SKRIPSI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
SKRIPSI
Disetujui Oleh :
Disetujui oleh :
Mengetahui,
Ketua Departemen
Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya segala petunjuk yang telah diberikan, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Senyawa
Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin (NDPA) Pada Daging Olahan Dengan
Headspace- Single Drop Microextraction-Gas Chromatography-Flame
Ionization Detector (HS-SDME-GC-FID)” dengan lancar dan tepat pada
waktunya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. rer. nat. Ganden Supriyanto, M.Sc dan Bapak Yanuardi
Raharjo, S.Si., M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesainya
skripsi ini.
2. Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Si dan Bapak Drs. Handoko
Darmokoesoemo, DEA selaku dosen penguji I dan II yang telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Drs. Joesoef Syah, MS selaku dosen dosen wali yang telah
memberikan pengarahan dan nasehat kepada penulis.
4. Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA selaku Ketua Departemen Kimia yang
telah memberikan fasilitas serta arahan selama penyusun belajar di
Departemen Kimia.
5. Seluruh Staf Pengajar Program Studi S1 Kimia yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penyusun.
6. Kedua Orang Tua, H. Slamet dan Hj. Munjiah yang telah memberikan
motivasi dan nasehat kepada penulis.
7. Zarah Nur Intizzar, Kartika Laksmi Prasetyowati, dan Any Shofiyah yang
selalu membantu dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan S1 Kimia angkatan 2008 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, dan
bantuan selama penyusunan naskah skripsi.
9. Teman-teman S1 Kimia angkatan 2006, 2007, dan 2009 yang telah
memberikan semangat dan doa untuk kelancaran penyusunan naskah
v
vi
ABSTRAK
vii
Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto
(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
Sucipto, T.H., 2012, Analysis of N-nitrosodiprophylamines carcinogenic
compound to meat-processing using Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-
SDME-GC-FID). This script is under advisement of Dr. rer. nat. Ganden
Supriyanto, M.Sc and Yanuardi Raharjo, S.Si., M.Sc. Chemistry
Department, Science and Technology Faculty, Airlangga State University.
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI......................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
ABSTRAK.........................................................................................................vii
ABSTRACT.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................7
ix
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................49
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1. Pembuatan Larutan
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi NDPA Tanpa Ektraksi
3. Pembuatan Kurva Optimasi pH
4. Pembuatan Kurva Optimasi Kecepatan Pengadukan
5. Pembuatan Kurva Optimasi Suhu Ekstraksi
6. Pembuatan Kurva Kalibrasi NDPA dengan Ekstraksi HS-SDME
7. Perhitungan Enrichment Factor
8. Perhitungan Konsentrasi Sampel
9. Perhitungan Spiking dan Recovery (%R) Spiking
10. Kromatogram Nitrosodipropilamin (NDPA)
11. Kromatogram Metanol
12. Kromatogram Metanol dan NDPA
13. Kromatogram Metanol dan Toluena
14. Kromatogram Metanol, Toluena, dan NDPA
15. Kromatogram Optimasi Parameter Analitik
16. Kromatogram Sampel Hamburger I dan Spiking Sampel Hamburger I
17. Kromatogram Sampel Hamburger II dan Spiking Sampel Hamburger II
18. Kromatogram Sampel Hamburger III dan Spiking Sampel Hamburger III
19. Kromatogram Sampel Kebab I dan Spiking Sampel Kebab I
20. Kromatogram Sampel Kebab II dan Spiking Sampel Kebab II
21. Kromatogram Sampel Kebab III dan Spiking Sampel Kebab III
22. Hasil Uji Nitrit di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya
xiii
PENDAHULUAN
pendidikan, kesehatan, dan sandang. Kebutuhan bahan pangan ini akan terus
masalah pangan dan sistem pangan umumnya dibagi atas sub sistem produksi,
disebabkan oleh adanya reaksi kimia yang bersumber dari dalam dan dari luar
bahan pangan tersebut (Barus, 2009). Pembusukan yang berasal dari luar bahan
addittive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Pengawet bahan
Raharjo, 2005). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk pengawet antara lain
menyebutkan bahwa setiap 100.000 orang terdapat kasus baru penyakit kanker
sebanyak 170- 190 kasus. Penyebab penyakit kanker salah satunya disebabkan
oleh senyawa nitrosamin yang menyerang pada organ tubuh tertentu, misalnya
Pembentukan NNCs berasal dari nitrit atau nitrogen oksida, dan amin sekunder
atau N-alkilamida. Nitrit yang berasal dari olahan daging akan bereaksi dengan
manusia dalam keadaan asam. Selain berasal dari makanan, nitrosamin juga
terdapat dalam asap rokok. Pada produk yang diasap, terdapat bentuk nitrosamin
lain yaitu N-nitrosotiazolidin yang merupakan reaksi antara aldehid (dari asap),
amin dalam bahan pangan dan nitrit (Prangdimurti dan Mangunkusumo, 2007).
bersifat karsinogenik. Selain itu, nitrosamin juga bersifat beracun dan mutagenik
memperoleh warna yang baik dan tidak mudah rusak atau menghambat
dalam tubuh manusia berkisar antara 5 sampai 10 μg/kg dari berat tubuh (Filho,
et. al., 2003). Negara Amerika Serikat (USA) telah mengatur tingkat toleransi
perlu adanya suatu teknik analisis yang sederhana dan mempunyai sifat
dalam makanan.
tembakau, dan air minum sudah banyak dikembangkan dengan berbagai macam
Solid
Phase Microextraction Gas Chromatography with Thermal Energy Analyzer
pelarut yang sedikit sehingga limbah pelarut organik yang banyak, teknik TSE
mempunyai kapasitas sampel yang besar dan mempunyai pustaka yang banyak,
teknik SFE dapat digunakan untuk mengektrak senyawa yang terdapat pada
suatu fluida seperti karet. Akan tetapi, teknik-teknik ekstraksi tersebut masih
dengan kemurnian yang tinggi dan waktu ekstraksi yang relatif lama karena
limbah pelarut organik. Sehingga masih belum efisien digunakan untuk analisis
secara rutin karena akan membutuhkan biaya yang lebih mahal dan limbah
sederhana, cepat, dan mudah. Teknik ini lebih murah karena tidak membutuhkan
peralatan khusus, mempunyai selektivitas tinggi, dan mempunyai batas deteksi
rendah (Riccio et al., 2008). SDME mempunyai 2 model ekstraksi, yaitu SDME
2007).
kontaminan pada sampel yang dapat mengganggu analisis. Selain itu, teknik
senyawa kimia dengan sifat mudah diuapkan (Riccio et al., 2008) dan dapat
mendeteksi sampel sampai dengan μg/L (Filho et al., 2003). Teknik analisis
FID?
baru yang efektif dan selektif dalam menganalisis senyawa N-nitrosamin seperti,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Hamburger
Hamburger adalah suatu jenis makanan dari daging (Kamisa, 1997) yang
dipanggang di atas batu bara, biasanya dimakan sebagai isi roti bulat, diberi
dicampur dengan lemak hingga tercampur rata dengan proses kuring. Kuring
mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang baik, dan
2.1.2 Kebab
1999). Seperti hamburger, kebab di Indonesia biasanya dimakan sebagai isi roti,
diberi daun selada dan berbagai jenis saus. Kebab merupakan suatu olahan
daging yang tidak tahan dengan waktu yang lama, maka proses penambahan
olahan daging
8
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
9
2.2 Karsinogenik
bukti cukup pada manusia, keolpok B yaitu sangat mungkin karsinogen pada
manusia dengan bukti terbatas pada manusia atau tidak terbukti pada manusia
bagi manusia dengan bukti terbatas pada hewan dan tidak terbukti pada
manusia, dan kelompok E yaitu terbukti bukan karsinogen bagi manusia. Bukti
wanita hamil dalam dosis yang sangat besar dapat mengakibatkan tumor vagina
mengurangi insiden kanker, maka pola hidup yang berbahaya ini perlu
pada makanan tertentu akibat dari reaksi zat nitrosating (Andrade et al., 2005).
R1
N N O
R2 R1,R2 = alkil
amin sekunder atau N-alkilamida. Nitrit bereaksi dengan asam amino bebas
(Drabik- Markiewicz et al., 2009) dan amina atau amida untuk membentuk
-
O H Cl H Cl +
OH
HO 2
Na + N N
N
O O
O
-H 2O
H NH 2
+
N N O N O
H
N -nitrosam in
Nitrat dalam sayuran dapat direduksi menjadi nitrit oleh bakteri dari mulut.
daging yang diawetkan, seperti sosis dan corned. Bahan pangan biasanya
lingkungan asam membentuk nitrosating agents yang reaktif, yaitu NO+, N2O3
dan HNO2O3+. Nitrosating agents ini akan bereaksi dengan senyawa amina dan
C3H7
CH
37
N H + NO +
N N O + H+
C3H7
C3H7
manusia berkisar antara 5 sampai 10 μg/kg dari berat tubuh (Filho et al., 2003).
melainkan juga terdapat pada air minum, produk karet, formulasi obat,
massa dan reaksi kimia senyawa target dan pelarut organik berlangsung
+ - + - + -
M+OR- + Q X M X + Q OR
Fasa Cair
pemilihan jenis pelarut organik, volume pelarut organik, suhu ekstraksi, dan
waktu ekstraksi (Adam, et. al., 2008). Selain itu, faktor yang dapat
tetesan (drop).
Gambar 2.5 Headspace-single drop microextraction (HS-SDME)
merupakan suatu teknik ekstraksi sederhana, cepat, dan murah. Selain itu,
karena posisi pelarut organik berada di atas permukaan larutan sampel maka
hasil ekstraksi bebas dari kontaminan yang dapat mengganggu analisis. Setelah
al., 2008) dan dapat mendeteksi sampel sampai dengan μg/L (Filho et al., 2003).
terdiri dari dua macam komponen atau lebih, yang didasarkan pada perbedaan
migrasi di antara dua fasa yaitu fasa diam yang berupa padatan dan fasa gerak
berupa gas. Fasa diam berupa cairan yang tidak mudah menguap yang melekat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
14
pada padatan pendukung yang inert berupa butiran halus dan fasa geraknya
FLOW CONTROLLER
REGULATOR
DETECTOR ELECTROMETER
INJECTION
COLUMN
1 2 3
Hydrogen
OVEN
Carrier Gas
Kemudian sampel dibawa oleh gas pembawa melalui kolom dimana komponen
dilakukan penguapan. Oleh karena itu, injection port, kolom, dan detektor
dipanaskan.
METODE PENELITIAN
NaHCO3. Sampel daging hamburger dan daging kebab didapatkan dari Surabaya
Timur.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang biasa
digunakan di laboratorium, pH meter, labu ukur 100 mL, buret, pipet skala,
series II, Kolom GC tipe HP-5 (panjang 30 m; diameter 0,250 mm; dan film
0,10 µm), microsyringe, mikropipet dan tube mikropipet (10µL, 100µL, dan
1000 μL), kertas saring, corong buchner, Hotplate Stirer merk Daihan Labtech
Model LMS-
15
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
16
1003 Serial No. 2010051312, batang pengaduk (panjang 1,5 cm dan diameter 0,5
Limit Deteksi
Penentuan Parameter Validasi Persen Recovery
Koefisien Variasi
Enrichment Factor
Analisis Data
standar NDPA 6 ppm) dimasukkan ke dalam botol yang berisi batang pengaduk
botol secara tegak lurus hingga tergantung di atas larutan standar. Kemudian
dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan dengan metanol sampai tanda
batas.
3.4.3.2 Pembuatan larutan standar NDPA 2 ppm; 4 ppm; 6 ppm; 8 ppm;
dan 10 ppm
Untuk larutan standar 2 ppm; 4 ppm; 8 ppm; dan 10 ppm, masing-masing dibuat
dari 0,4 mL; 0,8 mL; 1,6 mL; dan 2,0 mL larutan induk NDPA 50 ppm
tanda batas.
labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquadem sampai tanda batas.
dengan aquadem dalam gelas beker. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur
dengan aquadem dalam gelas beker. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur
meter.
dengan pH meter.
larutan 0,2 M NaHCO3 dicampurkan dengan 0,2 M NaOH (x) mL dan aquadem
(y) mL.
Tabel 3.3 Pembuatan larutan buffer bikarbonat
NaHCO3 NaOH (mL) Aquadem pH teoritis
(mL) (mL)
50 10,7 39,3 10
50 22,7 27,3 11
3.4.5.1 Optimasi pH
Pada penelitian ini divariasi pH antara lain pH asam (pH 3 dan pH 4), pH
netral (pH 7 dan pH 8), serta pH basa (pH 10 dan pH 11). Sementara variabel
yang lain dibuat tetap (jenis pelarut organik yang digunakan adalah toluena,
volume palarut organik 3 μL, kecepatan pengadukan skala 3, suhu 30 °C, waktu
ekstraksi dianalisis dengan GC-FID, kemudian diplot suatu grafik antara pH dan
selanjutnya.
skala 4; skala 5; skala 6; dan skala 7). Sementara variabel yang lain dibuat tetap
(jenis pelarut organik yang digunakan adalah toluena, volume pelarut organik 3
µL, suhu 30 °C, waktu ekstraksi 30 menit, dan volume larutan standar 6 ppm
Optimasi suhu ekstraksi digunakan suhu sebesar (30 °C, 35 °C, dan 40
°C). Sementara variabel yang lain dibuat tetap (jenis pelarut organik yang
menit dan volume larutan standar 6 ppm sebanyak 10 mL), sedangkan pH dan
kecepatan pengadukan sesuai dengan hasil optimasi pada prosedur 3.4.6.1 dan
3.4.6.2. Prosedur ekstraksi seperti prosedur 3.4.3. Setiap variasi suhu dilakukan
kemudian diplot suatu grafik antara suhu ekstraksi dan luasan puncak.
analitik yang telah dioptimasi (prosedur 3.4.6.1, prosedur 3.4.6.2, dan prosedur
analitik.
NDPA. Pertama dilakukan adalah menghitung standar deviasi dari signal blanko
Sy/x =
y yˆ 2
n2 .....(1.1)
dengan YLOD merupakan sinyal konsentrasi terkecil yang masih terdeteksi dan a
merupakan sinyal blanko (intersep dari kurva kalibrasi). Tahap ketiga, Y LOD
dimasukkan ke persamaan regrasi kurva kalibrasi NDPA. Sehingga didapatkan
suatu konsentrasi NDPA terkecil dalam sampel yang masih dapat diukur atau
x
R x100% .....(1.3)
SD
K x 100% .....(1.4)
V _
x
tetapi dengan ditentukan nilai standar deviasi (SD) terlebih dahulu yaitu dengan
persamaan:
_ 2
x x
SD .....(1.5)
n1
dengan x merupakan luas area kromatogram setiap pengukuran, nilai x
3%.
Vs
EF .....(1.6)
t
h Ve
recovery.
dengan mortar. Limapuluh gram sampel yang telah halus direndam dalam
diperoleh di masukkan dalam labu ukur 100 mL ditambah metanol sampai tanda
batas.
SDME.
3.8 Spiking
dihaluskan dengan mortar. Limapuluh gram sampel yang telah halus direndam
dalam metanol serta ditambah larutan standar NDPA 50 ppm sebanyak 4 mL,
analitik yang telah dioptimasi (prosedur 3.4.6.1, prosedur 3.4.6.2, dan prosedur
x.
Hewlett 5890 Packard Series II dengan kolom sebagai fasa diamnya digunakan
HP-5 bersifat non polar (Reuessac dan Reuessac, 2007). Detektor yang
terhadap senyawa karbon organik (Hendayana, 2006). Fasa gerak berupa gas
hidrogen dan gas nitrogen. Optimasi ini digunakan untuk mendapatkan hasil
4.1, serta kurva temperatur GC-FID dapat dilihat pada Gambar 4.1. Berdasarkan
26
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27
sebagai pelarut berada pada retention time 1,5 menit, sedangkan peak NDPA
berada pada retention time sekitar 8 sampai dengan 9 menit. Kromatogram hasil
berupa garis linier. Pembuatan kurva kalibrasi ini bertujuan untuk mengetahui
reprodusibilitas alat.
korelasinya (R2) lebih besar dari 0,99. Sedangkan reprodusibilitas dapat dilihat
dari nilai koefisien variasi, reprodusibilitas baik jika K V<3% (Miller dan Miller,
1988). Data yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3.
dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi larutan standar NDPA maka
semakin besar luas area kromatogram yang dihasilkan. Kurva kalibrasi NDPA
korelasi (R2) sebesar 0,9938. Ini menunjukkan ada korelasi antara konsentrasi
dari rentang 0,15% sampai dengan 6,7%, empat dari lima data konsentarsi
mempunyai KV<3%, hal ini dapat disimpulkan bahwa presisi yang dihasilkan
(HS- SDME), dengan berbagai parameter yang ditetapkan yaitu, toluena sebagai
Toluena mempunyai titik didih yang tinggi, titik didih ini menyebabkan
proses dryness memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu, toluena
mempunyai nilai tegangan permukaan yang tinggi sehingga gaya kohesif yang
terjadi lebih tinggi, kelarutan dalam air lebih kecil, dan tetes pelarut organik
lebih stabil (Battle dan Nerin, 2004). Alasan inilah yang menyebabkan toluena
ekstraksi larutan pengekstraknya semakin berkurang. Hal ini karena drop yang
secara sempurna.
tidak stabil dikarenakan mudah jatuh (Intissar, 2012). Hal ini disebabkan gaya
tarik kebawah (Fg) lebih besar daripada gaya tarik keatas (F f), sehingga drop
4.3.1.1 Optimasi pH
11, dengan toluena sebagai pelarut organik, volume toluena 3 μL, kecepatan
pengadukan skala 3, suhu ekstraksi 30 °C, waktu ekstraksi 30 menit, dan volume
al., 2006), dimana apabila suatu senyawa mengalami ionisasi menjadi ion-
ionnya menyebabkan analit menjadi lebih polar atau mudah larut dalam fasa air
tekstrak. Hal ini disebabkan karena adanya kesetimbangan disosiasi antara analit
yang bersifat asam dengan analit yang bersifat basa. Analit yang bersifat asam
larutan, analit berada dalam bentuk molekulnya dan hal ini dapat meningkatkan
OH
C3H7
C3H7 C3H7
bentuk garamnya dan larut dalam fasa air sehingga jumlah analit yang terekstrak
semakin berkurang.
OH
C3H7 N
CH N N+
O
37 C3H7 Na+ OH- N ONa
N N O-
C3H7
C3H7 C3H7 Garam
berkurang karena cenderung larut dalam air daripada fasa organiknya. Tetapi,
Health and Human Services pada tahun 2011 mengatakan bahwa NDPA stabil
dalam larutan netral atau basa dalam 14 hari, dan kurang stabil dalam larutan
asam. Hal ini dapat dijelaskan bahwa stabilitas ini hanya digunakan untuk
4, skala 5, skala 6, dan skala 7, dengan toluena sebagai pelarut organik, volume
toluena 3 μL, pH 4, suhu ekstraksi 30 °C, waktu ekstraksi 30 menit, dan volume
karena kesetimbangan antara fasa cair dan uap dapat dicapai lebih cepat serta
difusi analit terhadap drop akan lebih cepat pula (Valentinavičiūtė et al., 2008).
Data hasil analisis menggunakan GC didapatkan luas area kromatogram masing-
masing kecepatan pengadukan seperti pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.7.
drop pelarut organik berlangsung lambat, sehingga analit yang terekstrak pada
drop pelarut organik kurang optimal. Sedangkan pengadukan diatas skala 6 juga
memberikan luas area kromatogram yang kecil, hal ini disebabkan oleh karena
dengan bertambahnya kecepatan maka akan menyebabkan drop organik menjadi
tidak stabil bahkan akan jatuh sebelum ekstraksi selesai sehingga dapat
menggunakan tiga variasi suhu yaitu, 30 °C, 35 °C, dan 40 °C, dengan toluena
skala 6, waktu ekstraksi 30 menit, dan volume larutan standar NDPA 6 ppm
sebanyak
ekstraksi yang baik (Valentinavičiūtė et al., 2008). Dari hasil analisis dengan
adalah 30 °C. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya suhu dari larutan
di atas 30 °C dapat menyebabkan kerusakan drop dan menguapnya drop. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa sebelum proses ekstraksi selesai, drop pelarut organik
menuju pelarut organik akan berlangsung lebih lama (Hashemi et al, 2011).
Oleh karena itu, suhu ekstraksi 30 °C dianggap sebagai suhu optimum pada
penelitian ini.
yang ditetapkan yaitu, toluena sebagai pelarut organik, volume toluena 3 μL,
waktu ekstraksi 30 menit, dan larutan standar NDPA pada tahapan ini 2 ppm, 4
ppm, 6 ppm, 8 ppm,
dan 10 ppm sebanyak 10 mL. Kemudian didapatkan luas area kromatogram
SDME berupa garis linier. Pembuatan kurva kalibrasi ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pemekatan yang terjadi pada proses ekstraksi dengan HS-
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.9.
2 5239,60
4 6840,90
6 8479,37
8 10040,85
10 11635,32
akan dibahas pada 4.5.4. Kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-SDME
sebesar 0,9999. Ini menunjukkan ada korelasi antara konsentrasi NDPA dengan
Limit deteksi merupakan konsentrasi atau jumlah terendah dari suatu zat
yang dapat ditentukan dan secara statistik memiliki harga yang berbeda dengan
blanko analinya. Semakin kecil nilai limit deteksi, maka semakin baik pula
Dari hasil perhitungan limit deteksi (L OD) kurva kalibrasi NDPA dengan
tersebut merupakan batas terkecil konsentrasi yang masih dapat direspon oleh
limit deteksi
pengukuran NDPA tanpa ekstrakasi dan limit deteksi pengukuran NDPA dengan
standar NDPA yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Nilai %
Tabel 4.8 Data persen recovery larutan standar NDPA dengan ekstraksi HS-
SDME
Konsentrasi Sebenarnya Konsentrasi Terukur %
(ppm) (ppm) Recovery
2 2,11 105,65
4 3,99 99,78
6 6,04 100,67
8 7,99 99,91
10 9,99 99,87
mempunyai akurasi yang baik atau bisa dikatakan bahwa metode ekstraksi ini
mendekati kedekatan konsentrasi NDPA sebenarnya. Nilai recovery ada yang
perhitungan simpangan baku (SD) dan koefisien variasi. Koefisien variasi ini
GC-FID. Nilai Koefisien variasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Data koefisien variasi larutan standar NDPA dengan ekstraksi HS-
SDME
Koefisien Variasi
Konsentrasi NDPA (ppm) Simpangan Baku (SD) (%)
2 29,675 0,566
4 11,458 0,167
6 23,317 0,275
8 9,036 0,089
10 35,846 0,308
Metode dapat dikatakan mempunyai ketelitian atau presisi yang baik jika
nilai koefisien variasi (KV<3%) (Miller dan Miller, 1988). Dapat disimpulkan
bahwa ketelitian atau presisi yang dihasilkan oleh GC-FID baik digunakan
4.10.
Gambar 4.10 Kurva pemekatan NDPA menggunakan ekstraksi HS-SDME
theoretical (EFth) sebesar 3333,33 kali. Menurut teoritis pemekatan yang terjadi
3372,52 kali. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pemekatan yang terjadi pada
halus ditimbang secara teliti, kemudian direndam dalam metanol selama 3 jam
masukkan dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan metanol sampai tanda
batas.
suhu dingin, gelap, dan analisis dilakukan paling lama 14 hari setelah
mengganggu proses analisis. Hasil analisis dari sampel Hamburger dan Kebab
Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Data konsentrasi NDPA dalam sampel
Konsentrasi (ppm)
Sampel I II III
Hamburger 0,27 0,73 1,39
Kebab 3,13 - -
0,27 ppm sampai dengan 1,39 ppm. Sedangkan sampel kebab hanya satu dari
tiga sampel kebab yang terdeteksi yaitu sebesar 3,13 ppm. Dua sampel kebab
yang lain tidak dapat terdeteksi, hal ini terdapat 2 kemungkinan yaitu senyawa
NDPA dalam sampel tidak ada atau senyawa NDPA ada dalam sampel tetapi di
bawah LOD.
kandungan nitrit yang terdapat pada sampel hamburger dan kebab sangat kecil
standar yang diperbolehkan yaitu sebesar 10 μg/kg berat badan. Hal ini
HS-SDME.
4.7 Spiking
standar NDPA 50 ppm selama 3 jam dalam keadaan tertutup agar senyawa
analit menuju pelarut organik berkurang. Selain itu, senyawa organik dalam
Hasil analisis spiking untuk masing- masing sampel dapat dilihat pada Tabel
5.2.
Tabel 5.2 Data spiking sampel
Spiking Luas Area (satuan)
Sampel I II III
Hamburger 5218,32 5655,34 5229,09
Kebab 7736,64 4743,71 4149,22
spiking mendekati 100% maka matrik dalam sampel tidak mempengaruhi proses
analisis, begitu sebaliknya misalkan nilai recovery sampel spiking jauh dari
100% maka matrik dalam sampel mempengaruhi proses analisis. Hasil recovery
Dengan recovery yang jauh dari 100% dibandingkan dengan pada saat
ekstraksi larutan standar maka dapat dikatakan bahwa matrik yang terdapat
Selain matrik berupa senyawa organik, matrik lain dalam sampel yang
pada saat pembuatan hamburger dan kebab. Tepung ini dapat mengganggu
mempunyai fungsi sebagai adsorben (Utomo dan Priyanto, 2010). Fungsi ini
sempurna. Peristiwa adsorpsi ini terjadi pada saat perendaman sampel daging
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
hamburger III sebesar 1,39 ppm, dan kebab I sebesar 3,13 ppm.
5.2 Saran
nitrosamin yang lain ataupun teknik ekstraksi dengan harapan dapat bermanfaat
47
48
bagi masyarakat luas, sehingga didapatkan metode yang tepat untuk analisis
Adam, M., Dobiáš, P., Eisner, A., Ventura, K., 2008, Original Peper:
Headspace Single-Drop Microextraction of Herbal Essential Oils,
Original Paper, Departemen of Analytical Chemistry, Faculty of Chemical
Technology, University of Pardubice
Andrade, R., Reyes, F.G.R., Rath S., 2005, A Method For The Determination
of Volatile N-Nitrosamine in Food by HS-SPME-GC-TEA, J. Food
Chem., 91: 173-179
Barus, P., 2009, Pemanfaatan Bahan Pengawet dan Antioksidan Alami pada
Industri Bahan Makanan, Skripsi, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara,
Medan
Battle, R., dan Nerin, C., 2004, Application of Single Drop Microextraction
to The Determination of Dietil Phtalate Esters in Food Simultans, J. of
Chrom. A, 1045, 29-35
Belitz, H.D., dan Grosch, W., 1999, Food Chemistry, Springer, Gerching
Cárdenes, L., Ayala, J.H., González, V., Afonso, A.M., 2002, Fast Microwave-
Assisted Dansylation of N-Nitrosamines Analysis by High-Performance
Liquid Chromatography with Fluorecence Detection, J. of Chrom. A,
946: 133-140
Cory S., M., 2009, Analisis Kandungan Nitrit dan Pewarna Merah pada
Daging Burger yang Dijual Di Grosir Bahan Baku Burger Di Kota
Medan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, Medan
Davidson, A., 1999, Oxford Companion to Food, Oxford University Press, Oxford
49
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
50
Filho, P.J.S., Rios, A., Valcárcel, M., Zanin, K.D., Caramão, E.B., 2003,
Development of a New Method for The Determination of Nitrosamines
by Miceller Electrokinetic Capillary Chromatography, Water
Research, 37: 3837-3842
Husni, E., Samah, A., Ariati, R., 2007, Analisa Zat Pengawet dan Protein
dalam Makanan Siap Saji Sosis, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi,
12(2), 108-111
Incavo, J.A., dan Schafer, M.A., 2006, Simplified Method for The
Determination of N-Nitrosamines in Rubber Vulcanizates, Anal. Chim.
Acta, 557, 256-261
Lu, F., C., 1995, Toksikologi Dasar Edisi Kedua, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta
Merck, 2012, Lembar Data Keselamatan Bahan Menurut Peraturan (UE) No.
1907/2006, Katalog, Penerbit Merck
Miller, J.C., dan Miller, J.N., 1988, Statistics for Analytical Chemistry Second
Edition, Elllis Horwood Limited, England
Pragdimurti, E., Zakaria, F.R., Palupi, N.S., 2007, Toksikan yang Terbentuk
Karena Pengolahan Pangan, Modul e-learning ENBP topik 7,
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Bogor
Reche, F., Garrigós, M.C., Marín, M.L., Cantó, A., Jiménez, A., 2002,
Optimization of Parameters for The Supercritical Fluid Extraction in
The Determination of N-Nitrosamines in Rubbers, J. of Chrom. A, 963,
419-426
Riccio, D., Wood, D.C., Miller, J.M., 2008, Using Single Drop
Microextraction for Headspace Analysis with Gas Chromatography,
J. of Chem. Education, 85(7), 965-968
Sarkhosh, M., Mehdinia, A., Jabbari, A., Yamini, Y., 2012, Determination of
Biphenyl and Biphenyl Oxide in Aqueous Samples by Headspace
Single Drop Microextraction Coupled to Gas Chromatography,
J.Braz. Chem. Soc., 00, 1-8
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52
Sleiman, M., Maddalena, R.L., Gundel, L.A., and Destaillats, H., 2009, Rapid
and Sensitive Gas Chromatography-Ion-Trap Tandem Mass
Spectrometry Method for The Determination of Tobacco-Specific N-
Nitrosamines in Secondhand Smoke, J. of Chrom. A, 1216, 7899-7905
Sunaryanto, R., Marwoto, B., Matsuo, Y., 2010, Isolasi Actinomycetes Laut
Penghasil Metabolit Sekunder yang Aktif Terhadap Sel Kanker A549,
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 5(2), 111-
116
Utomo, P., dan Priyanto, R., 2010, Pemurnian Etanol Teknis Menjadi Etanol
Absolut Secara Batch dan Kontinyu dengan Adsorbent Tepung
Jagung, Artikel Ilmiah, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro
Ventanas, S., dan Ruiz, J., 2006, On-Site Analysis of Volatile Nitrosamines in
Food Model Systems by Solid-Phase Michroextraction Couples to a
Dirct Extraction Device, Talanta, 70, 1017-1023
Konsentrasi( ppm) m x %
99,9
100 x 100 mg
99,9mg
0,5ml
99,9mg
0,0005L
199.800mg / L
mg
199.800 200.000 ppm
L
V1 x N1 = V2 x N2
V1 = 0,125 mL
= 125 μL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 50 ppm = 10 mL x 2 ppm
V1 = 0,4 mL