Oleh:
Romli Amrullah
A3 11 14 325
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
I. TINJAUAN MATA KULIAH
Nama Mata Kuliah : Pengauditan 1
Jurusan : Akuntansi
Jumlah SKS 3
1. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah pengauditan 1 adalah mata kuliah yang memperkenalkan dasar-dasar
pemeriksaan akuntansi (auditing). Materi yang dibahas pada mata kuliah ini terdiri dari tiga
bagian yaitu: lingkungan pengauditan, perencanaan audit, dan metodologi pengujian audit.
Bagian pertama, Lingkungan Audit membahas tentang pengauditan dan profesi akuntan
publik, audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor, etika professional dan kewajiban
legal auditor. Bagian kedua, Perencanaan Audit membahas materi: mengenai sasaran audit,
bukti audit, dan kertas kerja; penerimaan penugasan dan perencanaan audit; materialitas,
risiko, dan strategi audit awal; serta struktur pengendalian intern. Bagian ketiga, Metodologi
Pengujian Audit membahas tentang penilaian risiko pengendalian dan uji pengendalian; risiko
deteksi dan perancangan pengujian substantif; pengambilan sampel audit dalam uji
pengendalian, pengambilan sampel audit dalam uji subtantif, dan terakhir pengauditan system
EDP.
2. Manfaat Mata Kuliah
Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari mata kuliah ini adalah mahasiswa
dapat memahami tentang bagaimana lingkungan pengauditan, perencanaan audit, serta
metodologi pengujian audit.
3. Sasaran Belajar
Mahasiswa mampu memahami setiap materi pembelajaran yang telah disusun dalam
GBRP (Garis Besar Rencana Pembelajaran).
4. Urutan Penyajian
Setiap materi disajikan setiap pekan sesuai GBRP dengan urutan sebagai berikut:
1. Auditing dan profesi akuntan publik
2. Audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
3. Etika profesional
4. Kewajiban legal auditor
5. Sasaran audit, bukti audit dan kertas kerja
6. Penerimaan penugasan dan perencanaan audit
7. Materialitas. risiko audit dan strategi audit awal
8. Struktur pengendalian intern
9. Menilai risiko pengendalian dan uji pengendalian
10. Risiko deteksi dan rancangan uji subtantif
11. Pengambilan sampel audit dalam uji pengendalian
12. Pengauditan system EDP
5. Petunjuk Belajar bagi Mahasiswa dalam memepelajari modul
Bentuk pembelajaran :
Collaborative Learning (CL)
Diskusi kelompok
Kuliah
Indikator Penilaian :
Dapat menjelaskan definisi auditing, tipe audit dan auditor
Dapat menjelaskan jasa-jasa yang dapat diberikan oleh KAP
Dapat menjelaskan organisasi yang berhubungan dengan profesi
Mahasiswa juga diharapkan untuk membaca dan mencari referensi materi yang berkaitan
dengan materi bahasan dengan tujuan untuk memperkaya wawasan.
II. PENDAHULUAN
Materi Pembelajaran : Sasaran audit, bukti audit dan kertas kerja
1. Sasaran pembelajaran :
Mampu memahami sasaran audit
Mampu memahami bukti audit
Mampu memahami prosedur audit
Mampu memahami kertas kerja
2. Ruang lingkup bahan modul :
Sasaran audit
Bukti audit
Prosedur audit
Kertas kerja
3. Manfaat mempelajari modul
Manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari modul adalah mahasiswa memiliki
pedoman dalam proses pembelajaran agar lebih terarah dalam kaitannya untuk:
Memahami sasaran audit
Memahami bukti audit
Memahami prosedur audit
Memahami kertas kerja
4. Urutan pembahasan :
Ruang lingkup modul akan dibahas dengan urutan sebagai berikut:
1. Sasaran audit
2. Bukti audit
3. Prosedur audit
4. Kertas kerja
Validitas/pisah batas (cutoff). Semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi selama
periode akuntansi.
Validitas (validity). Semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat
sebagaimana mestinya dalam neraca serta menyangkut keakurana informasi untuk transaksi
akuntansi tercatat dengan nilai yang benar.
Kelengkapan/pisah batas (cutoff): Semua transaksi yang terjadi di dalam periode itu telah
dicatat ke dalam periode akuntansi yang benar.
Kelengkapan (completeness): Semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi semua
aktiva, kewajiban dan ekuitas sebagaimana mestinya.
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan
perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas dan penyesuaian serta akumulasinya
pada saldo piutang usaha. Masalah pisah batas (cutoff) seringkali di-review oleh para auditor
karena transaki-transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada periode
yang salah. Pentingnya tiga alur transaksi ini tergantung pada sifat bisnis entitas dan proses
bisnis inti.
Penerapan GAAP (application of GAAP). Bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya
untuk mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah tertentu
antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi).
Pembukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization). Transaksi telah dibukukan
dan diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Saldo-saldo telah dinilai
sebagaimana mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau alokasi di mana masing-
masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti audit yang
berbeda pula. Auditor akan menggunakan pengetahuannya tentang GAAP, pengetahuan
tentang volume kegiatan dalam bisnis, dan pemeriksaan bukti yang mendukung transaksi
penjualan untuk menilai kelayakan penjualan menurut nilai kotornya. Kemungkinan auditor akan
menggunakan komputer dengan perangkat lunak audit (audit sofrware) untuk menguji
pembukuan dan pengikhtisaran. Pengetahuan auditor terntang bisnis dan industri akan berguna
secara khusus untuk menilai kecukupan cadangan akun-akun yang meragukan.
Jenis Bukti
Sifat dan Keandalan Bukti Penguat Contoh
Penguat
Bukti Analitis Sifat: Mencakup penggunaan rasio dan Perbandingan saldo atau
dan perbandingan data klien dengan rasio-rasio kunci klien
Perbandingan anggaran atau standar profesi, trend dengan
industry dan kondisi ekonomi umum. Hasil-hasil tahun lalu
Bukti ini menghasilkan dasar untuk Anggaran
menentukan kewajaran suatu pos Statistik industri
tertentu dalam laporan keuangan dan Harapan lain yang
kewajaran hubungan antara pos-pos dikembangkan auditor
dalam laporan keuangan. Perbandingan
dengan harapan dikembangkan
berdasarkan pengalaman, anggaran,
data industry, pengetahuan tentang bisnis
dan industri sebelumnya. Bukti ini
meliputi perbandingan atas pos-pos
tertentu antara laporan keuangan tahun
berjalan dengan laporan keuangan tahun
sebelumnya. Perbandingan ini dilakukan
untuk meneliti adanya perubahan yang
terjadi dan untuk menilai penyebabnya.
PALING DIANDALKAN
b
a
t
a
s
r
e
k
e
n
i
n
g
k
o
r
a
n
b
a
n
k
Konfirmasi
F
a
k
t
u
r
-
f
a
k
t
u
r
d
a
r
i
p
e
m
a
s
o
k
L
a
p
o
r
a
n
b
a
n
k
r
PROFESSIONAL JUDGEMENT
Professional Judgement auditor merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara
pandang auditor dalam menanggapi informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab dan
risiko audit yang akan dihadapi auditor, yang akan mempengaruhi pembuatan opini akhir
auditor terhadap laporan keuangan suatu entitas (Jamilah, dkk.. 2007:2). Professional
Judgement dipengaruhi oleh penerapan pengetahuan dan pengalaman seorang auditor dalam
melaksanakan audit. Penerapan pengetahuan yang maksimal tentunya akan sejalan dengan
semakin bertambahnya pengalaman yang dimiliki. Penerapan pengetahuan dan pengalaman
yang dilakukan oleh auditor secara terus menerus mengakibatkan lebih banyak pemahaman
yang tersimpan dalam ingatannya dan auditor menjadi lebih peka terhadap kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan. Pengalaman auditor dapat diperoleh dari lama bekerja
sebagai auditor, frekuensi melakukan tugas audit dan banyak entitas yang pernah ditangani
(Asih, 2006:26). Auditor yang mempunyai pengalaman kerja yang berbeda, akan berbeda pula
dalam memandang dan menanggapi informasi serta pemilihan bukti audit yang relevan yang
diperoleh selama melakukan pemeriksaan untuk memberi kesimpulan mengenai pertimbangan
tingkat materialitas yang dapat diandalkan. Selain itu, semakin tinggi tingkat pengalaman
seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya dan telah banyak
memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis instansi/lembaga pemerintah. Dalam
menetapkan suatu tingkat materialitas auditor tidak memiliki standar yang baku, oleh karena itu
auditor dituntut untuk menggunakan pertimbangan professional. Dalam suatu pengambilan
Professional Judgement auditor harus menerapkan pengetahuan, pengalaman dan sikap
skeptisme profesionalnya. Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang tidak
memihak dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan
audit. Seorang auditor yang memiliki independesi tinggi akan mampu menghasilkan suatu
pertimbangan tingkat materialitas yang objektif dan handal. Selain professional judgement dan
independensi, pengalaman kerja juga mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas.
Semakin lama seorang auditor bertugas dan semakin banyak tugas-tugas pemeriksaan laporan
keuangan yang pernah dilakukan, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas
akan semakin baik. Sehingga, apabila ketiga faktor tersebut telah dimiliki oleh seorang auditor,
maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialiatas suatu laporan keuangan akan
semakin baik.
PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit (audit procedures) adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para
auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.
Pembahasan berikut ini akan berfokus pada review beberapa jenis prosedur yang digunakan
oleh para auditor. Prosedur ini dapat digunakan untuk mendukung pendekatan audit top- down
ataupun pendekatan audit bottom-up. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana setiap
prosedur ini akan digunakan ketika merencanakan audit dan mengembangkan program audit.
Dalam bagian lain makalah ini akan diberikan contoh-contoh yang cukup luas tentang
bagaimana setiap prosedur audit ini digunakan oleh para auditor dalam konteks mengaudit
siklus transaksi spesifik dan saldo akun terkait.
Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas kemudian:
Prosedur analitis (analytical procedures)
Inspeksi (inspecting)
Konfirmasi (confirming)
Permintaan keterangan (inquiring)
Penghitungan (counting)
Penelusuran (tracing)
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Pengamatan (observing)
Pelaksanaan ulang (reperforming)
Teknik audit berbantuan komputer (computer- assisted audit techniques)
Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit tertentu
terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi tujuan audit
spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus dipertimbangkan dalam pemilihan
prosedur yang akan digunakan.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis (analytical procedures) terdiri dari penelitian dan perbandingan
hubungan di antara data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio
sederhana, analisis vertikal atau laporan presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya
dengan data historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti
analisis regresi. Analisis regresi ini dapat melibatkan penggunaan data non keuangan (seperti
data jumlah karyawan) maupun data keuangan. Prosedur analitis seringkali meliputi juga
pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari operasi serta membandingkan ukuran-ukuran
kunci ekonomi yang menggerakan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis
umumnya digunakan dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan atas akun
laporan keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks tersebut
Inspeksi
Inspeksi (inspecting) meliputi pemeriksaaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing.
Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bottom-up
maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan
ketepatan persyaratan dalam faktur atau ontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas
akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama auditor seringkali mempertimbangkan
implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas.
Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia melakukan
verivikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi
bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi entitas
dan akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi
kemampuan entitas. Untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini
atas struktur biaya tetap entitas.
Istilah-istilah seperti ini, mereview, membaca, dan memeriksa adalah sinonim dengan
inspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk
menevaluasi bukti dokumenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai
keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau item-item yang
dipernyatakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara cepat dan
tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
Memeriksa sumberdaya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui secara
langsung keberadaan dan kondisi fisik sumberdaya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga
memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik.
Konfirmasi
Meminta konfirmasi (confirming) adalah bentuk permintaan keterangan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar
organisasi klien dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara
tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut.
Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima untuk
mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi menyediakan bukti
bottom up penting dan digunakan dalam auditing karena bukti tersebut biasanya objektif dan
berasal dari sumber yang independen.
Permintaan Keterangan
Permintaan Keterangan (inquiring) meliputi permintaan keterangan secara lisan atau
tertulis oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen
atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya
prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan
atau piutan yang dapat ditagih. Auditor juga dapat lansung meminta keterangan pada pihak
ekstern, seperti permintaan keterangan langsung kepada penasihat hukum klien tentang
kemungkinan hasil litigasi. Hasil permintaan keterangan dapat berupa bukti lisan atau bukti
dalam bentuk representasi tertulis. Permintaan keterangan dapat menjadi teknik yang efektif
dalam mengidentifikasi masalah serta dapat mendukung bukti audit top-down atau bottom-up.
Namun, hasil permintaan keterangan biasanya masih memerlukan bukti penguat lainnya karena
jarang dianggap objektif atau tidak memihak dan biasanya berasal dari para karyawan
perusahaan dan bukan dari sumber yang independen.
Penghitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari penghitungan adalah (1) penghitungan fisik
sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan (2) akuntansi seluruh
dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara untuk
mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sementara yang kedua dapat dipandang
sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti
yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik penghitungan ini menyediakan
bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down
terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur penghitungan.
Penelusuran
Dalam penelusuran (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam
catatan akuntansi. Karena prosedur ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari
dokumen sumber pada akhir dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini sangat
berguna untuk mendeteksi terjadinya kesalahan berupa penyajian yang lebih rendah dari yang
seharusnya dalam catatan akuntasi. Dengan demikian, prosedur ini merupakan prosedur yang
penting untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan asersi kelengkapan. Efektivitas
prosedur ini dapat ditingkatkan apabila klien menggunakan dokumen dengan nomor urut yang
telah dicetak. Prosedur penelusuran ini memberikan bukti audit bottom-up, namun auditor
seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu untuk mendapatkan
konteks ekonomi dari prosedur penelusuran serta pengujian asersi kelengkapan.
Pengamatan
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi
tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan
tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan
terutama penting untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga
dapat mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan
tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yang terakhir ini memberikan peluang untuk
membedakan antara mengamati dan menginspeksi. Disatu sisi, auditor mengawasi prosesnya
sedangkan pekerjaan klien melaksanakan penghitungan fisik atas persediaan tersebut. Disisi
lain, auditor juga dapat menginspeksi atau memeriksa item-item persediaan tertentu untuk
membuat penilaian sendiri atas kondisi tersebut. Dengan demikian, yang menjadi pokok
masalah dalam pengamatan adalah personel, prosedur, dan proses. Dari pengamatan ini
audior memperoleh pengetahuan pribadi langsung yang berkaitan dengan tujuan audit.
Biasanya pengamatan memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya
auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
penghitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya, menghitung ulang total jurnal,
beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas
dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung
dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemroresan transaksi
tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian intern
yang telah dirumuskan. Pelaksanaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan
bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk
pengujian audit tersebut.
Dokumentasi bukti audit disediakan dalam kertas kerja. SAS 41, Working Papers (AU
339.03), menguraikan kertas kerja (working papers) sebagai catatan yang disimpan oleh
auditor tentang prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang dilaksanakan, informasi yang
diperoleh, dan kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. Kertas kerja
memberikan:
Dukungan utama bagi laporan audit.
Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit.
Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS.
JENIS KERTAS KERJA
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam audit
karena:
Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang
dilaporkan dalam laporan keuangan.
Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual.
Mengidentifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukti audit bagi setiap item laporan
keuangan.
Skedul
dan Analisis
Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja (working
paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan setiap kertas kerja yang
memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas kerja neraca saldo. Dalam paragraf
sebelumnya telah disebutkan bahwa apabila beberapa akun buku besar digabungkan untuk
tujuan pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul kelompok (group schedule) atau sering
juga disebut sebagai skedul utama (lead schedule). Selain menunjukkan akun masing-masing
buku besar yang ada dalam kelompok tersebut, skedul utama juga menidentifikasi skedul atau
analisis kertas kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing
akun dalam kelompok tersebut. Bagian tengah dari Gambar 6-11 tentang Kertas Kerja Kas
Terintegrasi di bawah ini melukiskan penggunaan skedul utama kas Omni, Inc. (kertas kerja A)
dan bagaimana hubungannya dengan kas yang tercantum dalam kertas kerja neraca saldo
(kertas kerja AA-1) serta kertas kerja pendukung untuk kedua akun buku besar kas yang
tercantum dalam skedul utama (yaitu, kerja A-1 untuk A/C 100 – Kas Kecil dan kertas kerja A-2
untuk A/C 101 – Kas di Bank).
Ayat jurnal penyesuaian merupakan koreksi atas kesalahan klien sebagai akibat
pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh karena itu, pada akhirnya ayat jurnal
penyesuaian secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan dianggap material, dengan
harapan akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat
jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar dengan saldo
akun yang sesuai.
Setiap ayat jurnal yang dianggap material oleh auditor dan diusulkan dalam kertas kerja,
harus ditunjukkan dalam (1) skedul atau analisis dari setiap akun yang mempengaruhi, (2)
setiap skedul utama yang dipengaruhi, (3) ikhtisar terpisah dari ayat jurnal penyesuaian dan
ayat jurnal reklasifikasi yang diusulkan, dan (4) kertas kerja neraca saldo.
F. RANGKUMAN
Auditor harus merencanakan audit dengan memikirkan akhir audit tersebut di dalam
benaknya. Tujuan audit secara menyeluruh adalah memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang dicapai melalui pengumpulan dan mengevaluasi bukti audit. Bab ini me-review
keputusan-keputusan penting yang harus dibuat oleh auditor berkenaan dengan sifat, saat,
serta luasnya prosedur audit maupun penetapan staf audit. selain iitu, auditor harus dapat
menetapkan tujuan audit spesifik dari aserssi laporan keuangan manajemen, karena setuap
tujuan audit biasanya memerlukaan bukti dan prosedur audit yang berbeda pula.
G. DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C.., Raymond N. Johnson & Walter G. Kell. (2003). Modern Auditing,
Jakarta: Erlangga.