Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Titrasi kompleksometri merupakan metode titrasi yang digunakan dalam penetapan


kadar suatu logam, yang mana pada metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa
kompleks antara logam dengan zat pembentuk kompleks. Zat pembentuk kompleks yang
dapat digunakan pada titrasi kompleksometri adalah larutan EDTA. EDTA ini akan bereaksi
dengan sebagian besar ion logam dan reaksinya dapat dikontrol dengan pengaturan pH
(Christian et al., 2014).

Kesadahan merupakan suatu keadaan dimana air mengandung kapur yang berlebihan.
Pada prinsipnya, kesadahan merupakan terkontaminasinya air dengan unsur kation seperti
Na, Ca, dan Mg. Menurut Marsidi (2011), kesadahan dibagi menjadi dua jenis yaitu
kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Air yang mengandung kalsium karbonat dan
magnesium karbonat disebut kesadahan sementara karena kesadahan air dapat dihilangkan
dengan cara pemanasan atau dengan cara pembubuhan kapur. Sementara air yang
mengandung kalsium sulfat, kalsium klorida, magnesium sulfat, dan magnesium klorida,
disebut kesadahan tetap karena tidak dapat dihilangkan dengan proses pemanasan, namun
dengan cara lain yaitu penukaran ion. Oleh karena itu air harus memenuhi persyaratan secara
kimiawi yakni tidak terdapat zat kimia berupa arsen (As), besi (Fe), klorida (Cl -), dan
kesadahan berupa CaCO3 (Permenkes, 2002).

Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kadar kesadahan suatu sampel berupa air
keran. Metode yang digunakan adalah metode titrasi kompleksometri. Seperti yang telah kita
ketahui sebelumnya, prisnsip kompleksometri adalah pembentukan ion-ion kompleks dalam
larutan. Terbentuknya kompleks terjadi karena tingkat kelarutan yang tinggi dari kompleks
logam dengan EDTA. Indikator EBT ditambahkan pada larutan yang diduga mengandung Ca
atau Mg. Larutan yang dimaksud pada praktikum ini yaitu sampel air keran. Setelah
ditambahkan EBT kemudian ditambahkan 1 ml buffer salmiak sebagai pemertahan nilai pH
larutan agar tetap basa. Proses selanjutnya yaitu titrasi sampel dengan larutan EDTA sampai
terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi warna biru. Volume EDTA yang terpakai
pada proses ini berturut-turut 32 ml, 32,5 ml, dan 33,1 ml sehingga diperoleh rata-rata 32,53
ml. Setelah diketahui volume rata-rata ini selanjutnya digunakan rumus M1. V1 = M2. V2
dimana akan diperoleh M1 sebagai konsentrasi kesadahan air keran. Dari konsentrasi yang
telah ditemukan akan dicari kadar kesadahan air yang dinyatakan dalam ppm kalsium (II)
oksida dan diperoleh kadar kesadahan air keran yaitu 325 ppm.
Air minum adalah air yang telah melewati proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum dapat
dikatakan aman bagi kesehatan, apabila telah memenuhi persyaratan secara fisika,
mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter
tambahan (Astuti et al., 2016). Parameter kimiawi dengan jenis parameter kesadahan, kadar
yang diperbolehkan adalah 500mg/L atau 500 ppm (Permenkes, 2002). Berdasarkan data
tersebut air keran yang merupakan sampel percobaan dengan kadar kesadahan 325 ppm,
artinya air keran sampel tersebut layak minum nilai kesadahannya masih dibawah batas
maksimum kesadahan.

Menurut Marsidi (2011), untuk dapat menghilangkan kesadahan air, dapat dilakukan
beberapa cara tergantung jenis kesadahan air. Kesadahan sementara dapat dihilangkan
dengan dilakukan pemanasan suhu air. Prinsipnya adalah kelarutan pada garam MgCO3 dan
garam CaCO3 pada suhu air tertentu. Garam MgCO3 bersifat larut dalam air dingin, namun
kelarutan MgCO3 akan semakin kecil, bahkan tidak larut dan mengendap ketika temperatur
air semakin tinggi. Kelarutan garam CaCO3 lebih kecil daripada MgCO3, sehingga sebagian
CaCO3 pada air dingin pun mengendap, dan jika dilakukan pemanasan suhu air,
pengendapannya akan lebih banyak lagi. Sedangkan pada kesadahan tetap dapat dilakukan
melalui proses pertukaran ion, dimana antara ion kalsium dan magnesium ditukar dengan ion
natrium. Pertukaran dilakukan dengan cara melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran
yang terbuat dari bahan yang mempunyai kemampuan penukaran ion. Contoh bahan penukar
ion yaitu: bahan penukar ion alam yang disebut greensand atau zeolite, lalu ada bahan
penukar ion buatan yang sering digunakan saat ini yang disebut resin penukar ion.

Daftar Pustaka

Astuti, D.W., Fatimah, S., and Anie, S. 2016. Analisis Kesadahan Total pada Air Sumur di
Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul Yogyakarta, ‘Analytical and Environment
Chemistry’, vol. 1, no. 1.

Christian, G.D., Dasgupta, P. K., and Schug, K. A. 2014. Analytical Chemistry 7th Ed.
Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.

Marsidi, R. 2011. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. ‘Jurnal Teknologi Lingkungan’,
vol. 2, no. 1.

Permenkes. 2010. Permenkes RI No 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

Anda mungkin juga menyukai