Anda di halaman 1dari 4

Nama : I Kadek Anandia Uryandana

NIM : 1905521068
Kelas : Reguler B

A. Tahapan Proyek
1. Tahap perencanaan (planning).
Merupakan tahap penjelasan (briefing), studi, evaluasi dan program yang
mencakup hal-hal teknis ekonomis, lingkungan. Penetapan garis-garis besar
rencana proyek, meliputi
 Rekruitment konsultan (MK, perencana) untuk menterjemahkan
kebutuhan pemilik,
 Membuat TOR, survey, feasibility study / kelayakan proyek,
 Pemilihan desain, schematic design, program dan budget, financing.
a. Tahap Briefing
Tujuannya adalah : untuk menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang
diijinkan oleh pemilik proyek , sehingga konsultan perencana dapat secara
tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan membuat taksiran biaya
yang diperlukan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
 Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga
ahli
 Mempertimbangkan kebutuhan owner , keadaan lokasi dan
lapangan, merencanakan rancangan, taksiran biaya, dan persyaratan
mutu.
 Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya
dan implikasinya, serta rencana pelaksanaan
 Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu yang menggambarkan
denah dan batas-batas proyek.
b. Studi Kelayakan
Tujuan dari tahap ini untuk meyakinkan Pemilik proyek bahwa proyek
konstruksi yang diusulkan ini layak atau tidak untuk dilaksanakan, baik
dari aspek perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya dan
sumber pendanaan), maupun aspek lingkungannya.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi kelayakan ini adalah :
 Menyusun rancangan proyek secara kasar dan mengestimasi
 biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
 Meramalkan manfaat yang akan diperoleh, baik manfaat
 langsung (manfaat ekonomis) maupun manfaat tidak langsung
(fungsi sosial)
 Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomis
maupun finansial.
 Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila
proyek tersebut dilaksanakan.
Hasil dari tahap ini adalah
 Laporan survey, Studi kelayakan, Program dan budget
 TOR (Term Of Reference)
 Master plan
2. Tahap perancangan (design)
Tahap perancangan meliputi dua sub tahap yaitu :
a. Tahap Pra-Desain (Preliminary Design)
Yang mencakup kriteria desain,
 Skematik desain,
 Diagram blok plan,
 Rencana tapak, potongan, denah, gambar situasi/site plan tata
ruang,
 Estimasi cost.
b. Tahap pengembangan Desain (Development Design) / Detail Desain.
Tahap pengembangan dari pra rancangan yang sudah dibuat dan
perhitungan perhitungan yang lebih detail, mencakup :
 Perhitungan detail (struktural maupun non struktural) secara
terperinci
 Gambar detail (gambar arsitektur, elektrikal, struktur, mekanal,
dsb)
 Outline specification (garis besar)
 Estimasi cost untuk konstruksi secara terperinci
c. Desain Akhir
Desain akhir dan penyiapan dokumen pelaksanaan (final design &
construction dokumen) Merupakan tahap akhir dari perencanaan dan
persiapan untuk tahap pelelangan, mencakup :
 Gambar detail, untuk seluruh bagian pekerjaan
 Detail spesifikasi
 Bill of quantity (daftar volume)
 Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci) (RAB)
 Syarat-syarat umum administrasi dan peraturan umum (RKS)
(dokumen lelang).
Tujuannya adalah:
 Untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan metoda
konstruksi dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari
pemilik proyek.
 Untuk melengkapi semua dokumen tender.

3. Tahap pengadaan/pelelangan
a. Penyiapan Dokumen Pelelangan, terdiri dari konsepsi rancangan yang
terkandung didalam pengembangan rancangan dan gambar kerja kedalam
bentuk format Dokumen Pelelangan yang dilengkapi dengan tulisan uraian
Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan-(RKS)
serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) termasuk Daftar Volume (Bill of
Quantity/BQ).
b. Pada Tahap Pelelangan Arsitek membantu Pengguna Jasa secara
menyeluruh atau secara sebagian. Untuk memperoleh penawaran biaya
dan waktu konstruksi yang wajar dan memenuhi persyaratan teknis
pelaksanaan pekerjaan sehingga Konstruksi dapat dipertanggung
jawabkan dan dilaksanakan dengan baik dan benar dengan menyiapkan
dokumen kontrak. Pihak yang terlibat adalah pemilik, pelaksana jasa
konstruksi (kontraktor), konsultan MK.
4. Tahap pelaksanaan (construction)
Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan
oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam
batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah
disyaratkan. Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas dan atau
Konsultan MK, kontraktor, Sub Kontraktor, suplier dan instansi terkait.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, mengendalikan semua oprasional di lapangan :
a. Perencanaan dan pengendalian
b. Jadwal waktu pelaksanaan
c. Organisasi lapangan
d. Tenaga kerja
e. Peralatan dan material
f. Kegiatan Koordinasi
g. Mengkoordinasikan seruh kegiatan pembangunan
h. Mengkoordinasi para sub kontraktor

5. Tahap Pengawasan Berkala


Bertujuan untuk menjamin agar bangunan yang telah sesuai dengan
dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya Pihak
yang terlibat adalah Konsultan Pengawas/ MK, pemakai, dan pemilik dengan
penjabaran sebagai berikut :
a. Arsitek melakukan peninjauan dan pengawasan secara berkala di lapangan
dan mengadakan pertemuan secara teratur dengan Pengguna Jasa dan
Pelaksana Pengawasan Terpadu atau MK yang ditunjuk oleh Pengguna
Jasa.
b. Dalam hal ini, Arsitek tidak terlibat dalam kegiatan pengawasan harian
atau menerus.
c. Penanganan Pekerjaan Pengawasan Berkala dilakukan paling banyak 1
(satu) kali dalam 2 (dua) minggu atau sekurangkurangnya 1 (satu) kali
dalam sebulan.
d. Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama
pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as build drawing)
e. Mempersiapkan petunjuk oprasional/pelaksanaan serta pedoman
pemeliharaan. f. Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan

B. Analisa Penyebab Kemacetan Proyek


1. Penyebab
a. Hambatan dari segi finansial, penyebab hambatan suatu proyek dari segi
finansial adalah perencanaan estimasi biaya yang kurang baik saat
perencanaan.
b. Hambatan dari segi strategi, yaitu hambatan yang ada hubungannya
dengan strategi perencanan. Hambatan ini juga terkait dengan reputasi
kepemimpinan organisasi dan perubahan selera perencanan.
c. Hambatan dari segi operasional, hambatan operasional, yakni hambatan
yang berhubungan dengan operasional organisasi, antra lain misalnya yang
mencakup system organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya
manusia.
d. Hambatan dari segi bencana, Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan
dan kemampuan manusia yang sulit untuk diprediksi secara tepat (Act of
God), faktor bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap
kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam
maupun akibat faktor internal/kelalaian manusia seperti bencana
gempa/Earth Quake, flood/banjir, Tsunami, tanah longsor/land slide,
Topan, kebakaran, ledakan, Amblas, dsb.
2. Akibat
a. Akibat dari masalah finansial, perencana proyek harus mencari pinjaman
uang lagi akibat dari salah perhitungan estimasi biaya yang dibutuhkan,
sehingga dapat mengundur waktu penyelesaian proyek
b. Akibat dari segi strategi, harus ada perubahan strategi untuk menyesuaikan
selera baru perencana, maupun pergantian kepemimpinan organisasi
karena strategi yang digunakan tidak sesuai.
c. Akibat dari segi operasional, jadwal proyek selesai yang sudah ditargetkan
tidak dapat dicapai.
d. Akibat dari segi bencana adalah kerusakan pada fisik proyek.
3. Solusi
a. Solusi dari hambatan finansial, perencanaan estimasi biaya harus
diperhitungkan dengan baik pada saat awal perancanaan proyek.
b. Solusi dari hambatan strategi, kepemimpinan organisasi mempunyai visi
yang baik dan memperhitungkan segala hambatan yang nantinya akan ada
di saat proses pembangunan proyek ini, sehingga strategi yang digunakan
tepat untuk proyek ini.
c. Solusi dari hambatan operasional, dari sumber daya manusianya
menetapkan target yang ketat saat proses pembangunan proyek agar jadwal
selesai proyek yang sudah ditentukan dapat tercapai.
d. Solusi dari hambatan bencana, Menjalin kerjasama dengan pihak asuransi
(sebagai pihak ketiga) untuk mengantisipasi bencana alam yang tidak
menentu. Menggiatkan tahapan-tahapan sebelumnya untuk mengetahui
kendala yang dimiliki oleh site dengan bekerja sama dengan pihak
professional seperti Geomatologi.

Anda mungkin juga menyukai