Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARCOMA

NAMA: NONI RAMADIANTY


NIM : 20311005

DOSEN PEMBIMBING :

dr. Indah Prasetya, S.Ked.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM


B STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, yang atas rahmat-Nya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Osteosarcoma”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah biokimia STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya pada ibu Ns. .
yang senantiasa membimbing penulis dalam membuat makalah ini. Makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang penulis miliki. Untuk itu, penulis ucapkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan
dalam makalah ini. Penulis berharap kepada pembaca dapat memberikan kritik dan saran.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, Maret 2021

Noni Ramadianty

\
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum .............................................................. 2
2.2.1 Tujuan Khusus ............................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Defenisi homeostatis ............................................................ 3
2.2 Defenisi syok ..................................................................... 3
2.3 Mekanisme homeostatis pada kasus syok ............................. 5

BAB 3 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.1 Latar belakang


Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan
dewasa. Osteosarkoma berasal dari sel-sel mesenkimal pembentuk tulang dan merupakan
keganasan tulang utama yang paling umum. Osteosarkoma memiliki distribusi usia dengan
gambaran bimodal, memiliki puncak pertama selama remaja dan puncak kedua pada usia
dewasa yang lebih tua. Diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena memiliki
gambaran makroskopis dan gambaran klinis yang sangat bervariasi sehingga sering kali
terdiagnosis ketika tumor tulang ini sudah mencapai stadium lanjut dan mempunyai
prognosis yang buruk. Prognosis klinis yang kurang baik salah satunya disebabkan karena
kurangnya indikator untuk mendeteksi tumor pada fase awal. Saat ini indikator prognostik
yang digunakan adalah Enneking kriteria dan kadar Alkaline fosfatase. Namun, berdasarkan
ini masih dijumpai outcome yang heterogen pada staging tumor yang sama.
Osteosarkoma muncul di sekitar lempeng pertumbuhan dari tulang panjang. Mayoritas
osteosarkoma tergolong high grade dan memiliki kecenderungan untuk metastasis ke paru-
paru. Progresivitas osteosarkoma ditentukan oleh metastasis dan rekurensi yang timbul.
Penderita osteosarkoma yang datang berobat biasanya sudah mencapai stadium lanjut dan
telah mengalami proses metastasis, umumnya penderita ini memiliki prognosis yang buruk.
Proses metastasis dapat dievaluasi dengan melakukan evaluasi klinis dan radiologis. Masih
belum banyak penelitian yang meneliti parameter laboratorium pada proses metastasis dan
rekurensi pada osteosarkoma. Dari kenyataan ini timbul suatu pemikiran apakah
progresivitas osteosarkoma yang dicirikan oleh adanya metastasis dan rekurensi dapat
dievaluasi dengan melakukan pemeriksaan parameter-parameter laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang hingga saat ini masih kontroversial adalah BMP-2
(Bone Morphogenetic Protein-2). Bone morphogenetic protein (BMPs) termasuk dalam
kelompok transforming growth factor β superfamily. BMPs memiliki banyak fungsi,
termasuk di antaranya yaitu pembentukan tulang. Peningkatan ekspresi BMP tampak
terlihat dalam proses normal dari perbaikan tulang, dan BMPs juga terekspresikan pada
proses keganasan, seperti osteosarkoma. Dalam studi yang dilakukan oleh Raida dkk.
disebutkan bahwa BMP-2 dapat menginduksi proses tumor angiogenesis (Raida M, et al.
2005). Demikian pula dengan penelitian Luo dkk (2008) yang menyatakan bahwa BMP
dapat menginduksi pertumbuhan tumor pada osteosarkoma. Namun pada studi yang
dilakukan oleh Wang dkk. Disebutkan bahwa penggunaan BMP-2 dapat menghambat
progresivitas sel tumor osteosarkoma dengan memberikan efek supresi atau bahkan
mengeliminasi sel-sel tumor tulang tersebut (Wang et al., 2012). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Rici dkk. memberikan hasil yang serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wang, dimana Rici menemukan bahwa modulasi angiogenesis dari osteosarkoma
pada anjing dapat dilakukan dengan pemberian BMP-2 dan sel stem mesenkim (Rici et al.,
2013). Osteosarkoma didapati kira-kira 3 orang per 10.000 di Amerika Serikat. Angka
kejadian osteosarkoma lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, dengan angka
kejadian 5,4 perjuta orang per tahun pada laki-laki dan 4,0 perjuta pada wanita, dengan
insiden yang lebih tinggi pada orang kulit hitam (6,8 perjuta orang pertahun) dibandingkan
dengan kulit putih (4,6 perjuta orang pertahun).
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedi
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang
sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor
tulang ganas. Di Bandung dilaporkan oleh Darmaji Ismono pada tahun 1997-2001
dijumpai 79 kasus tumor tulang, tumor ganas 34 kasus (43%) dan jinak 45 kasus (57%).
Sedangkan di RSHAM sendiri, dari 27 kasus tumor tulang, 10 kasus (37%) dijumpai kasus
tumor jinak dan 17 kasus (63%) adalah kasus tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh
kasus tumor tulang 90% kasus terdiagnosa dalam stadium lanjut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa osteosarcoma merupaan salah
satu jenis kanker ganas yang memiliki prevalensi tinggi. Maka dari itu, penulis tertarik
unutk membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan osteosarcoma.
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada kalien dengan
osteosarcoma.

1.2.3 Tujuan khusus


a. Diketahuinya pengkajian keperawatan pada pasien dengan osteosarcoma.
b. Diketahuinya analisa data pada pasien dengan osteosarcoma.
c. Diketahuinya diagnosa keperawatan pada pasien dengan osteosarcoma.
d. Diketahuinya rencana intervensi keperawatan pada pasien dengan osteosarcoma.
1.3 Manfaat penulisan
a. Bagi penulis
Sebagai wujud dari pembelajran terhadap osteosarcoma dan tata cara penulisan serta
pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan osteosarcoma.
b. Bagi mahasiswa keperawatan
Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan bacaan terkait dengan
pemberian suhan keperawatan pada pasien dengan osteosarcoma.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan fisiologi tulang


2.1.1 Anatomi
Tulang dapat dikategorikan menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang

pipih, dan tulang yang tidak teratur. Tulang panjang meliputi klavikula, humerus,

radius, ulna, metakarpal, femur, tibia, fibula, metatarsal dan phalang. Tulang pendek

meliputi tulang karpal, tarsal, patella dan tulang sesamoid. Tulang pipih meliputi
skapula, sternum dan tulang rusuk. Tulang tidak teratur meliputi vertebra, sacrum

dan tulang ekor. Tulang pipih terbentuk dengan pembentukan tulang secara

membranosa, sedangkan tulang panjang terbentuk oleh kombinasi dari pembentukan

tulang secara endochondral dan membranosa.

Tulang panjang terdiri dari batang berongga, atau diafisis; metafisis

berbentuk kerucut di bawah lempeng pertumbuhan; dan epifisis yang bulat di atas

piring pertumbuhan dilapisi oleh tulang rawan pada sebagian dari strukturnya.

Diafisis terdiri dari tulang kortikal yang padat, sedangkan metafisis dan epifisis

terdiri dari anyaman tulang trabekular dikelilingi oleh tulang kortikal yang relatif

tipis. Kanalis medularis pada tulang panjang yang berisi sumsum tulang, berada di

dalam diafisis dari tulang panjang dan dikelilingi oleh lapisan tulang kortikal. Bagian

metafisis dan diafisis dari tulang panjang lebih banyak mengandung tulang kanselosa

dimana terdapat banyak sekali jaringan trabekula dengan sistem kanalis dan kavitas

yang terisi sumsum tulang Tulang adalah struktur penyangga tubuh yang sangat

spesialistik, yang bersifat kaku, keras, dan memiliki kekuatan untuk beregenerasi.

Tulang melindungi organ vital, dan menyediakan lingkungan untuk sumsum tulang

(baik untuk pembentukan sel darah dan penyimpanan lemak), berfungsi sebagai

cadangan mineral untuk homeostasis kalsium, dan tempat penyimpanan faktor

pertumbuhan dan sitokin, dan juga mempunyai peran dalam pengaturan asam-basa.

Tulang secara konstan mengalami perubahan selama masa hidupnya, dengan tujuan

untuk beradaptasi dari perubahan biomekanik, dan juga remodelling untuk

menghilangkan tulang tua yang rusak dan menggantinya menjadi tulang baru yang

lebih kuat, sehingga kekuatan tulang tetap terjaga.


Tulang mempunyai dua komponen, tulang kortikal yang bersifat padat, solid,

dan mengelilingi ruang sumsum tulang, dan tulang trabekular yang terdiri dari

struktur honeycomb yang mengelilingi kompartemen sumsum tulang. Tulang kortikal

mempunyai lapisan permukaan luar berupa periosteum dan permukaan dalam berupa

endosteum. Periosteum merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengelilingi

permukaan luar dari tulang kortikal, kecuali pada sendi dimana tulang dilapisi oleh

articular cartilage. Periosteum berisi pembuluh darah, saraf, osteoblas, dan

osteoklas. Periosteum berfungsi untuk melindungi, memberi makan, dan membantu

dalam pembentukan tulang. Periosteum juga mempunyai peran yang penting dalam

appositional growth dan penyembuhan fraktur. Endosteum adalah struktur

membranosa yang melapisi permukaan dalam dari tulang kortikal, tulang cancellous,

dan kanal pembuluh darah (Volkmann’s canal) pada tulang. Terlebih lagi,

berdasarkan pola dari pembentukan kolagen pada osteoid, terdapat dua tipe tulang:

woven bone, yang bercirikan susunan yang tidak beraturan dari serat kolagen dan

lamellar bone, yang bercirikan kolagen yang tersusun secara parallel dengan

lamellae. Lamellar bone, sebagai hasil dari susunan kolagen fibril, memiliki kekuatan

mekanis yang serupa dengan plywood. Pola normal dari lamellar bone tidak terdapat

dalam woven bone, dimana kolagen fibril tersusun dengan pola yang acak. Oleh

karena itu, woven bone lebih lemah dibandingkan dengan lamellar bone. Woven bone

diproduksi ketika osteoblast memproduksi osteoid dengan cepat. Hal ini terjadi pada

tulang fetal dan pada penyembuhan fraktur, akan tetapi woven bone akan digantikan

dengan suatu proses remodeling menjadi lamellar bone. Secara virtual, semua tulang

pada orang dewasa sehat adalah lamellar bone.


Gambar 2.1 Tulang Normal

Gambar 2.2 Tumor Pada Tulang

2.1.2 Fisiologi Tulang


Tulang terdiri dari sel penyangga, yakni osteoblas dan osteosit; sel remodeling
yang disebut dengan osteoklas dan matriks kolagen non mineral dan protein non kolagen
yang disebut dengan osteoid, dengan garam mineral inorganik dideposisi di dalam matriks.
Sepanjang hidup, tulang mengalami proses pertumbuhan longitudinal dan radial,
modeling, dan remodeling (Clarke 2008). Pertumbuhan longitudinal terjadi pada growth
plates, dimana kartilago akan berproliferasi pada daerah epifisis dan metafisis dari tulang
panjang, sebelum memasuki tahap mineralisasi dan membentuk tulang baru primer.
Osifikasi (atau osteogenesis) adalah suatu proses pembentukan tulang baru oleh
sel yang disebut dengan osteoblas. Sel ini dan matriks tulang adalah dua elemen yang
paling penting yang terlibat dalam pembentukan tulang. Proses dari pembentukan
tulang normal melibatkan dua proses penting, yakni:
1. Osifikasi intramembranosa, dengan ciri pelapisan tulang ke jaringan ikat
primitive (mesenkim), menjadi formasi tulang (tulang tengkorak, klavikula,
mandibular). Hal ini juga tampak pada penyembuhan fraktur yang diterapi
dengan open reduction dan stabilisasi oleh plat metal dan screws.
2. Osifikasi endokondral, dimana terdapat model kartilago sebagai prekursor
(contoh: femur, tibia, humerus, radius). Ini merupakan proses yang paling
penting yang terjadi sewaktu penyembuhan fraktur ketika diterapi dengan
imobilisasi cast. Apabila proses formasi jaringan tulang terjadi pada lokasi
ekstra skeletal, terminologinya disebut dengan heterotopic ossification. Tiga
langkah dasar pada osteogenesis adalah:
a. Sintesis dari matriks ekstraselular organik (osteoid)

b. Mineralisasi matriks menjadi formasi tulang

c. Remodelling tulang dengan proses resorpsi dan reformasi.


2.2 Osteosarcoma
2.2.1 Defenisi
a. Osteosarcoma merupakan keganasan sistem skeletal nonhematopoetik yang
tersering ditemukan yaitu sekitar 20% dari tumor ganas primer tulang. 1-3
Osteomatriks tulang yang diperlukan untuk menglasifikasikan suatu tumor sebagai
osteosarkoma.
b. Osteosarkoma merupakan keganasan primer pada tulang yang paling sering
dijumpai dan ditandai dengan adanya sel-sel mesenkim ganas yang memproduksi
osteoid atau sel tulang imature. Insidens osteosarkoma diperkirakan sekitar 2-3 per
1 juta per tahun, pada remaja lebih tinggi yaitu 8-11 per 1juta per tahun, laki-laki
1,4 kali lebih sering mengalami osteosarkoma dibanding perempuan.
c. Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma ganas
yang berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang
panjang pada anak-anak. Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya
berasal dari seri osteoblastik sel mesensim primitif. Osteosarkoma merupakan
neoplasma primer dari tulang yang tersering nomer setelah myeloma multipel.
d. Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel mesenkimal
primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid.
2.2.2 Etiologi
Penyebab osteosarkoma masih belum jelas diketahui. Adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi, begitu pula adanya hereditery
retinoblastoma dan sindrom Li-Fraumeni. Dikatakan beberapa virus dapat
menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi
3% penyebab langsung osteosarkoma, begitu pula alkyleting agent yang digunakan
pada kemoterapi. Akhir-akhir ini dikatakan ada dua tumor suppressor-gene yang
berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma, yaitu protein
p53 (kromosom 17) dan Rb (kromosom 13). Lokasi tumor dan usia penderita pada
pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam
patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa di dalam tulang atau pada permukaan
tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang. Epifisis dan tulang
rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor ke dalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan metastase secara hematogen, paling sering ke paru atau
pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase
pada saat diagnosis ditegakkan. Metastase secara limpogen hampir tidak terjadi.
Menurut Fuchs dan Pritchad, osteosarkoma dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Senyawa kimia : Senyawa antrasiklin dan senyawa pengalkil, beryllium dan
methylcholanthrene merupakan senyawa yang dapat menyebabkan perubahan
genetik
2. Virus : Rous sarcoma virus yang mengandung gen V-Src yang merupakan proto-
onkogen, virus FBJ yang mengandung proto- onkogen c-Fos yang menyebabkan
kurang responsif terhadap kemoterapi.
3. Radiasi, dihubungkan dengan sarcoma sekunder pada orang yang pernah
mendapatkan radiasi untuk terapi kanker.
4. Lain-lain:
- Penyakit lain : Paget’s disease, osteomielitis kronis, osteochondroma,
poliostotik displasia fibrosis, eksostosis herediter multipel dll.
- Genetik : Sindroma Li-Fraumeni, Retinoblastoma, sindrom Werner,
Rothmund-Thomson, Bloom.
- lokasi implan logam.
Penyebab osteosarkoma tidak diketahui, namun berbagai agen dan status penyakit
dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini. Osteosarkoma dipercaya berasal dari
sel stem mesenkim atau sel osteoprogenitor yang mengalami gangguan dalam jalur
diferensiasi osteoblas. Beberapa studi membuktikan bahwa osteosarkoma mempunyai
cancer stem cells. Penyebab yang paling diketahui berhubungan dengan penyakit ini
ialah radiasi. Osteosarkoma setelah terapi radiasi merupakan komplikasi yang jarang
dan biasanya terjadi setelah 15 tahun kemudian (antara 3-55 tahun). Sekitar 70%
penyakit ini mempunyai abnormalitas genetik seperti penyimpangan struktur
kompleks dan jumlah kromosom.
Studi molekuler menunjukkan bahwa tumor ini biasanya mempunyai mutasi pada
tumor suppressor gen dan onkogen termasuk Rb, TP53, INK4a, MDM2 dan CDK4.
Rb dikenal sebagai regulator negatif yang kritis dalam siklus sel. Kasus dengan
mutasi Rb mempunyai peningkatan risiko osteosarkoma 1000 kali dan mutasi ini
terdapat pada 70% kasus osteosarkoma sporadik. TP53, berfungsi sebagai penjaga
integritas genomik oleh promosi reparasi DNA dan apoptosis dari kerusakan sel yang
ireversibel. Kasus sindrom Li- Fraumeni dengan mutasi gen TP53 mempunyai
insiden tinggi tumor ini. Keadaan yang mengganggu fungsi TP53 biasanya ditemukan
pada tumor sporadik. INK4a inaktif pada banyak osteosarkoma. Gen ini mengode dua
tumor supresor, p16 (regulator negatif dari cyclin- dependent kinase) dan p14
(menambah fungsi p53). MDM2 dan CDK4 merupakan regulator siklus sel yang
menghambat fungsi p53 dan RB, dan ekspresinya tampak berlebihan pada banyak
osteosarkoma derajat rendah, sering melalui amplifikasi kromosom regio 12q13-q15.
Insiden puncak penyakit ini terjadi pada dewasa dengan pertumbuhan yang cepat,
sering pada regio growth plate tulang (pertum-buhan tulang yang paling cepat).
Proliferasi yang meningkat pada sisi ini dapat merupakan predisposisi untuk mutasi
yang mengatur perkembangan osteosarkoma.
Penelitian Endo-Munoz et al. menemukan bahwa pada osteosarkoma terdapat
peningkatan ekspresi IDI dan penurunan ekspresi S100AB secara bermakna. IDI
adalah suatu inhibitor diferensiasi sel osteoklas sedangkan S100AB sangat terekspresi
pada osteoklas. Hal ini berpotensi sebagai terapi target osteosarkoma. Didapatkan
jumlah osteoklas yang menurun pada osteo-sarkoma. Keadaan ini dapat terlibat pada
metastasis osteosarkoma, tetapi bagaimana mekanisme osteosarkoma menginduksi
penurunan osteoklas belum jelas. Patogenesis osteosarkoma ekstraskeletal belum
jelas, namun riwayat radiasi, trauma dan transformasi maligna dari miositis osifikans
telah diusulkan.
2.2.3 Klasifikasi osteosarcoma
A. Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan
sebagi berikut :

1.    Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker
berasal.
2.    Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh
yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga
menyebar ke tulang lain. Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma
dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam
multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum
menyebar ke paru-paru.
3.    Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu
telah dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali
atau mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling
sering terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam
waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah
mungkin terjadi, tetapi langka.
B. Klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1.    Osteokondroma 
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang
jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 – 20 tahun.
Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita
dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. 10% dari penderita yang memiliki
beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu
osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma. 
2.    Kondroma Jinak 
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian
tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak
menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau
perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis
melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan
biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi kanker
atau tidak.
3.    Kondroblastoma 
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada
ujung tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat
menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan
terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan ; kadang setelah dilakukan
pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4.    Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi
pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan.
Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen.
Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan. 
5.    Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di
lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan
menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan
pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot disekitar tumor akan mengecil
( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat. Scaning tulang
menggunakan pelacak radioaktif bias membantu menentukan lokasi yang
tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan
perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan
tehnik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-
satunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan
menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6.   Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini
umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya.
Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor
dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan
cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga.
Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu
segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul kembali setelah
pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.

2.2.4 Pathway

Faktor pencetus
Lainnya
feksi
rus
k
Geneti
Osteoblast
Fisiologis Oleh
Kompensasi
Mekanisme
Proses Remodelling
Tulang Abnormal (Lunak,

Abnormalit
Meningkat
Peningkatan

Osteoklast
Osteoblast
Meningkat

Resopsi
Tulang
Kinerja
membesar,rentan)

Tulang

as

an
Lingkung
Gangguan Citra Tubuh Resiko Tinggi Nyeri
Deformitas Cidera

Resiko HDR Intoleransi


Aktivitas

Kurang Pengtahuan

Koping Tidak Efektif

Ansietas

2.2.5 Manifestasi klinis


a. Nyeri/pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah
pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan pada tulang atas atau persendian serta pergerakan terbatas.
c. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu tubuh kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena.
d. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise.
e. Pada stadium lanjut, berat badan umumnya menurun dan menjadi kaheksia.
2.2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Radiografi konvensional
Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus-kasus osteosarkoma.
a. Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau
permeatif, lesi blastik, destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segi
tiga Codman, sunburst, hair on end), massa jaringan lunak, dan formasi
matriks (osteoid maupun campuran osteoid dan khondroid).
b. Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan
kalsifikasi sentral berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadang
disertai gambaran string sign. Osteosarkoma periosteal memperlihatkan
massa jaringan lunak dengan reaksi periosteal perpendikuler, erosi kortikal,
dan penebalan korteks.
c. High grade surface osteosarcoma menunjukkan ossifikasi berdensitas tinggi,
reaksi periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan invasi
intramedular.
d. Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil
asimetrik, tepi sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukkan pola
pertumbuhan agresif. Dapat ditemukan fraktur patologik dan matriks osteoid
minimal.
e. Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi litik permeatif, destruksi
korteks, massa jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriks
osteoid.
f. Low grade central osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif
ekspansil, disrupsi korteks, massa jaringan lunak dan reaksi periosteal.
Pasca kemoterapi, radiografi konvensional dapat digunakan untuk menilai
pengurangan ukuran massa, penambahan ossifikasi, dan pembentukan peripheral
bony shell. Foto x-ray thorax proyeksi AP/PA, untuk melihat adanya metastasis
paru dengan ukuran yang cukup besar,
2. Computed Tomography (CT) Scan
Ct-scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang
kompleks dan mendeteksi matriks ossifikasi minimal. Selain itu dapat
digunakan untuk mendeteksi metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah
tuntunan biopsi tulang (CT guided bone biopsy). CT scan thoraks berguna untuk
mengidentifikasi adanya metastasis mikro pada paru dan organ thoraks.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan modalitas terpilih untuk evaluasi ekstensi lokal tumor dan
membantu menentukan manajemen bedah yang paling sesuai. MRI dapat
menilai perluasan massa ke intramedular (ekstensi longitudinal, keterlibatan
epifisis, skip lesion), perluasan massa ke jaringan lunak sekitarnya dan
intraartikular, serta keterlibatan struktur neurovaskular. Pemberian kontras
gadolinium dapat memperlihatkan vaskularisasi lesi, invasi vaskular, dan area
kistik atau nekrotik. Pasca kemoterapi, MRI digunakan untuk menilai ekstensi
massa dan penambahan komponen nekroti intramassa. Dynamic MRI juga dapat
digunakan untuk menilai respon pasca kemoterapi.
4. Kedokteran Nuklir
Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip metastasis atau
suatu osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik.
5. Biopsi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum
halus (fine needle aspiration biopsy-FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil
FNAB inkonklusif. FNAB mempunyai ketepatan diagnosis antara 70-90%.
Penilaian skor Huvos untuk mengevaluasi secara histologis respons kemoterapi
neoadjuvant. Pemeriksaan ini memerlukan minimal 20 coupe. Penilaian
dilakukan secara semi kuantitatif dengan membanding kan luasnya area nekrosis
terhadap sisa tumor yang riabel :
a. Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
b. Grade 2 : nekrosis>50 - <90 %
c. Grade 3 : nekrosis 90 - 99 %
d. Grade 4 : nekrosis 100 %
Penilaian batas sayatan diperoleh dari jaringan intramedulari segmen tulang proksimal.
6. Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan lainya sebagai penunjang, adalah fungsi organ- organ sebagai
persiapan operasi, radiasi maupun kemoterapi. Khususnya kemoterapi
merupakan pemberian sitostatika, bersifat sistemik baik khasiat maupun efek
samping, sehingga fungsi organ- organ harus baik.
Disamping itu juga diperiksa adanya komorbiditas yang aktif, sehingga
harus diobati, atau dicari jalan keluarnya sehingga penderita tidak mendapat efek
samping yang berat, bahkan dapat menyebabkan morbidatas, bahkan mungkin
mortalitas pada waktu terekspose kemoterapi (treatment related
morbidity/mortality). Pemeriksaan tersebut: fungsi paru, fungsi jantung (echo),
fungsi liver , darah lengkap, termasuk hemostasis, D-Dimer, fungsi ginjal,
elektrolit, dan LDH sebagai cermin adanya kerusakan sel yang dapat digunakan
sebagi prognosis. Pada waktu tindakan, fungsi organ yang relevan harus dapat
toleran terhadap tindakan tersebut.
2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan seringkali merupakan kombinasi dari:
1. Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, daktinomisin,
doksorubisin,ifosfamid, eposid).
Kemoterapi harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang
lebih tinngi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan
kemungkinan resistensi terhadap obat.
2. Terapi penyinaran tumor
Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi (preoperative,
pasca operative dan ajuran untuk mencegah mikrometastasis). Sasaran utama
dapat dilakukan dengan sksisi luas dengan teknik grafting restorative. Ketahanan
dan kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang
mengupayakan mempertahankan ekstermitas yang sakit.
3. Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor.
Ini dapat dilakukan dengan bedah (berkisar dari eksisi local sampai amputasi
dan disartikulasi).
4. Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas yang
sakit, dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol local lesi
primer. Prognosis tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.
a. Penanganan kanker tulang metastasis adalah peliatif dan sasaran
teraupetiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan pasien
sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang
diganakan untuk menangani kanker asal fiksasi interna fraktur patologik
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul.
b. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan salin normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin, atau kartikosteroid.
2.3 MCP teori

ND: hambatan mobilitas fisik b.d gangguan


DM : osteosarcoma ND : nyeri akut b.d agen cidera biologis
musculoskeletal , ditandai dengan:
Key assessment : (neoplasma), ditandai dengan :
DS :
a. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (semakin DS :
- Ketidaknyamanan
berat pada malam hari dan sesuai dengan - Nyeri pada area tulang yang bengkak
DO :
progresivitas penyakit) DO :
- Gangguan sikap berjalan
b. Pembengkakan pada tulang dan persendian - Diaphoresis
- Kesulitan membolak-balikan posisi
c. Pergerakan terbatas - Wajah mengernyit /meringis
- Keterbatasan rentang gerak
d. Peningkatan suhu tubuh kulit di atas massa - Gelisah
- Instabilitas postur
tumor - Perubahan tekanan darah, nadi, dan
e. Pelebaran vena di area tumor pernapasan
f. Gejala metastatic (nyeri dada, batuk, dan - Skala nyeri 1-10
demam) Terapi :
ND : hipertermia b.d penyakit , ditandai
g. Berat badan menurun Pemberian analgetic
dengan:
h. Kaheksia
DS :
- Mengeluh badan terasa hangat
- Mengelih lemas
DO :
ND : ketidakefektifan pola napas b.d gangguan
- Kulit kemerahan
musculoskeletal , ditandai dengan :
- Kulit terasa hangat
DS :
- Gelisah
- Mengeluh sulit untuk bernapas
- Takikardia
DO:
- Takipnea
- Dyspnea
Therapy :
- Penggunaan otot bantu pernapasan
Pemberian antipiretik
- Pola nafas abnormal
Kompres hangat
- Takipnea
ND : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ND: kerusakan integritas kulit b.d tekanan pada tonjolan tulang, ditandai
b.d kurang asupan makanan, ditandai dengan : dengan :
DS: Kerusakan integritas kulit
- Nafsu makan menurun
DO:
- BB menurun minimal 20% dari rentang ideal
- Bising usus hiperaktif
- Membrane mukosa pucat
- Kesalahan persepsi
Therapy :
Suplemen nutrisi
2. 4 Asuhan keperawatan osteosarcoma
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar tahap keperawatan pengkajian merupakan tahap
yang paling menentukan bagi tahap berikutnya kemampuan mengidentifikasi masalah
keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Oleh
karena itu pengkajian harus diteliti secara cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan
pada klien dapat di identifikasi.
1. Pengumpulan data
a) Identitas
Identitas merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada :
b) Identitas klien : nama, umur,jenis kelamin, agama, pendidikan,pekerjaan, tanggal
masuk RS, tanggal operasi, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa
medis, alamat.
c) Identitas penanggung jawab : nama, umur, pendidikan, pekerjaan,hubungan
dengan klien, alamat.
d) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga mendorong
pasien untuk mencari pertolongan medis.Keluhan utama pada pasien
Osteosarkoma adalah nyeri.
Nyeri merupakan salah satu akibat dari penyakit kanker yang paling ditakuti
pasien. Sebenarnya, nyeri adalah gejala kanker yang paling akhir.Nyeri dirasakan
pada tahap awal karena kanker masih terlokalisasi.Sekitar 5-10% pasien tumor
padat merasa nyeri yang mengganggu kegiatan sehari-hari.Lebih dari 90% pasien
mengalami nyeri jika pasien mengalami nyeri jika kanker sudah berkembang dan
bermetatasis.
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting bagi
petugas kesehatan dalam menegakan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien
dengan menggunakan konsep PQRST (Smeltzer & Bere, 2012)
P : (Paliatif / provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan memperingan
serta memberatkan keluhan.
Q : (Quality / Kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta
berapa sering keluhan itu muncul.
R : (Region / Radiation), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran
keluhan sejauh mana.
S : (Scala / Severity), intensitas keluhan dirasakan, apakah sampai mengganggu
atau tidak.
T : (Timming), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang,
dimana hal ini menentukan waktu dan durasi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu diketahui apakah ada penyakit dahulu yang pernah dialami klien yang
memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi,
diabetes melitus, asma.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa dengan
klien atau penyakit keturunan lain, karena klien Osteosarkoma penyebabnya bisa
dari riwayat keturunan (genetik).

e) Keadaan Umum
1) Penampilan
Meliputi kemampuan fisik klien secara umum biasanya terlihat lemah dan lesu
ketika banyak bergerak dan beraktivitas.
2) Kesadaran
Tingkat kesadaran klien apakah compos mentis (sadar sepenuhnya) dengan GCS
15-14, apatis (acuh tak acuh) dengan GCS 13-12, samnolen (keadaan keasadaran
yang mau tidur saja) dengan GCS 11-10, delirium (keadaan kacau motorik)
dengan GCS 9-7, sopor (keadaan kesadaran yang menyerupai koma) dengan
GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang hilang sama sekali)dengan GCS<7).
3) Berat badan dan tinggi badan
Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudahsakit.
4) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu :
1. Tekanan darah
2. Pemeriksaan denyut nadi
3. Pemeriksaan respirasi
4. Pemeriksaan suhu
f) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan di dokumentasikan secara
persistem yang meliputi:
a. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok,
tidak ada lesi,warna rambut hitam, tidak bau dan tidak ada edema.
b. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada lesi
c. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil
mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.
d. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak
ada polip, dan tidak ada lesi
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi stomatitis, tidak
terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
g. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi
menelan, tidak ada pembesaran JVP
h. Dada dan Thorax :
Inspeksi :Biasanya dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dada simetris.
PalpasI :Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal premitus).
Perkusi :Biasanya bunyi suaranya sonor. Auskultasi :Bunyi pernapasnya
vesikuler.
i. Kardiovaskuler :
Inspeksi : ictus cordis terlihat Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya
pekak
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi
tambahan
j. Abdomen :
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut
sirkulasi kolateral.
Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi :Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram pada
abdomen.
Perkusi : Biasanya tympani k

k. Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna
kehijauan karena bercampur dengan empedu dan bersifat banyak asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserat oleh usus.
l. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang gerak
pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa,nyeri, atau
fraktur patologis, biasanya terabanya benjolan atau masa pada daerah sekitar
tulang.
m.Sistem Persyarafan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
2. Diagnose keperawatan
a.Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c.Resiko cedera berhubungan dengan proses maligna/keganasan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
e.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Zat kimia, radiasi
h. Gangguan citra rubuh berhubungan dengan penyakit
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses penyakit
j. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak
k. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
An. B 17 tahun merupakan anak yang aktif mengikuti ekstra kurikuler di sekolahnya, kurang
lebih 3 bulan yang lalu klien mengeluh ada benjolan di tungkai kanannya, terasa panas dan
nyeri. Kemudian klien ke RS dan kemudian dilakukan biopsy pada benjolan di kaki
kanannya. Dengan hasil T3N3M1. Dan sekarang klien dirawat di ruang orthopedi dengan
keluhan tungkai bawah kanan yang mengalami pembengkakan. Klien mengatakan nyeri pada
kakinya dirasakan terus menerus, pada skala 7 (0-10). Meringis dan sesekali menangis.
Tampak massa sebesar bola tenis ditungkai kanan, kemerahan, mengkilap. Kulit sekitar
benjolan tampak merah, dibagian puncak benjolan tampak tampak luka terbuka berukuran
2x3 cm yang mengeluarkan pus berwarna hijau dan bau. Klien mengatakan disentuh dan
bergesekan kain saja akan menyebabkan nyeri bertambah. Klien tampak lemah, dan gerak
terbatas. Pasien mengatakan, selama sakit kurang lebih 2 bulan ini pasien hanya berbaring di
tempat tidur. Pasien mengatakan, nafsu makan berkurang, makan dikit tapi setelah itu mual.
Pasien mengatakan, BB turun dari 58 kg ke 49 kg dalam sebulan. Klien saat ini dipersiapkan
untuk dilakukan tindakan amputasi. Keluarga belum memberitahukan penyakit klien. Dari
pemeriksaan diketahui TD : 126/85 mmHg, N: 101 x/menit, RR; 24 x/menit, S: 36,7⁰C, TB :
165 cm . Pasien di diagnosa osteosarcoma.

3.2 MCP kasus


DM : osteosarcoma
Key assessment :
i. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (semakin
berat pada malam hari dan sesuai dengan
progresivitas penyakit)
j. Pembengkakan pada tulang dan persendian
k. Pergerakan terbatas
l. Peningkatan suhu tubuh kulit di atas massa
tumor
m. Pelebaran vena di area tumor
n. Gejala metastatic (nyeri dada, batuk, dan
demam)
o. Berat badan menurun
p. Kaheksia
ND: nyeri akut b.d agen cidera biologis ND : ketidakseimbangan nutrisi b.d kurang ND : hambatan mobilitas fisik b.d gangguan
(neoplasma), ditandai dengan : musculoskeletal, ditandai dengan :
asupan makanan, ditandai dengan :
DS : DS : DS :
- Klien mengatakan nyeri pada kaki terus- - Pasien mengatakan tidak nafsu makan - Pasien mengatakan, kaki tergesek kain saja terasa
menerus sakit
- Pasien mengatakan BB menurun, BB
- Pasien mengatakan semenjak sakit hanya berbaring
DO : sebelum sakit : 58 Kg, BB setelah sakit : 49 saja di tempat tidur
- Pasien meringis dan sesekali menangis Kg.
DO:
- Gerak pasien terbatas - Pasien mengatakan makan sedikit setelah itu
- Pasien tampak lemah
- TD: 126/85 mmHg muntah
- RR : 24 x/menit DO :
- N: 101 x/menit - Pasien tampak lemas
Therapy : Therapy :
Analgetic Suplemen makanan

ND: kerusakan integritas kulit b.d tekanan pada


tonjolan tulang , ditandai dengan
DS: -
DO :
- Tampak massa sebesar bola tenis ditungkai kanan,
kemerahan, mengkilap.
- Kulit sekitar benjolan tampak merah, dibagian
puncak benjolan tampak tampak luka terbuka
berukuran 2x3 cm yang mengeluarkan pus
berwarna hijau dan bau.
3.3 Asuhan keperawatan
3.3.1 Pengkajian
A. Identitas
Nama : An.B
Tanggal lahir : 23 Januari 2004
No.RM : 728345
Tanggal masuk : 11 Maret 2021
Ruang rawat : edelweis
1) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada kaki yang bengkak, nafsu makan berkurang, dan sulit
bergerak,
b) Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting bagi
petugas kesehatan dalam menegakan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien
dengan menggunakan konsep PQRST (Smeltzer & Bere, 2012)
P : nyeri terjadi karena adanya massa tumor di kaki kanan.
Q : nyeri terasa seperti di pukul-pukul
R : nyeri menjalar sampai ke pangkal paha
S : skala 7 (0-10)
T : nyeri terasa terus-menerus dan semakin berat apabila kaki kanan tergesek kain
atau bergerak.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami sakit yang berat, hanya demam atau batuk flu
biasa. Ini adalah pengalaman pertama pasien mengalami sakit yang berat. sebelum
sakit dan nafsu makanmenurun, pasien sering makan mie instan, dan jajan seblak,
juga sering mekan makanan siap saji.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien.
B. Keadaan Umum
1) Penampilan
Pasien tampak lemah
2) Kesadaran
15 (compos memntis)
3) Berat badan dan tinggi badan
BB sebelum sakit : 58 Kg BB sesudah sakit : 49 Kg
TB sebelum sakit : 165 cm TB sesudah sakit : 165 cm
IMT : 18 Kg/m² (underweight)
4) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu :
1. Tekanan darah : 126/85 mmHg
2. Pemeriksaan denyut nadi: 101 x/menit
3. Pemeriksaan respirasi :24 x/menit
4. Pemeriksaan suhu : 36,7⁰C
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan di dokumentasikan secara
persistem yang meliputi:
l. Rambut
Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok, tidak ada lesi,warna
rambut hitam, tidak bau dan tidak ada edema.
m.Wajah
Wajah simetris, tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada
lesi. Pasien tapak meringis dan menangis sesekali, pasien tampak berkeringat
n. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, pupil isokhor (2/2), konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik.
o. Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada polip,
dan tidak ada lesi.
p. Telinga
Simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, terdapat sedikit serumen. n
q. Mulut
Mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat
pembesaran tongsil, lidah putih.
r. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi
menelan, tidak ada pembesaran JVP.
s. Dada dan Thorax :
Inspeksi :Dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada
simetris.
PalpasI :getaran dada kiri dan kanan sama (vocal premitus).
Perkusi :bunyi suaranya sonor.
Auskultasi :Bunyi pernapasnya vesikuler.
t. Kardiovaskuler :
Inspeksi : ictus cordis terlihat Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya
pekak
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan
u. Abdomen :
Inspeksi : tidak ascites, tidak ada bekas operasi atau scar.
Auskultasi : bising usus hipoaktif 3 x/menit
Palpasi :nyeri perut kuadran kiri bawah, tanda rovsing negative, tidak nyeri
di titik Mc-burney, hati tidak teraba, abdomen supel.
Perkusi : bunyi timpani
v. Genitaurinaria :
Tidak ada hemoroid, anus normal, tidak ada masalah dalam miksi. Buang air
besar kurang, seminggu hanya 1 atau 2 kali.
w. Musculoskeletal :
Ekstemitas atas dan bawah : kekuatan otot berkurang eks.atas (4444/4444), dan
eks.bawah (1111/3333). Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi
terbatas karena adanya masa,nyeri. Terdapat massa di tungkai bawah sebesar
bola tenis dengan luka terbuka sebesar 2.3 cm.
n. Sistem Persyarafan :
1. Refleks
a. Biseps : Ka (-) / Ki (+)
b. Triseps: Ka (-) /Ki (+)
c. Brakioradialis : Ka (-) /Ki(+)
d. Patella : Ka (-) / Ki (+)
e. Achiles: Ka (-) / Ki (+)
f. Babinski: Ka (-) / Ki (+)
2. Saraf Kranial
No Saraf Kranial Hasil
1 Olfaktorius (+) pasien dapat mencium bau sesuatu
2 Optikus (-) ketajaman pandnag pasien berkurang
3 Okulomotor (+) pasien dapat menggerakkan otot bola mata
(+) pasien dapat menggerakkan beberapa otot bola
4 Troklear
mata
(+) pasien dapat merasakan sentuhan diwajah
5 Trigeminus
hingga rahang
6 Abdusen (+) obduksi bola mata pasien baik
(+) pasien dapat merasakan makanan dan
7 Fasial
mengekspresikannya
Tes Rinne (+)
8 Vestibulokoklear Tes weber: lateralisasi tidak ada
Tes swabach : sama dengan pemeriksa
9 Glosofaringeus (+) pasien dapat merasakan sensasi rasa makanan
10 Vagus (+) pasien dapat menelan
11 Aksesorius (+) pasien dapat menggerakkan bahu
(+) pasien dapat menggerakkan lidah kekiri dan
12 Hipoglosus kekanan, dan lidah tidak dapat menahan tahanan
tangan pemeriksa.

3.3.2 Analisa data


No Data Etiologi Masalah
1 DS : Agen cidera bilogis Nyeri akut
- Pasien mengatakan (neoplasma), tekanan massa
nyeri di tungkai bawah tumor pada saraf nyeri
kaki kanan ↓
P : nyeri terjadi karena
Merangsang nosiseptor
adanya massa tumor di

kaki kanan.
Impuls di transmisikan ke
Q : nyeri terasa seperti di
medulla spinalis melalui
pukul-pukul
serabut delta A dan C
R : nyeri menjalar sampai

ke pangkal paha
Di erjemahkan di SSP
S : skala 7 (0-10)

T : nyeri terasa terus-
Nyeri akut
menerus dan semakin
berat apabila kaki
kanan tergesek kain
atau bergerak.
DO :
- Pasien tampak meringis
dan sesekali menangis
- Pasien tampak
berkeringat
- TD: 126/85 mmHg
- RR : 24 x/menit
- N: 101 x/menit

2 DS: Sel kanker membesar Ketidakseimbangan


- Pasien mengeluh nafsu nutrisi : kurang dari
makan berkurang, kebutuhan tubuh
- Pasien mengeluh makan
sedikit, lalu muntah Penurunan fungsi
DO:
- BB sebelum sakit : 58 Kg organ lambung
- BB setelah sakit : 49 Kg
- Tingi badna : 165 cm
- IMT : 18 (underweight)
- Pasien tampak lemas Organlambung mengalami
- Mukosa bibir kering pembengkakan sehingga
- TD: 126/85 mmHg perut terasa penuh
- RR : 24 x/menit
- N: 101 x/menit
Mudah kenyang

Kehilangan nafsu
makan

asupan nutrisi yang masuk


kurang dari kebutuhan
tubuh

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
3 DS: Nyeri pada kaki pasien , Hambatan mobilitas fisik
- Pasien mengatakan sulit
kurang asupan nutrisi
untuk bergerak
- Selama 2 bulan terakhir
hanya berbaring saja di
Nyeri dan fatigue
tempat tidur
DO :
- Pasien tampak lemah
Gerak pasien terbatas
- Kekuatan otot eks.atas
(4444/4444)
Eks.bawah (1111/3333)
Hambatan dalam mobilisasi
- TD: 126/85 mmHg
fsik
- RR : 24 x/menit
- N: 101 x/menit
3.5 Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (neoplasma)
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan
c. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal
3.4 Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agen Tignkat nyeri Manajemen nyeri
cidera fisik Kriteria hasil : Aktivitas :
- Nyeri yang diaporkan 1. Lakukan pengkajian nyeri
(3-5) komprehensif
- Panjangnya episode 2. Tentukan akibat dari
nyeri (3-5) pengalaman nyeri terhadap
- Mengernyit (3-5) kualitas hidup pasien
3. Gali bersam apasien fakor-
faktor yang dapat
menurnkan nyeri
4. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
5. Ajarkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri
6. Dukung istirahat tidur yang
adekuat untuk membantu
menurunkan nyeri
7. Libatkan keluarga dalam
modalitas nyeri, jika
memungkinkan
8. Kolaborasi dalam pemberian
analgesic
2 Ketidakseimbangan Manajemen Nutrisi
Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari Kriteria hasil : Aktivitas :
-Intake nutrisi
kebutuhan tubuh 1.Tentukan status gizi
tercukupi
b.d kurang asupan pasien dan
-Asupan makanan
makanan kemampuan untuk
dan cairan tercukupi memenuhi kebutuhan
Monitor Nutrisi nutrisi 2.Bantu pasien
-Asupan nutrisi dalam menentukan
terpenuhi pedoman yang
Nausea dan vomiting cocok dalam
severity memenuhi nutrisi dan
-Penurunan intensitas preferensi
terjadinya mual 3.Tentukan jumlah
muntah kalori yang dibutuhkan.
-Penurunan frekuensi 4.Anjurkan pasien
terjadinya mual dan mengkonsumsi makanan
muntah tinggi zat besi atau Fe seperti
Weight Body Mass sayuran hijau
-Pasien mengalami
5.Pastikan makanan
peningkatan berat badan disajikan dengan cara yang
menarik pada suhu yang
cocok untuk dikonsumsi.
6.Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi makanan.
Nausea Management
Aktivitas :
1.Kaji frekuensi mual,
durasi, tingkat
keparahan, faktor
frekuensi, presipitasi yang
menyebabkan mual.
2.Anjurkan pasien makan
sedikit tapi sering
3.Anjurkan pasien
makan selagi hangat
4. Mengendalikan faktor
lingkungan yang
memungkinkan
membangkitkan mual
seperti bau yang tidak
menyenangkan
5. Mengajari teknik non-
farmakologi untuk
mengontrol mual seperti
dengan teknik relaksasi
tarik nafas dalam.

3 Hambatan mobilitas Mobilitas Perawatan tirah baring


fisik b.d gangguan Kriteria hasil : Aktivitas :
musculoskeletal - Pergerakan otot 1. Monitor kondisi kulit pasien
(sedang- baik ) 2. Monitor komplikasi dari
- Pergerakan sendi tirah baring (misalnya:
(sedang- baik ) kehilangan tonus otot, nyeri
- Perubahan posisi tubuh punggung, konstipasi,
(sedang- baik ) peningkatan stress, depresi,
- Berjalan kebingungan, perubahan
siklus tidur)
(tidak ada-
sedang) 3. Posisikan pasien sesuai
dengan body alligment yang
tepat.
4. Jaga kain linen kasur agar
tetap kering, bersih, dan
bebas kerutan.
5. Pasang side rail
6. Balikkan pasien yang tidak
dapat mobilisasi paling tidak
setiap 2 jam
7. Ajarkan pasien latihan di
tempat tidur.
Terapi latihan: ambulasi
Aktivitas :
1. Sediakan tempat tidur
berketinggian rendah
2. Dorong untuk duduk di
tempat tidur, disamping
tempat tidur (“menjuntai”),
atau dikursi, sebagaimana
yang dapat ditoleransi
pasien.
3. Kolaborasi dengan ahli
terapi fisik mengenai
rencana ambulasi
3.5 Implementasi dan evaluasi
Evaluasi
No Tanggal/jam Diagnose Impelementasi keperawatan
(SOAP)
1 11/03/2021 Nyeri akut b.d agen 1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif Pukul : 12.00 WIB
Jam 10.00 cidera biologis 2. Menggali bersama pasien faktor-faktor yang S:
(neoplasma) dapat menurunkan nyeri - Pasien mengatakan nyeri berkurang menjadi
3. Mengjarkan prinsip-prinsip manajemen skala 6, tapi masih terasa jika bergerak,
nyeri non-farmakologi, yaitu dengan tarik berkurang dengan tiduran di posisi kaki yang
nafas dalam, dan memutar murotal Quran. disanggah dengan bantal lembut.
4. Memberikan pasien posisi tidur yang - Pasien mengatakan nyeri masih terasa seperti
nyaman. di pukul-pukul
5. Edukasi keluarga mengenai nyeri yang O:
dialami pasien, dan bagaimana cara - Pasien masih meringis sesekali. Tidak lagi
membantu pasien dalam mengurangi nyeri. menangis.
6. Memberikan terapi kolaborasi ketorolac 1 - Keringat sudah berkurang
ampul drip infus NaCl 500 cc per 8 jam. - Laporan terhadap nyeri berkurang
A:
Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
a. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
b. Menggali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan nyeri
c. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri non-farmakologi, yaitu dengan tarik
nafas dalam, dan memutar murotal Quran.
d. Memberikan pasien posisi tidur yang
nyaman.
e. Memberikan terapi kolaborasi ketorolac 1
ampul drip infus NaCl 500 cc per 8 jam.

2 11/03/2021 Ketidakseimbangan Pukul : 12.00 WIB


4. Mengkaji frekuensi mual, durasi, tingkat
nutrisi:kurang dari S:
keparahan, faktor frekuensi, presipitasi
kebtuhan tubuh b.d a. Pasien mengatakan, mual yang
yang menyebabkan mual.
kurang asupan dirasakan gak tau karena apaa, tapi
5. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi
makanan setiap mau makan itu mual, dan gak
sering
mau makan.
6. Menganjurkan pasien makan selagi
b. Pasien mengatakan takut untuk makan
hangat
karena takut muntah.
7. Mengendalikan faktor lingkungan yang
O:
memungkinkan membangkitkan mual
c. Makan siang pasien hanya habis sekitar
seperti bau yang tidak menyenangkan
2-3 sendok.
8. Menentukan jumlah kalori yang
d. Mual masih ada namun tidak ada
dibutuhkan:
muntah setelah makan
BB pasien saat ini ialah 48 Kg tanpa
e. Pasien tampak nyaman saat makan
aktivitas dan hanya berbaring di tempat dengan posisi fowler.
tidur (pemghitungan kalori khusus pada A:
pasien kanker) : Masalah belum teratasi
20-25 kkal/kg x 48 Kg = 960 – 1200 Kkal/ P:
harinya. Lanjutkan intervensi :
9. Memberikan pasien posisi fowler saat a. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi
makan sering
10. Berkolaborasi dengan tim gizi dalam b. Menganjurkan pasien makan selagi
memberikan pasien makanan yang sesuai hangat
dengan kebutuhan kalori dan menarik c. Mengendalikan faktor lingkungan yang
untuk dimakan. memungkinkan membangkitkan mual
seperti bau yang tidak menyenangkan
d. Memberikan pasien posisi fowler saat
makan
e. Kolaborasi dalam pemberian suplemen
makan dan sucralfate syrup 500 mg
sebanyak 10 ml (2 sendok takar) 30 menit
sebelum makan.

3 11/03/2021 Hambatan mobilitas 1. Memonitor kondisi kulit pasien Pukul 12.00 WIB
fisik b.d gangguan 2. Memonitor komplikasi dari tirah baring S:
musculoskeletal (misalnya: kehilangan tonus otot, nyeri - Pasien mengatakan masih sakit kalau kaki
punggung, konstipasi, peningkatan stress, yang berngkak bergerak.
depresi, kebingungan, perubahan siklus tidur) - Sudah nyaman dengan posisi yang diberikan.
3. Memposisikan pasien sesuai dengan body O :
alligment yang tepat. - Kulit punggung tampak sedikit kemerahan
4. Memasang linen dengan baik dan tidak - Pasien tidak sesak nafas dan tidak meringis
berkerut, memasang side rail saat di berikan posisi miring kiri dan miring
5. Reposisi pasien setiap 2 jam, dan edukasi kanan.
keluarga bagaimana cara merubah posisi A :
pasien, dan kapan saja pasien berpindah Masalah belum teratasi
posisi. P:
6. Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk - Resiko kerusakan intergitas kulit ditandai
ambulasi pasien. dengan tirah baring lama. Lakukan intervensi :
a. Kaji status hidrasi kulit pasien
b. Kaji skala braden pasien
c. Ubah posisi pasien setiap 2 jam
d. Berikan moisturizer atau pelembap kulit,
seperti minyak zaitu atau VCO.

Anda mungkin juga menyukai