DOSEN PEMBIMBING :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, yang atas rahmat-Nya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Osteosarcoma”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah biokimia STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya pada ibu Ns. .
yang senantiasa membimbing penulis dalam membuat makalah ini. Makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang penulis miliki. Untuk itu, penulis ucapkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan
dalam makalah ini. Penulis berharap kepada pembaca dapat memberikan kritik dan saran.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Noni Ramadianty
\
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum .............................................................. 2
2.2.1 Tujuan Khusus ............................................................. 2
BAB 3 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN TEORI
pipih, dan tulang yang tidak teratur. Tulang panjang meliputi klavikula, humerus,
radius, ulna, metakarpal, femur, tibia, fibula, metatarsal dan phalang. Tulang pendek
meliputi tulang karpal, tarsal, patella dan tulang sesamoid. Tulang pipih meliputi
skapula, sternum dan tulang rusuk. Tulang tidak teratur meliputi vertebra, sacrum
dan tulang ekor. Tulang pipih terbentuk dengan pembentukan tulang secara
berbentuk kerucut di bawah lempeng pertumbuhan; dan epifisis yang bulat di atas
piring pertumbuhan dilapisi oleh tulang rawan pada sebagian dari strukturnya.
Diafisis terdiri dari tulang kortikal yang padat, sedangkan metafisis dan epifisis
terdiri dari anyaman tulang trabekular dikelilingi oleh tulang kortikal yang relatif
tipis. Kanalis medularis pada tulang panjang yang berisi sumsum tulang, berada di
dalam diafisis dari tulang panjang dan dikelilingi oleh lapisan tulang kortikal. Bagian
metafisis dan diafisis dari tulang panjang lebih banyak mengandung tulang kanselosa
dimana terdapat banyak sekali jaringan trabekula dengan sistem kanalis dan kavitas
yang terisi sumsum tulang Tulang adalah struktur penyangga tubuh yang sangat
spesialistik, yang bersifat kaku, keras, dan memiliki kekuatan untuk beregenerasi.
Tulang melindungi organ vital, dan menyediakan lingkungan untuk sumsum tulang
(baik untuk pembentukan sel darah dan penyimpanan lemak), berfungsi sebagai
pertumbuhan dan sitokin, dan juga mempunyai peran dalam pengaturan asam-basa.
Tulang secara konstan mengalami perubahan selama masa hidupnya, dengan tujuan
menghilangkan tulang tua yang rusak dan menggantinya menjadi tulang baru yang
dan mengelilingi ruang sumsum tulang, dan tulang trabekular yang terdiri dari
mempunyai lapisan permukaan luar berupa periosteum dan permukaan dalam berupa
permukaan luar dari tulang kortikal, kecuali pada sendi dimana tulang dilapisi oleh
dalam pembentukan tulang. Periosteum juga mempunyai peran yang penting dalam
membranosa yang melapisi permukaan dalam dari tulang kortikal, tulang cancellous,
dan kanal pembuluh darah (Volkmann’s canal) pada tulang. Terlebih lagi,
berdasarkan pola dari pembentukan kolagen pada osteoid, terdapat dua tipe tulang:
woven bone, yang bercirikan susunan yang tidak beraturan dari serat kolagen dan
lamellar bone, yang bercirikan kolagen yang tersusun secara parallel dengan
lamellae. Lamellar bone, sebagai hasil dari susunan kolagen fibril, memiliki kekuatan
mekanis yang serupa dengan plywood. Pola normal dari lamellar bone tidak terdapat
dalam woven bone, dimana kolagen fibril tersusun dengan pola yang acak. Oleh
karena itu, woven bone lebih lemah dibandingkan dengan lamellar bone. Woven bone
diproduksi ketika osteoblast memproduksi osteoid dengan cepat. Hal ini terjadi pada
tulang fetal dan pada penyembuhan fraktur, akan tetapi woven bone akan digantikan
dengan suatu proses remodeling menjadi lamellar bone. Secara virtual, semua tulang
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker
berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh
yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga
menyebar ke tulang lain. Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma
dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam
multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum
menyebar ke paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu
telah dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali
atau mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling
sering terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam
waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah
mungkin terjadi, tetapi langka.
B. Klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang
jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 – 20 tahun.
Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita
dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. 10% dari penderita yang memiliki
beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu
osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian
tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak
menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau
perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis
melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan
biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi kanker
atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada
ujung tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat
menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan
terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan ; kadang setelah dilakukan
pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi
pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan.
Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen.
Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di
lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan
menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan
pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot disekitar tumor akan mengecil
( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat. Scaning tulang
menggunakan pelacak radioaktif bias membantu menentukan lokasi yang
tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan
perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan
tehnik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-
satunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan
menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini
umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya.
Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor
dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan
cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga.
Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu
segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul kembali setelah
pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.
2.2.4 Pathway
Faktor pencetus
Lainnya
feksi
rus
k
Geneti
Osteoblast
Fisiologis Oleh
Kompensasi
Mekanisme
Proses Remodelling
Tulang Abnormal (Lunak,
Abnormalit
Meningkat
Peningkatan
Osteoklast
Osteoblast
Meningkat
Resopsi
Tulang
Kinerja
membesar,rentan)
Tulang
as
an
Lingkung
Gangguan Citra Tubuh Resiko Tinggi Nyeri
Deformitas Cidera
Kurang Pengtahuan
Ansietas
e) Keadaan Umum
1) Penampilan
Meliputi kemampuan fisik klien secara umum biasanya terlihat lemah dan lesu
ketika banyak bergerak dan beraktivitas.
2) Kesadaran
Tingkat kesadaran klien apakah compos mentis (sadar sepenuhnya) dengan GCS
15-14, apatis (acuh tak acuh) dengan GCS 13-12, samnolen (keadaan keasadaran
yang mau tidur saja) dengan GCS 11-10, delirium (keadaan kacau motorik)
dengan GCS 9-7, sopor (keadaan kesadaran yang menyerupai koma) dengan
GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang hilang sama sekali)dengan GCS<7).
3) Berat badan dan tinggi badan
Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudahsakit.
4) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu :
1. Tekanan darah
2. Pemeriksaan denyut nadi
3. Pemeriksaan respirasi
4. Pemeriksaan suhu
f) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan di dokumentasikan secara
persistem yang meliputi:
a. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok,
tidak ada lesi,warna rambut hitam, tidak bau dan tidak ada edema.
b. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada lesi
c. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil
mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.
d. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak
ada polip, dan tidak ada lesi
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi stomatitis, tidak
terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
g. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi
menelan, tidak ada pembesaran JVP
h. Dada dan Thorax :
Inspeksi :Biasanya dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dada simetris.
PalpasI :Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal premitus).
Perkusi :Biasanya bunyi suaranya sonor. Auskultasi :Bunyi pernapasnya
vesikuler.
i. Kardiovaskuler :
Inspeksi : ictus cordis terlihat Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya
pekak
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi
tambahan
j. Abdomen :
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut
sirkulasi kolateral.
Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi :Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram pada
abdomen.
Perkusi : Biasanya tympani k
k. Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna
kehijauan karena bercampur dengan empedu dan bersifat banyak asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserat oleh usus.
l. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang gerak
pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa,nyeri, atau
fraktur patologis, biasanya terabanya benjolan atau masa pada daerah sekitar
tulang.
m.Sistem Persyarafan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
2. Diagnose keperawatan
a.Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c.Resiko cedera berhubungan dengan proses maligna/keganasan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
e.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Zat kimia, radiasi
h. Gangguan citra rubuh berhubungan dengan penyakit
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses penyakit
j. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak
k. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
An. B 17 tahun merupakan anak yang aktif mengikuti ekstra kurikuler di sekolahnya, kurang
lebih 3 bulan yang lalu klien mengeluh ada benjolan di tungkai kanannya, terasa panas dan
nyeri. Kemudian klien ke RS dan kemudian dilakukan biopsy pada benjolan di kaki
kanannya. Dengan hasil T3N3M1. Dan sekarang klien dirawat di ruang orthopedi dengan
keluhan tungkai bawah kanan yang mengalami pembengkakan. Klien mengatakan nyeri pada
kakinya dirasakan terus menerus, pada skala 7 (0-10). Meringis dan sesekali menangis.
Tampak massa sebesar bola tenis ditungkai kanan, kemerahan, mengkilap. Kulit sekitar
benjolan tampak merah, dibagian puncak benjolan tampak tampak luka terbuka berukuran
2x3 cm yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan bau. Klien mengatakan disentuh dan
bergesekan kain saja akan menyebabkan nyeri bertambah. Klien tampak lemah, dan gerak
terbatas. Pasien mengatakan, selama sakit kurang lebih 2 bulan ini pasien hanya berbaring di
tempat tidur. Pasien mengatakan, nafsu makan berkurang, makan dikit tapi setelah itu mual.
Pasien mengatakan, BB turun dari 58 kg ke 49 kg dalam sebulan. Klien saat ini dipersiapkan
untuk dilakukan tindakan amputasi. Keluarga belum memberitahukan penyakit klien. Dari
pemeriksaan diketahui TD : 126/85 mmHg, N: 101 x/menit, RR; 24 x/menit, S: 36,7⁰C, TB :
165 cm . Pasien di diagnosa osteosarcoma.
Kehilangan nafsu
makan
3 11/03/2021 Hambatan mobilitas 1. Memonitor kondisi kulit pasien Pukul 12.00 WIB
fisik b.d gangguan 2. Memonitor komplikasi dari tirah baring S:
musculoskeletal (misalnya: kehilangan tonus otot, nyeri - Pasien mengatakan masih sakit kalau kaki
punggung, konstipasi, peningkatan stress, yang berngkak bergerak.
depresi, kebingungan, perubahan siklus tidur) - Sudah nyaman dengan posisi yang diberikan.
3. Memposisikan pasien sesuai dengan body O :
alligment yang tepat. - Kulit punggung tampak sedikit kemerahan
4. Memasang linen dengan baik dan tidak - Pasien tidak sesak nafas dan tidak meringis
berkerut, memasang side rail saat di berikan posisi miring kiri dan miring
5. Reposisi pasien setiap 2 jam, dan edukasi kanan.
keluarga bagaimana cara merubah posisi A :
pasien, dan kapan saja pasien berpindah Masalah belum teratasi
posisi. P:
6. Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk - Resiko kerusakan intergitas kulit ditandai
ambulasi pasien. dengan tirah baring lama. Lakukan intervensi :
a. Kaji status hidrasi kulit pasien
b. Kaji skala braden pasien
c. Ubah posisi pasien setiap 2 jam
d. Berikan moisturizer atau pelembap kulit,
seperti minyak zaitu atau VCO.