Anda di halaman 1dari 9

AGRINTECH | e-ISSN 2614-1213

Volume 1 No. 1, Desember 2017

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) DENGAN


PENAMBAHAN PATI KULIT SINGKONG (Manihot utilissima) DALAM
PEMBUATAN BRIKET
Utilization of Palm Oil Palace (Elaeis guineensis) With Additional of Cassava Starch
(Manihot utilissima) In Manufacture of Bricket

Desi Ardilla1, Misril Fuadi1 dan Azzy Hasby Prasetio1


1Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
desiardilla@umsu.ac.id

ABSTRACT

Palm briquette briquette production as one of the fuel substitutes that began to thin and as a
source of renewable alternative energy is done with the addition of cassava starch. This research used
Factorial Randomized Complete Design (RAL) with two replications. Factor I is the addition of cassava
husk starch with a password (P) consisting of 4 levels, namely: P 1 = 5%, P2 = 10%, P3 = 15%, P4 = 20%.
Factor II is the drying temperature with the code (S) consisting of 4 levels, namely: S1 = 1000C, S2 =
1100C, S3 = 1200C, S4 = 1300C. Parameters observed included heating value, moisture content, ash
content. Statistical analysis result on each parameter show: The addition of Cassava Starch has a very
significant different effect (P <0.01) on the calorific value. The addition of Cassava Starch gave a very
significant different effect (P <0.01) on Briket Water Content. The addition of Cassava Starch gave a
very significant different effect (P <0.01) on Ash Content in Briquette.

Keywords : Cassava leaf, palm stem, briquettes, calorific value

A. PENDAHULUAN formula bahan baku briket. Proses pembriketan


Energi merupakan permasalahan utama adalah proses pengolahan yang mengalami
dunia saat ini. Tiap tahunnya kebutuhan akan perlakuan penumbukan, pencampuran bahan
energi semakin meningkat seiring dengan baku, pencetakan dengan sistem hidrolik dan
semakin meningkatnya aktivitas manusia yang pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga
menggunakan bahan bakar terutama bahan diperoleh briket yang mempunyai bentuk,
bakar minyak yang di peroleh dari fosil ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu. Proses
tumbuhan maupun hewan. Ketersediaan bahan pembuatan karbon aktif dan briket arang
bakar fosil yang semakin langka berakibat pada cangkang sawit telah dilakukan oleh peneliti
kenaikan harga bbm, oleh karena itu diperlukan (Ardilla dkk, 2011). Pembriketan bertujuan
suatu terobosan bahwa energy alternatif dapat untuk memperoleh suatu bahan bakar yang
mengurangi penggunaan bahan bakar minyak. berkualitas yang dapat digunakan untuk semua
Salah satu energy alternatif tersebut adalah sektor sebagai sumber energi alternative ysng
memanfaatkan pelepah kelapa sawit sebagai terbarukan karbon aktif berbahan baku
energi biomassa. cangkang kelapa sawit yang juga berorientasi
Penelitian terdahulu telah menggunakan tentang ketersediaan sumber energy alternative
sekam padi,ampas tebu sebagai zat aditif untuk telah dilakukan peneliti (Ardilla, dkk, 2007).
meningkatkan nilai kalor pada pembuatan Pemanfaatan pelepah kelapa sawit selama
briket cangkang sawit (Ardilla, dkk. 2011). ini belum optimal pada beberapa penelitan
Briket merupakan gumpalan arang yang terbuat sebelumnya pelepah kelapa sawit di gunakan
dari bahan lunak yang dikeraskan. Faktor- sebagai bahan fermentasi dengan Aspergillus
faktor yang mempengaruhi sifat briket arang niger untuk pertambahan bobot badan sapi
adalah berat jenis bahan atau berat jenis serbuk (Pahala T. G. Situmorang, 2010), penggunaan
arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, pelepah kelapa sawit fermentasi dengan
tekanan pengempaan, dan pencampuran berbagai level biomol pada pakan terhadap

1
D. Ardilla, et al. / Agrintech 1 (2017) 1-9

karkas domba lokal jantan (Husin Ahmad, 16 (n-1) ≥ 15


2014), Variasi komposisi dan sumber nutrisi 16n-16 ≥ 15
bagi miselium pada proses pelapukan pelepah 16n ≥ 31
kelapa sawit untuk mendegradasi lignin dengan n ≥ 1,94 (dibulatkan menjadi 2 ulangan)
pleurotus ostreatus (Nadia, 2012), Pengaruh
asam sitrat, suhu, dan waktu pengempaan Model Rancangan Percobaan
terhadap sifat papan pertikel dari pelepah Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan
kelapa sawit (Kurnia, 2013), Serat pelepah Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan model :
kelapa sawit untuk bahan baku produk αi + βj + (αβ)ij + εijk
kerajinan (Retno, 2015). Berdasarkan Dimana :
penelitian terdahulu pelepah kelapa sawit poten : Pengamatan dari factor P dari taraf ke-I
untuk dijaikan sebagai bahan baku energy dan faktor S pada taraf ke- dengan
alternative dalam bentuk produk briket. Kulit ulangan ke-k.
singkong sering kali dianggap limbah yang tidak µ : Efek nilai tengah
berguna oleh sebagian industri berbahan baku αi : Efek dari faktor P pada taraf ke-i.
singkong. Oleh karena itu, bahan ini masih βj : Efek dari faktor S pada taraf ke-j.
belum banyak dimanfaatkan dan dibuang begitu (αβ)ij : Efek interaksi faktor P pada taraf ke-I
saja dan umumnya hanya digunakan sebagai dan faktor pada taraf ke-j.
pakan ternak. Untuk pengolahan limbah Εijk : Efek galat dari faktor P pada taraf ke-I
singkong selama ini biasanya dimanfaatkan dan faktor S pada taraf ke-j dalam
sebagai kompos, makan ternak, dan sebagai ulangan ke-k.
bioenergi.
Pelaksanaan Penelitian
B. METODOLOGI Pembuatan Pati Kulit Singkong
Bahan dan Alat 1. Sediakan kulit singkong
Bahan penelitian yang digunakan adalah 2. Kemudian sortasi kulit singkong dan pisah
Pelepah kelapa sawit, Pati Kulit singkong kulit luar kulit singkong agar kulit singkong
sebagai perekat, air. benar benar bersih.
Adapun alat penelitian yang di gunakan 3. Lalu haluskan kulit singkong dengan
adalah sebagai berikut : Oven, ayakan 20 mesh, menggunakan dengan blender supaya lebih
lumpang atau alu, cetakan briket, blender, halus.
kompor, tungku pembakaran, batang pengaduk, 4. Kemudian campur kulit singkong yang
timbangan analitik, ember dan baskom. sudah di haluskan dengan air dan di peras
menggunakan kain kasa.
Metode Penelitian 5. Kemudian diamkan hasil perasan kulit
Metode penelitian dilakukan dengan singkong selama 1 malam agar mendapat
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pati kulit singkong.
faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu: 6. Kemudian pisahkan air dengan endapan
Faktor I : Penambahan pati kulit singkong (P) pati kulit singkong
yang terdiri dari 4 taraf 7. Kemudian oven pati kulit singkong
P1 = 5 %
P2 = 10 % Pembuatan Briket Pelepah Kelapa Sawit
P3 = 15 % 1. Sediakan pelepah kelapa sawit.
P4 = 20 % 2. Kemudian sortasi pelepah sawit yang sudah
Faktor II : Suhu pengeringan (S) yang terdiri kering agar proses pembakaran lebih
dari 4 taraf mudah dan mendapatkan karbon.
S1 = 100°C 3. Lalu tumbuk pelepah sawit yang sudah di
S2 = 110°C bakar dengan menggunakan alu agar proses
S3 = 120°C pengayakan lebih mudah.
S4 = 130°C 4. Kemudian di ayak menggunakan ayakan 20
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 × mesh.
4 = 16, dengan jumlah ulangan (n) adalah 5. Setelah itu campurkan dengan perekat dari
sebagai berikut: pati kulit singkong agar pelepah yang sudah
Tc (n-1) ≥ 15 di haluskan mudah di cetak.

2
D. Ardilla, et al. / Agrintech 1 (2017) 1-9

6. Kemudian cetak dengan menggunakan C. HASIL DAN PEMBAHASAN


cetakan briket agar bentuknya lebih Dari hasil penelitian dan uji statistik, secara
menarik. umum menunjukkan bahwa konsentrasi
7. Lalu di pres agar hasil briket padat. penambahan jumlah Pati Kulit Singkong
8. Kemudian di oven selama 3 jam agar briket berpengaruh terhadap parameter yang diamati.
benar benar kering. Data rata-rata hasil pengamatan pengaruh
9. Kemudian kemas. konsentrasi penambahan jumlah Pati Kulit
Singkong terhadap masing-masing parameter
Parameter Pengamatan dapat dilihat pada tabel 1.
Pengamatan dilakukan berdasarkan analisa Tabel 1. Pengaruh Penambahan Pati Kulit
yang meliputi : Singkong Terhadap Parameter Yang Diamati
Penambahan
A. Uji Nilai Kalor (Apriyantono, 1989). Pati Kulit Nilai kalor Kadar Air Kadar Abu
[( ) ]–( ) Singkong (kal/g) (%) (%)
Nilai kalor HHV (cal/g) = Es
(%)
Dimana P1 = 5% 5389.809 21.669 19.293
Δt: Adalah kenaikan suhu pembakaran didalam P2 = 10% 5055.801 22.550 14.471
bom kalorimeter (0 c) P3 = 15% 4855.906 23.425 10.675
EEV adalah energi ekivalen saat terjadi P4 = 20% 4676.338 24.906 7.018
pembakaran cal/0c) Dari tabel 1. Dapat dilihat bahwa
e1 adalah koreksi panas karena pembentukan penambahan jumlah pati kulit singkong
asam (cal) terhadap nilai kalor dan kadar abu semakin
e2 adalah koreksi panas pembakaran dari kawat menurun, sedangkan kadar air semakin
pembakar (cal) meningkat. Suhu Pengeringan setelah diuji
es adalah koreksi sulfur yang ada dalam bahan secara statistik, memberi pengaruh yang
bakar (cal/g) berbeda terhadap parameter yang diamati. Data
m adalah berat contoh (g) rata-rata hasil pengamatan disajikan pada tabel
2.
B. Kadar Air (Sudarmaji dkk, 1996). Tabel 2. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap
Kadar air ditentukan dengan cara contoh Parameter yang Diamati
ditimbang sebanyak 5 gram kemudian Suhu Nilai Kalor Kadar Air Kadar Abu
dikeringkan pada oven pada suhu 150 0C Pengeringan (kal/g) (%) (%)
selama 4 jam. Setelah itu didinginkan dalam ( C)
0
desikator selama 5 menit lalu di timbang. S1 = 1000C 4605.661 26.075 14.688
Perlakuan ini diulang sampai mencapai berat S2 = 1100C 4891.691 24.844 13.123
konstan. Kadar air dapat dihitung dengan S3 = 1200C 5143.061 22.450 12.144
rumus: S4 = 1300C 5257.440 19.181 11.503
KA = x 100% Dari Tabel 2. Dapat dilihat bahwa semakin
tinggi Suhu Pengeringan maka Nilai Kalor
C. Kadar Abu (Apriyantono, 1989) semakin meningkat, sedangkan Kadar Air dan
Penentuan kadar abu menggunakan metode Kadar Abu semakin menurun.
pengabuan kering. Cawan yang telah
dibersihkan dipanaskan dalam tanur pada suhu Nilai Kalor
100oC selama 2 jam lalu ditimbang sebagai Pengaruh Penambahan Pati Kulit Singkong
bobot kosong. Contoh yang telah diuapkan Terhadap Nilai Kalor
ditimbang teliti ± 1 gram dalam cawan dan Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1)
dinyatakan sebagai bobot awal, kemudian dapat di lihat bahwa Penambahan Pati Kulit
cawan tersebut dimasukkan ke dalam tanur Singkong berpengaruh berbeda sangat nyata (P
suhu 600oC selama 5 jam. Setelah pemanasan < 0,01) terhadap Nilai Kalor. Tingkat perbedaan
cawan dimasukkan ke dalam desikator, dan tersebut telah diuji dengan uji beda rata-rata
setelah dingin ditimbang sampai diperoleh dapat di lihat pada tabel 3.
bobot tetap sebagai bobot akhir.
Kadar Abu = 100%

3
D. Ardilla, et al. / Agrintech 1 (2017) 1-9

Tabel 3. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap Nilai Kalor.
Penambahan Pati Kulit Singkong Terhadap Nilai Tingkat perbedaan tersebut telah diuji dengan
Kalor uji beda rata-rata dapat di lihat pada tabel 4.
Penambahan LSR Notasi Tabel 4. Hasil Uji Beda Rata-Rata Suhu
Pati Kulit Rataan Jarak Pengeringan Terhadap Nilai Kalor
Singkong (P)
0,05 0,01 0,05 0,01
Perlakuan LSR Notasi
P1 = 5% 5389.809 - - - a A Rataan Jarak
(S) 0,05 0,01 0,05 0,01
P2 = 10% 5055.801 2 41.430 57.035 b B S1=100°C 4605.661 - - - d D
P3 = 15% 4855.906 3 43.501 59.935 c C S2=110°C 4891.691 2 41.430 57.035 c C
P4 = 20% 4676.338 4 44.606 61.454 d D S3=120°C 5143.061 3 43.501 59.935 b B
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi
S4=130°C 5257.440 4 44.606 61.454 a A
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari tabel 3. Dapat dilihat bahwa P1 berbeda
sangat nyata dengan P2, P3 dan P4. P2 berbeda Dari tabel 4. Dapat dilihat bahwa S1 berbeda
sangat nyata dengan P3 dan P4. P3 berbeda sangat nyata dengan S2, S3, S4. S2 berbeda sangat
sangat nyata dengan P4. Nilai Kalor tertinggi nyata dengan S3 dan C4. C3 berbeda sangat nyata
terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar dengan C4. Nilai Kalor tertinggi terdapat pada
5389.809 kal/g, dan terendah terdapat pada perlakuan S4 yaitu sebesar 5257.440 kal/g, dan
perlakuan P4 yaitu sebesar 4676.338 kal/g. terendah terdapat pada perlakuan S1 yaitu
Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada gambar sebesar 4605.661 kal/g. Untuk lebih jelasnya
1 dapat dilihat pada gambar 2.
5500,000
Nilai Kalor (Kal/g)

Nilai Kalor (kal/g)

5300,000
5400,000
5200,000 ŷ = 151.6 + 4652S
5300,000 ŷ = -189.0 + 5504P r = 0.947
r = -0.884 5100,000
5200,000
5000,000
5100,000
5000,000 4900,000
4900,000 4800,000
4800,000 4700,000
4700,000 0 2 4 6
0 2 4 6 Suhu Pengeringan
Penambahan Pati Kulit Singkong
Gambar 1: Hubungan Penambahan Pati Kulit Dari Gambar 2. Dapat dilihat bahwa suhu
Singkong Terhadap Nilai Kalor pengeringan berpengaruh terhadap nilai kalor
semakin tinggi suhu pengeringan maka nilai
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa kalor semakin meningkat. Menurut (Purnama
penambahan jumlah pati kulit singkong dkk, 2012). Semakin tinggi suhu pirolisis maka
terhadap nilai kalor. Semakin banyak pati kulit nilai kalor akan semakin tinggi hal ini
singkong yang ditambahkan maka nilai kalor dipengaruhi oleh tingginya kandungan karbon
semakin menurun yaitu 4676.338 kal/g. terikat pada briket arang, sebab didalam proses
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pembakaran membutuhkan karbon yang akan
sebelumnya oleh Manik (2010). Penambahan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan
bahan limbah pertanian akan meningkatkan kalor.
nilai kalor, hal ini sesuai dengan Pancapalaga
(2008) yang menyatakan bahwa limbah Pengaruh Interaksi Antara Penambahan Pati
pertanian dapat menghasilkan energi kalor Kulit Singkong dengan Suhu Pengeringan
sekitar 6000 kal/g. jadi semakin banyak limbah Terhadap Nilai Kalor
limbah pertanian dalam pencampuran Dari daftar anailisis sidik ragam diketahui
pembuatan briket akan menghasilkan nilai bahwa interaksi penambahan pati kulit
kalor. singkong dan suhu pengeringan memberikan
Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Nilai pengaruh berbeda sangat nyata (P < 0.01)
Kalor terhadap nilai kalor. Hasil uji LSR pengaruh
Dari sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat interaksi penambahan pati kulit singkong dan
bahwa Suhu Pengeringan berpengaruh berbeda

4
D. Ardilla, et al. / Agrintech 1 (2017) 1-9

suhu pengeringan terhadap nilai kalor pada


briket. Perlakuan LSR Notasi
Rataan Jarak
(P) 0,05 0,01 0,05 0,01
P1 = 5% 21.669 - - - d D
P2 = 10% 22.550 2 0.179 0.243 c C
P3 = 15% 23.425 3 0.185 0.255 b B
P4 = 20% 24.906 4 0.190 0.262 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 5. Dapat dilihat bahwa P1


berbeda sangat nyata dengan P2, P3, dan P4. P2
berbeda sangat nyata dengan P3 dan P4. P3
Gambar 3 : Grafik Hubungan Interaksi Penambahan berbeda sangat nyata dengan P4. Kadar Air
Pati Kulit Singkong Dan Suhu Pengeringan Terhadap tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu
Nilai Kalor Briket sebesar 24.906%, dan terendah terdapat pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 21.669%. Untuk
Dari gambar 3 terlihat bahwa semakin lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.
banyak jumlah perekaat 20% yang di 26,000
campurkan dengan arang memiliki tektur 25,000
Kadar Air (%)
ŷ = 1.043 + 20.54P
seperti bubur pada saat proses pencampuran r = 0.978
24,000
sehingga menimbulkan nilai kalor yang semakin
rendah dan pada saat pencampuran perekat 5% 23,000
memiliki tekstur yang lembab sehingga 22,000
mempermudah proses pencetakan sehingga 21,000
briket padat. Hal ini sependaapat dengan 0 2 4 6
Tobing (2007) yang menyatakan bahwa Penambahan Pati Kulit Singkong
semakin besar persentase jumlah pengikat pada Gambar 4: Hubungan Penambahan Pati Kulit
briket, maka nilai kalor yang dihasilkan akan Singkong Terhadap Kadar Air
semakin rendah. Pada saat proses pengeringan
dengan suhu 130 0C sehingga briket yang di Dari gambar 4. Dapat dilihat bahwa
hasilkan sangat kering dan padat dan pengaruh penambahan pati kulit singkong
meningkatkan nilai kalor tertingggi terlihat terhadap kadar air semakin meningkat. Kadar
pada komposisi arang pelepah sawit dan pati air briket berpengaruh terhadap nilai kalor.
kulit singkong 95% + 5% yaitu 5776.9200 Nilai kalor akan semakin meningkat apabila
kal/gr pada suhu 130 0C. semakin sedikit kadar air dalam briket, (Ardilla
dkk, 2011). Seperti penelitian yang dilakukan
Kadar Air oleh Gandhi (2010) yaitu semakin tinggi
Pengaruh Penambahan Pati Kulit komposisi perekat maka nilai kalornya semakin
Singkong Terhadap Kadar Air rendah dan kadar air nya yang dihasilkan
Dari daftar sidik ragam (lampiran 2) dapat semakin tinggi pula, tetapi berat jenis dan
dilihat bahwa penambahan jumlah Pati Kulit kepadatan energi yang dihasilkan akan semakin
Singkong berpengaruh berbeda sangat nyata (P rendah. Hal ini dikarenakan kandungan air yang
< 0,01) terhadap Kadar Air. Tingkat perbedaan terdapat dalam perekat sehingga apabila
tersebut telah diuji dengan uji beda rata-rata dicampur dengan arang akan berpengaruh
dapat dilihat pada tabel 5. terhadap nilai kadar air briket tersebut
Purnama dkk (2012).
Tabel 5. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh
Penambahan Pati Kulit Singkong Terhadap Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap
Kadar Air Kadar Air
Dari daftar sidik ragam (lampiran 2) dapat
di lihat bahwa Suhu Pengeringan berpengaruh
berbeda sangat nyata (P < 0,01) terhadap Kadar
Air. Tingkat perbedaan tersebut telah diuji

5
D. Ardilla, et al. / Agrintech 1 (2017) 1-9

dengan uji beda rata-rata dapat di lihat pada suhu pengeringan terhadap kadar air kadar air
tabel 6. briket dapat di lihat pada gambar 6.
Tabel 6. Hasil Uji Beda Rata-Rata Suhu 30,0000
P3: ŷ = -0.99 + 25.9S
Pengeringan Terhadap Kadar Air 25,0000 r = -0.354
Perlakuan LSR Notasi

Kadar Air (%)


Rataan Jarak 20,0000
(S) 0,05 0,01 0,05 0,01 P2 : ŷ = -3.1 + 30.3S P1
S1 =100°C 26.075 - - - a A 15,0000 r = -0.636 P2
S2 =110°C 24.844 2 0.176 0.243 b B P1: ŷ = -0.732 + 26.73S
10,0000 r = -0.173 P3
S3 =120°C 22.450 3 0.185 0.255 c C
5,0000 P4: ŷ = -4.467 + 32.88S P4
S4 =130°C 19.181 4 0.190 0.262 d d r =- 0.826
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi 0,0000
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% 0 2 4 6
dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% Suhu Pengeringan
Gambar 6: Grafik Hubungan Interaksi Penambahan
Dari tabel 6. Dapat dilihat bahwa S1 berbeda Pati Kulit Singkong Dan Suhu Pengeringan Terhadap
sangat nyata dengan S2, S3 dan S4. S2 berbeda Kadar Air Briket
sangat nyata dengan S3 dan S4. S3 berbeda
sangat nyata dengan S4. Kadar Air tertinggi Dari gambar 8 terlihat kadar air yang di
terdapat pada perlakuan S1 yaitu sebesar dapat pada penelitian ini menunjukkan adanya
26.075% dan terendah terdapat pada perlakuan kecenderungan semakin banyak konsentrasi
S4 yaitu sebesar 19.181%. Untuk lebih jelasnya perekat yang di tambahkan pada pembuatan
dapat di lihat pada gambar 5 briket pelepah kelapa sawit, maka kadar air
30,000 semakin meningkat. Hal ini disebabkan adanya
Kadar Air (%)

20,000
penambahan penambahan kadar air dari bahan
perekat itu sendiri sehingga kadar air briket
ŷ = -2.322 + 28.95S
10,000 akan meningkat pula (Riseanggara, 2008).
r = -0.964
0,000 Faktor lain yang dapat menyebabkan
0 2 4 6 rendahnya kadar air suatu briket adalah suhu
Suhu Pengeringan pengeringan yang dilakukan maka semakin
Gambar 5. Hubungan Suhu Pengeringan Terhadap banyak air yang terbuang, sehingga kadar air
Kadar Air briket arang semakin rendah (Sunyata, 2004).

Dari gambar 5. Dapat dilihat bahwa Kadar Abu


pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Pengaruh Penambahan Pati Kulit Singkong
Air. Semakin tinggi Suhu Pengeringan maka Terhadap Kadar Abu
Kadar Air pada briket semakin menurun. Kadar Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3) dapat
air briket yang tinggi dipengaruhi oleh dilihat bahwa penambahan jumlah Pati Kulit
pengeringan bahan baku yang kurang Singkong berpengaruh berbeda sangat nyata (P
sempurna sehingga kandungan air masih < 0,01) terhadap Kadar Abu. Tingkat perbedaan
banyak terdapat di dalam briket serta ukuran tersebut telah diuji dengan uji beda rata-rata
partikel arang yang halus sehingga lebih mudah dapat dilihat pada tabel 7.
menyerap air, yang dapat menyebabkan Tabel 7. Hasil Uji Beda Rata-Rata Penambahan
penyimpangan hasil kadar air briket hasil Pati Kulit Singkong Terhadap Kadar Abu
pirolisis (Usman, 2007). Perlakuan LSR Notasi
Rataan Jarak
(P) 0,05 0,01 0,05 0,01
Pengaruh Interaksi Antara Penambahan Pati P1 = 5% 19.293 - - - a A
Kulit Singkong dengan Suhu Pengeringan P2 = 10% 14.471 2 1.009 1.389 b B
Terhadap Kadar Air P3 = 15% 10.675 3 1.059 1.460 c C
Dari daftar anailisis sidik ragam diketahui P4 = 20% 7.018 4 1.086 1.497 d D
bahwa interaksi Penambahan Pati Kulit Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
Singkong dan Suhu Pengeringan memberikan dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
pengaruh berbeda sangat nyata (P < 0.01)
terhadap kadar air. Hasil uji LSR pengaruh Dari tabel 7. Dapat dilihat bahwa P1 berbeda
interaksi penambahan pati kulit singkong dan sangat nyata dengan P2, P3, dan P4. P2 berbeda

6
D. Ardilla, et al. / Agrintech 1 (2017) 1-9

sangat nyata dengan P3 dan P4. P3 berbeda Perlakuan LSR Notasi


Rataan Jarak
sangat nyata dengan P4. Kadar Abu tertinggi (S) 0,05 0,01 0,05 0,01
terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar S1=100°C 14.688 - - - a A
19.293%, dan yang terendah terdapat pada S2=110°C 13.123 2 1.009 1.389 b B
perlakuan P4 yaitu sebesar 7.018%. Untuk lebih S3=120°C 12.144 3 1.059 1.460 bc BC
jelasnya dapat dilihat pada gambar 7. S4=130°C 11.503 4 1.086 1.497 cd Cd
25 Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyatapada taraf 5%
20 ŷ = -4.0621 + 23.019P dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Kadar Abu(%)

r =- 0.9954
15
10
Dari Tabel 8. Dapat dilihat bahwa S1
berbeda sangat nyata dengan S2, S3 dan S4. S2
5
berbeda tidak nyata dengan S3 dan S4. S3
0 berbeda tidak nyata dengan S4. Kadar Abu
0 1 2 3 4 5
tertinggi terdapat pada perlakuan S1 yaitu
Penambahan Pati Kulit Singkong sebesar 14.688% dan terendah terdapat pada
Gambar 7 : Hubungan Penambahan Pati Kulit perlakuan S4 yaitu sebesar 11.503%. Untuk
Singkong Terhadap Kadar Abu lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 8.
16
Dari gambar 7. Dapat dilihat bahwa Kadar Abu (%) 14
penabahan jumlah pati kulit singkong terhadap 12
kadar abu. Semakin banyak penambahan 10
jumlah pati kulit singkong maka kadar abu 8
semakin meningkat yaitu 19.293%. Hal ini 6 ŷ = -1.0534 + 15.498S
sesuai Pendapat dari Earl (1997) yang 4
r = -0.9625
menyatakan semakin tinggi kadar abu, nilai 2
kalor semakin rendah. Karena terlihat bahwa 0
walaupun kadar abu dari briket yang 0 1 2 3 4 5
menggunakan perekat 5% adalah yang paling
Suhu Pengeringan
tinggi, ternyata nilai kalornya justru yang paling
Gambar 8: Hubungan Suhu Pengeringan
tinggi. Salah satu unsur penyusun abu adalah
Terhadap Kadar Abu
silica. Pengaruhnya kurang baik terhadap nilai
kalor briket arang yang dihasilkan. Kandungan Gambar 8. Dapat dilihat bahwa pengaruh
abu yang tinggi dapatmenurunkan nilai kalor suhu pengeringan terhadap kadar abu, semakin
briket arang sehingga kualitas briket arang tinggi suhu pengeringan maka kadar abu pada
tersebut menurun (Masturin, 2002). Semakin briket semakin menurun. Menurut Hendra dan
banyak perekat di campurkan kedalam arang, Darmawan (2000), salah satu unsur kadar abu
maka kadar abu pada briket akan semakin adalah silikat dan pengaruhnya kurang baik
menurun. terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin
rendah kadar abu maka semakin baik kualitas
Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap
briket yang dihasilkan. Menurut Jamilatul
Kadar Abu
(2011), abu yang terkandung dalam bahan
Dari daftar sidik ragam (lampiran 3)
bakar padat ada mineral yang tidak dapat
dapat dilihat bahwa suhu pengeringan
terbakar tertinggal setelah proses pembakaran
berpengaruh berbeda sangat nyata (P < 0,01)
dan reaksi-reaksi menyertainya selesai. Dengan
terhadap Kadar Abu. Tingkat perbedaan
semakin tinggi suhu pengeringan maka kadar
tersebut telah diuji dengan uji beda rata-rata
abu pada arang semakin rendah, abu akan
dapat dilihat pada tabel 8.
menurunkan mutu bahan bakar padat karena
dapat menurunkan nilai kalor.
Tabel 8. Hasil Uji Beda Rata-Rata Suhu
Pengeringan Terhadap Kadar Abu

7
D. Ardilla, et al. / Agrintech 1 (2017) 1-9

Pengaruh Interaksi Antara Penambahan Pati Terhadap Kualitas Briket Arang. Bogor:
Kulit Singkong dengan Suhu Pengeringan Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil
Terhadap Kadar Abu Hutan.
Dari daftar anailisis sidik ragam (lampiran
3) diketahui bahwa interaksi Penambahan Pati Jamilatul S, 2011. Kualitas Sifat-Sifat Penyala
Kulit Singkong dan Suhu Pengeringan Dari Pembakaran Briket Tempurung
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P > Kelapa, Briket Serbuk Gergaji Kayu Jati,
0.05) terhadap Kadar Abu sehingga pengujian Briket Sekam Padi Dan Batu Bara, Di
selanjutnya tidak dilakukan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia’’kejuangan’’ 2011.
D. KESIMPULAN
Manik Fs. 2010. Pemanfaatan Spent Bleaching
Dari hasil penelitian dan pembahasan
Earth Dari Proses Pemucatan Cpo Sebagai
pengaruh penambahan jumlah pati kulit
Bahan Baku Briket. Bogor: Institut
singkong dan suhu pengeringan terhadap mutu
Pertanian Bogor.
briket dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Penambahan jumlah pati kulit singkong Masturin, A. 2002. Sifat Fisik Kimia Dan Briket
memberi pengaruh yang berbeda sangat Arang Dari Campuran Arang Limbah
nyata terhadap nilai kalor, kadar air dan Gergaji Kayu [Skripsi]. Bogor. Fakultas
kadar abu. Kehutanan. Institute Pertanian Bogor.
2. Suhu pengeringan memberikan pengaruh
yang berbeda sangat nyata terhadap nilai Pancapalaga, A. 2008. Sifat Fisik Dan Kimia
kalor, kadar air dan kadar abu Briket Arang Dari Campuran Arang
3. Interaksi perlakuan penambahan pati kulit Limbah Pertanian Sebagai Bahan Bakar
singkong dengan suhu pengeringan Alternatif.
memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata terhadap Nilai Kalor dan Kadar Air Purnama, R. R., A. Chumaidi, And A. Saleh. 2012.
sedangkan kadar abu memberikan pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Cpo Sebagai
berbeda tidak nyata. Perekat Pada Pembuatan Briket Dari
Arang Tandan Kosong Kelapa Sawit.
DAFTAR PUSTAKA 18:45.

Riseanggara Rr. 2008. Optimasi Kadar Perekat


Desi Ardilla, Bahrin, M.Taufik, 2007.
Pada Briket Limbah Biomassa. Bogor :
Pembuatan Karbon Aktif Dari Cangkang
Perpustakaan Institut Pertanian Bogor.
Kelapa Sawit. Agrium, 14(2):10-13
Sanotsa, Misiaini R., Dan Swara Pratiwi
Desi Ardilla, Bahrin, M.Taufik , 2011.
A, 2013. Studi Variasi Komposisi Bahan
Optimasi Pada PenambahanZat Aditif
Penyusun Briket Arang Dari Kotoran Sapi
Terhadap Nilai Kalor Briket Cangkang
Dan Limbah Pertanian.
Kelapa Sawit. Agrium, 16(3):116-123
Sunyata, A. 2004, Pengaruh Kerapatan Dan Suhu
Earl, D.E, 1997. A Report On Corcoal, Andre
Pirolisa Terhadap Kualitas Briket Arang
Meyer Research Fellow. Fao. Rome
Serbuk Kayu Sengon, Fakultas Kehutanan
Gandhi, A. 2010. Pengaruh variasi jumlah Institut Pertanian Yogyakarta
campuran perekat terhadap karakteristik
Tobing, Febrina Setyawati Dan Brades , A.
briket arang tongkol jagung. Profasional.
Chandra. 2007. Pembuatan Briket Arang
8(1):1-11
Dari Enceng Gondok (Eichornia Crasipess
Hartoyo, J Dan Roliandi, H. 1978. Percobaan Solm) Dengan Sagu Sebagai Pengikat.
Pembuatan Briket Arang Dari Lima Jenis Jurusan Teknik Kimia. Indralaya: Unsri.
Kayu. Indonesia. Laporan Penelitian
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang Dari
Lembaga Hasil Hutan. Bogor.
Campuran Serbuk Gergaji Kayu Afrika
Hendra Dan Darmawan, 2000. Pengaruh Bahan (Maesopsis Eminii Engl) Dan Sengon
Baku, Jenis Perekat Dan Tekanan Kempa (Paraserianthes Falcataria L. Nielsen)

8
D. Ardilla, et al. / Agrintech 1 (2017) 1-9

Dengan Penambahan Tempurung Kelapa


(Cocos Nucifera L). Bogor: Departemen
Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Ipb

Usman, M.Natsir. 2007. Mutu Briket Arang Kulit


Buah Kakao Dengan Menggunakan Kanji
Sebagai Perekat. 3:57.

Anda mungkin juga menyukai