DISUSUN OLEH :
Pranadi Rachman
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................
BAB I .................................................................................................................................................
PENDAHULUAN ..............................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................
BAB II ................................................................................................................................................
PEMBAHASAN ................................................................................................................................
2.1 Bentuk dan Makna Kata dalam Bahasa Indonesia .....................................................................
2.2 Makna dan Perubahannya ........................................................................................................
2.3 Susunan Kalimat Bahasa Indonesia ..........................................................................................
BAB III ..............................................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga dimudahkan dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengenal
Bentuk Bahasa dan Maknanya” demi memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, serta
dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusai dalam pembuatan makalah
ini. Kami sangat berharap makalah ni dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai bentuk Bahasa dan maknanya.
Terlepas dari semua itu, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik
dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat segingga untuk kedepannya dapat
lebih baik lagi, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Atas perhatian dan tanggapan pembaca, kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
Berbahasa artinya berkomunikasi dengan media Bahasa. Bahasa juga harus dipahami
semua pihak dalam komunitas. Komunikasi adalah penggerak kehidupan. Manusia
merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lain,
sehingga komunikasi tidak dapat dihilangkan dari kehidupan manusia. Daoed Joesoef
menyampaikan pada saat Kongres Bahasa Indonesia III (1983) bahwa “Bangsa yang telah
maju peradabannya tidak hanya ditandai dengan kemampuan menguasai alam, membangun
industri hebat, membangun jaringan jalan raya, dan memiliki sistem pelayanan jasa yang
bermutu, tetapi juga dengan tingkat pemakaian Bahasa dalam keanekaragaman
kehidupan.”
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beruntung karena memiliki Bahasa yang sesuai
dengan jati diri bangsa dan identitas nasional. Namun, dalam membina dan
mengembangjan Bahasa Indonesia tentunya ada tantangan tersendiri. Perkembangan suatu
bahsa berjalan beriringan dengan perkembangan bangsa pemiliknya. Perkembangan ilmu
saat ini dikuasai oleh negara-negara barat, dan karena hal tersebut wajar saja jika bahasa
mereka mempengaruhi bahasa kita. Pada akhirnya, masuklah istilah asing ke dalam bahasa
Indonesia kerena istilah Indonesianya belum ada. Saat ini, tidak sedikit masyarakat/remaja
yang belum mengenal Bahasa Indonesia dengan benar. Pada umumnya mereka
menggunakan bahasa gaul atau istilah asing yang berkembang di masyarakat sebagai
bahasa komunikasi. Hal tersebut merupakan sebuah kesalahan yang ada di masyarakat.
Sebagai warga Indonesia sudah seharusnya kita merasa prihatin menyaksikan
pemakaian bahasa Indonesia dalam masyarakat saat ini. Baik yang kita lihat dalam
lingkungan Pendidikan maupun di masyarakat umum. Kesadaran mengenai bahasa
Indonesia adalah milik kita dan merupakan tanggung jawab kita sepertinya belum
semuanya dimiliki oleh seluruh warga negara. Sebagai warga negara Indonesia yang baik,
seharusnya kita tetap menjaga bahasa persatuan bangsa Indonesia yaitu Bahasa Indonesia.
Salah satu cara menjaga Bahasa Indonesia yaitu dengan mempelajari dan menggunakan
Bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta sesuai dengan kaidah EYD yang berlaku.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1) Mengetahui dan memahami bentuk dan makna kata dalam bahasa Indonesia
2) Mengetahui penggunaan kata dan makna sesuai dengan bentuk kata bahasa Indonesia
3) Mengetahui dan memahami susunan kalimat dalam bahasa Indonesia
4) Mengetahui penggunaan susunan kalimat dalam bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya, bahasa didukung oleh bunyi ujaran, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh
ucap manusia. Dalam hal ini, tidak semua bunyi digolongkan kedalam bahasa, yang dapat
digolongkan bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Namun, tidak
semua bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat ucap manusia disebut dengan bunyi bahasa.
Tetapi, hanya bunyi ujaranlah yang bisa disebut dengan bunyi bahasa.
Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan.
Diantara satuan bentuk terkecil dan terbesar terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa,
kalimat, dan alinea. Ketujuh satuan bentuk bahasa diakui keberadaannya jika mempunyai
makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksud dari mempengaruhi makna adalah
kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan antara
bentuk dan makna bisa dimisalkan sebagai dua sisi mata uang yang saling melengkapi.
Karena bentuk yang tidak bermakna atau tidak dapat mempengaruhi makna tidak terdapat
dalam tata satuan bentuk bahasa.
a. Fonem
Fonem adalah satuan nunyi yang terkecil yang dapat menunjukkan perbedaan arti
bunyi dan huruf. Sedangkan, huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Jadi,
fonem sama dengan bunyi (untuk didengar), huruf adalah lambang (untuk dilihat).
Sebagai bentuk linguistik terkecil yang membedakan makna, wujud fonem tidak hanya
berupa bunyi-bunyi segmental (baik vokal maupun konsonan), tetapi bisa juga berupa
unsur-unsur suprasegmental (baik tekanan, nada, durasi maupun jeda). Fungsi fonem
itu sendiri itu sendiri untuk membedakan makna perbedaan bunyi pada fonem yang
membedakan makna ini menegaskan adanya fonem-fonem yang berbeda pula.
Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /.../. Misalnya, /p/ dan
/b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti. Contoh:
b. Morfem
Morfem adalah satuan bentuk kecil yang dapat membedakan makna dan atau
mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya –an, me-kan),
klitika/partikel (misalnya –lah, -kah), dan kata dasar (misalnya bawa, makan). Morfem
sebagai pembeda makna dapat dibuktikan dengan menggabungkan morfem dengan kata
yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru, unsur
yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.
Contoh;
Makan + an = makanan
Me- + makan = memakan
Yang disebut partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata
Bahasa Indonesia (1998:342), partikel –kah, -lah, -tah diakui sebagai klitika. Klitika
tidak sama dengan imbuhan. Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam,
yaitu:
1) Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti tanpa
harus dihubungkan dengan morfem lain. Semua kata dasar tergolong sebagai
morfem bebas. Contohnya : buku, meja, rumah, manfaat.
2) Mofem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak
mempunyai arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan
dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta
kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-
unsur kecil seperti partikel –ku, -lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri
sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat. morfem terkati dalam bahasa
Indonesia antara lain berupa prefix, konfliks, daan surfik. Contohnya : membisu,
tulisan, dan perhitungan.
c. Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna. Kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem
atau gabungan huruf dengan morfem, baru diartikan sebagai kata bila bentuknya
mempunyai makna.
Dari segi bentuk, kata dibagi atas dua macam :
1) Kata yang bermorfem tunggal (kata dasar), yaitu kata yang belum mendapat
imbuhan.
2) Kata yang bermorfem banyak, yaitu kata yang sudah mendapat banyak imbuhan
Dalam buku Tatabahasa Indonesia, C.A. Mees (1957) membagi kelas kata atas:
1) Kata Benda
Kata benda tau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret
maupun abstrak). Contoh kata benda konkret seperti meja, gawai, mobil. Sedangkan
contoh kata abstrak seperti kekuatan, cinta, kasih anya, dan kemunduran. Kata
benda biasanya berasal dari kata sifat atau kata dasar yang mendapat imbuhan –an,
ke- dan –an, pe- dan –an. Contoh:
- kata sifat kotor mendapat imbuhan –an menjadi kotoran (kata benda)
- kata dasar topang mendapat imbuhan pe- dan –an menjadi penopang (kata
benda)
Kata benda dapat berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Contohnya:
3) Kata Sifat
Kata sifat atau adjektiva merupakan kata yang menjelaskan sifat, keadaan, karakter,
perilaku seseorang. Kata sifat memiliki beberapa jenis, diantaranya:
- Adjektiva dasar, seperti : rajin, pelit, buruk, cantik
- Adjektiva turunan terdiri atas:
o Adjektiva berafiks (berimbuhan)
contoh: terburuk, termuda
o adjektiva berafiks –I, -wi, -iah
contoh: insani, surgawi, rohaniah, abadi, duniawi, abadi, duniawi, anya,
ilmiah.
- Adjektiva bereduplikasi
contoh: tua-tua
6) Kata Keterangan
Kata keterangan terdiri dari beberapa jenis kata, seperti:
- Kata keterangan dasar, contohnya : paling, amat, sangat, alangkah.
- Kata keterangan turunan, contohnya: lebih-lebih, secepat-cepatnya, semau-
maunya, belum pernah.
d. Frasa
Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak terdiri
dari subjek dan predikat (nonpredikatif) dan belum membentuk klausa atau kalimat.
Ciri-ciri frasa:
1) Frasa Setara
Frasa setara adalah sebuah frasa yang mempunyai hubungan dengan unsur setara.
Contoh :
- Tua muda
- Keluar masuk
- Maju mundur
- Muda mudi
2) Frasa Setara Bertingkat
Frasa setara bertingkat adalah salah satu frasa yang kedudukan antar unsurnya
tidak setara atau bertingkat.
Contohnya :
- Uang tunai
- Pedang tajam
- Mengayuh sepeda
1) Frasa Nomina
Frasa nomina adalah sebuah frasa yang mempunyai unsur pusat berupa kata
nomina.
Contoh :
- Pasir pantai itu bersih sekali.
- Pintu itu berwana putih.
2) Frasa Verba
Frasa verba adalah frasa yang mempunyai unsur pusat berupa kata verba dan
ditandai pada adanya afiks verba. Frasa verba bisa juga ditambahkan dengan
imbuhan kata ‘sedang’ untuk verba aktif dan kata ‘sudah’ pada verba yang
menyatakan keadaan.
Contoh:
- Sedang menyapu
- Belajar membaca
- Membawa buku
3) Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang mempunyai sebuah unsur pusat berupa kata
adjektiva. Unsur pada frasa adjektiva bisa diberikan imbuhan ter- (untuk mewakili
suatu kata paling). Biasanya menduduki fungsi dalam predikat pada suatu kalimat.
Contoh:
- Pemandangannya indah sekali
- Dia memang cantik sekali
4) Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah sebuah frasa yang mempunyai unsur pusat berupa kata
numeralia atau sebuah kata yang menyatakan bilangan atau bisa dikatakan jumlah
tertentu. Frasa numeralia bisa ditambahkan kata bantu bilangan seperti ekor, buah,
satuan mata uang, dan lainnya.
Contoh:
- Tiga ekor sapi
- Dua puluh ribu
5) Frasa Preposisi
Frasa preposisi adalah salah satu frasa yang ditandai dengan adanya preposisi atau
kata depan yang dijadikan penunjuk atau indikator dan diikuti dengan kata atau
kelompok kata, yang bukan klausa, yang berdiri berdasarkan dengan petanda.
Contohnya:
- Di rumah
- Dari kantor
- Untuk kamu
6) Frasa Konjungsi
Frasa konjungsi adalah salah satu frasa yang ditandai dengan sebuah konjungsi atau
kata penghubung. Frasa konjungsi bisa dikatakan sebagai frasa verbal atau
keterangan.
Contohnya:
- Tadi siang
- Besok pagi
- Kemarin malam
e. Klausa
Klausa adalah gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
Klausa terkadang dilengkapi dengan objek, pelengkap, atau keterangan. Klausa lebih
lengkap daripada frasa.
Ciri-ciri klausa antara lain:
Memiliki satu predikat
Tidak memiliki intonasi akhir
Jika ditambah intonasi akhir maka akan menjadi sebuah kalimat
Klausa merupakan bagian dari kalimat plural
1) Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang berpotensi menjadi sebuah kalimat karena
memiliki subjek dan predikat. Jenis klausa ini disebut juga sebagai klausa utama
atau induk kalimat. Ciri khusus dalam klausa bebas adalah tidak adanya pemakaian
konjungsi.
Contoh:
- Ardi menangis
- Ibu memasak
- Aulia sangat pintar
2) Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki susunan yang lengkap seperti
klausa bebas, sehingga klausa jenis ini tidak berpotensi untuk menjadi kalimat. Jenis
klausa ini disebut juga sebagai klausa bawahan atau anak kalimat. Berbeda dengan
klausa bebas yang tidak menggunakan konjungsi, klausa terikat dapat diidentifikasi
dari adanya penggunaan konjungsi didepannya.
Contoh:
- Ibu pergi ke pasar
- Ayah pulang dari kantor
- Arya minum obat supaya cepat sembuh
- Ayu terlambat karena telat bangun
Bentuk kata dalam bahasa Indonesia salah satunya adalah bentuk dasar atau yang
sering kita sebut dengan kata dasar.
Contohnya kata bisu.
Kata bisu maknanya masih dasar yaitu orang yang tidak bisa berbicara, namun ketika
ditambah dengan membisu, dan otomatis maknanya juga akan berubah pula menjadi orang
yang bisu.
Contoh yang lain yaitu hari, maknanya dasar ketika ditambahkan dengan awalan
(se) maka akan berubah dan maknanya pun akan berubah pula yaitu sehari yang bermakna
satu hari.
Penyusunan kalimat yang benar sesuai dengan aturan penulisan dalam Bahasa
Indonesia. Penulisan kalimat yang benar diawali dengan huruf kapital (huruf besar) dan
diakhiri dengan titik (.), tanda tanya(?), atau tanda seru(!). Sesuai dengan kebutuhan
penyusunan kalimat. Komposisi struktur kalimat yang benar memuat sekurang-kurangnya atas
satu subjek dan predikat. Kalimat yang memuat kedua komponen ini, subjek dan predikat,
disebut dengan kalimat lengkap. Struktur kalimat adalah rangkaian kata yang membentuk
sebuah kalimat dan dibangun oleh unsur-unsur yang sifatnya relatif tetap, berupa subjek,
predikat, obyek, pelengkap, dan keterangan.
Ayah Budi bertindak sebagai subyek, yaitu potongan kata yang melakukan kegiatan. Ayah
budi melakuakn pekerjaan berupa sering menulis, sehingga jabatan kata sering menulis pada
kalimat di atas adalah predikat. Dalam kalimat ini, jabatan kata novel adalah obyek. Mengapa
novel bukan sebagai pelengkap? Karena kata novel dapat menjadi subyek pada kalimat pasif,
yaitu Novel sering ditulis Ayah Budi di ruang kerja. Jadi, jabatan kata yang tepat untuk novel
adalah obyek. Sedangkan jabatan untuk kaya di ruang kerja adalah keterangan, yaitu
keterangan tempat.
Struktur kalimat pada kalimat lengkap, minimal terdiri atas subjek (S) dan predikat (P).
Berikut ini adalah contoh struktur kalimat lengkap dengan komponen paling minimal, yaitu
kalimat dengan pola SP.
1. Ibu memasak.
Subjek = Ibu
Predikat = memasak
2. Adik sedang makan.
Subjek = Adik
Predikat = sedang makan
3. Kakak bermain.
Subjek = Kakak
Predikat = bermain
Berikut ini adalah contoh kalimat yang disusun dengan pola Subyek – Predikat – Obyek.
3.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya, bahasa didukung oleh bunyi ujaran, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh
ucap manusia. Dalam hal ini, tidak semua bunyi digolongkan kedalam bahasa, yang dapat
digolongkan bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tetapi, hanya
bunyi ujaranlah yang bisa disebut dengan bunyi bahasa.
Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah
karangan. Ketujuh satuan bentuk bahasa diakui keberadaannya jika mempunyai makna
atau dapat mempengaruhi makna. Maksud dari mempengaruhi makna adalah
kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru.
Membahas seputar penyusunan kalimat yang benar sesuai dengan aturan penulisan
dalam Bahasa Indonesia. Penulisan kalimat yang benar diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan titik , tanda tanya, atau tanda seru. Komposisi struktur kalimat yang benar
memuat sekurang-kurangnya atas satu subjek dan predikat.
3.2 Saran
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, seharusnya kita tetap menjaga bahasa
persatuan bangsa Indonesia yaitu Bahasa Indonesia, karena hal tersebut sudah menjadi
tugas dan tanggung jawab kita sebagai warga negara. Salah satu cara menjaga Bahasa
Indonesia yaitu dengan mempelajari dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar serta sesuai dengan kaidah EYD yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, H. (1986). Kelas kata dalam bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.