Anda di halaman 1dari 75

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ANALISIS SENYAWA KARSINOGENIK N-NITROSODIPROPILAMIN


(NDPA) PADA DAGING OLAHAN DENGAN HEADSPACE-SINGLE
DROP MICROEXTRACTION-GAS CHROMATOGRAPHY-FLAME
IONIZATION DETECTOR (HS-SDME-GC-FID)

SKRIPSI

TEGUH HARI SUCIPTO

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ANALISIS SENYAWA KARSINOGENIK N-NITROSODIPROPILAMIN


(NDPA) PADA DAGING OLAHAN DENGAN HEADSPACE-SINGLE
DROP MICROEXTRACTION-GAS CHROMATOGRAPHY-FLAME
IONIZATION DETECTOR (HS-SDME-GC-FID)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang
Kimia
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dr. rer. nat. Ganden Supriyanto, M.Sc Yanuardi Raharjo, S.Si,


M.Sc NIP. 19681228 199303 1 001 NIK. 139090961

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ii

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI

Judul : Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single
Drop Microextraction-Gas Chromatography-Flame
Ionization Detector (HS-SDME-GC-FID)
Penyusun : Teguh Hari Sucipto
NIM : 080810645
Pembimbing I : Dr. rer. nat. Ganden Supriyanto,
M.Sc Pembimbing II: Yanuardi Raharjo, S.Si., M.Sc
Tanggal Ujian : 18 Juli 2012

Disetujui oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. rer. nat. Ganden Supriyanto, M.Sc Yanuardi Raharjo, S.Si.,


M.Sc NIP. 19681228 199303 1 001 NIK. 139090961

Mengetahui,
Ketua Departemen
Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga

Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA


NIP. 19671115 199102 2 001
iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam


lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai
referensi kepustakaan, tetapi pemgutipan harus seizin penyusun dan harus
menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah.

Dokumen skripsi ini merupakam hak milik Universitas Airlangga.


iv
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya segala petunjuk yang telah diberikan, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Senyawa
Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin (NDPA) Pada Daging Olahan Dengan
Headspace- Single Drop Microextraction-Gas Chromatography-Flame
Ionization Detector (HS-SDME-GC-FID)” dengan lancar dan tepat pada
waktunya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. rer. nat. Ganden Supriyanto, M.Sc dan Bapak Yanuardi
Raharjo, S.Si., M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesainya
skripsi ini.
2. Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Si dan Bapak Drs. Handoko
Darmokoesoemo, DEA selaku dosen penguji I dan II yang telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Drs. Joesoef Syah, MS selaku dosen dosen wali yang telah
memberikan pengarahan dan nasehat kepada penulis.
4. Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA selaku Ketua Departemen Kimia yang
telah memberikan fasilitas serta arahan selama penyusun belajar di
Departemen Kimia.
5. Seluruh Staf Pengajar Program Studi S1 Kimia yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penyusun.
6. Kedua Orang Tua, H. Slamet dan Hj. Munjiah yang telah memberikan
motivasi dan nasehat kepada penulis.
7. Zarah Nur Intizzar, Kartika Laksmi Prasetyowati, dan Any Shofiyah yang
selalu membantu dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan S1 Kimia angkatan 2008 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, dan
bantuan selama penyusunan naskah skripsi.
9. Teman-teman S1 Kimia angkatan 2006, 2007, dan 2009 yang telah
memberikan semangat dan doa untuk kelancaran penyusunan naskah
v

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi.

vi

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan naskah skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini agar
bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 18 Juli 2012


Penyusun,

Teguh Hari Sucipto


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Sucipto, T.H., 2012, Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-
SDME- GC-FID). Skripsi Ini Dibawah Bimbingan Dr. rer. nat. Ganden
Supriyanto, M.Sc dan Yanuardi Raharjo, S.Si., M.Sc. Departemen Kimia,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

ABSTRAK

Analisis senyawa karsinogenik N-nitrosodipropilamin (NDPA) dalam


daging olahan yaitu hamburger dan kebab telah dilakukan dengan HS-SDME-
GC- FID. Hasil yang diperoleh penentuan pH optimum adalah 4, kecepatan
pengadukan optimum adalah skala 6, dan suhu ekstraksi optimum adalah 30 °C.
Pada penelitian ini diperoleh limit deteksi sebesar 78 ppb, persen recovery
sebesar 101,18%, presisi antara 0,089% sampai dengan 0,566%, dan true
enrichment factor sebesar 3372,52 kali. Dari hasil penelitian disimpulkan teknik
HS-SDME- GC-FID dapat digunakan untuk menganalisis senyawa karsinogenik
N- nitrosodipropilamin (NDPA) yang terdapat pada daging olahan (hamburger
dan kebab) dengan konsentrasi setiap sampel sebagai berikut, hamburger I
sebesar 0,27 ppm, hamburger II sebesar 0,73 ppm, hamburger III sebesar 1,39
ppm, dan kebab I sebesar 3,13 ppm.

Kata Kunci : HS-SDME-GC-FID, N-nitrosodipropilamin, daging olahan

vii
Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto
(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
Sucipto, T.H., 2012, Analysis of N-nitrosodiprophylamines carcinogenic
compound to meat-processing using Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-
SDME-GC-FID). This script is under advisement of Dr. rer. nat. Ganden
Supriyanto, M.Sc and Yanuardi Raharjo, S.Si., M.Sc. Chemistry
Department, Science and Technology Faculty, Airlangga State University.

ABSTRACT

Analysis of N-nitrosodipropilamin carcinogenic compound in processed


meat especially hamburger and kebab had occured by HS-SDME-GC-FID
technique. The results were obtained determining the optimum pH was 4, the
optimum stirring speed was 6 scale, and the temperature of extraction was 30
ºC. It was obtained in this study that the detection limit of 78 ppb, the percent
recovery of 101,18%, precision between 0,089% to 0,566%, and the true
enrichment factor was 3372,66 times. From the results of the study was
concluded that HS-SDME-GC-FID technique can be used to analyze the
carcinogenic compound N-nitrosodiprophylamines (NDPA) found in meat-
processing (hamburger and kebab) by the concentration of each samples as
follows, hamburger I of 0,27 ppm, hamburger II of 0,73 ppm, hamburger III of
1,39 ppm, and kebab I of 3,13 ppm.

Keyword : HS-SDME-GC-FID, N-nitrosodiprophylamines, meat-processing


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI......................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
ABSTRAK.........................................................................................................vii
ABSTRACT.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................8


2.1 Produk Daging Olahan................................................................8
2.1.1 Hamburger.........................................................................8
2.1.2 Kebab.................................................................................8
2.2 Karsinogenik…...........................................................................9
2.2 N-Nitrosamin..............................................................................10
2.3 Headspace-Single Drop Microextraction...................................12
2.4 Gas Chromatography (GC)........................................................13

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................15


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................15
3.2. Bahan Penelitian........................................................................15
3.3 Alat-alat Penelitian......................................................................15
3.4 Prosedur Penelitian.....................................................................16
3.4.1 Diagram alir penelitian....................................................16
3.4.2 Headspace-single drop microextraction (HS-SDME)....17
3.4.3 Pembuatan larutan...........................................................17
3.4.3.1 Pembuatan larutan induk NDPA 50 ppm..........17
3.4.3.2 Pembuatan larutan standar NDPA 2 ppm;
4 ppm; 6 ppm; 8 ppm; dan 10 ppm...................18
3.4.3.3 Pembuatan larutan asam asetat 1 M....................18
3.4.3.4 Pembuatan larutan natrium asetat 1 M...............18
3.4.3.5 Pembuatan larutan natrium dihidrogen fosfat
1 M.....................................................................18
3.4.3.6 Pembuatan natrium hidroksida 1 M....................18

ix

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
3.4.3.7 Pembuatan larutan buffer asetat.........................19
3.4.3.8 Pembuatan larutan buffer fosfat..........................19
3.4.3.9 Pembuatan larutan buffer bikarbonat...................19
3.4.4 Pembuatan kurva kalibrasi NDPA tanpa ekstraksi..........20
3.4.5 Optimasi parameter analitik............................................20
3.4.6.1 Optimasi pH........................................................20
3.4.6.2 Optimasi kecepatan pengadukan........................20
3.4.6.3 Optimasi suhu ekstraksi......................................21
3.4.6 Pembuatan kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi
HS-SDME.......................................................................22
3.5 Validasi Parameter Analitik........................................................22
3.5.1 Penentuan limit deteksi (sensitivitas)..............................22
3.5.2 Penentuan persen recovery (R)........................................23
3.5.3 Uji koefisien variasi (presisi)..........................................23
3.5.4 Perhitungan enrichment factor........................................24
3.6 Penyiapan Sampel........................................................................24
3.7 Analisis Sampel...........................................................................24
3.8 Spiking.........................................................................................25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................26


4.1 Optimasi Gas Chromatography (GC).........................................26
4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi NDPA Tanpa Ekstraksi..................27
4.3 Headspace-Single Drop Microextraction (HS-SDME)..............29
4.3.1 Optimasi parameter analitik............................................31
4.3.1.1 Optimasi pH.........................................................31
4.3.1.2 Optimasi kecepatan pengadukan.........................33
4.3.1.3 Optimasi suhu ekstraksi.......................................35
4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi NDPA dengan Ekstraksi HS-SDME
36 4.5
Validasi Parameter Analitik........................................................38
4.5.1 Limit deteksi (sensitivitas)..............................................38
4.5.2 Persen Recovery (R)........................................................39
4.5.3 Koefisien variasi (presisi)................................................40
4.5.4 Enrichment factor............................................................40
4.6 Analisis Sampel..........................................................................41
4.7 Spiking........................................................................................44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................47


5.1 Kesimpulan.................................................................................47
5.2 Saran...........................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................49
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Struktur kimia senyawa N-nitrosamin......................... 10


2.2 Mekanisme reaksi pembuatan N-nitrosamin.............. 10
2.3 Persamaan reaksi nitrosating pembuatan N-
nitrosodipropilamin......................................................... 11
2.4 Reaksi substitusi-transfer massa.................................. 12
2.5 Headspace-single drop microextraction (HS-SDME) 13
2.6 Kromatografi gas............................................................ 14
3.1 Set-up HS-SDME............................................................ 17
3.2 Skema optimasi suhu ekstraksi....................................... 21
4.1 Kurva optimasi GC......................................................... 27
4.2 Kromatogram N-nitrosodipropilamin............................. 27
4.3 Kurva kalibrasi NDPA tanpa ekstraksi........................... 28
4.4 Kurva optimasi pH.......................................................... 32
4.5 Persamaan reaksi kondisi NDPA dalam suasana asam 32
4.6 Persamaan reaksi kondisi NDPA dalam suasana basa 33
4.7 Kurva optimasi kecepatan pengadukan........................... 34
4.8 Kurva optimasi suhu........................................................ 36
4.9 Kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-SDME....... 37
4.10 Kurva pemekatan NDPA menggunakan ekstraksi HS-SDME 41
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Pembuatan larutan buffer asetat.................................... 19


3.2 Pembuatan larutan buffer fosfat.................................. 19
3.3 Pembuatan larutan buffer bikarbonat............................. 20
4.1 Kondisi Gas Chromatography (GC).............................. 26
4.2 Data kurva kalibrasi NDPA tanpa ekstraksi................... 28
4.3 Sifat fisika pelarut organik dan senyawa NDPA............ 29
4.4 Data optimasi pH............................................................ 31
4.5 Data optimasi kecepatan pengadukan............................ 34
4.6 Data optimasi suhu......................................................... 35
4.7 Data kurva kalibrasi NDPA dengan ekstaksi HS-
SDME............................................................................ 37
4.8 Data persen recovery larutan standar NDPA dengan
ekstraksi HS-SDME....................................................... 39
4.9 Data koefisien variasi larutan standar NDPA dengan
ekstraksi HS-SDME....................................................... 40
5.0 Data analisis sampel....................................................... 42
5.1 Data konsentrasi NDPA dalam sampel.......................... 43
5.2 Data spiking sampel....................................................... 45
5.3 Data konsentrasi NDPA dalam spiking sampel............. 45
5.4 Data recovery spiking sampel........................................ 45
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Pembuatan Larutan
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi NDPA Tanpa Ektraksi
3. Pembuatan Kurva Optimasi pH
4. Pembuatan Kurva Optimasi Kecepatan Pengadukan
5. Pembuatan Kurva Optimasi Suhu Ekstraksi
6. Pembuatan Kurva Kalibrasi NDPA dengan Ekstraksi HS-SDME
7. Perhitungan Enrichment Factor
8. Perhitungan Konsentrasi Sampel
9. Perhitungan Spiking dan Recovery (%R) Spiking
10. Kromatogram Nitrosodipropilamin (NDPA)
11. Kromatogram Metanol
12. Kromatogram Metanol dan NDPA
13. Kromatogram Metanol dan Toluena
14. Kromatogram Metanol, Toluena, dan NDPA
15. Kromatogram Optimasi Parameter Analitik
16. Kromatogram Sampel Hamburger I dan Spiking Sampel Hamburger I
17. Kromatogram Sampel Hamburger II dan Spiking Sampel Hamburger II
18. Kromatogram Sampel Hamburger III dan Spiking Sampel Hamburger III
19. Kromatogram Sampel Kebab I dan Spiking Sampel Kebab I
20. Kromatogram Sampel Kebab II dan Spiking Sampel Kebab II
21. Kromatogram Sampel Kebab III dan Spiking Sampel Kebab III
22. Hasil Uji Nitrit di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya

xiii

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia disamping

pendidikan, kesehatan, dan sandang. Kebutuhan bahan pangan ini akan terus

meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Secara garis besar

masalah pangan dan sistem pangan umumnya dibagi atas sub sistem produksi,

pengadaan, dan konsumsi. Bahan pangan tersebut akan mengalami perubahan-

perubahan yang tidak diinginkan antara lain pembusukan. Proses pembusukan

disebabkan oleh adanya reaksi kimia yang bersumber dari dalam dan dari luar

bahan pangan tersebut (Barus, 2009). Pembusukan yang berasal dari luar bahan

pangan disebabkan oleh mikroorganisme pembusuk.

Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

addittive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Pengawet bahan

kimia ini berfungsi untuk memperlambat kerusakan makanan, baik yang

disebabkan mikroba pembusuk, bakteri, ragi maupun jamur dengan cara

menghambat, mencegah, ataupun menghentikan proses pembusukan dan

fermentasi dari bahan makanan (Husni, 2007). Akan tetapi, penggunaan

pengawet bahan kimia (sintetis) pada saat ini direkomendasikan oleh

Departemen Kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit kanker

(Carcinogenic Agent) dengan cara menetapkan batas maksimum penggunaan

bahan kimia tersebut (Hernani dan


1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2

Raharjo, 2005). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk pengawet antara lain

yaitu, NaCl, formalin, nitrit, dan lain sebagainya.

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di

dunia. Di Indonesia penyakit kanker masuk dalam 6 urutan terbesar penyebab

kematian (Sunaryanto, 2010). Menurut Tjindarbumi dan Mangunkusumo

(2001), kasus penyakit kanker di Indosesia terus bertambah. Hasil penelitian

menyebutkan bahwa setiap 100.000 orang terdapat kasus baru penyakit kanker

sebanyak 170- 190 kasus. Penyebab penyakit kanker salah satunya disebabkan

oleh senyawa nitrosamin yang menyerang pada organ tubuh tertentu, misalnya

perut dan kandung kemih (Domanska et al., 2005).

N-nitrosamin tergolong dalam senyawa N-nitroso compounds (NNCs).

Salah satu bentuk senyawa N-nitrosamin adalah N-nitrosodipropilamin (NDPA).

Pembentukan NNCs berasal dari nitrit atau nitrogen oksida, dan amin sekunder

atau N-alkilamida. Nitrit yang berasal dari olahan daging akan bereaksi dengan

amina atau amida untuk membentuk senyawa N-nitrosamin di dalam lambung

manusia dalam keadaan asam. Selain berasal dari makanan, nitrosamin juga

terdapat dalam asap rokok. Pada produk yang diasap, terdapat bentuk nitrosamin

lain yaitu N-nitrosotiazolidin yang merupakan reaksi antara aldehid (dari asap),

amin dalam bahan pangan dan nitrit (Prangdimurti dan Mangunkusumo, 2007).

Hasil penelitian terhadap berbagai spesies hewan menyatakan bahwa nitrosamin

bersifat karsinogenik. Selain itu, nitrosamin juga bersifat beracun dan mutagenik

(Andrade et al., 2005).

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
Pengawet nitrat dan nitrit merupakan salah satu zat pengawet yang sering

ditemukan pada daging. Penggunaan pengawet ini bertujuan agar daging

memperoleh warna yang baik dan tidak mudah rusak atau menghambat

pertumbuhan mikroba (Husni dkk., 2007). Tingkat toleransi N-nitrosamin di

dalam tubuh manusia berkisar antara 5 sampai 10 μg/kg dari berat tubuh (Filho,

et. al., 2003). Negara Amerika Serikat (USA) telah mengatur tingkat toleransi

untuk N-nitrosamin sebesar 10.0 μg/kg sebagai batas maksimum peredaran

produk di pasar (Ventanas dan Ruiz, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, mengingat N-nitrosamin dalam hal ini NDPA

bersifat karsinogen di dalam tubuh manusia dan menyebabkan kanker maka

perlu adanya suatu teknik analisis yang sederhana dan mempunyai sifat

sensitivitsas tinggi untuk mendeteksi adanya N-nitrosodipropilamin (NDPA)

dalam makanan.

Analisis mengenai N-nitrosamin dalam produk makanan (olahan daging),

tembakau, dan air minum sudah banyak dikembangkan dengan berbagai macam

teknik ekstraksi. Teknik ekstraksi yang digunakan oleh peneliti sebelumnya

antara lain SPE-GC-MS (Solid-Phase Extraction Gas Chromatography Mass-

Spectrometry) (Jurado-Sánchez et al., 2009), SPE-GC-MS-FID-NPD (Solid-

phase Extraction Gas Chromatography Mass Spectrometry Flame Ionization

Detector Nitrogen-phosphorus Detector) (Jurado-Sánchez et al., 2007), SPE-

GC-MSD (Solid-phase Extraction Gas Chromatography with Mass Selective

Detector) (Yurchenko dan Mölder, 2007), SPME-DED-GC-MS (Solid Phase

Microextraction Direct Extraction Device Gas Chromatography Mass

Spectrometry) (Ventanas dan Ruiz, 2006), HS-SPME-GC-TEA (Headspace-

Solid
Phase Microextraction Gas Chromatography with Thermal Energy Analyzer

Detection) (Andrade et al., 2005), SPME-GC-NCD-NDP-CI-MS (Solid-phase

Microextraction Gas Chromatography Nitrogen Chemiluminesence Detection

Nitrogen-phosphorus Detection and Chemical Ionization Mass Spectrometry)

(Grebel et al., 2006), SFE-GC-TEA (Supercritical Fluid Extraction Gas

Chromatography using Thermal Energy Analysis) (Reche et al., 2002), dan

TSE- GC-TEA (Traditional Solvent Extraction Gas Chromatography with

Thermal Energy Analyzer Detection) (Incavo dan Schafer, 2006). Teknik

ekstraksi di atas mempunyai kelebihan, teknik SPE sangat kecil terjadinya

kontaminasi yang bercampur pada analit, teknik SPME membuthkan jenis

pelarut yang sedikit sehingga limbah pelarut organik yang banyak, teknik TSE

mempunyai kapasitas sampel yang besar dan mempunyai pustaka yang banyak,

teknik SFE dapat digunakan untuk mengektrak senyawa yang terdapat pada

suatu fluida seperti karet. Akan tetapi, teknik-teknik ekstraksi tersebut masih

kurang efisien dalam operasionalnya, teknik SPE membutuhkan pelarut organik

dengan kemurnian yang tinggi dan waktu ekstraksi yang relatif lama karena

mempunyai beberapa tahap ekstraksi, teknik SPME yang menggunakan

absorben pelapis fiber dan teknik ekstraksi tradisional yang menghasilkan

limbah pelarut organik. Sehingga masih belum efisien digunakan untuk analisis

secara rutin karena akan membutuhkan biaya yang lebih mahal dan limbah

pelarut organiknya tidak dapat didaur ulang.

SDME (Single Drop Microextraction) merupakan suatu teknik ekstraksi

sederhana, cepat, dan mudah. Teknik ini lebih murah karena tidak membutuhkan
peralatan khusus, mempunyai selektivitas tinggi, dan mempunyai batas deteksi

rendah (Riccio et al., 2008). SDME mempunyai 2 model ekstraksi, yaitu SDME

statis atau direct-SDME dan SDME dinamis atau Headspace-SDME (Stalikas,

2007).

Berdasarkan sifat N-nitrosamin yang mudah menguap (volatil) maka

teknik ekstraksi HS-SDME (Headspace-Single Drop Microextraction) sangat

efisien digunakan. Teknik ekstraksi HS-SDME mempunyai beberapa

keuntungan, yaitu terhindarnya pelarut organik saat ekstraksi dengan

kontaminan pada sampel yang dapat mengganggu analisis. Selain itu, teknik

ekstraksi HS-SDME juga sederhana, mudah, dan tidak membutuhkan waktu

ekstraksi yang lama. Keberadaan senyawa N-nitrosamin dapat diidentifikasi

menggunakan instrumen GC (Gas Chromatography). Kromatografi gas (GC)

adalah suatu teknik analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

senyawa kimia dengan sifat mudah diuapkan (Riccio et al., 2008) dan dapat

mendeteksi sampel sampai dengan μg/L (Filho et al., 2003). Teknik analisis

menggunakan GC (Gas Chromatography) ini sangat baik digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa yang bersifat mudah menguap seperti N-nitrosamin

yang diduga terdapat pada daging olahan (hamburger dan kebab).


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. apakah teknik HS-SDME-GC-FID dapat digunakan untuk

menganalisis senyawa nitrosodipropilamin (NDPA) yang terdapat

pada daging olahan (hamburger dan kebab)?

2. bagaimana kondisi optimum yang meliputi pH, kecepatan

pengadukan (skala), dan suhu (°C) pada analisis senyawa

nitrosodipropilamin (NDPA) menggunakan teknik HS-SDME-GC-

FID?

3. bagaimanakah validasi teknik HS-SDME-GC-FID meliputi limit

deteksi, persen recovery, presisi, dan enrichment factor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. mengetahui kemampuan teknik HS-SDME-GC-FID untuk menganalisis

senyawa nitrosodipropilamin (NDPA) yang terdapat pada daging olahan

(hamburger dan kebab).

2. mengetahui kondisi optimum yang meliputi pH, kecepatan pengadukan

(skala), dan suhu (°C) pada analisis senyawa nitrosodipropilamin

(NDPA) menggunakan teknik HS-SDME-GC-FID.

3. menentukan validasi teknik HS-SDME-GC-FID meliputi limit deteksi,

persen recovery, presisi, dan enrichment factor.


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
7

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan dihasilkan metode

baru yang efektif dan selektif dalam menganalisis senyawa N-nitrosamin seperti,

nitosodipropilamin (NDPA) yang terdapat pada makanan daging olahan

(hamburger dan kebab) sehingga bermanfaat untuk masyarakat secara luas.

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produk Daging Olahan

2.1.1 Hamburger

Hamburger adalah suatu jenis makanan dari daging (Kamisa, 1997) yang

berbentuk bulat, kemudian dipipihkan dan digoreng dengan mentega atau

dipanggang di atas batu bara, biasanya dimakan sebagai isi roti bulat, diberi

daun selada, saus tomat, dan bumbu lainnya.

Hamburger atau burger merupakan produk daging giling yang halus,

dicampur dengan lemak hingga tercampur rata dengan proses kuring. Kuring

adalah suatu proses pengolahan yang dapat menghambat pertumbuhan

organisme melalui penggunaan garam nitrit dan berfungsi juga untuk

memepertahankan warna daging. Manfaat melakukan kuring adalah untuk

mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang baik, dan

untuk mengurangi pengerutan daging selama proses pengolahan, serta

memperpanjang masa simpan produk olahan daging (Cory, 2009).

2.1.2 Kebab

Kebab adalah suatu olahan daging panggang atau baker (Davidson,

1999). Seperti hamburger, kebab di Indonesia biasanya dimakan sebagai isi roti,

diberi daun selada dan berbagai jenis saus. Kebab merupakan suatu olahan

daging yang tidak tahan dengan waktu yang lama, maka proses penambahan

pengawet sangat diperlukan. Pengawet makanan yang sering digunakan untuk

olahan daging
8
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
9

adalah nitrit, karena nitrit dapat berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan

organisme, sehingga kebab dapat lebih tahan lama.

2.2 Karsinogenik

Karsinogenik adalah zat dan radiasi yang merupakan agen langsung

terlibat dalam menyebabkan kanker. Salah satu macam karsinogenik adalah

karsinogenik kimia yang didefinisikan sebagai induksi atau peningkatan

neoplasia oleh zat-zat kimia. Berdasarkan karsinogenitasnya, zat kimia biasanya

dikelompokkan sebagai berikut; kelompok A yaitu karsinogen manusia dengan

bukti cukup pada manusia, keolpok B yaitu sangat mungkin karsinogen pada

manusia dengan bukti terbatas pada manusia atau tidak terbukti pada manusia

tetapi cukup terbukti pada hewan, kelompok C yaitu kemungkinan karsinogen

bagi manusia dengan bukti terbatas pada hewan dan tidak terbukti pada

manusia, kelompok D yaitu tidak dapat digolongkan sebagai karsinogen bagi

manusia, dan kelompok E yaitu terbukti bukan karsinogen bagi manusia. Bukti

pada manusia biasanya berasal dari latar belakang pekerjaan. Misalnya,

siklofosfamid dapat menginduksi kanker kandung kemih pada pasien yang

menggunakannya dan penggunaan diestilbestrol yang apabila diberikan pada

wanita hamil dalam dosis yang sangat besar dapat mengakibatkan tumor vagina

dan uterus pada keturunannya. Zat karsinogen bekerja mamicu perubahan

genetik tertentu dalam suatu sel sehingga menyebabkan pembentukan

noeplasma atau mengubah neoplasma menjadi kanker. Karena untuk

mengurangi insiden kanker, maka pola hidup yang berbahaya ini perlu

diperbaiki (Lu, 1995).

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
2.3 N-Nitrosamin

N-Nitosamin adalah NNCs (N-nitroso compounds) senyawa yang terdapat

pada makanan tertentu akibat dari reaksi zat nitrosating (Andrade et al., 2005).

R1

N N O

R2 R1,R2 = alkil

Gambar 2.1 Struktur kimia senyawa N-nitrosamin

Prekursor pembentukan NNCs adalah nitrit atau nitrogen oksida, dan

amin sekunder atau N-alkilamida. Nitrit bereaksi dengan asam amino bebas

(Drabik- Markiewicz et al., 2009) dan amina atau amida untuk membentuk

senyawa N- nitrosamin di dalam lambung atau kondisi asam. Persamaan reaksi:

-
O H Cl H Cl +
OH
HO 2
Na + N N
N

O O
O

-H 2O

H NH 2
+
N N O N O

H
N -nitrosam in

Gambar 2.2 Mekanisme reaksi pembentukan N-nitrosamin

Nitrat dalam sayuran dapat direduksi menjadi nitrit oleh bakteri dari mulut.

Sedangkan nitrit umumnya ditambahkan sebagai bahan tambahan pangan pada

daging yang diawetkan, seperti sosis dan corned. Bahan pangan biasanya

mengandung 10 ng/g, sedangkan daging dan ikan yang diasap mengandung


ratusan ng/g senyawa nitrit. Nitrit dengan mudah terdekomposisi dalam

lingkungan asam membentuk nitrosating agents yang reaktif, yaitu NO+, N2O3

dan HNO2O3+. Nitrosating agents ini akan bereaksi dengan senyawa amina dan

amida yang terdapat dalam bahan pangan membentuk NNCs, yaitu N-

nitrosodimetilamin (paling karsinogenik), N-nitrosodietilamin, dan N-

nitrosodipropilamin (Pragdimurti, 2007). Permenkes RI No.

1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang

membatasi penggunaan maksimum pengawet nitrit dalam produk daging olahan

yaitu sebesar 125 mg/kg. Persamaan reaksi:

NO2- + 2H+ NO+ + H2O

C3H7
CH
37
N H + NO +
N N O + H+

C3H7
C3H7

Gambar 2.3 Persamaan reaksi nitrosating pembentukan N-


nitrosodipropilamin (Belitz dan Grosh, 1999)

Hasil penelitian terhadap berbagai spesies hewan menyatakan bahwa N-

nitrosamin bersifat karsinogenik dan berpotensi menyebabkan penyakit kanker

(Cooper dan Porter, 2000). Tingkat toleransi N-nitrosamin di dalam tubuh

manusia berkisar antara 5 sampai 10 μg/kg dari berat tubuh (Filho et al., 2003).

Menurut N-nitrosamin tidak hanya ditemukan dalam bahan makanan saja,

melainkan juga terdapat pada air minum, produk karet, formulasi obat,

tembakau, dan asap tembakau (Cárdenes et al., 2002).


2.4. Headspace-Single Drop Microextraction (HS-SDME)

Headspace-Single Drop Microextraction (HS-SDME) merupakan salah

satu model teknik ekstraksi dari Single Drop Microextraction (SDME).

Headspace-Single Drop Microextraction (HS-SDME) merupakan suatu teknik

ekstraksi cair-cair dengan menggunakan jumlah pelarut organik yang sangat

sedikit, biasanya hanya 1 μL sampai 3 μL (Riccio et al., 2008). Posisi pelarut

organik dibiarkan menggantung pada ujung microsyringe dan diletakkan di atas

permukaan larutan sampel. Larutan sampel dihomogenkan agar terjadi transfer

massa dan reaksi kimia senyawa target dan pelarut organik berlangsung

sempurna (Stalikas, 2007).


+ - + -
ROH + M OH M OR + H2O

+ - + - + -
M+OR- + Q X M X + Q OR

Fasa Cair

Permukaan Cair- Cair

KQX Tetesan Organik KQOR


korg + -
+ - + Q OR
RO-CO2CH2CH3 + Q X ClCO2C2 5H

Gambar 2.4 Reaksi substitusi-transfer massa (Stalikas, 2007)

Faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi antara lain, yaitu

pemilihan jenis pelarut organik, volume pelarut organik, suhu ekstraksi, dan

waktu ekstraksi (Adam, et. al., 2008). Selain itu, faktor yang dapat

mempengaruhi proses ekstraksi adalah kecepatan pengadukan dan ukuran

tetesan (drop).
Gambar 2.5 Headspace-single drop microextraction (HS-SDME)

Teknik Headspace-Single Drop Microextraction (HS-SDME)

merupakan suatu teknik ekstraksi sederhana, cepat, dan murah. Selain itu,

karena posisi pelarut organik berada di atas permukaan larutan sampel maka

hasil ekstraksi bebas dari kontaminan yang dapat mengganggu analisis. Setelah

proses ekstraksi selesai, tetesan (drop) yang berada di ujung microsyringe

ditarik kembali ke dalam microsyringe dan dapat secara langsung dianalisis

dengan GC (Gas Chromatography) (Riccio et al., 2008).

2.5 Gas Chromatography (GC)

Kromatografi gas adalah suatu teknik analisis yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi senyawa kimia yang bersifat mudah menguap (Riccio et

al., 2008) dan dapat mendeteksi sampel sampai dengan μg/L (Filho et al., 2003).

Kromatografi gas (GC) merupakan suatu metoda pemisahan campuran yang

terdiri dari dua macam komponen atau lebih, yang didasarkan pada perbedaan

migrasi di antara dua fasa yaitu fasa diam yang berupa padatan dan fasa gerak

berupa gas. Fasa diam berupa cairan yang tidak mudah menguap yang melekat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
14

pada padatan pendukung yang inert berupa butiran halus dan fasa geraknya

berupa gas yang bersifat inert (Handajani, 2005).

MOL-SIEVE FIXED RESTRITORS

FLOW CONTROLLER
REGULATOR
DETECTOR ELECTROMETER
INJECTION

COLUMN

1 2 3

Keterangan: 1 . Air RECORDER

Hydrogen
OVEN
Carrier Gas

Gambar 2.6 Kromatografi gas

Sampel dimasukkan ke dalam injection port dengan jarum injeksi.

Kemudian sampel dibawa oleh gas pembawa melalui kolom dimana komponen

sampel akan dipisah-pisahkan, dan dialirkan menuju detektor yang memberikan

sinyal. Kemudian dapat diamati pada sistem pembacaan. Sampel yang

digunakan untuk kromatografi biasanya berupa zat cair, sehingga perlu

dilakukan penguapan. Oleh karena itu, injection port, kolom, dan detektor

dipanaskan.

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik dan

Laboratorium Instrumentasi Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Airlangga. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai

bulan Juni 2012.

3.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain metanol,

larutan standar nitrosodipropilamin (NDPA) 99,9%, toluena, asam asetat glasial,

natrium asetat, natrium dihidrogen fosfat, natrium hidroksida, aquadem, dan

NaHCO3. Sampel daging hamburger dan daging kebab didapatkan dari Surabaya

Timur.

3.3 Alat-alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang biasa

digunakan di laboratorium, pH meter, labu ukur 100 mL, buret, pipet skala,

timbangan analitik, gas chromatography (GC) tipe HP-Hewlett 5890 packard

series II, Kolom GC tipe HP-5 (panjang 30 m; diameter 0,250 mm; dan film

0,10 µm), microsyringe, mikropipet dan tube mikropipet (10µL, 100µL, dan

1000 μL), kertas saring, corong buchner, Hotplate Stirer merk Daihan Labtech

Model LMS-
15
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
16

1003 Serial No. 2010051312, batang pengaduk (panjang 1,5 cm dan diameter 0,5

cm), termometer dan mortar.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Diagram alir penelitian

Pembuatan Larutan Standar NDPA

Optimasi Parameter Analitik

Suhu (°C) pH Kecepatan Pengadukan (rpm)

Pembuatan Kurva Pembuatan


Kalibrasi NDPA
kurva kalibrasi NDPA dengan Parameter Optimasi HS-SDME

Limit Deteksi
Penentuan Parameter Validasi Persen Recovery
Koefisien Variasi
Enrichment Factor

Penyiapan Analisis Sampel


Sampel

Analisis Data

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
3.4.2 Headspace-single drop microextraction

Pada penelitian ini digunakan toluena untuk mengekstrak senyawa

nitrosodipropilamin (NDPA). Sebanyak 10 mL larutan standar (misalnya, larutan

standar NDPA 6 ppm) dimasukkan ke dalam botol yang berisi batang pengaduk

magnetik. Kemudian ditutup dengan penutup karet. Microsyringe yang telah

berisi pelarut organik (misalnya, toluena sebanyak 3 μL) dimasukkan ke dalam

botol secara tegak lurus hingga tergantung di atas larutan standar. Kemudian

ujung microsyringe ditekan sehingga pelarut organik menggantung di ujung

jarum. Kemudian larutan standar NDPA diaduk dengan menggunakan pengaduk

magnetik. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut organik ditarik kembali ke

dalam microsyringe dan diinjeksikan langsung ke instrumen GC-FID, dan

dihasilkan luas area untuk konsentrasi standar tersebut.

Gambar 3.1 Set-up HS-SDME

3.4.3 Pembuatan larutan

3.4.3.1 Pembuatan larutan induk NDPA 50 ppm

Sebanyak 0,125 mL NDPA murni (100 mg; 99,9%) dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan dengan metanol sampai tanda

batas.
3.4.3.2 Pembuatan larutan standar NDPA 2 ppm; 4 ppm; 6 ppm; 8 ppm;
dan 10 ppm

Sebanyak 1,2 mL larutan induk NDPA 50 ppm dimasukkan ke dalam

labu ukur 10 mL, kemudian ditambahkan metanol sampai tanda batas.

Kemudian dikocok sampai homogen. Sehingga diperoleh larutan standar 6 ppm.

Untuk larutan standar 2 ppm; 4 ppm; 8 ppm; dan 10 ppm, masing-masing dibuat

dari 0,4 mL; 0,8 mL; 1,6 mL; dan 2,0 mL larutan induk NDPA 50 ppm

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian ditambahkan metanol sampai

tanda batas.

3.4.3.3 Pembuatan larutan asam asetat 1 M

Diambil 5,75 mL asam asetat glasial dengan pipet skala, kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquadem

sampai tanda batas.

3.4.3.4 Pembuatan larutan natrium asetat 1 M

Sebanyak 8,2 gram natrium asetat ditimbang dengan teliti, kemudian

dilarutkan dengan aquadem dalam gelas beker. Larutan dipindahkan ke dalam

labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquadem sampai tanda batas.

3.4.3.5 Pembuatan larutan natrium dihidrogen fosfat 1 M

Ditimbang 12,0 gram natrium dihidrogen fosfat, kemudian dilarutkan

dengan aquadem dalam gelas beker. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur

100 mL dan diencerkan dengan aquadem sampai tanda batas.

3.4.3.6 Pembuatan larutan natrium hidroksida 1M

Sebanyak 4,0 gram natrium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan

dengan aquadem dalam gelas beker. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur

100 mL dan diencerkan dengan aquadem sampai tanda batas.


3.4.3.7 Pembuatan buffer asetat

Untuk membuat larutan buffer pH 3 dan 4 digunakan campuran x mL

asam asetat 1 M dan y mL natrium asetat 1 M. Kemudian ditentukan dengan pH

meter.

Tabel 3.1 Pembuatan larutan buffer asetat


Asam asetat Natrium asetat pH teoritis
(mL) (mL)
9,83 0,17 3
8,52 1,48 4

3.4.3.8 Pembuatan larutan buffer fosfat

Untuk membuat larutan buffer pH 7 dan 8 digunakan campuran 25 mL

natrium dihidrogen fosfat 1 M dan x mL natrium hidroksida 1 M diambil

dengan menggunakan buret. Campuran dimasukkan ke labu ukur 100 mL dan

diencerkan dengan aquadem sampai tanda batas. Kemudian ditentukan pHnya

dengan pH meter.

Tabel 3.2 Pembuatan larutan buffer fosfat


Natrium dihidrogen fosfat Natrium hidroksida pH teoritis
(mL) (mL)
25 14,77 7
25 23,42 8

3.4.3.9 Pembuatan larutan buffer bikarbonat

Sebanyak 1,68 gram NaHCO3 ditimbang, dimasukkan ke dalam labu

ukur 100 mL lalu ditambahkan aquadem sampai tanda batas. Kemudian 50 mL

larutan 0,2 M NaHCO3 dicampurkan dengan 0,2 M NaOH (x) mL dan aquadem

(y) mL.
Tabel 3.3 Pembuatan larutan buffer bikarbonat
NaHCO3 NaOH (mL) Aquadem pH teoritis
(mL) (mL)
50 10,7 39,3 10
50 22,7 27,3 11

3.4.4 Pembuatan kurva kalibrasi NDPA tanpa ekstraksi

Sebanyak 5 konsentrasi larutan standar NDPA masing-masing 2 ppm; 4

ppm; 6 ppm; 8 ppm; dan 10 ppm, dianalisis dengan menginjeksikan secara

langsung ke GC-FID kemudian diplot grafik antara konsentrasi larutan standar

dan luasan puncak.

3.4.5 Optimasi parameter analitik

3.4.5.1 Optimasi pH

Pada penelitian ini divariasi pH antara lain pH asam (pH 3 dan pH 4), pH

netral (pH 7 dan pH 8), serta pH basa (pH 10 dan pH 11). Sementara variabel

yang lain dibuat tetap (jenis pelarut organik yang digunakan adalah toluena,

volume palarut organik 3 μL, kecepatan pengadukan skala 3, suhu 30 °C, waktu

ekstraksi 30 menit, dan volume larutan standar NDPA 6 ppm sebanyak 10 mL ).

Setiap variasi pH dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Larutan hasil

ekstraksi dianalisis dengan GC-FID, kemudian diplot suatu grafik antara pH dan

luasan puncak. pH yang optimal akan digunakan dalam optimasi parameter

selanjutnya.

3.4.5.2 Optimasi kecepatan pengadukan

Optimasi kecepatan pengadukan digunakan kecepatan sebesar (skala 3;

skala 4; skala 5; skala 6; dan skala 7). Sementara variabel yang lain dibuat tetap

(jenis pelarut organik yang digunakan adalah toluena, volume pelarut organik 3
µL, suhu 30 °C, waktu ekstraksi 30 menit, dan volume larutan standar 6 ppm

sebanyak 10 mL), sedangkan pH sesuai dengan hasil optimasi pada prosedur

3.4.6.1. Prosedur ekstraksi seperti prosedur 3.4.3. Setiap variasi kecepatan

pengadukan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Larutan hasil ekstraksi

dianalisis dengan GC-FID, kemudian diplot suatu grafik antara kecepatan

pengadukan dan luasan puncak. Kecepatan pengadukan yang optimal akan

digunakan dalam optimasi parameter selanjutnya.

3.4.5.3 Optimasi suhu ekstraksi

Optimasi suhu ekstraksi digunakan suhu sebesar (30 °C, 35 °C, dan 40

°C). Sementara variabel yang lain dibuat tetap (jenis pelarut organik yang

digunakan adalah toluena, volume pelarut organik 3 µL, waktu ekstraksi 30

menit dan volume larutan standar 6 ppm sebanyak 10 mL), sedangkan pH dan

kecepatan pengadukan sesuai dengan hasil optimasi pada prosedur 3.4.6.1 dan

3.4.6.2. Prosedur ekstraksi seperti prosedur 3.4.3. Setiap variasi suhu dilakukan

pengulangan sebanyak 3 kali. Larutan hasil ekstraksi dianalisis dengan GC-FID,

kemudian diplot suatu grafik antara suhu ekstraksi dan luasan puncak.

Gambar 3.2 Skema optimasi suhu ekstraksi


3.4.6 Pembuatan kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-SDME

Sebanyak 5 konsentrasi larutan standar NDPA masing-masing 2 ppm; 4

ppm; 6 ppm; 8 ppm; dan 10 ppm, dengan menggunakan parameter-parameter

analitik yang telah dioptimasi (prosedur 3.4.6.1, prosedur 3.4.6.2, dan prosedur

3.4.6.3), diekstraksi dan dianalisis dengan GC-FID kemudian diplot grafik

antara konsentrasi larutan standar dan luasan puncak. Persamaan yang

didapatkan digunakan untuk analisis sampel dan penentuan validasi parameter

analitik.

3.5 Validasi Parameter Analitik

3.5.1 Penentuan limit deteksi (sensitivitas)

Limit deteksi (LOD) atau sensitivitas instrumen GC dan metode ekstraksi

dengan HS-SDME dapat ditentukan dari persamaan regresi kurva kalibrasi

NDPA. Pertama dilakukan adalah menghitung standar deviasi dari signal blanko

(Sy/x), yaitu dengan persamaan:

Sy/x =
 y  yˆ 2
n2 .....(1.1)

dengan y merupakan luas area masing-masing pengukuran, ŷ dihitung dengan

memasukkan x ke persamaan regreasi, dan n adalah jumlah standar. Kedua, hasil

Sy/x dimasukkan ke dalam persamaan:

YLOD = a + 3 Sy/x....................................... (1.2)

dengan YLOD merupakan sinyal konsentrasi terkecil yang masih terdeteksi dan a

merupakan sinyal blanko (intersep dari kurva kalibrasi). Tahap ketiga, Y LOD
dimasukkan ke persamaan regrasi kurva kalibrasi NDPA. Sehingga didapatkan

suatu konsentrasi NDPA terkecil dalam sampel yang masih dapat diukur atau

terdeteksi dengan baik.

3.5.2 Penentuan persen recovery (R)

Persen recovery dapat ditentukan dari persamaan regresi kurva kalibrasi

NDPA dengan ekstraksi HS-SDME. Pertama, masing-masing luas area setiap

konsentrasi standar NDPA dimasukkan ke dalam persamaan regresi sebagai y,

kemudian nilai x yang didapatkan dirata-rata, sehingga diperoleh nilai x yang

merupakan nilai (konsentrasi) rata-rata hasil pengukuran. Kedua, nilai x untuk

masing-masing konsentrasi standar NDPA dimasukkan ke dalam persamaan:

x
R  x100% .....(1.3)

dengan μ merupakan nilai (konsentrasi) standar NDPA sebenarnya. Hasil

pengukuran akurat nilai persen recovery sebesar 100%.

3.5.3 Uji koefisien variasi (presisi)

Koefisien variasi atau presisi dapat ditentukan dengan persamaan:

SD
K x 100% .....(1.4)
V _
x

tetapi dengan ditentukan nilai standar deviasi (SD) terlebih dahulu yaitu dengan

persamaan:

 _ 2
 x  x 

SD  .....(1.5)
n1
dengan x merupakan luas area kromatogram setiap pengukuran, nilai x

merupakan rata-rata luas area kromatogram, dan n merupakan jumlah

pengukuran (replication). Pengukuran memberikan presisi yang baik jika KV <

3%.

3.5.4 Perhitungan Enrichment Factor

Theoretical enrichment factor (EFth) dapat ditentukan dengan persamaan:

Vs
EF  .....(1.6)
t
h Ve

dengan Vs merupakan volume larutan standar NDPA (larutan ekstrak) dan V e

merupakan volume pelarut organik.

True enrichment factor (EFtr) dapat ditentukan dengan persamaan:

EFtr = EFth x R..........................................(1.7)

dengan EFth merupakan theoretical enrichment factor dan R merupakan persen

recovery.

3.6 Penyiapan sampel

Sampel (daging hamburger dan daging kebab) masing-masing dihaluskan

dengan mortar. Limapuluh gram sampel yang telah halus direndam dalam

metanol, didiamkan selama 3 jam, kemudian disaring filtratnya dengan

menggunakan penyaring buchner dan kertas saring. Larutan sampel yang

diperoleh di masukkan dalam labu ukur 100 mL ditambah metanol sampai tanda

batas.

3.7 Analisis Sampel

Sebanyak 10 mL larutan sampel diekstraksi dengan menggunakan


parameter-parameter analitik yang telah dioptimasi (prosedur 3.4.6.1, prosedur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
25

3.4.6.2, dan prosedur 3.4.6.3). Hasil ekstraksi dianalisis dengan menggunakan

GC-FID. Konsentrasi senyawa nitrosodipropilamin (NDPA) dihitung

menggunakan persamaan regresi kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-

SDME.

3.8 Spiking

Sampel (daging hamburger dan daging kebab) masing-masing

dihaluskan dengan mortar. Limapuluh gram sampel yang telah halus direndam

dalam metanol serta ditambah larutan standar NDPA 50 ppm sebanyak 4 mL,

didiamkan selama 3 jam, kemudian disaring filtratnya dengan menggunakan

penyaring buchner dan kertas saring.

Sebanyak 10 mL larutan sampel yang mengandung NDPA dengan

konsentrasi 2 ppm diekstraksi dengan menggunakan parameter-parameter

analitik yang telah dioptimasi (prosedur 3.4.6.1, prosedur 3.4.6.2, dan prosedur

3.4.6.3), dan dianalisis menggunakan GC-FID. Dari analisis sampel dengan

spiking dihasilkan luas area kromatogram yang kemudian dimasukkan ke

persamaan kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-SDME hasil optimasi

sebagai sumbu y dan akan dihasilkan konsentrasi sesungguhnya sebagai sumbu

x.

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Optimasi Gas Chromatography (GC)

Gas Chromatography yang digunakan pada penelitian adalah tipe HP-

Hewlett 5890 Packard Series II dengan kolom sebagai fasa diamnya digunakan

HP-5 bersifat non polar (Reuessac dan Reuessac, 2007). Detektor yang

digunakan adalah FID (Flame Ionization Detector) yang mempunyai kepekaan

terhadap senyawa karbon organik (Hendayana, 2006). Fasa gerak berupa gas

hidrogen dan gas nitrogen. Optimasi ini digunakan untuk mendapatkan hasil

kromatogram yang optimum untuk pelarut organik (metanol dan toluena)

maupun senyawa nitrosodipropilamin (NDPA).

Pengaturan temperatur GC pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

4.1, serta kurva temperatur GC-FID dapat dilihat pada Gambar 4.1. Berdasarkan

pengaturan temperatur tersebut, waktu yang diperlukan pada setiap analisis

menggunakan GC-FID selama 12 menit.

Tabel 4.1 Kondisi Gas Chromatography (GC)


Pengaturan Kondisi
Injector A 250 °C
Detector A 300 °C
Initial Temperature 40 °C
Initial Time 3 menit
Rate 10,0 C/min
Final Temperature 120 (C)
Final Time 1,00 menit
Flow Rate 68 mL/menit

26
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27

Gambar 4.1 Kurva optimasi GC

Berdasarkan pengaturan temperatur yang sudah dilakukan, peak metanol

sebagai pelarut berada pada retention time 1,5 menit, sedangkan peak NDPA

berada pada retention time sekitar 8 sampai dengan 9 menit. Kromatogram hasil

optimasi GC dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Kromatogram nitrosodipropilamin (NDPA)

4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi NDPA Tanpa Ekstraksi

Kurva kalibrasi NDPA tanpa ekstraksi didapatkan dengan cara

menginjeksikan larutan standar NDPA konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,

dan 10 ppm secara langsung ke GC-FID. Kemudian didapatkan luasan

kromatogram untuk larutan standar NDPA masing-masing konsentrasi dan

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
selanjutnya diplotkan antara konsentasi larutan standar NDPA dengan luasan

area kromatogram sehingga diperoleh kurva kalibrasi NDPA tanpa ekstraksi

berupa garis linier. Pembuatan kurva kalibrasi ini bertujuan untuk mengetahui

besarnya pemekatan yang terjadi pada proses ekstraksi dengan HS-SDME,

membandingkan limit deteksi antara pengukuran larutan NDPA tanpa dan

dengan menggunakan HS-SDME, dan untuk mengetahui linieritas dan

reprodusibilitas alat.

Suatu kurva mempunyai linieritas tinggi apabila nilai koefisien

korelasinya (R2) lebih besar dari 0,99. Sedangkan reprodusibilitas dapat dilihat

dari nilai koefisien variasi, reprodusibilitas baik jika K V<3% (Miller dan Miller,

1988). Data yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.2 Data kurva kalibrasi NDPA tanpa ekstraksi


Konsentrasi Standar NDPA Luas Area Rata-rata (satuan)
(ppm)
2 1748,06
4 2823,44
6 3644,55
8 4501,88
10 5328,76

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi NDPA tanpa ekstraksi


Dari data yang diperoleh pada pembuatan kurva kalibrasi tanpa ekstraksi

dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi larutan standar NDPA maka

semakin besar luas area kromatogram yang dihasilkan. Kurva kalibrasi NDPA

tanpa ekstraksi diperoleh regresi linier y = 454,37x + 858,4 dengan koefisien

korelasi (R2) sebesar 0,9938. Ini menunjukkan ada korelasi antara konsentrasi

NDPA dengan luasan area kromatogram. Sedangkan reprodusibilitas didapatkan

dari rentang 0,15% sampai dengan 6,7%, empat dari lima data konsentarsi

mempunyai KV<3%, hal ini dapat disimpulkan bahwa presisi yang dihasilkan

oleh instrumen GC baik digunakan untuk analisis senyawa NDPA.

4.3 Headspace-Single Drop Microextraction (HS-SDME)

Penelitian ini menggunakan Headspace-Single Drop Microextraction

(HS- SDME), dengan berbagai parameter yang ditetapkan yaitu, toluena sebagai

pelarut organik, waktu ekstraksi selama 30 menit, volume pelarut organik

sebanyak 3 μL, dan sebanyak 10 mL larutan standar NDPA 6 ppm.

Tabel 4.3 Sifat fisika pelarut organik dan senyawa NDPA


Sifat Fisika Metanol Toluena NDPA
b c
Titik didih (°C) 64,7 110.6 206a
Log Pow (25 °C) -0,82b 2,73c 1,36a

Massa Jenis pada 20 °C


(g/cm3) 0,7918b 0,87c 1,013d
Sumber: aReport on Carcinogens 2011, bMerck 2007, cMerck 2012, dDowdle 1989

Toluena mempunyai titik didih yang tinggi, titik didih ini menyebabkan

proses dryness memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu, toluena
mempunyai nilai tegangan permukaan yang tinggi sehingga gaya kohesif yang

terjadi lebih tinggi, kelarutan dalam air lebih kecil, dan tetes pelarut organik

lebih stabil (Battle dan Nerin, 2004). Alasan inilah yang menyebabkan toluena

mempunyai kemampuan lebih besar dalam mengekstrak NDPA dari larutan

ekstrak atau sampel.

Waktu ekstraksi yang digunakan adalah selama 30 menit, ini merupakan

waktu optimum untuk mengekstraksi NDPA, karena semakin lama waktu

ekstraksi larutan pengekstraknya semakin berkurang. Hal ini karena drop yang

berisi pelarut organik secara perlahan menguap dengan peningkatan waktu

ekstraksi (Sarkhosh et al., 2012), sehingga senyawa NDPA kurang terekstrak

secara sempurna.

Volume toluena yang digunakan adalah sebanyak 3 μL, volume toluena

ini merupakan volume optimum untuk ekstraksi dengan HS-SDME. Pelarut

organik kurang dari 3 μL akan menguap terlebih dahulu sebelum waktu

ekstraksi selesai, sedangkan pelarut organik lebih dari 3 μL menyebabkan drop

tidak stabil dikarenakan mudah jatuh (Intissar, 2012). Hal ini disebabkan gaya

tarik kebawah (Fg) lebih besar daripada gaya tarik keatas (F f), sehingga drop

pelarut organik akan mudah jatuh.

Selanjutnya untuk mengoptimalkan proses ekstraksi dengan HS-SDME

dan mendapatkan hasil optimum maka dilakukan optimasi parameter analitik

lainnya antara lain, pH, kecepatan pengadukan, dan suhu ekstraksi.


4.3.1 Optimasi parameter analitik

4.3.1.1 Optimasi pH

Optimasi pH pada analisis NDPA dengan HS-SDME dilakukan

menggunakan enam variasi pH yaitu, pH 3, pH 4, pH 7, pH 8, pH, 10, dan pH

11, dengan toluena sebagai pelarut organik, volume toluena 3 μL, kecepatan

pengadukan skala 3, suhu ekstraksi 30 °C, waktu ekstraksi 30 menit, dan volume

larutan standar NDPA 6 ppm sebanyak 10 mL sebagai variabel tetap. Optimasi

pH ini digunakan untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi pada analit (Grebel et

al., 2006), dimana apabila suatu senyawa mengalami ionisasi menjadi ion-

ionnya menyebabkan analit menjadi lebih polar atau mudah larut dalam fasa air

sehingga akan menurunkan efisiensi ekstraksi. Dari hasil analisis dengan

menggunakan GC-FID didapatkan luas area kromatogram pada masing-masing

pH, seperti pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4.

Tabel 4.4 Data optimasi pH


Luas Area Rata-rata
Variasi pH (satuan)
3 379,38
4 853,90
7 255,84
8 238,29
10 227,36
11 181,55
Gambar 4.4 Kurva optimasi pH

Kenaikan pH dalam fasa cair dapat meningkatkan jumlah analit yang

tekstrak. Hal ini disebabkan karena adanya kesetimbangan disosiasi antara analit

yang bersifat asam dengan analit yang bersifat basa. Analit yang bersifat asam

dapat menyebabkan analit tidak dapat melepaskan ionnya sehingga di dalam

larutan, analit berada dalam bentuk molekulnya dan hal ini dapat meningkatkan

jumlah analit yang terekstrak.

OH

C3H7 N C3H7 N+ C3H7 N


H+ Cl-
N O N Cl
N O-

C3H7
C3H7 C3H7

Gambar 4.5 Persamaan reaksi kondisi NDPA dalam suasana asam

Sedangkan jika pH dinaikkan menjadi basa, maka analit terurai menjadi

bentuk garamnya dan larut dalam fasa air sehingga jumlah analit yang terekstrak

semakin berkurang.
OH

C3H7 N
CH N N+
O
37 C3H7 Na+ OH- N ONa
N N O-
C3H7
C3H7 C3H7 Garam

Gambar 4.6 Persamaan reaksi kondisi NDPA dalam suasana basa

Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa pH lebih dari 4 menyebabkan

penurunan luas area kromatogram, jumlah NDPA yang terekstrak semakin

berkurang karena cenderung larut dalam air daripada fasa organiknya. Tetapi,

menurut Report Carcinogens oleh National Toxicology Program, Department of

Health and Human Services pada tahun 2011 mengatakan bahwa NDPA stabil

dalam larutan netral atau basa dalam 14 hari, dan kurang stabil dalam larutan

asam. Hal ini dapat dijelaskan bahwa stabilitas ini hanya digunakan untuk

penyimpanan larutan NDPA dalam jangka waktu yang lama.

4.3.1.2 Optimasi kecepatan pengadukan

Optimasi kecepatan pengadukan pada analisis NDPA dengan HS-SDME

dilakukan menggunakan lima variasi kecepatan pengadukan yaitu, skala 3, skala

4, skala 5, skala 6, dan skala 7, dengan toluena sebagai pelarut organik, volume

toluena 3 μL, pH 4, suhu ekstraksi 30 °C, waktu ekstraksi 30 menit, dan volume

larutan standar NDPA 6 ppm sebanyak 10 mL sebagai variabel tetap. Kecepatan

pengadukan dapat meningkatkan efisiensi transfer massa dan waktu ekstraksi,

karena kesetimbangan antara fasa cair dan uap dapat dicapai lebih cepat serta

difusi analit terhadap drop akan lebih cepat pula (Valentinavičiūtė et al., 2008).
Data hasil analisis menggunakan GC didapatkan luas area kromatogram masing-

masing kecepatan pengadukan seperti pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.7.

Tabel. 4.5 Data optimasi kecepatan pengadukan


Variasi Kecepatan Luas Area Rata-rata
Pengadukan (skala) (satuan)
3 853,904
4 3758,28
5 3970,91
6 8461,06
7 2165,26

Gambar 4.7 Kurva optimasi kecepatan pengadukan

Dari kurva di atas diperoleh kecepatan pengadukan optimum pada skala

6 karena mempunyai luas area kromatogram yang paling besar. Kecepatan

pengadukan dibawah skala 6 dihasilkan luasan kromatogram yang kurang

optimum karena kecepatan terlalu kecil maka menyebabkan transfer analit ke

drop pelarut organik berlangsung lambat, sehingga analit yang terekstrak pada

drop pelarut organik kurang optimal. Sedangkan pengadukan diatas skala 6 juga

memberikan luas area kromatogram yang kecil, hal ini disebabkan oleh karena
dengan bertambahnya kecepatan maka akan menyebabkan drop organik menjadi

tidak stabil bahkan akan jatuh sebelum ekstraksi selesai sehingga dapat

menurunkan efisiensi ekstraksi. Selain itu kecepatan pengadukan yang cepat

mengakibatkan dislodgment drop organik dari jarum (Sarkhosh et al., 2012).

4.3.1.3 Optimasi suhu ekstraksi

Optimasi suhu pada analisis NDPA dengan HS-SDME dilakukan

menggunakan tiga variasi suhu yaitu, 30 °C, 35 °C, dan 40 °C, dengan toluena

sebagai pelarut organik, volume toluena 3 μL, pH 4, kecepatan pengadukan

skala 6, waktu ekstraksi 30 menit, dan volume larutan standar NDPA 6 ppm

sebanyak

10 mL sebagai variabel tetap. Optimasi ini bertujuan untuk meningkatkan

penguapan dan transfer analit dari sampel sehingga menghasilkan efisiensi

ekstraksi yang baik (Valentinavičiūtė et al., 2008). Dari hasil analisis dengan

menggunakan GC didapatkan luas area kromatogram masing-masing suhu

seperti Tabel 4.6 dan Gambar 4.8.

Tabel 4.6 Data optimasi suhu


Luas Area Rata-rata
Variasi Suhu (°C) (satuan)
30 8461,06
35 3833,14
40 484,638
Gambar 4.8 Kurva optimasi suhu

Dari kurva di atas diperoleh suhu optimum untuk ekstraksi HS-SDME

adalah 30 °C. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya suhu dari larutan

di atas 30 °C dapat menyebabkan kerusakan drop dan menguapnya drop. Hal ini

dapat dibuktikan bahwa sebelum proses ekstraksi selesai, drop pelarut organik

yaitu toluena hilang karena pemanasan. Suhu ekstraksi di bawah 30 °C akan

menurunkan efisiensi ektraksi, karena suhu di bawah 30 °C transfer analit

menuju pelarut organik akan berlangsung lebih lama (Hashemi et al, 2011).

Oleh karena itu, suhu ekstraksi 30 °C dianggap sebagai suhu optimum pada

penelitian ini.

4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi NDPA dengan Ekstraksi HS-SDME

Setelah didapatkan hasil optimum pada berbagai parameter yang telah

dioptimasi, maka selanjutnya dibuat kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi

HS- SDME menggunakan hasil optimum parameter analitik yaitu, pH 4,

kecepatan pengadukan skala 6, dan suhu ekstraksi 30 °C. Parameter analitik

yang ditetapkan yaitu, toluena sebagai pelarut organik, volume toluena 3 μL,

waktu ekstraksi 30 menit, dan larutan standar NDPA pada tahapan ini 2 ppm, 4
ppm, 6 ppm, 8 ppm,
dan 10 ppm sebanyak 10 mL. Kemudian didapatkan luas area kromatogram

untuk larutan standar NDPA masing-masing konsentrasi dan selanjutnya

diplotkan antara konsentasi larutan standar NDPA dengan luasan area

kromatogram sehingga diperoleh kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-

SDME berupa garis linier. Pembuatan kurva kalibrasi ini bertujuan untuk

mengetahui besarnya pemekatan yang terjadi pada proses ekstraksi dengan HS-

SDME, membandingkan limit deteksi antara pengukuran larutan NDPA tanpa

dan dengan menggunakan HS-SDME, dan untuk mengetahui linieritas. Data

yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.9.

Tabel 4.7 Data kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-SDME


Konsentrasi Standar NDPA Luas Area Rata-rata (satuan)
(ppm)

2 5239,60
4 6840,90
6 8479,37
8 10040,85
10 11635,32

Gambar 4.9 Kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-SDME


Kurva kalibrasi NDPA dengan HS-SDME pada kondisi parameter

analitik optimum dibandingkan dengan data kurva kalibrasi NDPA tanpa

ekstraksi. Besarnya pemekatan dalam proses ekstraksi menggunakan HS-SDME

akan dibahas pada 4.5.4. Kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-SDME

diperoleh regresi linier y = 799,57x + 3649,8 dengan koefisien korelasi (R2)

sebesar 0,9999. Ini menunjukkan ada korelasi antara konsentrasi NDPA dengan

luas area kromatogram.

4.5 Validasi Parameter Analitik

Validasi parameter analitik didasarkan pada persamaan regresi linier

kurva kalibrasi NDPA dengan ekstraksi HS-SDME. Regresi linier tersebut

digunakan untuk menentukan konsentrasi NDPA dalam sampel, menentukan %

recovery, koefisien variasi dan limit deteksi (LOD) dari instrumen.

4.5.1 Limit deteksi (sensitivitas)

Limit deteksi merupakan konsentrasi atau jumlah terendah dari suatu zat

yang dapat ditentukan dan secara statistik memiliki harga yang berbeda dengan

blanko analinya. Semakin kecil nilai limit deteksi, maka semakin baik pula

karakteristik instrumen tersebut (Miller dan Miller, 1988).

Dari hasil perhitungan limit deteksi (L OD) kurva kalibrasi NDPA dengan

ekstraksi HS-SDME, didapatkan nilai limit deteksi sebesar 78 ppb. Nilai

tersebut merupakan batas terkecil konsentrasi yang masih dapat direspon oleh

Gas Chromatography. Sedangkan limit deteksi untuk kurva kalibrasi tanpa

ekstraksi didapatkan sebesar 0,86 ppm. Dengan membandingkan antara nilai

limit deteksi
pengukuran NDPA tanpa ekstrakasi dan limit deteksi pengukuran NDPA dengan

ekstraksi HS-SDME menunjukkan bahwa metode ekstraksi HS-SDME mampu

meningkatkan sensitivitas GC-FID untuk memberikan respon terhadap NDPA.

Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya metode ekstraksi menggunakan HS-

SDME sensitivitas GC-FID menjadi sangat tinggi (Sleiman et al., 2009).

4.5.2 Persen recovery (R)

Akurasi pada penelitian ini dinyatakan dalam % recovery. Persen

recovery menyatakan ketepatan yang merupakan pendekatan setiap konsentrasi

standar yang diperoleh kembali dengan konsentrasi larutan standar yang

sebenarnya. Pengukuran nilai akurasi diperoleh dari persamaan regresi pada

kurva kalibrasi dengan ekstraksi HS-SDME dengan lima konsentrasi larutan

standar NDPA yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Nilai %

recovery penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Data persen recovery larutan standar NDPA dengan ekstraksi HS-
SDME
Konsentrasi Sebenarnya Konsentrasi Terukur %
(ppm) (ppm) Recovery
2 2,11 105,65
4 3,99 99,78
6 6,04 100,67
8 7,99 99,91
10 9,99 99,87

Dari tabel di atas dihasilkan % recovery antara 99,87% sampai dengan

105,65%, dengan % recovery rata-rata 101,18%. Berdasarkan nilai tersebut

dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi HS-SDME pada penentuan NDPA

mempunyai akurasi yang baik atau bisa dikatakan bahwa metode ekstraksi ini
mendekati kedekatan konsentrasi NDPA sebenarnya. Nilai recovery ada yang

menunjukkan 105,65% dikarenakan adanya senyawa lain yang memberikan

sinyal yang sama pada retention time NDPA.

4.5.3 Koefisien variasi (presisi)

Koefisien variasi atau presisi atau ketelitian ditentukan melalui

perhitungan simpangan baku (SD) dan koefisien variasi. Koefisien variasi ini

digunakan untuk melihat reprodubilitas instrumen, dalam penelitian ini adalah

GC-FID. Nilai Koefisien variasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Data koefisien variasi larutan standar NDPA dengan ekstraksi HS-
SDME
Koefisien Variasi
Konsentrasi NDPA (ppm) Simpangan Baku (SD) (%)
2 29,675 0,566
4 11,458 0,167
6 23,317 0,275
8 9,036 0,089
10 35,846 0,308

Metode dapat dikatakan mempunyai ketelitian atau presisi yang baik jika

nilai koefisien variasi (KV<3%) (Miller dan Miller, 1988). Dapat disimpulkan

bahwa ketelitian atau presisi yang dihasilkan oleh GC-FID baik digunakan

untuk analisis senyawa NDPA dalam sampel, yang dibuktikan dengan

dihasilkan koefisien variasi dari 0,089 % sampai dengan 0,566 %.

4.5.4 Enrichment Factor

Enrichment Factor menjelaskan seberapa besar pemekatan yang terjadi

selama proses ektraksi menggunakan HS-SDME. Pemekatan analit yang terjadi

selama proses ekstraksi menggunakan HS-SDME dapat dilihat pada Gambar

4.10.
Gambar 4.10 Kurva pemekatan NDPA menggunakan ekstraksi HS-SDME

Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan enrichmen faktor

theoretical (EFth) sebesar 3333,33 kali. Menurut teoritis pemekatan yang terjadi

pada proses ekstraksi NDPA menggunakan HS-SDME sebesar 3333,33 kali.

Sedangkan pemekatan sebenarnya atau true enrichment factor (EFtr) sebesar

3372,52 kali. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pemekatan yang terjadi pada

ekstraksi menggunakan HS-SDME baik, karena hasil EF th tidak begitu

mempunyai selisih yang jauh dengan EFtr.

4.6 Analisis Sampel

Sampel berupa daging hamburger dan daging kebab masing-masing

dihaluskan dengan mortar untuk memperbesar luas permukaan daging, sehingga

senyawa nitrosodipropilamin yang terkandung di dalam sampel daging dapat

terekstraksi dengan sempurna. Kemudian sebanyak 50 gram sampel daging yang

halus ditimbang secara teliti, kemudian direndam dalam metanol selama 3 jam

dalam keadaan tertutup agar senyawa nitrosodipropilamin tidak menguap dan

larut sempurna pada metanol. Perendaman sampel daging bertujuan untuk


mengekstrak senyawa nitrosodipropilamin yang terdapat pada sampel daging.

Setelah 3 jam perendaman, filtrat disaring menggunakan buchner dan kertas

saring sehingga diperoleh larutan sampel yang mengandung

nitrosodipropilamin. Larutan sampel yang mengandung nitrosodipropilamin di

masukkan dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan metanol sampai tanda

batas.

Larutan sampel yang mengandung nitrosodipropilamin disimpan pada

suhu dingin, gelap, dan analisis dilakukan paling lama 14 hari setelah

pengambilan sampel. Hal ini dilakukan karena menurut Report Carsinogens

National Toxicology Program Department of Health and Human Services tahun

2011, senyawa nitrosodipropilamin stabil sebelum 14 hari penyimpanan. Serta

menghindari degradasi oleh mikroba dalam sampel. Setiap sebelum analisis,

sampel terlebih dahulu disaring untuk menghilangkan kotoran yang dapat

mengganggu proses analisis. Hasil analisis dari sampel Hamburger dan Kebab

dapat dilihat pada Tabel 5.0.

Tabel 5.0 Data analisis sampel


Luas Area (satuan)
Sampel I II III
Hamburger 3864,19 4236,66 4763,75
Kebab 6148,55 0 1781,71

Kemudian untuk mengetahui konsentrasi dalam sampel maka luasan

kromatogram tersebut dimasukkan ke dalam persamaan regrasi linier dari kurva

kalibrasi NDPA menggunakan ekstraksi HS-SDME yaitu, y= 159,91x + 3649,8

diperoleh konsentrasi NDPA dalam sampel masing-masing dapat dilihat pada

Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Data konsentrasi NDPA dalam sampel
Konsentrasi (ppm)
Sampel I II III
Hamburger 0,27 0,73 1,39
Kebab 3,13 - -

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dapat teramati bahwa metode HS-SDME-

GC-FID dapat mendeteksi sampel hamburger mengandung senyawa NDPA dari

0,27 ppm sampai dengan 1,39 ppm. Sedangkan sampel kebab hanya satu dari

tiga sampel kebab yang terdeteksi yaitu sebesar 3,13 ppm. Dua sampel kebab

yang lain tidak dapat terdeteksi, hal ini terdapat 2 kemungkinan yaitu senyawa

NDPA dalam sampel tidak ada atau senyawa NDPA ada dalam sampel tetapi di

bawah LOD.

Sedangkan berdasarkan uji yang dilakukan di Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Surabaya menyatakan bahwa senyawa nitrit yang merupakan

senyawa pembentuk NDPA tidak terdeteksi. Hal ini disebabkan karena

kandungan nitrit yang terdapat pada sampel hamburger dan kebab sangat kecil

konsentrasinya, apabila digunakan metode konvensional (titrasi) untuk

menentukan konsentrasinya tidak akan terdeteksi. Penyebab lainnya adalah nitrit

sudah berubah menjadi senyawa NDPA.

Hasil analisis sampel diperoleh konsentrasi yang besar, melampaui

standar yang diperbolehkan yaitu sebesar 10 μg/kg berat badan. Hal ini

disebabkan karena adanya proses pemekatan pada saat ekstraksi menggunakan

HS-SDME.
4.7 Spiking

Sampel berupa daging hamburger dan kebab masing-masing dihaluskan

dengan mortar untuk memperbesar luas permukaan daging, sehingga senyawa

nitrosodipropilamin yang terkandung di dalam sampel daging dapat terekstraki

dengan sempurna. Kemudian sebanyak 50 gram sampel daging yang halus

ditimbang secara teliti, kemudian direndam dalam metanol dan 4 mL larutan

standar NDPA 50 ppm selama 3 jam dalam keadaan tertutup agar senyawa

nitrosodipropilamin tidak menguap dan larut sempurna pada metanol.

Perendaman sampel daging bertujuan untuk mengekstrak senyawa

nitrosodipropilamin yang terdapat pada sampel daging. Setelah 3 jam

perendaman, filtrat disaring menggunakan buchner dan kertas saring sehingga

diperoleh larutan sampel yang mengandung nitrosodipropilamin. Larutan sampel

yang mengandung nitrosodipropilamin di masukkan dalam labu ukur 100 mL

dan ditambahkan metanol sampai tanda batas.

Penelitian ini menggunakan teknik spiking untuk mengetahui matrik

yang mempengaruhi dalam proses analisis. Matrik tersebut berupa senyawa

organik yang dapat menurunkan efisiensi ekstraksi sehingga transfer massa

analit menuju pelarut organik berkurang. Selain itu, senyawa organik dalam

sampel yang mempunyai kesamaan sifat kenonpolaran dengan toluena

memungkinkan juga ikut terekstrak, sehingga mengakibatkan NDPA yang

terserap dalam toluena berkurang. Sampel yang telah dispiking selanjutnya

diekstaksi menggunakan HS- SDME dan dianalisis menggunakan GC-FID.

Hasil analisis spiking untuk masing- masing sampel dapat dilihat pada Tabel

5.2.
Tabel 5.2 Data spiking sampel
Spiking Luas Area (satuan)
Sampel I II III
Hamburger 5218,32 5655,34 5229,09
Kebab 7736,64 4743,71 4149,22

Kemudian untuk mengetahui konsentrasi dalam spiking sampel maka

luas area kromatogram tersebut dimasukkan kedalam persamaan regrasi linier

dari kurva kalibrasi NDPA menggunakan ekstraksi HS-SDME yaitu, y= 799,57x

+ 3649,8 diperoleh konsentrasi NDPA dalam spiking sampel masing-masing

dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Data konsentrasi NDPA dalam spiking sampel


Spiking Konsentrasi (ppm)
Sampel I II III
Hamburger 1,96 2,51 1,98
Kebab 5,11 1,37 0,63

Dari setiap sampel spiking dihitung recovery-nya. Jika recovery sampel

spiking mendekati 100% maka matrik dalam sampel tidak mempengaruhi proses

analisis, begitu sebaliknya misalkan nilai recovery sampel spiking jauh dari

100% maka matrik dalam sampel mempengaruhi proses analisis. Hasil recovery

sampel spiking dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Data recovery sampel spiking


Spiking Recovery (%)
Sampel I II III
Hamburger 84,7 88,7 29,1
Kebab 99,3 68,4 31,25
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
46

Dengan recovery yang jauh dari 100% dibandingkan dengan pada saat

ekstraksi larutan standar maka dapat dikatakan bahwa matrik yang terdapat

sampel mempengaruhi proses ekstraksi NDPA dengan metode HS-SDME.

Selain matrik berupa senyawa organik, matrik lain dalam sampel yang

dapat mempengaruhi proses ekstraksi NDPA dengan metode HS-SDME adalah

tepung. Tepung merupakan suatu bahan yang dicampurkan ke dalam daging

pada saat pembuatan hamburger dan kebab. Tepung ini dapat mengganggu

proses perparasi sampel daging (hamburger dan kebab) karena tepung

mempunyai fungsi sebagai adsorben (Utomo dan Priyanto, 2010). Fungsi ini

mengakibatkan senyawa NDPA yang akan diekstrak dalam sampel akan

teradsorpsi ke dalam tepung, sehingga senyawa NDPA tidak terekstrak dengan

sempurna. Peristiwa adsorpsi ini terjadi pada saat perendaman sampel daging

(hamburger dan kebab) dengan metanol.

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Teknik HS-SDME-GC-FID dapat digunakan untuk menganalisis

senyawa nitrosodipropilamin (NDPA) yang terdapat pada daging olahan

(hamburger dan kebab) dengan konsentrasi setiap sampel sebagai

berikut, hamburger I sebesar 0,27 ppm, hamburger II sebesar 0,73 ppm,

hamburger III sebesar 1,39 ppm, dan kebab I sebesar 3,13 ppm.

2. Hasil optimasi dalam penentuan senyawa nitrosodipropilamin (NDPA)

menggunakan teknik HS-SDME-GC-FID dapat dicapai pada kondisi

yang optimum yakni dengan menggunakan pH 4, kecepatan pengadukan

skala 6, dan suhu ekstraksi 30 °C.

3. Limit deteksi (LOD) dari teknik HS-SDME-GC-FID sebesar 78 ppb,

persen recovery sebesar 101,18 %, presisi antara 0,089% sampai dengan

0,566%, dan true enrichment factor 3372,66 kali.

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengembangan terhadap analisis senyawa turunan

nitrosamin yang lain ataupun teknik ekstraksi dengan harapan dapat bermanfaat

47
48

bagi masyarakat luas, sehingga didapatkan metode yang tepat untuk analisis

senyawa nitrosodipropilamin (NDPA) ini.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2011, N-Nitrosamines: 15 Listings Twelfth Edition, Report on


Carcinogens, National Toxicology Program, Departemen of Health and
Human Services

Adam, M., Dobiáš, P., Eisner, A., Ventura, K., 2008, Original Peper:
Headspace Single-Drop Microextraction of Herbal Essential Oils,
Original Paper, Departemen of Analytical Chemistry, Faculty of Chemical
Technology, University of Pardubice

Andrade, R., Reyes, F.G.R., Rath S., 2005, A Method For The Determination
of Volatile N-Nitrosamine in Food by HS-SPME-GC-TEA, J. Food
Chem., 91: 173-179

Barus, P., 2009, Pemanfaatan Bahan Pengawet dan Antioksidan Alami pada
Industri Bahan Makanan, Skripsi, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara,
Medan

Battle, R., dan Nerin, C., 2004, Application of Single Drop Microextraction
to The Determination of Dietil Phtalate Esters in Food Simultans, J. of
Chrom. A, 1045, 29-35

Belitz, H.D., dan Grosch, W., 1999, Food Chemistry, Springer, Gerching

Cárdenes, L., Ayala, J.H., González, V., Afonso, A.M., 2002, Fast Microwave-
Assisted Dansylation of N-Nitrosamines Analysis by High-Performance
Liquid Chromatography with Fluorecence Detection, J. of Chrom. A,
946: 133-140

Cooper, M.T., dan Porter, T.D., 2000, Mutagenicity of Nitrosamines in


Methyltranferase-Deficient Strains of Salmonella typhimurium
Coexpressing Human Cytochrome P450 2E1 and Reductanse,
Mutation Research, 454: 45-52

Cory S., M., 2009, Analisis Kandungan Nitrit dan Pewarna Merah pada
Daging Burger yang Dijual Di Grosir Bahan Baku Burger Di Kota
Medan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, Medan

Davidson, A., 1999, Oxford Companion to Food, Oxford University Press, Oxford

49
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
50

Domanska-Blicharz, K., Rachubik J., Kowalski, B., 2005, Occurrence of


Volatile N-Nitrosamines in Polish Tinned Foods, Bull Vet Inst Pulawy,
49, 319-322

Dowdle, W., R., 1989, Toxicological Profile For N-Nitrosodi-n-Propylamine,


Public Health Service US., US

Drabik-Markiewicz, G., Maagdenberg, K.V.D., Mey, E.D., Deprez, S.,


Kowalska, T., 2009, Role of Proline and Hydroxyproline in N-
nitrosamines formation During Heating in Cured Meat, Meat Science,
81, 479-486

Filho, P.J.S., Rios, A., Valcárcel, M., Zanin, K.D., Caramão, E.B., 2003,
Development of a New Method for The Determination of Nitrosamines
by Miceller Electrokinetic Capillary Chromatography, Water
Research, 37: 3837-3842

Handajani, U., S., 2005, Kumpulan Materi Pelatihan Pengoperasian


Instrumentasi Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Airlangga, Surabaya

Hashemi, M., Habibi, A., Jahanshahi, N., 2011, Determination of Cyclamate


in Artificial Sweeteners and Beverages Using Headspace Single-Drop
Microextraction and Gas Chromatography Flame-Ionisation
Detection, Food Chemistry, 124, 1258-1263

Hendayana, S., 2006, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan


Elektroforesis Modern, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Hernani, dan Raharjo, M., 2005, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penerbit


Swadaya, Jakarta

Husni, E., Samah, A., Ariati, R., 2007, Analisa Zat Pengawet dan Protein
dalam Makanan Siap Saji Sosis, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi,
12(2), 108-111

Grebel, J.E., Young, C.C., Suffet, I.H., 2006, Solid-Phase Microextraction of


N- Nitrosamines, J. of Chrom. A, 1117, 11-18

Incavo, J.A., dan Schafer, M.A., 2006, Simplified Method for The
Determination of N-Nitrosamines in Rubber Vulcanizates, Anal. Chim.
Acta, 557, 256-261

Intissar, Z., N., 2012, Analisis Nitrosodietilamin Dalam Sosis Menggunakan


Headspace-Single Drop Microextraction Gas Chromatography-Flame
Ionization Detector, Skripsi, Departemen Kimia, Fakultas Sains Dan
Teknologi, Universitas Airlangga

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
Jurado-Sánchez, B., Ballesteros, E., Gallego, M., 2007, Comparison of The
Sensitivities of Seven N-Nitrosamines in Pre-Screened Waters Using
an Automated Preconcentration System and Gas Chromatography
with Different Detectors, J. of Chrom. A, 1154, 66-73

Jurado-Sánchez, B., Ballesteros, E., Gallego, M., 2009, Comparison of Several


Solid-Phase Extraction Sorbents for Continous Determination of
Amines In Water by Gas Chromatography-Mass Spectrometry,
Talanta, 1216, 1200-1205

Kamisa, 1997, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Kartika, Surabaya

Lu, F., C., 1995, Toksikologi Dasar Edisi Kedua, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta

Merck, 2007, Lembar Data Keselamatan Bahan Berdasarkan EC Directive


91/155/EEC, Katalog, Penerbit Merck

Merck, 2012, Lembar Data Keselamatan Bahan Menurut Peraturan (UE) No.
1907/2006, Katalog, Penerbit Merck

Miller, J.C., dan Miller, J.N., 1988, Statistics for Analytical Chemistry Second
Edition, Elllis Horwood Limited, England

Pragdimurti, E., Zakaria, F.R., Palupi, N.S., 2007, Toksikan yang Terbentuk
Karena Pengolahan Pangan, Modul e-learning ENBP topik 7,
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Bogor

Reche, F., Garrigós, M.C., Marín, M.L., Cantó, A., Jiménez, A., 2002,
Optimization of Parameters for The Supercritical Fluid Extraction in
The Determination of N-Nitrosamines in Rubbers, J. of Chrom. A, 963,
419-426

Riccio, D., Wood, D.C., Miller, J.M., 2008, Using Single Drop
Microextraction for Headspace Analysis with Gas Chromatography,
J. of Chem. Education, 85(7), 965-968

Rouessac, F., dan Rouessac, A., 2007, Chemical Analysis Modern


Instrumentation Methods and Techniques 2nd Edition, Wiley, England

Sarkhosh, M., Mehdinia, A., Jabbari, A., Yamini, Y., 2012, Determination of
Biphenyl and Biphenyl Oxide in Aqueous Samples by Headspace
Single Drop Microextraction Coupled to Gas Chromatography,
J.Braz. Chem. Soc., 00, 1-8
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52

Sleiman, M., Maddalena, R.L., Gundel, L.A., and Destaillats, H., 2009, Rapid
and Sensitive Gas Chromatography-Ion-Trap Tandem Mass
Spectrometry Method for The Determination of Tobacco-Specific N-
Nitrosamines in Secondhand Smoke, J. of Chrom. A, 1216, 7899-7905

Stalikas, C., 2007, Single-drop Microextraction Followed by In-drop


Derivatization for The Analysis of Organic Compounds by Gas
Chromatography, ISSN-1996-918X, Pak. J. Anal. Environ. Chem. 8(1-
2), 72-74

Sunaryanto, R., Marwoto, B., Matsuo, Y., 2010, Isolasi Actinomycetes Laut
Penghasil Metabolit Sekunder yang Aktif Terhadap Sel Kanker A549,
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 5(2), 111-
116

Tjindarbumi, D., dan Mangunkusumo, R., 2001, Cancer in Indonesia, J. Clin.


Oncol., 32(1), 17-21

Utomo, P., dan Priyanto, R., 2010, Pemurnian Etanol Teknis Menjadi Etanol
Absolut Secara Batch dan Kontinyu dengan Adsorbent Tepung
Jagung, Artikel Ilmiah, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro

Valentinavičiūtė, R., Prichodko, A., Vičkačkaitė, V., 2008, Single Drop


Microextraction and Gas Chromatographic Determination of Volatile
Halogenated Hydrocarbons, Chemija, 19, 38-42

Ventanas, S., dan Ruiz, J., 2006, On-Site Analysis of Volatile Nitrosamines in
Food Model Systems by Solid-Phase Michroextraction Couples to a
Dirct Extraction Device, Talanta, 70, 1017-1023

Yurchenko, S., dan Mölder, U., 2007, The Occurrence of Volatile N-


Nitrosamies in Estonian Meat Products, Food Chem., 100, 1713-1721

Skripsi Analisis Senyawa Karsinogenik N-Nitrosodipropilamin Teguh Hari Sucipto


(NDPA) Pada Daging Olahan Dengan Headspace-Single Drop
Microextraction-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector (HS-SDMEGC-
Lampiran 1 : Pembuatan Larutan

a. Pembuatan Larutan Induk NDPA 50 ppm dari larutan NDPA Murni


99,9 %

Konsentrasi( ppm)  m x %

99,9
 100 x 100 mg

99,9mg
 0,5ml

99,9mg
 0,0005L

 199.800mg / L

mg
 199.800  200.000 ppm
L

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 200000 ppm = 100 mL x 50 ppm

V1 = 0,125 mL

= 125 μL

Jadi, larutan induk NDPA 50 ppm dibuat dengan mengencerkan 125 μL

NDPA 99,9 % dengan metanol hingga 100 mL.

b. Pembuatan Larutan Standar NDPA 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,


dan 10 ppm

1. Pembuatan larutan standar NDPA 2 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 50 ppm = 10 mL x 2 ppm

V1 = 0,4 mL

Anda mungkin juga menyukai