Anda di halaman 1dari 4

2. Apakah perbedaan gratifikasi dengan suap menyuap?

Berikan contoh dalam kehidupan sehari-


hari!

Jawaban :

Pengertian Gratifikasi

Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang tambahan, hadiah
uang, barang, rabat, komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001

Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Peraturan yang Mengatur Gratifikasi

Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi


Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,

Pasal 12C ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi


Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi
yang diterimanya kepada KPK
· Pusat Data · Jurnal · Klinik · Events · Produk · Pro

Pertanyaan

Bagaimanakah batasan dan perbedaan yang jelas antara suap dengan gratifikasi
serta faktor apa yang mendasari adanya perumusan mengenai delik gratifikasi
tersebut? Terima kasih.

Punya pertanyaan lain ?

Silakan Login, atau Daftar ID anda.

Kirim Pertanyaan 
Ulasan Lengkap

Pengaturan dan batasan/definisi suap dan gratifikasi beserta ancaman sanksi bagi masing-
masing tindak pidana tersebut kami sajikan dalam tabel di bawah ini:

Jadi, selain pengaturan suap dan gratifikasi berbeda, definisi dan sanksinya juga berbeda.
Dari definisi tersebut di atas, tampak bahwa suap dapat berupa janji, sedangkan gratifikasi
merupakan pemberian dalam arti luas dan bukan janji. Jika melihat pada ketentuan-ketentuan
tersebut, dalam suap ada unsur “mengetahui atau patut dapat menduga” sehingga ada
intensi atau maksud untuk mempengaruhi pejabat publik dalam kebijakan maupun
keputusannya. Sedangkan untuk gratifikasi, diartikan sebagai pemberian dalam arti luas,
namun dapat dianggap sebagai suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

Jadi, dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia memang masih belum terlalu jelas
pemisahan antara perbuatan pidana suap dan perbuatan pidana gratifikasi karena perbuatan
gratifikasi dapat dianggap sebagai suap jika diberikan terkait dengan jabatan dari pejabat
negara yang menerima hadiah tersebut.

Hal tersebut berbeda dengan pengaturan di Amerika yang mana antara suap dan gratifikasi
yang dilarang dibedakan. Perbedaannya adalah jika dalam gratifikasi yang dilarang, pemberi
gratifikasi memiliki maksud bahwa pemberian itu sebagai penghargaan atas dilakukannya
suatu tindakan resmi, sedangkan dalam suap pemberi memiliki maksud (sedikit
banyak) untuk mempengaruhi suatu tindakan resmi (sumber: “Defining Corruption: A
Comparison of the Substantive Criminal Law of Public Corruption in the United States and the
United Kingdom”, Greg Scally: 2009). Sehingga jelas pembedaan antara suap dan gratifikasi
adalah pada tempus (waktu) dan intensinya (maksudnya).

Mengenai faktor apa yang mendasari adanya perumusan mengenai delik gratifikasi, kami
merujuk pada salah satu penjelasan yang diamuat dalam Buku Saku Memahami
Gratifikasi yang diterbitkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di dalam buku tersebut
(hal. 1) dijelaskan sebagai berikut:

 
Terbentuknya peraturan tentang gratifikasi ini merupakan bentuk kesadaran bahwa
gratifikasi dapat mempunyai dampak yang negatif dan dapat disalahgunakan,
khususnya dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga unsur ini diatur
dalam perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi. Diharapkan jika budaya
pemberian dan penerimaan gratifikasi kepada/oleh Penyelenggara Negara dan
Pegawai Negeri dapat dihentikan, maka tindak pidana pemerasan dan suap dapat
diminimalkan atau bahkan dihilangkan.

Di dalam buku tersebut juga dijelaskan contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan
sebagai gratifikasi yang sering terjadi, yaitu (hal. 19):
1.      Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh
rekanan atau bawahannya
2.      Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan kantor
pejabat tersebut
3.      Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi
secara cuma-cuma
4.      Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang dari rekanan
5.      Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat
6.      Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan
7.      Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja
8.      Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu

Pengertian Suap

Penyuapan (atau suap saja) adalah tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain dari pembalasan dari
pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas kepentingan/minat
si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan penerima.

Penyuapan juga didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1980 sebagai tindakan
"memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya
orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan
kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum"; juga "menerima sesuatu
atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau
janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang
berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum".
Contoh :
Paman kamu seorang pedagang mobil impor. Gara-gara ada satu persyaratan dokumen yang
tidak ia penuhi, ribuan mobil baru saja dikirim oleh suppliernya dari luar negeri terpaksa
ditahan di pelabuhan. Trus paman kamu akhirnya ngomong ke pegawai Bea Cukai yang
berwenang. "jangan dibikin susahlah bro, gue rela ko' ngasih lho satu mobil, asal lho anggap
dokumen gue dah lengkap."

Hukumannya?
Penjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal Rp. 250 juta
Contoh :
Masih seperti dengan contoh sebelumnya. Paman kamu adalah seorang pedagang mobil impor
yang mau menyuap seorang pegawai Bea Cukai. Seandainya paman kamu atau persis (atau
menganggap) kalau jabatan yang dipegang si pegawai memungkin dia untuk membantu paman
kamu.. ini artinya paman kamu sudah termasuk dengan perbuatan korupsi.

Hukumannya?
Penjara maksimal 3 tahun atau denda maksimal Rp.150 juta

Anda mungkin juga menyukai