Anda di halaman 1dari 14

ASKEP KEGAWATDARURATAN SISTEM KARDIOVASKULER DAN PERNAFASAN

ASKEP TRAUMA TORAKS

Dosen Pengampu : Syahid Amrullah,M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Tri wahyudi

Salimah

Heni Novi Antika (S19128028)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN ANGKATAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA THORAKS” ini disusun untuk
memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah kegawatdarutatan sistem III diprogram studi ilmu
keperawatan. Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan
para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau
benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).

Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar
didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh
trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di amerika serikat
diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma
toraks sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan
operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari
ancaman kematian (Sudoyo, 2010).

Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya trauma pada toraks
akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Trauma toraks dapat meningkatkan
kematian akibat Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail chest 69%
(Nugroho, 2015).

Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam, kecelakaan lalu lintas atau luka
tembak.Bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Akibatnya, selain
terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh
karena itu, pau-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita Nampak kesakitan ketika bernapas
dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Sudoyo, 2010) Trauma
tumpul thoraks sebanyak 96.3% dari seluruh trouma thoraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7%
adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak dari trauma tumpul thoraks masih didominasi oleh
korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap trauma yang 5 disertai dengan
trauma thoraks lebih tinggi (15,7%) dari pada yang tidak disertai trauma thoraks (12,8%) pengolahan
trauma thoraks, apapun jenis dan penyebabnya tetap harus menganut kaidah klasik dari pengolahan
trauma pada umumnya yakni pengolahan jalan nafas, pemberian pentilasi dan control hemodianamik
(Patriani, 2012).

Jadi menurut kelompok trauma thorak adalah luka atau cedera fisik sehingga dapat menyebabkan
kematian utama pada anak-anak atau orang dewasa. Di dalam thoraks terdapat dua organ yang
sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat
pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah.
1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimana teori Trauma thoraks?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Trauma thoraks pada pasien yang mengalami trauma thorak?

3. Bagaimana tindakan keperawatan pada pasien Trauma thoraks?

1.3. Tujuan penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Trauma thorak serta asuhan keperawatan
yang dapat dilakukan terhadap pasien dengan masalah Trauma thoraks.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengetahui teori Trauma thoraks.

2. Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada pasien Trauma thoraks.

3. Mahasiswa mampu tindakan keperawatan pada pasien Trauma thorak

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mampu memahami teori Trauma thoraks.

2. Mahasiswa mampu konsep teori asuhan keperawatan pada pasien Trauma thoraks.

3. Mahasiswa mampu memahami tindakan keperawatan pada pasien Trauma thoraks


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

Dinding toraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, dimana pada bagian bawah lebih besar dari
pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Pada rongga toraks
terdapat paru - paru dan mediastinum. Mediastinum adalah ruang didalam rongga dada diantara
kedua paru - paru. Di dalam rongga toraks terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu: sistem
pernapasan dan peredaran darah. Organ yang terletak dalam rongga dada yaitu; esophagus, paru,
hati, jantung, pembuluh darah dan saluran limfe (Patriani, 2012).

Kerangka toraks meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, dua
belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan
dua pasang kosta yang melayang. Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital rongga toraks
seperti jantung, paru-paru, hati dan Lien (Patriani, 2012).

Batas tulang pada dinding toraks Muskulus interkostal merupakan tiga otot pipih yang terdapat pada
tiap spatium interkostalis yang berjalan di antara tulang rusuk yang bersebelahan. Setiap otot pada
kelompok otot ini dinamai berdasarkan posisi mereka masing masing:

1. m.interkostal eksternal merupakan yang paling superficial

2. m.interkostal internal terletak diantara m.interkostal eksternal danprofundal Muskulus interkostal


profunda memiliki serabut dengan orientasi yang samadengan muskulus interkostal internal. Otot
ini paling tampak pada dinding torakslateral. Mereka melekat pada permukaan internal rusuk - rusuk
yang bersebelahan sepanjang tepi medial lekuk kosta (Nugroho, 2015)

. Muskulus subkostal berada pada bidang yang sama dengan m.interkostalprofunda, merentang
diantara multiple rusuk, dan jumlahnya semakin banyak diregio bawah dinding toraks posterior.
Otot - otot ini memanjang dari permukaan interna satu rusuk sampai dengan permukaan internarusuk
kedua atau ketiga di bawahnya (Nugroho, 2015).

Muskulus torakal transversus terdapat pada permukaan dalam dinding toraks anterior dan
berada pada bidang yang sama dengan m.interkostal profunda. Muskulus torakal transversus
muncul dari aspek posteriorprosesus xiphoideus, pars inferior badan sternum, dan kartilage kosta
rusuk sejati di bawahnya.

Suplai Vena

Drainase vena dari dinding toraks pada umumnya paralel dengan pola suplai arterialnya. Secara sentral,
vena - vena interkostal pada akhirnya akan didrainase menuju sistem vena atau ke dalam vena
torakal internal, yang terhubung dengan vena brakhiosefalika dalam leher. Vena - vena interkostal
posterior pada sisi kiri akan bergabung dan membentuk vena interkostal superior kiri, yang akan
didrainase ke dalam vena brakhiosefalik kiri (Patriani, 2012).

Drainase Limfatik

Pembuluh limfatik pada dinding toraks didrainase terutama ke dalam limfonodi yang berhubungan
dengan arteri torakal internal (nodus parasternal), dengan kepala dan leher rusuk (nodus interkostal),
dan dengan diafragma (nodus diafrgamatikus) (Patriani, 2012).

Innervasi

Innervasi dinding toraks terutama oleh nervus interkosta, yang merupakan ramus anterior nervus
spinalis T1 - T11 dan terletak pada spatium interkostalis di antara rusuk-rusuk yang bersebelahan.
Nervus interkostal berakhir sebagai cabang kutaneus anterior, yang muncul baik secara parasternal,
di antara kartilage kosta yang bersebelahan, ataupun secra lateral terhadap midline, pada dinding
abdomen anterior, untuk menyuplai kulit pada toraks, nervus interkostal membawa :

1. Inervasi somatik motorik kepada otot – otot dinding toraks ( intercostal,subcostal, and
transversus thoracis muscles )
2. Innervasi somatik sensoris dari kulit dan pleura parietal,
3. Serabut simpatis postganglionic ke perifer. Innervasi sensori dari kulit yang melapisi dinding toraks
bagian atas disuplai oleh cabang kutaneus, yang turun dari pleksus servikal di leher. Selain

menginnervasi dinding toraks, nervus interkosta juga menginnervasi area lainnya


Innervasi sensori dari kulit yang melapisi dinding toraks bagian atas disuplai oleh cabang kutaneus,
yang turun dari pleksus servikal di leher. Selain menginnervasi dinding toraks, nervus interkosta
juga menginnervasi area lainnya :
1. Ramus anterior T1 berkontribusi ke pleksus brakhialis
2. Cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis kedua berkontribusi kepada innervasi
kutaneus permukaan medial lengan atas
3. Nervus interkostal bawah menyuplai otot, kulit, dan peritoneum dinding abdomen

A. Definisi Trauma
adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat
(Nugroho, 2015). Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma
ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
sistem pernapasan (Rendy, 2012). Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul
merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul
yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo,
2010) Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma yang
mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada pada
organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.

B. Etiologi Trauma

pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe &
Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%)
(Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang
berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling (Sudoyo, 2010).

Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap
orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam
dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk,

11 berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada tembakan senjata
militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru
yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011).

Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga pleura saluran
nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi
tergantung dari mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).

C. Epidemiologi

Peningkatan pada kasus trauma toraks dari waktu ke waktu tercatat semakin tinggi.Hal ini banyak
disebabkan oleh kemajuan sarana transportasi diiringi oleh peningkatan kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Trauma toraks secara langsung menyumbang 20% sampai 25% dari seluruh kematian akibat
trauma, danmenghasilkan lebih dari 16.000 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikatbegitu pula
pada negara berkembang (Hudak, 2011)

Di Amerika Serikat penyebab paling umumdari cedera yang menyebabkan kematian pada
kecelakaan lalu lintas, dimanakematian langsung terjadi sering disebabkan oleh pecahnya dinding
miokard atauaorta toraks. Kematian dini (dalam 30 menit pertama sampai 3 jam) yangdiakibatan oleh
trauma toraks sering dapat dicegah, seperti misalnya disebabkanoleh tension Pneumotoraks ,
tamponade jantung, sumbatan jalan napas, danperdarahan yang tidak terkendali. Oleh karena
seringnya kasus trauma toraksreversibel atau sementara tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukantindakan operasi, sangat penting untuk dokter yang bertugas di unit gawat
daruratmengetahui lebih banyak mengenai patofisiologi, klinis, diagnosis, serta jenis penanganan
lebih (Nugroho, 2015).

Di antara pasien yang mengalami trauma toraks, sekitar 50% akan mengalami cedera pada dinding
dada terdiri dari 10% kasus minor, 35% kasus utama, dan 5% flail chest injury. Cedera dinding
dada tidak selalu menunjukkan tanda klinis yang jelas dan sering dengan mudah saja diabaikan selama
evaluasi awal (Hudak, 2011)

12 Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya trauma pada
toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Trauma toraks dapat
meningkatkan kematian akibat Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan
flail chest 69% (Hudak, 2011).

Trauma tumpul toraks menyumbang sekitar 75%-80% dari keseluruhan trauma toraks dan sebagian
besar dari pasien ini juga mengalami cedera ekstratoraks.Trauma tumpul pada toraks yang
menyebabkan cedera biasanya disebabkan oleh salah satu dari tiga mekanisme, yaitu trauma
langsung pada dada, cedera akibat penekanan, ataupun cedera deselaras

D. Patofisiologi

Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasipernapasan yang normal.
Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya
diafragma menghasilkan tekanan negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara
pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari
dinding toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga
pleura, parenkim paru, dan mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot
- otot yang terkait (Sudoyo, 2009).

Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh darah ataupunudara
yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru – parudan jalan nafas yang
berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan
pneumokel.Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang
trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk fungsi vital fisiologi
kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah untuk metabolisme jaringan pada tubuh.
Gangguan pada aliran udara dan darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul
akibat dari cedera toraks (Sudoyo, 2009).

Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor, antara lain
mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari13 cedera, cedera lain yang terkait, dan penyakit -
penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai
akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan disfungsi
jantung (Sudoyo, 2009).
E. Manifestasi Klinis Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut
Hudak, (2009) yaitu :
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdapat jauh
atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

F. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%, pneumotoraks 5%,
hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana 50-60% pasien
dengan kontusio pulmonum yang berat akanmenjadi ARDS. Walaupun angka kematian
ARDS menurun dalam decadeterakhir, ARDS masih merupakan salah satu komplikasi trauma
toraks yang sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho, 2015).
- Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yangpaling sering
terjadi.Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding toraks,perdarahan masif dapat terjadi
karena robekan pada pembuluh darah pada kulit,subkutan, otot dan pembuluh darah
interkosta.
- Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupuntidak langsung.
Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang meningkat pada saat batuk,
bernafas dalam atau pada saat bergerak.
- Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta
- kosta yang berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah
kostokondral.
- Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering kalidisertai dengan
fraktur kosta multipel.
- Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang palingumum
terjadi.
- Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks pada trauma
tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba - tiba menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar yang dapat menyebabkan rupture alveolus..Gejala
yang paling umum pada Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu
G. Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma lainnya
dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B: Breathing
adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure without causing
hypothermia (Nugroho, 2015).
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa
dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka
yang masif, hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar (Nugroho,
2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama untuk intubasi
endotrakeal darurat.Resusitasi cairan intravena merupakan terapiutama dalam menangani
syok hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat
penting pada pasien trauma toraks.
Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea berat
atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011).
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi dengan
torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada
pasien - pasien ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray
hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang harus segera dilakukan (Hudak, 2011).
G. Pencegahan

Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami
pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta
menghindari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan
keadaan gawat thorax akut (Patriani, 2012)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus bengkulu
pada tanggal 01 Januari 2019 karena mengalami kecelakaan bermobil. Dari pengkajian
pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada korban
membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien
tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran,
napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat
bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran
sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit,
suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tampak sianosis, penggunaan otot-otot
pernapasan, dan napas cuping hidung

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba dingin dan tampak
sianosis, gangguan perfusi jaringan

B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR 35x/menit, tampak
gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan napas.

C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot – otot pernapasan,
pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan pola napas.

D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)

E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral teraba dingin,
tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya baik.

2. Pengkajian Sekunder
1. Anamnesis
a) Identitas klien Nama :
Tn. D Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Bahasa : Melayu
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir travel
Golongan darah : B
No. register : Tanggal MRS : 21 Mei 2018
Diagnosa medis : Pulmonalis embolus
b) Identitas penanggung jawab :
Nama : Ny. D
JeniS kelamin : Prempuan
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : IstrI
c) Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD Dr. M. Yunus kota bengkulu, dengan kecelakaan bermobil, pasien
mengalami penurunan kesadaran dan ada bengkak dan jejas di bagian dad sebelah kiri.
d) Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang

Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit karena mengalami
kecelakaan bermobil. Pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan
dada

korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien
tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas
cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak
dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil
pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral
teraba dingin, tanpak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.

2. Riwayat penyakit dahulu

Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami kecelakaan tetapi belum
perna separah ini sampai mengaami penurunan kesadaran serta pasien tidak memiliki
riwayat penyakit apapun

B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran : Sopor
TTV : Tekanan Darah :120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 110x/menit
Pernapasan : 35x/menit
Suhu : 38,7 C
a). Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b). Mata
Inspeksi : Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot- otot pernapasan
20 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d). Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan
e). Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lender
f). Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak dicurigai fraktur
cervikal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan
g). Toraks
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan dinding dada tidak
simetris, terdapat otot bantu pernapasan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara
ngorok, frekuensi napas 30x/menit Perkusi : Snoring
h). Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit Perkusi :
Tympani
i). Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blasé
j). Ekstremitas - Atas :
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada jejas ditangan kanan,
terpasang infus ditangan kiri, fleksi dan ekstensi (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan - Bawah :
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
21 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
k). Data tambahan pasien
1. Data psikologi Keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan
2. Data social Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang selalu menunggu
klien.
3. Data spiritual Klien beragama islam, keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien.

Anda mungkin juga menyukai