Anda di halaman 1dari 31

MODUL MATA KULIAH PENGAUDITAN 1

Sasaran Audit, Bukti Audit Dan Kertas Kerja

Oleh:

Romli Amrullah
A3 11 14 325

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
I. TINJAUAN MATA KULIAH
Nama Mata Kuliah : Pengauditan 1
Jurusan : Akuntansi
Jumlah SKS 3
1. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah pengauditan 1 adalah mata kuliah yang memperkenalkan dasar-dasar
pemeriksaan akuntansi (auditing). Materi yang dibahas pada mata kuliah ini terdiri dari tiga
bagian yaitu: lingkungan pengauditan, perencanaan audit, dan metodologi pengujian audit.
Bagian pertama, Lingkungan Audit membahas tentang pengauditan dan profesi akuntan
publik, audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor, etika professional dan kewajiban
legal auditor. Bagian kedua, Perencanaan Audit membahas materi: mengenai sasaran audit,
bukti audit, dan kertas kerja; penerimaan penugasan dan perencanaan audit; materialitas,
risiko, dan strategi audit awal; serta struktur pengendalian intern. Bagian ketiga, Metodologi
Pengujian Audit membahas tentang penilaian risiko pengendalian dan uji pengendalian; risiko
deteksi dan perancangan pengujian substantif; pengambilan sampel audit dalam uji
pengendalian, pengambilan sampel audit dalam uji subtantif, dan terakhir pengauditan system
EDP.
2. Manfaat Mata Kuliah
Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari mata kuliah ini adalah mahasiswa
dapat memahami tentang bagaimana lingkungan pengauditan, perencanaan audit, serta
metodologi pengujian audit.
3. Sasaran Belajar
Mahasiswa mampu memahami setiap materi pembelajaran yang telah disusun dalam
GBRP (Garis Besar Rencana Pembelajaran).
4. Urutan Penyajian
Setiap materi disajikan setiap pekan sesuai GBRP dengan urutan sebagai berikut:
1. Auditing dan profesi akuntan publik
2. Audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
3. Etika profesional
4. Kewajiban legal auditor
5. Sasaran audit, bukti audit dan kertas kerja
6. Penerimaan penugasan dan perencanaan audit
7. Materialitas. risiko audit dan strategi audit awal
8. Struktur pengendalian intern
9. Menilai risiko pengendalian dan uji pengendalian
10. Risiko deteksi dan rancangan uji subtantif
11. Pengambilan sampel audit dalam uji pengendalian
12. Pengauditan system EDP
5. Petunjuk Belajar bagi Mahasiswa dalam memepelajari modul
Bentuk pembelajaran :
 Collaborative Learning (CL)
 Diskusi kelompok
 Kuliah
Indikator Penilaian :
 Dapat menjelaskan definisi auditing, tipe audit dan auditor
 Dapat menjelaskan jasa-jasa yang dapat diberikan oleh KAP
 Dapat menjelaskan organisasi yang berhubungan dengan profesi
Mahasiswa juga diharapkan untuk membaca dan mencari referensi materi yang berkaitan
dengan materi bahasan dengan tujuan untuk memperkaya wawasan.

II. PENDAHULUAN
Materi Pembelajaran : Sasaran audit, bukti audit dan kertas kerja
1. Sasaran pembelajaran :
 Mampu memahami sasaran audit
 Mampu memahami bukti audit
 Mampu memahami prosedur audit
 Mampu memahami kertas kerja
2. Ruang lingkup bahan modul :
 Sasaran audit
 Bukti audit
 Prosedur audit
 Kertas kerja
3. Manfaat mempelajari modul
Manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari modul adalah mahasiswa memiliki
pedoman dalam proses pembelajaran agar lebih terarah dalam kaitannya untuk:
 Memahami sasaran audit
 Memahami bukti audit
 Memahami prosedur audit
 Memahami kertas kerja
4. Urutan pembahasan :
Ruang lingkup modul akan dibahas dengan urutan sebagai berikut:
1. Sasaran audit
2. Bukti audit
3. Prosedur audit
4. Kertas kerja

III. MATERI PEMBELAJARAN


SASARAN AUDIT, BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA
A. AUDIT TOP-DOWN vs. AUDIT BOTTOM-UP
Pendekatan auditor biasanya datang dari dua arah secar simutan. Pendekatan ini diurkan
dalam Gambar-1. Pada satu sisi, auditor banyak bertolak dari pemahaman mereka atas bisnis
dan indurstri yang dikombinasikan dengan pemahaman atas keunggulan kompetitif klien untuk
mengembangkan harapan yang berkenaan dengan laporan keuangan. Pada sisi lain, audito
juga mengaudit pencatatan transaksi-transaksi individual dan kumpulan dari transaksi-transaksi
tersebut. Salah satu tantangan dalam audit adalah menyeimbangkan dua pendekatan ini.
Bukti audit top-down (top-down audit evidance) berfokus pada upaya auditor dalam
memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen,
bagaimana manajemen menggunakan sumber-dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan
kompetitif organisasi di pasaran, proses binsis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan.
Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang dihadapi klien,
bagaimana klien menghadapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup entitas. Seringkali
auditor membandingkan kinerja klien audit dengan klien audit lainnya pada industri yang sama
maupun dengan perusahaan publik lainnya dalam industi tersebut. Asosiasi perdagangan dan
industri biasanya merupakan sumber informasi yang baiktentang faktor persaiangan dalam
industri. Auditor akan meletakan informasi ini bersama-sama dengan pengetahuan tentang
sasaran, tujuan serta pasarn untuk mengembangkan harapan yang berkenaan dengan laporan
keuangan peruahaan. Prosedur audit top-down juga membantu auditor dalam membuat
diagnosa bidang audit yang memerlukan perhatian tambahan.
Bukti audit bottom-up (bottom-up audit evidence) berfokus pada pengujian langsung
atas transaksi, saldo akun, serta sistm yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya
menghasilkan saldo akun. Bukti bottom-up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel
transaksi, atau penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun (misalnya, setiap item-
item dalam persediaan atau piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap
rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.

Akhirnya, auditor mengambangkan strategi audit yang menggabungkan suatu kombinasi


antara bukti audit top-down dan bottom-up. Setiap kali auditor mengukur tingkat persaingan
suatu entitas, ia juga mempertimbangkan proses inti, sifat setiap transaksi, dan bagaimana
kemungkinan transaksi-transaksi tersebut secara bersama-sama dapat menghasilkan laba dan
arus kas. Setiap kali auditor mengumpulkan bukti bottom-up dengan cara memeriksa dokumen
pendukung transaksi (vouching), auditor juga mnegevaluasi substansi ekonomi dari transaksi
tersebut. Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa dokumen pendukung tentang penerbitan
obligasi baru. Auditor tidak hanya memeriksa keberadaan pencatatan obligasi, diskon dan
premi yang erkait, namun ia juga akan melanjutkan pemahamannya tentang bagaiman dana
yang berhasil di himpun melalui penjualan obliagsi tersebut dan arus kas di masa mendatang.
Pada umumnya prosedur audit dievaluasi dalam konteks bukti audit top-down dan botto-up.

B. KEPUTUSAN PENTING TENTANG BUKTI AUDIT


Ketika mercanakan audit, auditor harus membuat empat keputusan pentig tentang lingkup
dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
 Sifat pengujian yang harus dilaksanakan
 Saat pengujian yang harus dilaksanakan
 Luas pengujian yang harus dilaksanakan
 Penetapan staf untuk melaksanakan audit
Setiap keputusan diatas memiliki hubungan yang penting dengan pengunaan kemahiran
profesional auditor yang akan diilustrasikan dalam pembahasan berikut ini.

SIFAT PENGUJIAN AUDIT


Sifat (nature) pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang
akan dilaksanakan. Sebagian besar makalah ini akan membahas alternatif yang dapat diambil
auditor pada saat pengambil keputusan tentang prosedur audit mana yang akan dilaksanakan.
Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang kinerja kompetitif suatu
entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor. Akhirnya, bukti
terebut harus relevan dengan asersi laporan keuangan manajemen. Auditor juga harus
mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan tujuan audit
yang spesifik tadi. Auditor dapat memilih melaksanakan pengujian guna memperoleh
pemahaman yang diperlukan dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau
melaksakan pengujian substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan audit
yang penting tentang sifat pengujian audit tersebut. Banyak faktor penting yang perlu
dipertimbangkan berkenaan dengan sifat pengujian audit.

SAAT PENGUJIAN AUDIT


Auditor juga harus membuat keputusan tentang kapan audit tersebut dilaksanakan. Saat
(timing) mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta menarik
kesimpulan audit. AU 313.02, Substantive Test Prior to Balance Sheet Date (SAS 45)
menyatakan bahwa pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal
tentang masalah-masalah signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada akhir
tahun buku (sebagai contoh, transaksi-transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa).
Selain itu, banyak perencanaan audit, yang meliputi upaya memperoleh pemahaman tentang
pengendaan internal, mengukur risiko pengendalian, dan penerapan pengujian substantif atas
transaksi, dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.
Auditor juga dapat memilih untuk melaksanakan pengujian substantif tentang kewajaran
saldo akun sebelum tanggal neraca. Sebagai contoh, seorang auditor dapat secara langsung
menguji kewajaran asersi manajemen tentang keberadaan piutang usaha pada tanggal neraca
dengan cara melakukan konfirmasi tentang piutang usaha pada akhir tahun dengan para
pelanggan. Suatu keputusan penting tentang saat dimana prosedur audit akan digunakan
melibatkan pengambilan keputusan tentang konfirmasi piutang usaha pada tanggal sebelum
akhir tahun buku. Dalam contoh ini, auditor memberikan pendapat atas kewajiban penyajian
laporan keuangan pada tanggal neraca, namun mengumpulkan bukti penting pada tanggal
yang berbeda dengan tanggal neraca.

LUAS PENGUJIAN AUDIT


Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
ada dalam suatu asersi. Luas (extent) prosedur audit berkaitan dengan keputusan auditor
tentang berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan
untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko
yang tinggi. Sebagai contoh, seorang auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi sebanyak
50% dari akun-akun yang ada dalam akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun
yang ada. Yang terakhir ini merupakan pengujian yang kurang luas dibandingkan yang
pertama. Ukuran sampel untuk pengujian audit tertentu merupakan masalah pertimbangan
profesional.

PENETAPAN STAF AUDIT


Keputusan terakhir yang dapat mempengaruhi lingkup dan pelaksanaan audit adalah
penetapan staf audit (staffing) dan keputusan audit tentang penugasan dan supervisi personel.
AU Section 230, Due Professional Care in the Performance of Work (SAS Nos. 1, 41, & 82)
menyatakan bahwa auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan
disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya sehingga
mereka dapat mengevaluasi bukti bukti audit yang sedang diperiksa. (AU 316.27),
Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit SAS No. 82, menyatakan bahwa aduditor
dapat menanggapi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan dengan cara
penugasan personel. Tanggung jawab yang ditetapkan harus disesuaikan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan personel yang ditugaskan, sesuai dengan
penilaian auditor atas tingkat risiko yang berkaitan dengan tanggung jawab terebut.
Penugasan yang secara relatif lebih jelas, seperti memperoleh pemahaman tentang
pengendalian intern, melakukan konfirmasi atas piutang usaha, pengujian transaksi atau
pengujian penerapan GAAP, dapat di berikan kepada personel yang masih baru dengan
memperoleh supervisi yang baik. Namun, apabila penerapan pertimbangan audit menjadi hal
yang penting dalam pengujian audit, atau pengujian audit yang dilakukan memerlukan
pengetahuan industri tingkat tinggi biasanya kantor akuntan akan menugaskan personel
dengan tingkat keterampilan dan pengalaman yang lebih luas untuk tugas tersebut. Penugasan
dan supervisi staf audit merupakan hal yang penting dalam keputusan perencanaan audit.

C. TUJUAN AUDIT SPESIFIK DAN BUKTI AUDIT


Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa asersi manajemen dalam laporan
keuangan menjadi pedoman bagi auditor untuk merencanakan pengumpulan bukti audit. Lima
asersi manajemen yang digariskan dalam standar auditing yang berlaku umum
(GAAS/Generally Accepted Accounting Standard) adalah sebagai berikut:
 Keberadaan dan keterjadian (Existence and Accurence/EO)
 Kelengkapan (Completeness/C)
 Hak dan Kewajiban (Rights and Obligation/RO)
 Penilaian atau alokasi (Valuation or Allocation/VA)
 Penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure/PD)
Dalam memperoleh bukti untuk mendukung pendapat atas laporan keuangan, auditor
mengembangkan tujuan audit spesifik bagi setiap akun dalam laporan keuangan, seperti
perputaran pendapatan, perputaran pengeluaran, perputaran persediaan, dan lain-lain. Auditor
mengidentifikasi tujuan audit spesifik (specific audit objectives) berdasarkan asersi manajemen
dalam laporan keuangan karena setiap tujuan audit memerlukan bukti audit yang berbeda pula.
Kategori asersi laporan keuangan manajemen tersebut di atas merupakan titik awal yang
penting dalam mengembangkan tujuan spesifik. Lima kategori asersi ini merupakan hal yang
penting karena dapat membantu auditor memahami salah saji potensial yang dapat terjadi
dalam laporan keuangan, dan dapat membantu auditor mengembangkan perencanaan audit
untuk mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan.
Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa auditor menggunakan kategori asersi untuk
menentukan tujuan audit spesifik bagi piutang usaha. Sebagai contoh, gambar ini
mengilustrasikan bagaimana auditor menguraikan 3 tujuan audit yang berbeda yang berkaitan
dengan keberadaan dan keterjadian (EO) transaksi dalam siklus pendapatan:
 EO1: Semua penjualan menunjukkan transaksi-transaksi yang terjadi selama periode
tersebut.
 EO2: Semua penerimaan kas menunjukkan transaksi-transaksi yang terjadi selama periode
tersebut.
 EO3: Semua penyesuaian penjualan menunjukkan transaksi-transaksi yang terjadi selama
periode tersebut.
Tujuan audit spesifik dikembangkan untuk setiap asersi. Selain itu, tujuan audit juga
dikembangkan untuk (1) transaksi relevan yang mempengaruhi piutang usaha, dan (2) aspek
penting pada saldo akun piutang usaha sebagaimana dilaporkan pada tanggal neraca. Dengan
memahami tujuan audit spesifik ini, auditor akan mampu memahami salah saji yang mungkin
timbul dalam laporan keuangan. Kemudian auditor dapat menggunakan kombinasi prosedur
audit top-down dan bottom-up untuk memperoleh bukti audit bahwa laporan keuangan telah
menyajikan secara wajar akan posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas.

TUJUAN AUDIT UNTUK KEBERADAAN DAN KETERJADIAN


Tujuan ini menyangkut apakah transaksi yang tercatat memang secara actual terjadi.
Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadian (existence and occurrence), biasanya
auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut :

 Validitas/pisah batas (cutoff). Semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi selama
periode akuntansi.
 Validitas (validity). Semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat
sebagaimana mestinya dalam neraca serta menyangkut keakurana informasi untuk transaksi
akuntansi tercatat dengan nilai yang benar.

TUJUAN AUDIT UNTUK KELENGKAPAN


Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang seharusnya ada dalam jurnal
secara aktual telah dimasukkan. Tujuan keberadaan dan kelengkapan mempunyai penekanan
yang berlawanan, sebab keberadaan berkaitan dengan lebih saji (overstatement) sedangkan
kelengkapan berkaitan dengan kurang saji (understatement). Berkaitan dengan masalah
kelengkapan (completeness), auditor biasanya akan memastikan hal berikut :

 Kelengkapan/pisah batas (cutoff): Semua transaksi yang terjadi di dalam periode itu telah
dicatat ke dalam periode akuntansi yang benar.
 Kelengkapan (completeness): Semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi semua
aktiva, kewajiban dan ekuitas sebagaimana mestinya.
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan
perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas dan penyesuaian serta akumulasinya
pada saldo piutang usaha. Masalah pisah batas (cutoff) seringkali di-review oleh para auditor
karena transaki-transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada periode
yang salah. Pentingnya tiga alur transaksi ini tergantung pada sifat bisnis entitas dan proses
bisnis inti.

TUJUAN AUDIT UNTUK HAK DAN KEWAJIBAN


Tentang masalah hak dan kewajiban (right and obligations), biasanya auditor menguji
kepemilikan (ownership), kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva, serta hak kepemilikan
yang jelas terhadap aktiva. Aktiva harus dimiliki sebelum dapat diterima untuk dicantumkan
dalam laporan keuangan, demikian pula dengan kewajiban harus menjadi miliki suatu entitas.
Hak biasanya berhubungan dengan aktiva dan kewajiban berhubungan dengan utang. Apabila
ingin mempertimbangkan kelangsungan usaha dan arus kas, auditor akan mengukur risiko
kemgungkinan klien telah menggadaikan atau menjual piutang, dan selanjutnya merencanakan
untuk melakukan pengujian atas hak kepemilikan yang sesuai.

TUJUAN AUDIT UNTUK PENILAIAN ATAU ALOKASI


Pengklasifikasian dan penilaian terhadap pos-pos sesuai dengan alokasi yang tercatat
secara akurat sesuai dengan pisah batas dan realisasi. Berkaitan dengan masalah penelitian
atau alokasi (valuation allocation), biasanya auditor akan memastikan hal-hal berikut :

 Penerapan GAAP (application of GAAP). Bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya
untuk mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah tertentu
antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi).
 Pembukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization). Transaksi telah dibukukan
dan diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
 Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Saldo-saldo telah dinilai
sebagaimana mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau alokasi di mana masing-
masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti audit yang
berbeda pula. Auditor akan menggunakan pengetahuannya tentang GAAP, pengetahuan
tentang volume kegiatan dalam bisnis, dan pemeriksaan bukti yang mendukung transaksi
penjualan untuk menilai kelayakan penjualan menurut nilai kotornya. Kemungkinan auditor akan
menggunakan komputer dengan perangkat lunak audit (audit sofrware) untuk menguji
pembukuan dan pengikhtisaran. Pengetahuan auditor terntang bisnis dan industri akan berguna
secara khusus untuk menilai kecukupan cadangan akun-akun yang meragukan.

Tujuan Audit Untuk Penyajian Dan Pengungkapan


Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure),
biasanya auditor akan memastikan hal-hal berikut :

 Pengklasifikasian (classification), transaksi dan saldo telah diklasifikasikan sebagaimana


mestinya dalam laporan keuangan

 Pengungkapan (disclosure), semua pengungkapan dipersyaratkan oleh GAAP telah


tercantum dalam laporan keuangan.

Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, auditor menekankan perhatian


secara khusus pada klasifikasi dan pengungkapan yang tepat atas transaksi pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa (related party) dalam siklus penjualan dan penagihan.
Tujuan audit spesifik dibuat sedemikian rupa agar sesuai untuk setiap klien. AU 326.09,
Evidential Matter (SAS Nos. 31, 48 dan 80), menyebutkan bahwa auditor harus
mempertimbangkan (1) keadaan di mana klien beroperasi, (2) sifat kegiatan ekonominya, dan
(3) praktik akuntansi yang unik untuk industri tersebut. Sebagai contoh, tujuan spesifik
tambahan akan diperlukan apabila sebagian dari transaksi dan piutang entitas dinyatakan
dalam valuta asing. Demikian juga, jumlah tujuan spesifik untuk setiap kategori asesri akan
beragam sebagaimana ditunjukkan dalam daftar sebelumnya.
Tujuan audit akan membantu auditor dalam merencakanan bukti audit yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan audit, auditor melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti
berkenaan dengan setiap tujuan spesifik. Dari bukti-bukti yang terkumpul, auditor akan sampai
pada kesimpulan apakah asersi manajemen telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum (GAAP).
Selanjutnya, kesimpulan tentang asersi secara individual akan digabungkan untuk sampai pada
pendapat atas kewajaran laporan keuangan secara menyeluruh.
D. BUKTI AUDIT DAN INFORMASI PENGUAT
Setelah auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau golongan
transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan prosedur audit yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan bahan bukti komponen yang cukup. Dalam
bab sebelumnya telah disebutkan bahwa materialitas dan risiko, faktor-faktor ekonomi, serta
ukuran dan karakteristik populasi mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti
audit. Sedangkan faktor-faktor yang dapat memepengaruhi pertimbangan auditor tentang
kompetensi bukti audi adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu dan objektivitas.

Data Akuntansi Dan Informasi Penguat


Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur audit untuk
mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang akan diperoleh.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari (1) data akuntansi yang mendasari,
dan (2) informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya telah akrab dengan komponen dasar dari
kata akuntansi yang mendasari (underlying accounting data) sebagaimana dilukiskan dalam
Gambar 6-3 (yaitu jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya). Buku-buku
ayat jurnal awal, buku besar dan buku pembantu, catatan dan kertas kerja, serta spreadsheets
yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi, semuanya tergolong sebagai
bukti yang mendukung laporan keuangan. Dewasa ini data-data tersebut seringkali ada dalam
bentuk data elektronik.
Data akuntansi yang mendasari saja dianggap tidak cukup mendukung laporan keuangan.
Auditor harus merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti penguat
(corroborating evidence) guna mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut. Gambar 6-
4 menguraikan tujuh jenis utama bukti penguat. Bukti dokumenter (documentary evidence)
telah digunakan secara luas dalam auditing dan dapat dikaitkan dengan setiap tujuan audit
spesifik, tergantung pada situasi yang ada. Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar
entitas, dari dalam entitas dengan pengesahan atau tanda tangan dari pihak luar atau berasal
dari dalam dan tidak beredar di luar organisasi. Pengaruh sirkulasi dokumen terhadap
keandalan bukti dokumenter diikhtisarkan dalam Gambar 6-5.

Gambar 6-4.Sifat dan Keandalan Bukti Penguat

Jenis Bukti
Sifat dan Keandalan Bukti Penguat Contoh
Penguat
Bukti Analitis Sifat: Mencakup penggunaan rasio dan Perbandingan saldo atau
dan perbandingan data klien dengan rasio-rasio kunci klien
Perbandingan anggaran atau standar profesi, trend dengan
industry dan kondisi ekonomi umum.  Hasil-hasil tahun lalu
Bukti ini menghasilkan dasar untuk  Anggaran
menentukan kewajaran suatu pos  Statistik industri
tertentu dalam laporan keuangan dan  Harapan lain yang
kewajaran hubungan antara pos-pos dikembangkan auditor
dalam laporan keuangan. Perbandingan
dengan harapan dikembangkan
berdasarkan pengalaman, anggaran,
data industry, pengetahuan tentang bisnis
dan industri sebelumnya. Bukti ini
meliputi perbandingan atas pos-pos
tertentu antara laporan keuangan tahun
berjalan dengan laporan keuangan tahun
sebelumnya. Perbandingan ini dilakukan
untuk meneliti adanya perubahan yang
terjadi dan untuk menilai penyebabnya.

Keandalan: tergantung pada relevansi


data pembanding yang digunakan dalam
mengembangkan nilai yang diharapkan
auditor. Bukti ini berkaitan serta dengan
asersi keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan dan penilaian atau
pengalokasian.
Bukti Sifat: Merupakan bukti yang paling  Notulen rapat
Dokumenter penting dalam audit.:Klien seringkali  Faktur penjualan klien
memiliki ragam dokumen yang luas dan  Laporan rekening
dapat diperiksa selama audit Koran bank
berlangsung.  Kontrak
 Konosemen dengan
Keandalan: dokumen-dokumen yang tanda tangan
berasal dari luar entitas pada umumnya pengangkut
lebih dapat diadalkan dibandingkan  Faktur-faktur pemasok
dengan dokumen-dokumen yang berasal  Cek-cek yang
dari dalam entitas. Demikian juga dengan dibatalkan
karakteristik dokumen, seperti  Laporan yang
pengesahan, tanda tangan pihak ketiga dihasilkan komputer
atas dokumen intern, atau validasi cek
oleh bank akan meningkatkan keandalan
suatu dokumen intern. Menurut sumber
dan tingkat kepercayaannya, bukti
dokumenter dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Bukti dokumenter yang dibuat
pihak luar dikirim kepada auditor
secara langsung (mempunyai
kredibilitas yang lebih tinggi
daripada kelompok b).
b. Bukti dokumenter yang dibuat
pihak luar dan dikirim kepada
auditor melalui klien
(mempunyai kredibilitas lebih
tingi daripada kelompok c).
c. Bukti dokumenter yang dibuat
dan disimpan oleh klien
Reliabilitas bukti dokumenter tergantung
dari sumber dokumen, cara memperoleh
bukti dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat
dokumen mengacu tingkat kemungkinan
terjadinya kesalahan atau kekeliruan
yang mengakibatkan kecatatan dokumen.
Bukti dokumenter banyak digunakan
secara luas dalam auditing. Bukti ini
dapat memberikan bukti yang dapat
dipercaya (reliable) untuk semua asersi.
Bukti Elektronik Sifat: informasi yang dihasilkan atau Bukti elektronik yang
dikelola secara elektronik diciptakan atau diperoleh
melalui media elektronik,
Keandalan: Tergantung pada keandalan misalnya scanners,
pengendalian atas penciptaan, pemilihan sensors, magnetic
dan kelengkapan data serta kompetensi media atau pesan-pesan
alat audit yang digunakan untuk menilai komputer.
bukti elektronik.
Konfirmasi Sifat: suatu jenis khusus bukti Konfirmasi yang dilakukan
dokumenter yang berbentuk tanggapan auditor pada umumnya
tertulis langsung sesuai yang diketahui dilakukan pada
oleh pihak ketiga atas permintaan spesifik pemeriksaan atas :
tentang informasi yang sebenarnya.  Kas keluar dan masuk
Konfirmasi merupakan proses bank, kas di bank
pemerolehan dan penilaian suatu dikonfirmasikan ke
komunikasi langsung dari pihak ketiga bank klien
sebagai jawaban atas permintaan  Piutang usaha
informasi tentang unsure tertentu yang dikonfirmasikan ke
berdampak pada asersi laporan pelanggan
keuangan. Ada 3 jenis konfirmasi:  Persediaan yang
1. Konfirmasi positif, merupakan disimpan di dalam
konfirmasi yang respondennya gudang umum.
diminta untuk menyatakan Persediaan ini
persetujuan atau penolakan dikonfirmasikan ke
terhadap informasi yang dinyatakan. penjaga atau kepala
2. Blank confirmation, merupakan gudang/custodian.
konfirmasi yang respondennya  Utang obligasi dari
diminta untuk mengisikan saldo perwalian
atau informasi lain sebagai jawaban  Persyaratan sewa
atas suatu hal yang dinyatakan. guna usaha
3. Konfirmasi negatif, merupakan dikonfirmasukan
konfirmasi yang respondennya kepada pihak yang
diminta untuk memberikan jawaban menyewakan (lessor)
hanya jika ia menyatakan  Bagian saham biasa
ketidaksetujuannya terhadap yang dimiliki dari
informasi yang dinyatakan. pencatat saham.

Keandalan: bukti yang sangat tinggi


reliabilitasnya karena berisi informasi
yang berasal dari pihak ketiga secara
langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat
banyak menghabiskan waktu dan biaya
sehingga dianggap juga sebagai
prosedur yang mahal. Bukti konfirmasi
dapat memberikan bukti yang reliable
untuk semua asersi terutama asersi
keberadaan atau keterjadian.
Bukti Matematis Sifat: Diperoleh auditor melalui Bukti matematis dapat
perhitungan ulang yang dilakukan oleh diperoleh dari menghitung
auditor atas angka nilai yang digunakan ulang item yang menjadi
klien tunuk menyusun laporan keuangan. tugas rutin seperti:
Penghitungan yang dilakukan auditor  Total jurnal
merupakan bukti audit yang bersifat  Buku besar
kuantitatif dan matematis. Penghitungan  Skedul pendukung
tersebut misalnya:  Pembayaran minimum
- Footing untuk meneliti penjumlahan sewa guna usaha
secara vertical (lease)
- Cross-footing untuk meneliti  Kewajiban dana
penjumlahan secara pension
horizontal  Perhitungan EPS
- Perhitungan depresiasi  Penjumlahan total
saldo
Keandalan: Pada umumnya dianggap  Penghitungan kembali
dapat diandalkan karena telah diverifikasi yang rumit seperti
secara independen oleh auditor. Bukti ini penghitungan kembali
dapat digunakan untuk membuktikan anuitas obligasi
ketelitian catatan akuntansi klien.
Menghasilkan bukti yang handal untuk
asersi penilaian atau pengalokasian
dengan biaya murah sehingga secara
elative dianggap rendah biaya.
Bukti Fisik Sifat: Banyak dipakai dalam verifikasi dan Pemeriksaan atas:
pemeriksaan fisik atau inspeksi atas  Penerimaan kas yang
aktiva berwujud terutama kas dan belum disetorkan
persediaan. Bukti fisik diperoleh melalui  Persediaan
prosedur auditing yang berupa inspeksi  Aktiva tetap
penghitungan, dan observasi. Pada
umumnya biaya memperoleh bukti fisik
sangat tinggi. Bukti fisik berkaitan erat
dengan keberadaan atau kejadian,
kelengkapan dan penilaian atau alokasi.

Keandalan: Biasanya paling dapat


diandalkan. Pemeriksaan langsung
auditor secara fisik terhadap aktiva
merupakan cara yang paling obyektif
dalam menentukan kualitas yang
bersangkutan.Namun, dapat saja auditor
yang melakukannya tidak cukup mampu
menetapkan mutu, kondisi, atau nilai
berdasarkan bukti fisik sehingga
diperlukan bantuan seorang spesialis.
Struktur Dapat digunakan untuk mengecek  Kebijakan internal atas
Pengendalian ketelitian dan dapat dipercayai data prosedur siklus
Intern akuntansi. Kuat lemahnya struktur akuntansi.
pengendalian intern merupakan indikator
utama yang menentukan jumlah bukti
yang harus dikumpulkan. Oleh karena itu,
struktur pengendalian intern merupakan
bukti yang kuat untuk menentukan dapat
atau tidaknya informasi keuangan
dipercaya.
Catatan Sifat: Merupakan sumber data untuk  Jurnal
Akuntansi membuat laporan keuangan. Oleh karena  Buku besar
itu, bukti catatan akuntansi merupakan  Jurnal penyesuaian
obyek yang diperiksa dalam audit laporan  Neraca saldo
keuangan. Ini bukan berarti catatan
akuntansi merupakan obyek audit. Obyek
audit adalah laporan keuangan.

Keandalan: Tingkat dapat dipercayanya


catatan akuntansi tergantung kuat
lemahnya struktur pengendalian intern.
Representasi Sifat: pernyataan yang ditandatangani  Representasi tertulis
Tertulis oleh seorang individu yang dari pakar yang
(Representation bertanggungjawab dan berpengetahuan berasal dari pihak luar
Letter) mengenai rekening, kondisi atau kejadian  Surat representasi
tertentu dan dikenal sebagai pihak yang klien
berkaitan dengan asersi manajemen.  Surat pernyataan
Bukti ini dapat berasal dari manajemen konsultan hukum, ahli
atau organisasi klien maupun dari sumber teknik yang berkaitan
eksternal termasuk bukti dari spesialis. dengan kegiatan teknik
Representasi tertulis yang dibuat operasional organisasi
manajemen merupakan bukti yang klien (bukti dari pihak
berasal dari organisasi klien. ketiga)

Keandalan: Tergantung pada kualifikasi,


reputasi dan independensi dari yang
membuat pernyataan serta
kemampuannya untuk memperkuat bukti
lain. Bukti ini dapat menghasilkan bukti
yang reliable untuk semua asersi.
Bukti Lisan Sifat: Auditor dalam melaksanakan Masalah yang ditanyakan
tugasnya banyak berhubungan dengan antara lain meliputi:
manusia, sehingga ia mempunyai  Kebijakan akuntansi
kesempatan untuk mengajukan  Alokasi dokumen dan
pertanyaan lisan. Auditor seringkali catatan
menerima bukti lisan sebagai tanggapan  Pelaksanaan prosedur
atas sejumlah permintaan keterangan akuntansi yang tidak
yang diajukan langsung kepada para lazim,
pejabat dan pekerja. Jawaban atas  Kemungkinan adanya
pertanyaan yang diajukan merupakan utang bersyarat
bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam maupun piutang yang
kertas kerja audit. sudah lama tak tertagih
 Tanggapan-tanggapan
Keandalan: Kurang dapat diandalkan dan lisan atas permintaan
biasanya masih memerlukan bukti keterangan auditor
penguat tambahan. Nilai utamanya  Penjelasan atas
adalah dapat mengarahkan auditor perlakuan akuntansi
kepada sumber bukti lainnya. Bukti ini atau penilaian klien
dapat menghasilkan bukti yang berkaitan atas estimasi akuntansi
dengan semua asersi.

Gambar 6-5.Pengaruh Sirkulasi terhadap Keandalan Bukti Dokumenter

PALING DIANDALKAN

dalam dan tidak diedarkan

Dokumen yang berasal dari luar


dan dikirimkan langsung
kepada auditor

Dokumen yang berasal dari luar


dan disimpan oleh klien

Dokumen yang berasal dari


dalam dan diedarkan kepada
pihak luar

Dokumen yang berasal dari


Contoh-contoh egular

P Cek-cek yang dibayarkan


i Slip setoran bank
s
a
h Tembusan faktur penjualan

b
a
t
a
s

r
e
k
e
n
i
n
g

k
o
r
a
n

b
a
n
k
Konfirmasi

F
a
k
t
u
r
-
f
a
k
t
u
r

d
a
r
i

p
e
m
a
s
o
k

L
a
p
o
r
a
n

b
a
n
k

r
PROFESSIONAL JUDGEMENT
Professional Judgement auditor merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara
pandang auditor dalam menanggapi informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab dan
risiko audit yang akan dihadapi auditor, yang akan mempengaruhi pembuatan opini akhir
auditor terhadap laporan keuangan suatu entitas (Jamilah, dkk.. 2007:2). Professional
Judgement dipengaruhi oleh penerapan pengetahuan dan pengalaman seorang auditor dalam
melaksanakan audit. Penerapan pengetahuan yang maksimal tentunya akan sejalan dengan
semakin bertambahnya pengalaman yang dimiliki. Penerapan pengetahuan dan pengalaman
yang dilakukan oleh auditor secara terus menerus mengakibatkan lebih banyak pemahaman
yang tersimpan dalam ingatannya dan auditor menjadi lebih peka terhadap kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan. Pengalaman auditor dapat diperoleh dari lama bekerja
sebagai auditor, frekuensi melakukan tugas audit dan banyak entitas yang pernah ditangani
(Asih, 2006:26). Auditor yang mempunyai pengalaman kerja yang berbeda, akan berbeda pula
dalam memandang dan menanggapi informasi serta pemilihan bukti audit yang relevan yang
diperoleh selama melakukan pemeriksaan untuk memberi kesimpulan mengenai pertimbangan
tingkat materialitas yang dapat diandalkan. Selain itu, semakin tinggi tingkat pengalaman
seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya dan telah banyak
memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis instansi/lembaga pemerintah. Dalam
menetapkan suatu tingkat materialitas auditor tidak memiliki standar yang baku, oleh karena itu
auditor dituntut untuk menggunakan pertimbangan professional. Dalam suatu pengambilan
Professional Judgement auditor harus menerapkan pengetahuan, pengalaman dan sikap
skeptisme profesionalnya. Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang tidak
memihak dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan
audit. Seorang auditor yang memiliki independesi tinggi akan mampu menghasilkan suatu
pertimbangan tingkat materialitas yang objektif dan handal. Selain professional judgement dan
independensi, pengalaman kerja juga mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas.
Semakin lama seorang auditor bertugas dan semakin banyak tugas-tugas pemeriksaan laporan
keuangan yang pernah dilakukan, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas
akan semakin baik. Sehingga, apabila ketiga faktor tersebut telah dimiliki oleh seorang auditor,
maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialiatas suatu laporan keuangan akan
semakin baik.

PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit (audit procedures) adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para
auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.
Pembahasan berikut ini akan berfokus pada review beberapa jenis prosedur yang digunakan
oleh para auditor. Prosedur ini dapat digunakan untuk mendukung pendekatan audit top- down
ataupun pendekatan audit bottom-up. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana setiap
prosedur ini akan digunakan ketika merencanakan audit dan mengembangkan program audit.
Dalam bagian lain makalah ini akan diberikan contoh-contoh yang cukup luas tentang
bagaimana setiap prosedur audit ini digunakan oleh para auditor dalam konteks mengaudit
siklus transaksi spesifik dan saldo akun terkait.
Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas kemudian:
 Prosedur analitis (analytical procedures)
 Inspeksi (inspecting)
 Konfirmasi (confirming)
 Permintaan keterangan (inquiring)
 Penghitungan (counting)
 Penelusuran (tracing)
 Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
 Pengamatan (observing)
 Pelaksanaan ulang (reperforming)
 Teknik audit berbantuan komputer (computer- assisted audit techniques)
Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit tertentu
terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi tujuan audit
spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus dipertimbangkan dalam pemilihan
prosedur yang akan digunakan.

Prosedur Analitis
Prosedur analitis (analytical procedures) terdiri dari penelitian dan perbandingan
hubungan di antara data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio
sederhana, analisis vertikal atau laporan presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya
dengan data historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti
analisis regresi. Analisis regresi ini dapat melibatkan penggunaan data non keuangan (seperti
data jumlah karyawan) maupun data keuangan. Prosedur analitis seringkali meliputi juga
pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari operasi serta membandingkan ukuran-ukuran
kunci ekonomi yang menggerakan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis
umumnya digunakan dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan atas akun
laporan keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks tersebut

Inspeksi
Inspeksi (inspecting) meliputi pemeriksaaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing.
Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bottom-up
maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan
ketepatan persyaratan dalam faktur atau ontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas
akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama auditor seringkali mempertimbangkan
implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas.
Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia melakukan
verivikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi
bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi entitas
dan akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi
kemampuan entitas. Untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini
atas struktur biaya tetap entitas.
Istilah-istilah seperti ini, mereview, membaca, dan memeriksa adalah sinonim dengan
inspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk
menevaluasi bukti dokumenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai
keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau item-item yang
dipernyatakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara cepat dan
tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
Memeriksa sumberdaya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui secara
langsung keberadaan dan kondisi fisik sumberdaya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga
memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik.

Konfirmasi
Meminta konfirmasi (confirming) adalah bentuk permintaan keterangan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar
organisasi klien dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara
tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut.
Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima untuk
mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi menyediakan bukti
bottom up penting dan digunakan dalam auditing karena bukti tersebut biasanya objektif dan
berasal dari sumber yang independen.
Permintaan Keterangan
Permintaan Keterangan (inquiring) meliputi permintaan keterangan secara lisan atau
tertulis oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen
atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya
prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan
atau piutan yang dapat ditagih. Auditor juga dapat lansung meminta keterangan pada pihak
ekstern, seperti permintaan keterangan langsung kepada penasihat hukum klien tentang
kemungkinan hasil litigasi. Hasil permintaan keterangan dapat berupa bukti lisan atau bukti
dalam bentuk representasi tertulis. Permintaan keterangan dapat menjadi teknik yang efektif
dalam mengidentifikasi masalah serta dapat mendukung bukti audit top-down atau bottom-up.
Namun, hasil permintaan keterangan biasanya masih memerlukan bukti penguat lainnya karena
jarang dianggap objektif atau tidak memihak dan biasanya berasal dari para karyawan
perusahaan dan bukan dari sumber yang independen.

Penghitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari penghitungan adalah (1) penghitungan fisik
sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan (2) akuntansi seluruh
dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara untuk
mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sementara yang kedua dapat dipandang
sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti
yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik penghitungan ini menyediakan
bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down
terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur penghitungan.

Penelusuran
Dalam penelusuran (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam
catatan akuntansi. Karena prosedur ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari
dokumen sumber pada akhir dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini sangat
berguna untuk mendeteksi terjadinya kesalahan berupa penyajian yang lebih rendah dari yang
seharusnya dalam catatan akuntasi. Dengan demikian, prosedur ini merupakan prosedur yang
penting untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan asersi kelengkapan. Efektivitas
prosedur ini dapat ditingkatkan apabila klien menggunakan dokumen dengan nomor urut yang
telah dicetak. Prosedur penelusuran ini memberikan bukti audit bottom-up, namun auditor
seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu untuk mendapatkan
konteks ekonomi dari prosedur penelusuran serta pengujian asersi kelengkapan.

Pemeriksaan Bukti Pendukung


Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) meliputi pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan dasar ayat jurnal
tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Prosedur vouching
digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi
dari yang seharusnya. Overstatement dalam catatan akuntansi. Dengan demikian, prosedur ini
merupakan prosedur yang penting untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan asersi
keberadaan atau kejadian. Prosedur vouching menyediakan bukti audit bottom-up sedangkan
pada prosedur penelusuran dan perhitungan, biasanya auditor melaksanakan prosedur top-
down terlebih dahulu guna memperoleh konteks ekonomi untuk prosedur pemeriksaan bukti
pendukung.

Pengamatan
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi
tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan
tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan
terutama penting untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga
dapat mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan
tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yang terakhir ini memberikan peluang untuk
membedakan antara mengamati dan menginspeksi. Disatu sisi, auditor mengawasi prosesnya
sedangkan pekerjaan klien melaksanakan penghitungan fisik atas persediaan tersebut. Disisi
lain, auditor juga dapat menginspeksi atau memeriksa item-item persediaan tertentu untuk
membuat penilaian sendiri atas kondisi tersebut. Dengan demikian, yang menjadi pokok
masalah dalam pengamatan adalah personel, prosedur, dan proses. Dari pengamatan ini
audior memperoleh pengetahuan pribadi langsung yang berkaitan dengan tujuan audit.
Biasanya pengamatan memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya
auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.

Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
penghitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya, menghitung ulang total jurnal,
beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas
dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung
dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemroresan transaksi
tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian intern
yang telah dirumuskan. Pelaksanaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan
bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk
pengujian audit tersebut.

Teknik Audit Berbantuan Komputer


Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted-audit techniques/CAAT) untuk
membantu pelaksanaan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Auditor dapat
menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Melaksanakan penghitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.
 Memilih sample piutang usaha untuk konfirmasi.
 Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen
yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.
 Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti
harga yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang
telah di sahkan).
 Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek komputer dari
pengendalian intern telah berfungsi.
 Melaksanakan ulang berbagai penghitungan seperti penjumlahan buku besar
pembantu piutang usaha atau file persediaan.
CAAT dapat digunakan sebagai prosedur analitis untuk mengembangkan harapan atas
saldo akun atau golongan transaksi, atau dapat juga digunakan untuk melaksanakan pengujian
yang sesuai dengan harapan auditor.

HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR AUDIT, JENIS BUKTI AUDIT DAN ASERSI


Untuk memenuhi sejumlah tujuan audit spesifik yang diangkat dari asersi laporan
keuangsan manajemen, auditor akan menggunakan sejumlah atau seluruh prosedur audit dan
jenis bukti audit.
Beberapa contoh hubungan antara prosedur audit, jenis bukti dan asersi diurakan dalam
gambar diatas. Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa tiga prosedur, yaitu tracing, vouching
dan inspeksi mengguakan bukti dokumenter. Prosedur inspeksi dapat terdiri dari dari
penggunaan bukti fisik, seperti halnya pada prosedur penghitungan dan pengamatan. Demikian
juga, dapat dilihat bahwa permintaan keterangan dapat menghasilkan bukti dalam bentuk
representasi tertulis (written) atau lisan (oral), tergantung pada sifat permintaan keterangan
atau tanggapannya.
Keterangan diatas dalam gambar diatas, yang menghubungkan kotak prosedur yang
berada di kiri dengan kotak bukti yang berada di kanan, menguraikan aplikasi atau penerapan
ilustratif. Sedangkan yang berada dibawah garis, menunjukkan asersi yang berkenaan dengan
prosedur dan bukti terkait.

PEMROSESAN DATA ELEKTRONIK DAN PROSEDUR AUDIT


Pemrosesan data elektronik memiliki implikasi yang penting bagi pengumpulan bukti audit.
Dalam beberapa hal, semua transaksi yang telah dicatat dalam bentuk elektronik didukung oleh
bukti dokumenter. Namun, SAS No. 80, Amendment to statement auditing standards No. 31,
Evidential Matters (AU 326.18), menunjukkan bahwa pada beberapa entitas tertentu, beberapa
data akuntansi serta bahan bukti penguat hanya tersedia dalam bentuk elektronik. Dokumen
sumber seperti surat pemesanan, konosemen, faktur, dan cek telah digantikan dengan bentuk
pesan-pesan elektronik. Entitas lainnya mungkin menggunakan pertukaran data elektronik
(Electronic Data Interchange) atau image processing systems. Dalam EDI, entitas dan
pelanggannya atau pemasok menggunakan jaringan komunikasi untuk melaksanakan transaksi
bisnis secara elektronik. Transaksi pembelian, pengiriman, bukti penerimaan kas, dan
pengeluaran kas seringkali diselesaikan sepenuhnya melalui pertukaran pesan
elektronikdiantara pihak-pihak terkait. Sedangkan dalam image processing sytems, dokumen
yang ada di scanning dan diubah menjadi bentuk elektronik agar dapat disimpan dan digunakan
sebagai bahan referensi, dan dokumen sumber tidak dapat dipakai setelah perubahan tersebut.
Bukti elektronik tertentu mungkin tersedia pada suatu saat tertentu. Namun bukti tersebut
mungkin tidak dapat diperoleh kembali setelah suatu jangka waktu tertentu apabila arsipnya
diubah dan tidak terdapat arsip cadangan.
Apabila catatan elektronik menggantikan bukti dokumenter, auditor perlu
mempertimbangkan implikasinya terhadap audit. Auditor harus mempertimbangkan apakah
praktek klien tersebut berpengaruh secara material terhadap saldo akun dan golongan
transaksi, serta menilai akibat implikasi tersebut terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur
audit serta penetapan staf audit.

E. KERTAS KERJA AUDIT

Dokumentasi bukti audit disediakan dalam kertas kerja. SAS 41, Working Papers (AU
339.03), menguraikan kertas kerja (working papers) sebagai catatan yang disimpan oleh
auditor tentang prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang dilaksanakan, informasi yang
diperoleh, dan kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. Kertas kerja
memberikan:
 Dukungan utama bagi laporan audit.
 Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit.
 Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS.
JENIS KERTAS KERJA

Kertas Kerja Neraca Saldo

Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam audit
karena:
 Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang
dilaporkan dalam laporan keuangan.
 Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual.
 Mengidentifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukti audit bagi setiap item laporan
keuangan.

Skedul
dan Analisis

Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja (working
paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan setiap kertas kerja yang
memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas kerja neraca saldo. Dalam paragraf
sebelumnya telah disebutkan bahwa apabila beberapa akun buku besar digabungkan untuk
tujuan pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul kelompok (group schedule) atau sering
juga disebut sebagai skedul utama (lead schedule). Selain menunjukkan akun masing-masing
buku besar yang ada dalam kelompok tersebut, skedul utama juga menidentifikasi skedul atau
analisis kertas kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing
akun dalam kelompok tersebut. Bagian tengah dari Gambar 6-11 tentang Kertas Kerja Kas
Terintegrasi di bawah ini melukiskan penggunaan skedul utama kas Omni, Inc. (kertas kerja A)
dan bagaimana hubungannya dengan kas yang tercantum dalam kertas kerja neraca saldo
(kertas kerja AA-1) serta kertas kerja pendukung untuk kedua akun buku besar kas yang
tercantum dalam skedul utama (yaitu, kerja A-1 untuk A/C 100 – Kas Kecil dan kertas kerja A-2
untuk A/C 101 – Kas di Bank).

Memoranda Audit dan Informasi Penguat


Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang disusun oleh
auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-komentar atas pelaksanaan
prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup pekerjaan, (2) temuan-temuan, dan (3)
kesimpulan audit. Sebagai contoh, auditor dapat menulis sebuah memo (bentuk tunggal dari
memoranda) yang berisikan ikhtisar dari lingkup konfirmasi, tanggapan konfirmasi, temuan-
temuan, dan kesimpulan audit berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh.
Selain itu, auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk mendokumentasikan
infromasi penguat sebagai berikut:
 Salinan risalah rapat dewan direksi.
 Representasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar organisasi.
 Salinan kontrak-kontrak penting.

Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi

Ayat jurnal penyesuaian merupakan koreksi atas kesalahan klien sebagai akibat
pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh karena itu, pada akhirnya ayat jurnal
penyesuaian secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan dianggap material, dengan
harapan akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat
jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar dengan saldo
akun yang sesuai.
Setiap ayat jurnal yang dianggap material oleh auditor dan diusulkan dalam kertas kerja,
harus ditunjukkan dalam (1) skedul atau analisis dari setiap akun yang mempengaruhi, (2)
setiap skedul utama yang dipengaruhi, (3) ikhtisar terpisah dari ayat jurnal penyesuaian dan
ayat jurnal reklasifikasi yang diusulkan, dan (4) kertas kerja neraca saldo.

MENYUSUN KERTAS KERJA


Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja yang baik
adalah sebagai berikut:
 Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif yang dapat
mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti “Rekonsiliasi Bank-City National Bank”,
serta tanggal neraca atau periode yang menjadi ruang lingkup audit.
 Nomor indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau nomor referensi
untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1, dan seterusnya.
 Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari kertas kerja
lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi referensi silang dengan
nomor sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 6-11.
 Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda pengecekan
(√) yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan bahwa auditor telah melaksanakan
sejumlah prosedur pada item-item di mana tanda pengecekan tersebut diberikan, atau dapat
juga berarti bahwa informasi tambahan tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian
lain dalam kertas kerja tersebut.
 Tanda tangan dan tanggal (signatures and dates). Setelah menyelesaikan masing-masing
tugasnya, penyusun maupun pre-wiew kertas kerja tersebut harus membubuhkan paraf dan
tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini diperlukan untuk menetapkan tanggung jawab
atas pekerjaan dan review yang dilaksanakan.

ME-REVIEW KERTAS KERJA


Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam suatu kantor
CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun, seperti atasan atau
manajernya. Review dilakukan apabila pekerjaan pada segmen tertentu dalam suatu audit telah
diselesaikan. Pihak yang melakukan review terutama menekankan perhatian pada lingkup
pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang telah
dicapai oleh penyusun.
Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila pekerjaan lapangan telah diselesaikan
semuanya. Review ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam Bab 19 yang berjudul “Mengevaluasi
Temuan”.

PENGARSIPAN KERTAS KERJA


Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut: (1) file
permanen dan (2) file tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat data yang
diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak perikatan dengan klien di masa
mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file) memuat informasi penguat yang
berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.
Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah:
 Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien.
 Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur.
 Struktur organisasi .
 Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama.
 Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi.
 Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun, perjanjian
pembagian laba dan bonus.
 Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik.
 Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien.

KEPEMILIKAN DAN PENYIMPANAN KERTAS KERJA


Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi auditor. Namun
hak kepemilikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk pada pembatasan-pembatasan
yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu sendiri. Peraturan 301, Code of Professional
Conduct dari AICPA menentukan bahwa seorang CPA dilarang untuk mengungkapan setiap
informasi rahasia yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin
klien, kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.
Kertas kerja yang tergolong sebagai file permanen akan disimpan untuk waktu yang tak
terbatas. Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file tahun berjalan akan disimpan
selama file tersebut diperlukan oleh auditor untuk melayani klien atau diperlukan untuk
memenuhi persyaratan hukum sebagai retensi catatan. Ketentuan mengenai batasan waktu
penyimpanan jarang yang melampaui waktu enam tahun.

F. RANGKUMAN
Auditor harus merencanakan audit dengan memikirkan akhir audit tersebut di dalam
benaknya. Tujuan audit secara menyeluruh adalah memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang dicapai melalui pengumpulan dan mengevaluasi bukti audit. Bab ini me-review
keputusan-keputusan penting yang harus dibuat oleh auditor berkenaan dengan sifat, saat,
serta luasnya prosedur audit maupun penetapan staf audit. selain iitu, auditor harus dapat
menetapkan tujuan audit spesifik dari aserssi laporan keuangan manajemen, karena setuap
tujuan audit biasanya memerlukaan bukti dan prosedur audit yang berbeda pula.

G. DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C.., Raymond N. Johnson & Walter G. Kell. (2003). Modern Auditing,
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai