Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar
kepada ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW ketika diutus
oleh Allah SWT sebagai Rasul, hidup dalam masyarakat yang terbelakang, dimana
paganisme tumbuh menjadi sebuah identitas yang melekat pada masyarakat Arab masa
itu. Kemudian Islam datang menawarkan cahaya penerang, yang mengubah masyarakat
Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan beradab. Salah satu pencerahan
yang dibawa oleh Islam bagi kemanusiaan adalah pemikiran secara ilmiah, masyarakat
Arab dan Timur tengah pra Islam tidak memperdulikan persoalan-persoalan mengenai
alam semesta, bagaimana alam tercipta dan bagaimana alam bekerja, maka dari sinilah
mereka belajar merenungi pertanyaan-pertanyaan ini dan untuk mencari jawabannya
tentang itu semua, mereka merujuk kepada al-Qur’an dan Hadis. Di dalam al-Qur’an
(Q.S. Ali-Imran: 190-191), Allah SWT memerintahkan memikirkan bagaimana langit dan
bumi tercipta, cara fikir ini menggerakkan bangkitnya ilmu pengetahuan dalam peradaban
Islam. Ini adalah pengembangan ilmu pengetahuan yang istimewa dalam sejarah dunia,
terutama tentang alam semesta.
Rasulullah SAW tidak hanya memberikan motivasi kepada para sahabatnya untuk belajar
dan menguasai ilmu akan tetapi Beliau langsung memberikan arahan dan menggunakan
seluruh cara untuk menghilangkan kebodohan dari ummatnya. Salah satu cara yang
dilakukan rasul pada masa awal Islam adalah memanfaatkan para tawanan perang Badar
dengan mengharuskan setiap satu orang tawanan mengajarkan tulis baca kepada satu
orang anak muslim. Hal itu sebagai tebusan agar tawanan bisa dibebaskan. Demikian pula
Rasul menyuruh Zaid Ibn Tsabit untuk belajar bahasa Ibrani yang notabene sebagai
bahasa Yahudi. Tujuannya adalah agar Zaid dapat menjelaskan dan menuliskan risalah
Rasul kepada mereka. Berdasarkan hal tersebut tidak mengapa umat Islam mempelajari
bahasa asing selama itu dibutuhkan untuk kepentingan umat. Di antara sahabat pun ada
yang mengerti bahasa Parsi dan bahasa Rum pada waktu itu.
Rasulullah SAW juga memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal ayat-ayat
al-Qur’an. Dengan cara ini dapat menjaga kemurnian dan juga media memahami ayat-
ayat al-Qur’an. Disamping dengan hafalan, juga membuat tradisi menulis/ mencatat
wahyu pada kulit, tulang, pelepah kurma dan lain-lain. Dengan bimbingan Nabi
Muhammad SAW, telah mendorong semangat belajar membaca, menulis dan menghafal
sehingga umat Islam menjadi umat yang memasyarakatkan kepandaian tulis-baca.
Dengan semangat itulah, maka terbangun jiwa umat Islam untuk tidak hanya beriman
tetapi juga berilmu, sehingga nantinya lahir sarjana sarjana Islam yang ahli dibidangnya
masing-masing. Pada masa Nabi ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang dibidang
ilmu-ilmu pokok tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral).
Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifah Ja’far alMansur,
setelah mendirikan kota Baghdad dan menjadikannya sebagai ibu kota negara, Ia
merangsang usaha pembukuan ilmu agama,seperti fiqh, tauhid, hadis, tafsir dan ilmu
lain seperti bahasa dan sejarah.
Selanjutnya dari “akal” muncul teori deduksi, yaitu pengambilan kesimpulan yang
khusus dari premis-premis atau pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Dari sini
berkembang ilmu berpikir atau logika yang merupakan cara berpikir abstrak untuk
memahami objek-objek ma‟qul (intellegible) yang tidak bisa ditangkap oleh persepsi
indrawi. Pendekatan ini telah menghasilkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti
matematika, eskatologi, kosmologi, dan metafisika, dengan tokoh-tokoh besarnya
seperti al-Farabi, Ibn Sina, Suhrawardi, Ibn Rusyd dan Mulla Sadra.
Adapun dari “hati” muncul metode intuitif yang menangkap objek-objek ilmu
pengetahuan tidak melalui persepsi indra atau pemikiran diskursif, tetapi melalui
“penyinaran” (illumination) atau penyingkapan (kasyaf) langsung oleh Tuhan ke
dalam hati orang yang dikehedaki. Wahyu diterima nabi dan rasul dengan cara seperti
ini, demikian juga ilham yang diterima oleh para wali atau sufi. Mereka
mengembangkan metode intuitif ini dengan latihan-latihan spiritual yang sangat keras
dalam tarekat-tarekat. Islam kaya dengan para sufi, seperti al-Bustami, al-Hallaj,
Athhar, Ibn „Arabi, al-Rumi dan lain-lain.
Semua sumber diaktifkan pada masa itu maka semua bentuk pengetahuan dapat
dikuasai. Kemajuan yang terdapat pada masa perkembangan ilmu pengetahuan
terdapat dua golongan ulama yaitu pertama ulama yang menekuni ilmu naqal yang
disebut dengan ahl al-„ilmi. Kedua ulama yang menekuni ilmu aqal yang disebut ahl
al-„aql. Ilmu-ilmu naqliyah/al-syariah adalah ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadis,
fikih, ilmu kalam, ilmu nahwu, ilmu bahasa dan bayan, dan ilmu adab. Adapun ilmu
„aqliyah/hikmah/ilmu ajm/ulum al-qadīmah adalah filsafat, ilmu teknik, ilmu
perbintangan, musik, ilmu kesehatan, ilmu sihir, kimia, sejarah, geografi.