhan, dapat membentuk molekul organik kompleks di sel
seperti polisakarida dan protein dari molekul sederhana seperti karbon dioksida
dan air. Di lain pihak, heterotrof, seperti manusia dan hewan, tidak dapat
menyusun senyawa organik sendiri. Jika organisme yang menyintesis senyawa
organik menggunakan energi cahaya disebut fotoautotrof, sementara itu
organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi kimia
disebut kemoautotrof.

Proses fotosintesis yang terjadi di kloroplas berlangsung melalui dua tahap


reaksi yaitu, reaksi terang (memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak
memerlukan cahaya).
a. Reaksi terang
Pada tahap pertama, energi matahari ditangkap oleh pigmen penyerap cahaya
dan diubah menjadi bentuk energi kimia, ATP, dan senyawa pereduksi
NADPH. Proses ini disebut tahap reaksi terang. Atom hidrogen dari molekul
H2O dipakai untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH, dan O2 dilepaskan
sebagai hasil samping reaksi fotosintesis. Reaksi ini juga dirangkaikan
dengan reaksi endergonik, membentuk ATP dari ADP + Pi.

Pembentukan ATP dari ADP + Pi, merupakan suatu mekanisme


penyimpanan energi matahari yang diserap kemudian diubah menjadi bentuk
energi kimia. Proses ini disebut fosforilasi fotosintesis atau fotofosforilasi.
Pada reaksi terang yang terjadi di grana, energi cahaya memacu pelepasan
elektron dari fotosistem di dalam membran tilakoid. Fotosistem adalah
tempat berkumpulnya beratus-ratus molekul pigmen fotosintesis. Aliran
elektron melalui sistem transpor menghasilkan ATP dan NADPH. ATP dan
NADPH dapat terbentuk melalui jalur non siklik, yaitu elektron mengalir
dari molekul air, kemudian melalui fotosistem II dan fotosistem I. Elektron
dan ion hidrogen akan membentuk NADPH dan ATP. Oksigen yang
dibebaskan berguna untuk respirasi aerob. Pusat reaksi pada fotosistem I
mengandung klorofil a, disebut sebagai P700, karena dapat menyerap foton
terbaik pada panjang gelombang 700 nm. Pusat reaksi pada fotosistem II
mengandung klorofil a yang disebut sebagai P680, karena dapat menyerap
foton terbaik pada panjang gelombang 680 nm.

b. Reaksi gelap (reaksi tidak tergantung cahaya)


Disebut juga siklus Calvin-Benson. Reaksi ini disebut reaksi gelap, karena
tidak tergantung secara langsung dengan cahaya matahari. Reaksi gelap
terjadi di stroma. Namun demikian, reaksi ini tidak mutlak terjadi hanya
pada kondisi gelap. Reaksi gelap memerlukan ATP, hidrogen, dan elektron
dari NADPH, karbon dan oksigen dari karbondioksida, enzim yang
mengkatalisis setiap reaksi, dan RuBp (Ribulosa bifosfat) yang merupakan
suatu senyawa yang mempunyai 5 atom karbon.

Reaksi gelap terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu:


a. Karbondioksida diikat oleh RuBp (Ribulosa bifosfat yang terdiri atas 5
karbon) menjadi senyawa 6 karbon yang labil. Senyawa 6 karbon ini
kemudian memecah menjadi 2 fosfogliserat (PGA).
b. Masing-masing PGA menerima gugus pfosfat dari ATP dan menerima
hidrogen serta e- dari NADPH. Reaksi ini menghasilkan PGAL
(fosfogliseraldehida).
c. Tiap 6 molekul karbon dioksida yang diikat dihasilkan 12 PGAL.
d. Dari 12 PGAL, 10 molekul kembali ke tahap awal menjadi RuBp, dan
seterusnya RuBp akan mengikat CO2 yang baru.
e. Dua PGAL lainnya akan berkondensasi menjadi glukosa 6 fosfat.
Molekul ini merupakan prekursor (bahan baku) untuk produk akhir
menjadi molekul sukrosa yang merupakan karbohidrat untuk diangkut ke
tempat penimbunan tepung pati yang merupakan karbohidrat yang
tersimpan sebagai cadangan makanan.

2. Kemosintesis
Kemosintesis terjadi pada organisme autotrof, tepatnya kemo-autotrof, yang
mampu menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan dari zat-zat anorganik
dengan bantuan energi kimia. Yang dimaksud dengan energi kimia di sini adalah
energi yang diperoleh dari suatu reaksi kimia yang berasal dari reaksi oksidasi.
Kemampuan mengadakan kemosintesis ini, terdapat pada mikroorganisme dan
bakteri autotrof. Bakteri Sulfur yang tidak berwarna memperoleh energi dari
proses oksidasi senyawa H2S. Jangan disamakan dengan bakteri sulfur yang
berwarna kelabu-keunguan yang mampu mengadakan fotosintesis karena
memiliki klorofil
Tidak semua tumbuhan dapat melakukan asimilasi C menggunakan cahaya
sebagai sumber energi. Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil
dapat mengadakan asimilasi C dengan menggunakan energi yang berasal dan
reaksi-reaksi kimia, misalnya bakteri sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri
besi dan lain-lain. Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi
senyawa-senyawa tertentu. Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara
oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+ (ferri). Bakteri Nitrosomonas dan
Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya
Amonium Karbonat menjadi asam nitrit dengan reaksi:
Nitrosomonas (NH4)2CO3 + 3 O2 ——> 2 HNO2 + CO2 + 3 H20 + Energi
Nitrosococcus

Reaksi anabolisme menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat dibutuhkan


oleh banyak organisme, baik organisme produsen (tumbuhan) maupun
organisme konsumen (hewan, manusia). Beberapa contoh hasil anabolisme
adalah glikogen, lemak, dan protein berguna sebagai bahan bakar cadangan
untuk katabolisme, serta molekul protein, protein-karbohidrat, dan protein lipid
yang merupakan komponen struktural yang esensial dari organisme, baik
ekstrasel maupun intrasel.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi
utama dan sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh 3 unsur
utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).

2. Anabolisme adalah proses sintesis molekul kompleks dari senyawa-


senyawa kimia yang sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan
energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa
energi cahaya ataupun energi kimia.

3. Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa


(glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil
KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat
untuk dikatabolisir menjadi energi.

4. Glukoneogenesis adalah proses pembentukan D-glukosa dari prekursor


yang bukan karbohidrat. Karena prekursor yang digunakan bukan
karbohidrat, maka sumber karbonnya adalah sejumlah prekursor
glukogenik yang terutama berasal dari asam amino-L, laktat atau
gliserol.

Anda mungkin juga menyukai