Makalah
Disusun Oleh :
P17334119073
Kelas : D3 – 2B
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sarcoptes Scabiei” ini dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah
Parasitologi II.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan
masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis
yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki,
inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan
tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan
kortikosteroid.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat
predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut,
telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan
skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol
tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi
sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi
imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau
dapat berkembang biak dengan mudah.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan,
sedangkan pada bayi lesi di muka sering terjadi.
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
Kaki depan pada betina dan jantan memiliki fungsi yang sama sebagai
alat untuk melekat, akan tetapi kaki belakangnya memiliki fungsi yang
berbeda. Kaki belakang betina berakhir dangan rambut, sedangkan pada jantan
kaki ketiga berakhir dengan rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat
perekat. Parasit ini dapat bertahan hingga 24-36 jam jauh dari habitatnya dan
masih menyebabkan manifestasi klinis di kulit pada suhu 210C. Suhu yang
lebih rendah dan kelembapan yang tinggi memperpanjang hidup parasit ini.
Misalnya pada
suhu 100C dan kelembaban relatif 97%, Sarcoptes scabiei dapat bertahan
selama 1 minggu. Tetapi jika suhu dibawah 200C, parasit ini tidak dapat
bergerak dan melakukan penetrasi ke kulit. Dan pada suhu 340C, ia dapat
bertahan selama 24 jam.
6) Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk kedalam kanalikuli.
Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar UV dari lampu Wood,
tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada
kanalikuli.
Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit
merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar
pemeriksaan berhasil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni :
a) Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (popula, kanalikuli) dan tidak
dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
b) Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak
mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan
tungau dalam keadaan hidup dan utuh.
c) Kerokan dilakukan pada lesi didaerah predileksi.
d) Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus
dilakukan di superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun
karena sulitnya menemukan tungau maka diagnosis scabies harus
dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal
yang menetap
2.7 Pencegahan dan Pengobatan Sarcoptes Scabiei
a. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam
di cairan antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan
gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci
kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket, serta hindari
pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab (Depkes, 2007).
b. Pengobatan
Syarat obat yang ideal untuk pengobatan adalah :
12
13
3.1 Kesimpulan
Skabies pada manusia masih menjadi kendala bagi kesehatan manusia .
Penyakit ini harus mendapat perhatian yang serius dari lembaga-lembaga
terkait sehingga penyebarannya tidak semakin luas .Lemahnya piranti
diagnosis dan timbulnya resistensi tungau S. scabiei terhadap bermacam-
macam akarisidal menjadi tantangan bagi para peneliti untuk menemukan
akarisidal alternative yang aman bagi penderita dan bersifat ramah
lingkungan.
Skabies (kudis) adalah penyakit kulit yang berisifat menular yang
disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap tungau sarcoptes scabiei
varietas hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas
Arachnida, ordo Astigmata, familiSarcoptidae. Daur hidup Sarcoptes scabiei
dari telur hingga dewasa berlangsung selama satu bulan. Sasaran dari
Sarcoptes scabiei untuk menyebarkan penyakit yaitu manusia.
gejala seseorang terkena skabies adalah kulit penderita gatal-gatal
penuh bintik-bintik kecil sampai besar, berwarna kemerahan yang disebabkan
garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi.
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung seperti seperti
berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual maupun tidak langsung
misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk. untuk mencegah
penyebaran penyakit harus menjaga kebersihan lingkungan, rumah dan badan.
Pengobatan scabies dapat dilakukan baik secara medis seperti Belerang endap
(sulfur presipitatum), Emulsi benzil-benzoat, Gama benzena heksa klorida,
Krotamiton dan Permetrin maupun secara tradisional seperti daun salam, biji
buah pinang dan daun buah srikaya
3.2 Saran
Agar terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh tungau
(sarcoptes scabiei), maka sangat diperlukan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan kehigienitas.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
SKABIES.
file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/12898-28528-1-PB-
1.pdf. Diakses 24 Maret 2021.
Myrona, CT. 2018. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
http://eprints.undip.ac.id/61738/3/BAB_II.pdf. Diakses 24 Maret
2021.
Lestari, YRD. 2017. BAB II. http://repository.unimus.ac.id/478/3/BAB%20II.pdf.
Diakses 24 Maret 2021.