Anda di halaman 1dari 14

PERDAGANGAN MARITIM SEBAGAI PINTU GERBANG PANDEMI PES DI

SEMARANG 1916-1918

Maritim Trade as the Gateway to PES Pandemic in Semarang 1916-1918

Iqbal Maulana

Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia


E-mail :
iqbal.maulana@ui.ac.id

Abstrak

Pada tahun 2020, terdapat kejadian luar biasa yang berupa mewabahnya penyakit menular ke
berbagai negara di dunia. Kejadian luar biasa tersebut dikenal sebagai pandemi. Pandemi
yang terjadi pada tahun 2020 ini berupa penyakit yang menyerang sistem pernapasan manusia
yang diakibatkan oleh adanya virus COVID-19. Kejadian pandemi ini rupanya tidak hanya
terjadi pada masa sekarang, tapi juga pernah terjadi pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Salah satu pandemi yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Hindia Belanda adalah
pandemi pes. Penyebaran pandemi pes di Indonesia diakibatkan oleh adanya perdagangan
maritim yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pandemi pes ini menyebar dengan
cepat di tanah Jawa bahkan hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Salah satu kota yang
terjangkit oleh pandemi pes ini adalah Kota Semarang. Kejadian pandemi pes di Kota
Semarang terjadi pada tahun 1916-1918. Penyebab menyebarnya pandemi pes di Kota
Semarang ini dilatarbelakangi oleh adanya aktivitas perdagangan maritim yang dilakukan di
Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang.

Keywords : PES, Pandemi, Kota Semarang, Perdagangan Maritim

Abstract

In 2020, there was an extraordinary event in the form of outbreaks of infectious diseases to
various countries in the world. This extraordinary event is known as a pandemic. Pandemic
that occurred in 2020 in the form of a disease that attacks the human respiratory system
caused by the COVID-19 virus. This pandemic event apparently did not only occur at the
present time, but also had occurred during the reign of the Dutch East Indies. One of the
pandemics that had occurred during the reign of the Dutch East Indies was the pes
pandemic. The spread of the pes pandemic in Indonesia was caused by maritime trade
carried out by the Dutch East Indies government. The pes pandemic spread rapidly in the
land of Java and even caused many fatalities. One of the cities affected by the pes pandemic
is Semarang. The pes pandemic in Semarang city occurred in 1916-1918. The cause of the
spread of the pes pandemic in the city of Semarang was motivated by the presence of
maritime trading activities carried out at the Port of Tanjung Emas, Semarang City.

Keywords : PES, Pandemic, Semarang, Maritim Trade

A. PENDAHULUAN Pandemi pes adalah sebuah penyakit


menular yang dapat menyebabkan
Kejadian pandemi atau mewabahnya
timbulnya tiga jenis penyakit lain,
suatu penyakit ke berbagai penjuru
seperti bubonik, pneumonik, dan
dunia tidak hanya pernah terjadi pada
spetikemik.2 Pandemi pes disebabkan
tahun 2020. Kasus pandemi seperti
oleh adanya bakteri Yersinia Pestis
yang terjadi sekarang rupanya pernah
yang berkembang pada tikus dan pinjal
juga terjadi pada tahun 1910 yang
tikus.3 Penularan pandemi pes terhadap
dikenal sebagai pandemi pes atau black
manusia sebagai inangnya bersumber
death. Salah satu negara yang terjangkit
dari tikus melalui perantara berupa
pandemi pes tersebut adalah Indonesia
pinjal atau kutu tikus. Proses
yang pada saat itu dikenal sebagai
penularannya terjadi ketika pinjal
Hindia Belanda. Selain pandemi pes,
tersebut menghisap darah manusia lalu
terdapat beberapa kasus mengenai
memuntahkan kembali darah yang telah
mewabahnya suatu penyakit menular
dihisapnya atau mengeluarkan tinjanya
yang pernah terjadi di Indonesia, seperti
yang dimana darah hasil hisapan atau
wabah kolera pada tahun 1900, wabah
2
malaria pada tahun 1906, wabah Bubonik adalah salah satu dari jenis penyakit
yang memiliki gejala berupa demam tinggi, detak
demam typhus addominalis pada tahun jantung cepat, tekanan darah turun, dan terjadi
pembesaran kelenjar getah bening.
1918, dan wabah cacar serta disentri Pneumonik adalah jenis penyakit yang berupa
pada tahun 1919-1930.1 infeksi pada sistem pernapasan atau paru-paru.
Septikemik adalah jenis penyakit yang berupa
infeksi pada darah sehingga membuat
penderitanya mengalami mual, muntah, diare, dan
nyeri.
1 3
Baha’Uddin, Dokter Jawa dan Mantri Kesehatan “Penyakit Pes”,
dalam Sejarah Kesehatan Indoensia pada Masa http://medicastore.com/penyakit/206/Penyakit_P
Kolonial, h. 3-4 es.html, diakses pada 13 April 2020, pukul 08.48
tinja tersebut mengandung bakteri yang pada surat-surat kabar yang beredar
menyebabkan terjadinya penyakit pes. pada tahun 1910 bahwa sekitar bulan
Darah atau tinja yang mengandung Oktober hingga November tahun 1910
bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh terjadi kegagalan panen di Surabaya
manusia melalui luka pada kulit yang disebabkan oleh adanya serangan
manusia yang merupakan hasil dari hama mentek dan kekeringan (Sulityo,
garukan karena gatal yang merupakan 1995: 59). Kegagalan panen tersebut
efek samping dari gigitan pinjal dapat mengakibatkan terjadinya
tersebut. kelaparan atau krisis pangan yang akan
melanda daerah Jawa Timur. Maka
Pada awalnya pandemi pes ini muncul
untuk menanggulangi kegagalan panen
di Mesir dan Ethiopia pada tahun 540.
tersebut pemerintah Hindia Belanda
Kemudian pandemi pes ini mulai
melakukan impor beras dari berbagai
menyebar ke daerah-daerah lainnya
daerah penghasil beras di Asia salah
seperti Konstantinopel pada tahun 544.
satunya adalah Rangoon. Kegiatan
Proses penyebaran pandemis pes ini
impor beras dari Rangoon ini dilakukan
memang dilatarbelakangi oleh adanya
melalui jalur laut menggunakan kapal
perdagangan maritim yang membawa
yang tidak hanya menangkut beras tapi
tikus-tikus yang telah terinfeksi bakteri
tanpa sengaja juga membawa tikus-
pes pada kapal-kapal tersebut.
tikus yang telah terinfeksi oleh penyakit
Penyebaran pandemi pes ini semakin
pes.4 Beras hasil impor dari Rangoon
meluas hingga melanda benua Eropa
itu tiba di pelabuhan Tanjung Perak,
pada tahun 1347. Selama kurun waktu
Surabaya pada tanggal 3 November
kurang lebih 300 tahun, pandemi pes
1910. Tidak lama setelah kegiatan
telah menewaskan 75 juta orang atau
impor beras tersebut, terdapat laporan
sekitar 1/3 dari populasi manusia pada
mengenai adanya pandemi pes di
saat itu.
Surabaya pada November tahun 1910.
Sama seperti penjelasan sebelumnya,
Maka dengan adanya perdagangan
munculnya pandemi pes di Indonesia
maritim berupa kegiatan impor beras
juga dilatarbelakangi oleh adanya
yang berasal dari Rangoon ke
perdagangan maritim yang dilakukan
pelabuhan Tanjung Perak membuat
oleh pemerintah Hindia Belanda berupa
kegiatan mengimpor beras dari 4
Peter J. Peverelli, Laatstelijk Hoofld van den
Gezondheidsdienst van de provincie Oost Java en
Rangoon. Berdasarkan pemberitaan West Java, h. 55
Surabaya menjadi kawasan episentrum dari daerah pedalaman Jawa Tengah.
penyebaran pandemi pes ke beberapa Selain itu terdapat produk impor
daerah di pulau Jawa seperti Malang, yang berupa barang-barang yang
Kediri, Madiun, Surakarta, dan berasal dari luar daerah maupun luar
Yogyakarta yang terjadi pada tahun negeri. Dengan terjadinya kepadatan
1910-1914. Akan tetapi, rupanya aktivitas kemaritiman serta dianggap
penyebaran pandemi pes di pulau Jawa sebagai pelabuhan ekspor-impor
itu tidak berhenti di tahun 1914. Pada maka Pelabuhan Tanjung Emas di
tahun 1916-1918 terjadi penyebaran Semarang mendapatkan perhatian
pandemi pes gelombang kedua yang lebih dari pemerintah Hindia
berawal dari pelabuhan Tanjung Emas Belanda dan bahkan pelabuhan di
di Semarang yang akhirnya menyebar Semarang dianggap sebagai salah
hingga ke daerah Ambarawa, Salatiga, satu pelabuhan penting di Jawa.
Magelang, Wonosobo, Banyumas, dan
Padahal pada awalnya Kota
Pekalongan.
Semarang dianggap tidak cocok
B. HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi suatu pelabuhan untuk
kegiatan perdagangan. Akan tetapi,
B.1 SEJARAH PELABUHAN DI
dengan adanya sungai Ngarang yang
KOTA SEMARANG
melewati Kota Semarang maka
Pandemi pes yang terjadi di dibangunnya pelabuhan tersebut dan
Semarang pada tahun 1916-1918 terus dikelola menjadi pusat
merupakan gelombang kedua dari perdagangan internasional pada abad
penyebaran pandemi pes di pulau ke-18. Selanjutnya, pelabuhan
Jawa. Penyebaran tersebut berasal semarang mengalami perkembangan
dari pelabuhan Tanjung Emas di yang pesat pada abad ke-19
Semarang sebagai pelabuhan yang bersamaan dengan berkembangnya
melayani perdagangan maritim pelabuhan-pelabuhan yang lain,
berupa kegiatan ekspor-impor. seperti pelabuhan di Batavia,
Produk yang diekspor di pelabuhan pelabuhan di Surabaya, pelabuhan di
Tanjung Emas adalah produk-produk Rangoon, pelabuhan di Singapura,
yang dibutuhkan oleh pasar dan masih banyak yang lainnya.
internasional, seperti produk batik (Booth, 2007: 114).
dan produk pertanian yang diangkut
Pada abad ke-20, dibangunnya revitalisasi hanya dilakukan dengan
sebuah sarana dan prasarana seperti membangun sebuah pelabuhan
jaringan kereta api yang mulai perahu untuk mempermudah
dibangun pada tahun 1869-1873. kegiatan bongkar muat barang.
Jaringan kereta api tersebut didirikan Seiring berjalannya waktu, kegiatan
oleh Nederlandsch Indie Spoor revitalisasi dari pelabuhan Semarang
Maatschappij, Semarang Joeana terus dilakukan seperti membendung
Stroomtram Maatschaappij, anak tepi dermaga bagian barat dan timur
perusahaan NIS, dan Semarang- pada tahun 1870, kemudian
Cheribon Stoomtram Maatscahppij. dilakukan perpanjangan tanggul
Jaringan kereta api tersebut bagian barat pada tahun 1912-1914,
berfungsi sebagai penghubung antara dan pengerukan lumpur yang telah
pelabuhan Semarang dengan wilayah mengendap pada bagian timur
pedalaman sehingga dapat dermaga, maka dengan melakukan
menunjang aktivitas perdagangan kegiatan revitalisasi tersebut,
maritim di pelabuhan Semarang pelabuhan Semarang sudah dapat
terutama kegiatan ekspor-impor beroperasional dengan baik (Zuhdi,
barang. Selain dibangunya jaringan 2002: 61).
kereta api, kepadatan aktivitas
B.2 MASUKNYA PANDEMI PES DI
kemaritiman pada abad ke-20 di
SEMARANG TAHUN 1916-1918
pelabuhan Tanjung Emas juga
membuat dibangunnya sarana dan Kemajuan dari pelabuhan Tanjung

prasarana lainnya, seperti kanal, Emas di Semarang memang tidak

mercusuar, kantor pos, kantor dapat dilepaskan dari adanya

perdagangan, dan bank.5 aktivitas perdagangan maritim yang


meningkat. Terjadinya peningkatan
Beberapa kegiatan revitalisasi telah
perdagangan maritim di pelabuhan
dilakukan oleh pemerintah Hindia
Tanjung Emas, Semarang terlihat
Belanda untuk mendukung
dari banyaknya kapal-kapal yang
perkembangan pelabuhan Tanjung
datang ke pelabuhan tersebut untuk
Emas dalam melakukan kegiatan
melakukan kegiatan ekspor-impor
ekspor-impor. Pada awalnya
barang. Perdagangan maritim dan
5
Dwi Ratna Nurhajarini, Indra Fibiona, Suwarno,
Kota Pelabuhan Semarang dalam Kuasa Kolonial: pelayaran di pelabuhan Tanjung
Implikasi Kebijakan Maritim, Tahun 1800an-
1940an, h. 40
Emas, Semarang ini menyebabkan
adanya interaksi dengan daerah- untuk mencari makan. Permukiman
daerah lain yang sebelumnya telah penduduk yang biasa dijadikan
terinfeksi oleh pandemi pes, salah sebagai tempat tinggal dari tikus-
satunya adalah Surabaya. Kapal- tikus tersebut adalah permukiman
kapal perdagangan yang mengangkut yang memiliki keadaan yang kotor
barang-barang dari pelabuhan dan lembab. Tikus-tikus tersebut
Tanjung Perak di Surabaya kemudian berkembangbiak pada
membawa tikus-tikus yang telah lumbung-lumbung padi milik warga
terinfeksi oleh bakteri pes ke sehingga terjadinya peningkatan
pelabuhan Tanjung Emas di jumlah tikus yang membuat proses
Semarang. Maka dengan begitu penyebaran pandemi pes di
terjadinya penyebaran pandemi pes Semarang semakin cepat.
di Semarang.
Proses penyebaran pandemi pes yang
Proses penyebaran pandemi pes di cepat di Semarang juga terjadi
Semarang karena hubungan karena beberapa faktor, seperti
pelayaran dan aktivitas perdagangan kondisi lingkungan yang yang
maritim sesuai dengan teori yang kurang bersih, gaya hidup
dikemukakan oleh Peter Boomgaard, masyarakat yang tidak bersih, dan
yaitu percepatan penyebaran faktor geografis. Berdasarkan letak
penyakit disebabkan oleh semakin geografisnya dapat dikatakan bahwa
meningkatnya urbanisasi, Kota Semarang memiliki kondisi
pertambahan penduduk, dan lingkungan yang mendukung untuk
hubungan pelayaran antar negara penyebaran pandemi pes. Terlihat
yang membawa ‘produk’ dari dan ke dari banyaknya tanah rawa, tambak,
negara-negara penerima dan juga sungai-sungai, dan sawah yang dapat
sebaliknya. dikatakan sebagai sarang atau tempat
yang dipilih oleh tikus sebagai
Kasus pandemi pes pertama yang
tempat tinggal. Letak permukiman
dilaporkan di Semarang terjadi pada
yang berkelompok serta berada di
tahun 1916. Proses penyebarannya
sawah-sawah atau sepanjang sungai
terjadi ketika tikus-tikus yang ada
mendukung terjadinya penyebaran
pada kapal-kapal tersebut turun di
penyakit, seperti pes. Kondisi iklim
pelabuhan Tanjung Emas lalu mulai
dari Kota Semarang yang lembab
menyebar ke permukiman penduduk
juga menjadi faktor pendukung Lamper Kidul, Genuk, Bandarharjo,
lainnya yang memudahkan pandemi Rejosari, Barusari, Balustalan,
pes ini menyebar dengan cepat di Pederesan, Bulu Lor, Pendrian
masyarakat. Kidul, dan Kentangan.6

Gaya hidup dan kondisi masyarakat B.3 PENGARUH PANDEMI PES


yang belum sadar akan pentingnya TERHADAP PERDAGANGAN
kerbersihan juga mendukung MARITIM DAN KEHIDUPAN
terjadinya penyebaran pandemi pes. MASYARAKAT DI KOTA
Hal tersebut terlihat dari masih SEMARANG
banyaknya tempat tinggal
Pandemi pes yang menjangkit
masyarakat yang tidak memenuhi
Semarang pada tahun 1916-1918
standar kesehatan. Kondisi rumah-
rupanya telah membawa pengaruh
rumah masyarakat pada saat itu
terhadap kehidupan masyarakat
adalah terbuat dari bambu, beratap
bahkan terhadap perdagangan
ilalang, lantainya masih berupa
maritim yang menjadi pintu gerbang
tanah, lembab, jarang memiliki
dari munculnya pandemi pes di
ventilasi dan ukurannya yang kecil
Semarang. Salah satu dampak yang
padahal jumlah penghuninya banyak.
ditimbulkan dari adanya pandemi
Rumah dengan kondisi tersebut yang
pes di Semarang adalah terjadinya
mendukung tikus-tikus untuk
peningkatan pelayanan kesehatan
menetap pada rumah sehingga
masyarakat yang dilakukan oleh
kemudian menularkan penyakit pes
pemerintah Hindia Belanda.
kepada keluarga yang tinggal di
Peningkatan pelayanan kesehatan
rumah tersebut.
masyarakat tersebut terlihat dari
Berdasarkan data dari laporan adanya penambahan politeknik dan
pemerintah Hindia Belanda pada rumah sakit.
bulan Oktober hingga Desember
Selain itu, pandemi pes juga
1917, sudah terdapat beberapa
memberikan dampak atau pengaruh
kampung yang terinfeksi oleh
terhadap bidang ekonomi. Dampak
pandemi pes di Semarang, seperti
tersebut berupa terjadinya penurunan
Karangturi, Lemahgempal, Bugang,
pendapatan masyarakat dikarenakan
Gambira, Bojongpejambon,
6
Dewi Yuliati, “Industrialisasi di Semarang 1906-
Kembangsari, Randusari, Widoharjo, 1930”, Lembaran Sastra, No. 23, hlm. 240.
banyak dari masyarakat yang yang mengakibatkan terjadinya
merupakan seorang karyawan kelaparan karena krisis pangan.
perusahaan mengalami Selain itu, angka kematian yang
pemberhentian kerja dari tinggi juga dipengaruhi oleh adanya
perusahaannya. Kerugian ekonomi urbanisasi ke Kota Semarang.
juga dirasakan oleh keluarga pasien Kematian akibat pandemi pes terjadi
positif pes dikarenakan mereka akan di beberapa daerah di Kota
kehilangan rumah beserta hartanya Semarang, berikut adalah data angka
akibat adanya peraturan mengenai kematian akibat pandemi pes di Kota
pembakaran rumah. Jadi pemerintah Semarang pada tahun 1917:
Hindia Belanda mengeluarkan
Tabel 1.
peraturan mengenai adanya
Angka Kematian Penduduk Kota
pembakaran rumah untuk rumah-
Semarang Akibat Pes (1917)
rumah milik pasien positif pes.
Kerugian juga dirasakan oleh para Triwulan Triwulan
Daerah
pemilik perkebunan dikarenakan I II
adanya kesulitan dalam melakukan
Semarang
kegiatan distribusi barang sebab 48 67
Kulon
adanya peraturan mengenai
pemabatasan akses keluar masuk Semarang
32 57
Kota Semarang. Kidul

Selain itu, terdapat pengaruh lainnya Semarang


59 72
yang ditimbulkan dari adanya Wetan
pandemi pes di Semarang, yaitu
Semarang
berkurangnya populasi manusia 45 49
Tengah
dikarenakan tingginya angka
kematian di Kota Semarang. Genuk 24 64
Tercatat bahwa angkat kematian di
Pedurungan 26 90
Kota Semarang mencapai 10-11%
dari jumlah penduduk. Tingginya Srondol 13 23
angka kematian akibat pandemi pes
Maranggen 26 151
di Kota Semarang juga didukung
karena terjadinya kegagalan panen Karangun 24 115
pes maupun tikus yang terinfeksi. 7
Kebonbatu 20 98
Dengan arus mobilisasi kapal yang
Jumlah 317 786 terganggu membuat pelabuhan
Semarang kewalahan dalam
Sumber: Soek Hok Gie. (1990) Di
memenuhi pelayanan perdagangan
Bawah Lentera Merah: Riwayat
dikarenakan ada peraturan tersebut
Sarekat Islam Semarang 1917-1920,
sehingga pemerintah membangun
Jakarta: Frantz Fanon Foundation.
pelabuhan baru di daerah Kalibaru
Pandemi pes ini juga berpengaruh pada tahun 1850.
terhadap perdagangan maritim di
B.4 UPAYA PEMERINTAH
pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
SEBAGAI TINDAKAN
Pengaruh dari adanya pandemi pes
PENANGANAN PANDEMI PES
terhadap perdagangan maritim
adalah terganggunya kegiatan Pandemi pes yang menjangkit
perdagangan tersebut dikarenakan Semarang pada tahun 1916-1918
pemerintah mengeluarkan peraturan rupanya telah menyebar ke berbagai
yang mengatur mengenai kegiatan daerah pedalaman Jawa yang
kemaritiman. Berdasarkan terhubung dengan pelabuhan
Pestordonantie dijelaskan bahwa Tanjung Emas, seperti Ambarawa,
adanya peraturan mengenai proses Salatiga, Magelang, Wonosobo,
keluar-masuknya kapal dagangan Banyumas dan Pekalongan. Maka
dan penumpang di Semarang, dalam mencegah penyebaran
apabila terdapat penumpang kapal pandemi pes agar tidak semakin
yang terinfeksi pes maka kapal meluas maka terdapat beberapa
tersebut dilarang untuk berlabuh di upaya yang dilakukan oleh
Semarang, kapal tersebut perlu pemerintah dalam mencegah
melakukan isolasi selama 7-10 hari penyebaran pandemi pes ini.
di lautan, dan kapal tersebut akan Penjelasan mengenai upaya
diizinkan berlabuh di pelabuhan penganan pandemi pes yang
setelah adanya tenaga medis yang dilakukan oleh pemerintah Hindia
telah memeriksa dan memastikan 7
Han Mester, “Public Health and Colonial
bahwa tidak ada lagi pasien positif Goverment in the Netherlands Indies”, dalam
Peter Boomgaard (ed.), The Colonial Past: Dutch
Sourceson Indonesian History, Bulletin 323, Royal
Tropical Institute, (Amsterdam: Central Library,
1991), hlm. 87
Belanda tercatat dalam sumber hari pada rumah pasien positif pes,
tertulis berupa laporan atau arsip dari melakukan vaksinasi menggunakan
pemerintah Hindia Belanda yang vaksin Jerman atau vaksin Haffkine,
disebut Verslag over her Eerste melakukan perbaikan perumahan dan
kwartal. pembinaan dalam mengurus rumah
tangga, membersihkan
Dalam menangani pandemi pes
perkampungan penduduk,
terdapat beberapa usulan dari dr. de
melakukan perburuan tikus,
Vogel terkait agar pandemi pes tidak
melakukan pembakaran rumah-
menyebar luas ke berbagai daerah di
rumah yang terjangkit pes,
pulau Jawa, seperti melakukan
mendirikan barak-barak untuk
sosialisasi kepada penduduk pribumi
pengungsian, dan mendirikan tempat
mengenai pandemi pes dan gejala
karantina berupa gudang dengan
penyakitnya, sosialisasi kepada
tujuan untuk mengumpulkan pasien
penduduk prbumi mengenai tindakan
yang terjangkit penyakit pes agar
pencegahan agar tidak terjangkit pes
berada dalam satu tempat saja.
yang dilakukan di sekolah-sekolah
Dalam melakukan penanganan
dan rumah-rumah gadai, membasmi
pandemi pes di Semarang, dr. de
tikus sebagai sumber utama
Vogel juga bekerjasama dengan dr.
penularan penyakit pes ke manusia,
de Haan dari Geneeskundige
mengisolasi penderita yang
Laboratorium di Weltevreden. Kerja
terjangkit penyakit pes, melakukan
sama tersebut dilakukan untuk
pembersihan terhadap rumah-rumah
membangun laboratorium yang
pasien yang positif terjangkit pes,
khusus untuk melakukan penelitian
dan memberikan vaksinasi.
mengenai pandemi pes dan untuk
Upaya-upaya yang dilakukan oleh melakukan pemeriksaan darah dari
pemerintah Hindia Belanda dalam para pasien yang terinfeksi oleh pes.
menangani pandemi pes itu dapat
Upaya lainnya yang dilakukan oleh
dikatakan sesuai dengan usulan yang
pemerintah Hindia Belanda adalah
diberikan oleh dr. de Vogel.
dengan melakukan perbaikan dan
Pemerintah Hindia Belanda pada
peningkatan terhadap sarana dan
saat itu melakukan penyemprotan
prasarana kesehatan yang dinilai
cairan disinfektan, pembakaran
kurang memadai pada saat itu. Jadi
belerang atau sulfur selama empat
pemerintah Hindia Belanda akhirnya dapat melakukan
melakukan perbaikan terhadap pemeriksaan terhadap rumah sakit
pelayanan kesehatan masyarakat, yang berada di Kota Semarang. Para
seperti memberikan subsidi pada masyarakat pribumi yang terinfeksi
bidang kesehatan agar semua oleh pes akan diperiksa oleh dokter
golongan masyarakat dapat Jawa dan mantri. Seorang mantri
merasakan pelayanan kesehatan yang bertugas dalam membantu dokter
diberikan oleh pemerintah. untuk memberikan vaksinasi
Pemberian subsidi yang dilakukan terhadap pasien yang positif pes.
oleh pemerintah Hindia Belanda Akan tetapi, banyak dari mantri
tidak diberikan untuk semua rumah tersebut tidak berkompeten dalam
sakit karena berdasarkan Staatsblad melakukan pekerjaannya.
van Nederlandsche Indie No. 276 Kebanyakan mantri-mantri tersebut
tahun 1906 terdapat merupakan relawan medis yang
pengkategorisasian rumah-rumah berasal dari luar Semarang dan
sakit yang dinilai berhak untuk diberikan pelatihan singkat mengenai
menerima subsidi. Rumah sakit yang vaksinasi.
berhak menerima bantuan subsidi
Dalam melakukan tindakan
dari pemerintah Hindia Belanda
penanganan pandemi pes di
adalah rumah sakit swasta
Semarang, terdapat beberapa
Bumiputera atau Het Particuliere
lembaga yang bekerjasama seperti
Indlandsche Ziekenhuizen dan rumah
pemerintah pusat Hindia Belanda,
sakit swasta pembantu atau
pemerintah gemeentrad, polisi,
Inlandsche Hulpziekenhuizen.
tentara, controleur, dinas perumahan
Bantuan subsidi yang diberikan oleh
rakyat, dan dinas kesehatan
pemerintah Hindia Belanda, adalah
masyarakat. Bahkan pemerintah
anggaran dana, obat-obatan, perlatan
Hindia Belanda juga mendirikan
rumah sakit, dan pemberian insentif
sebuah lembaga khusus yang
terhadap tenaga medis yang
ditugaskan untuk memberantas
menangani pandemi pes. Dengan
pandemi pes yang dinamakan Dienst
adanya bantuan dari pemerintah
de Pestbertrijding atau Dinas
Hindia Belanda dalam perbaikan
Pemberantasan Pes. Lembaga
pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut dibentuk oleh pemerintah
membuat orang-orang pribumi
Hindia Belanda pada tahun 1915 atas berisikan mengenai perintah-perintah
adanya perintah dari dr. de Vogel yang harus dilakukan oleh
selaku Inspektur Kepala di masyarakat, seperti memerintahkan
Burgelijke Geneeskundige Dienst kepada masyarakat untuk menutup
atau Dinas Kesehatan Masyarakat lumbung padi, melarang masyarakat
pada tanggal 29 November 1914. dari berbagai golongan untuk
Lembaga khusus ini didirikan untuk berpergian di tengah mewabahnya
mengontrol segala hal yang terkait pandemi pes, penutupan akses ke
dengan pandemi pes, mencegah Semarang, melakukan penutupan
penyebaran pandemi pes, mengobati jalur kereta api, memerintahkan agar
pasien yang terjangkit penyakit pes, kapal yang hendak berlabuh ke
dan melakukan tindakan untuk pelabuhan melakukan isolasi terlebih
memberantas pandemi pes di daerah- dahulu, menyuruh masyarakat untuk
daerah di Jawa, salah satunya adalah melakukan pengungsian, menyuruh
Semarang. Lembaga khusus ini masyarakat untuk tidak berkumpul
terdiri atas doker, staf medis beserta maupun melakukan kegiatan yang
asistennya, dan pemimpin medis dapat menciptakan kerumunan
daerah. orang, dan memerintahkan daerah
lain untuk menolak kedatangan
Dalam menjalankan seluruh tindakan
orang-orang dari Semarang.
pencegahan dan penanganan
pandemi pes tersebut, pemerintah
Hindia Belanda berlandaskan pada
peraturan-peraturan yang mereka
buat. Misalnya, peraturan C. KESIMPULAN

Pestordonantie yang mengatur Berdasarkan penjelasan


mengenai tindakan karantina dan sebelumnya, dapat dikatakan
Staatsblad van Nederlandsche Indie bahwa memang mewabahnya
yang mengatur mengenai kebijakan pandemi pes di Kota Semarang
pemerintah dalam pelayanan tidak dilepaskan dari adanya
kesehatan masyarakat terkait aktivitas perdagangan maritim di
pandemi pes. Selain itu pemerintah pelabuhan Tanjung Emas,
Hindia Belanda juga mengeluarkan Semarang. Peningkatan kegiatan
peraturan-peraturan lainnya yang ekspor-impor di pelabuhan tersebut
justru menjadi pintu gerbang pada tahun 2020, terdapat beberapa
mewabahnya pandemi pes di upaya yang serupa yang dilakukan
Semarang. Tikus-tikus yang telah oleh pemerintah pusat, seperti
terinfeksi pes ikut serta dalam melakukan penyemprotan cairan
kapal-kapal yang membawa barang disinfektan, membangun tempat
dagangan tersebut sehingga karantina untuk pasien yang positif,
kemudian menularkannya kepada dan memerintahkan untuk
manusia melalui pinjal tikus. melakukan social distancing.
Terdapat beberapa pelajaran
Proses penyebaran pandemi pes di
penting juga yang dapat dipelajari
Semarang terjadi secara cepat.
dari pandemi pes yang terjadi di
Banyak faktor-faktor yang
Semarang pada tahun 1916-1918,
mendukung terjadi percepatan
yaitu pentingnya untuk menjaga
penyebaran pandemi pes di
kebersihan diri maupun lingkungan
Semarang, seperti kondisi
tempat tinggal.
lingkungan yang kurang bersih,
kurangnya sanitasi, dan kurangnya Maka dengan begitu, penulis
kesadaran masyarakat dalam berharap bahwa karya tulis ini
menjaga kebersihan. Pandemi pes dapat memberikan informasi dan
ini berdampak terhadap ekonomi, gambaran kepada pembaca
kehidupan sosial, dan perdagangan mengenai bagaimana kondisi
maritim yang terjadi di pelabuhan Semarang ketika mengalami
Tanjung Emas, Semarang. Maka pandemi pes pada tahun 1916-
pemerintah Hindia Belanda 1918, pengaruh atau dampak dari
melakukan beberapa upaya sebagai adanya pandemi pes, dan upaya
tindakan pencegahan dan penanganan yang dilakukan oleh
penanganan pandemi pes, seperti pemerintah Hindia Belanda. Selain
memperbaiki sarana prasarana itu, diharapkan juga tulisan ini
kesehatan, membentuk lembaga dapat menjadi perbandingan serta
khusus penanganan pandemi pes, pelajaran untuk melawan fenomena
membuat tempat karantina, dan pandemi COVID-19 yang kini
lain sebagainya. tengah terjadi di Indonesia.

Apabila diperbandingkan dengan *****


pandemi COVID-19 yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA Swellengrebel, N. H. (1950). Plague in
Java, 1910-1912. The Journal of Hygiene,
Baha’Uddin. (2000). “Dokter Jawa dan
135-145.
Mantri Kesehatan dalam Sejarah
Kesehatan Indonesia pada Masa Kolonial”. Waloejono, D. (2015). Transformasi
Jurnal Sejarah Vol 3, No. 3. Kawasan Pelabuhan dalam Aspek Industri
di Coastal City Semarang. Seminar
Kur'anania, S., & Rahayu, S. D. (2019).
Nasional "Menuju Arsitektur dan Ruang
Upaya Penanggulangan Penyakit PES di
Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal, 11-20.
Adfeeling Kediri Tahun 1911-1933.
Verleden: Jurnal Kesejarahan, 268-283. Williams, J. E., Hudson, B. W., Turner, R.
W., Saroso, J. S., & Cavanaugh, D. C.
Luwis, S. (2008). Pemberantasan Penyakit
(1980). Plague in Central Java, Indonesia.
PES di Malang 1911-1916. Depok:
Bulletin of the World Health Organization,
Universitas Indonesia.
459-468.
Nurhajarini, D. R., Fibiona, I., & Suwarno.
(2019). Kota Pelabuhan Semarang dalam
Kuasa Kolonial: Implikasi Sosial Budaya
Kebijakan Maritim Tahun 1800an-1940an.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai
Budaya Yogyakarta.

Nurisa, I., & Ristiyanto. (2005). Penyakit


Bersumber Rodensia (Tikus dan Mencit)
di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan,
308-319.

P, A. S. (2014). Wabah PES di Kota


Semarang Tahun 1916-1918. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

Peverelli, P. 1913.Laatstelijk Hoofd van


den Gezondheidsdienst van de provincie
Oost Java en West Java . Batavia: De Zorg
voor de Volksgezonheid in Nederlandsch
Indie

Anda mungkin juga menyukai