ARTIKEL NASIONAL Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Keberhasilan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Kb
Penyusun : Diah A. Retanti., Pristia Rakhmawati, Fadzrin H. Ningsih , Zahratus S. Aliyah,
Rosy D. Nurcholida , Alfis Z. Khoir, Diyah Pujiastuti, Mita A. Ardita , Sonia K. Nisa, Lovely Q. Ilmiah , Gusti N. V.Achmad.
Tahun : 2019
Artikel/jurnal penelitian ini dilatarbelakang oleh kurangnya tingkat pengetahuan
dan keberhasilan penggunaan alat kontrasepsi pil KB. Dari beberapa jenis alat kontrasepsi, jenis pil KB yang menunjukkan tingkat kegagalan paling tinggi yaitu mencapai 90 per 1000 orang sedangkan kegagalan kontrasepsi suntik berkisar 60 per 1000 orang. Sementara itu, implan memiliki angka kegagalan 0,5 persen atau yang paling kecil, bahkan dibandingkan dengan KB IUD sebanyak 8,5 orang (WHO, 2015). Tingginya angka kegagalan tersebut dapat terjadi karena berbagai alasan seperti kurangnya pengetahuan akseptor pil KB tentang cara pemakaian pil KB yang benar. Selain itu, akseptor juga tidak mengetahui bahwa obat seperti antibiotik dan obat anti kejang bisa menurunkan bahkan menghilangkan efektivitas pil (Fajrin dan Lilis, 2011). Akseptor pil KB mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami kegagalan dibandingkan metode KB hormonal lainnya. Angka kegagalan pil KB secara teoritis 0-2,1%Per sedangkan tingkat kegagalan di lapangan lebih tinggi bisa yaitu 0,7- 9,6% (Hartanto, 2010 dalam Ermawati, 2013). Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan pada 100 subjek penelitian yang terdiri dari wanita yang sedang ataupun pernah menggunakan alat kontrasepsi pil KB. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik sampling non probability sampel dengan metode accidental sampling. Subjek dipilih sesuai data inklusi dengan cara peneliti mendatangi rumah-rumah penduduk Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya, dan meminta data diri subjek yang sedang atau pernah menggunakan alat kontrasepsi Pil KB. Dari hasil survei didapatkan 100 sampel ibu yang sedang ataupun pernah menggunakan pil KB untuk kontrasepsi di Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Dan usia ibu yang paling banyak menggunakan pil KB adalah pada usia 30-39 tahun. Pada usia tersebut pasangan suami istri merencanakan program menghentikan keinginan untuk menambah anak. Hal ini karena wanita berusia 35 tahun ke atas memiliki risiko kematian lebih besar akibat hamil dan melahirkan (Sibuea et al., 2013). Berdasarkan data, responden merupakan ibu rumah tangga dan sisanya bekerja sebagai karyawan swasta, wiraswasta, dll. Tidak ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan masyarakat yang berhasil dalam penggunaan alat kontrasepsi pil KB maupun yang tidak berhasil. Akan tetapi, perlu dilakukan promosi kesehatan mengenai macam-macam metode kontrasepsi terutama metode kontrasepsi jangka panjang yang memiliki angka keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan metode pil KB. Pengetahuan mengenai tingkat keberhasilan, keuntungan dan kerugian, serta cara penggunaan untuk masing-masing metode kontrasepsi perlu diperkenalkan kepada masyarakat agar masyarakat mampu mempertimbangkan pilihannya dalam program keluarga berencana. Keberhasilan penggunaan pil KB dibutuhkan ke disiplinan meminum pil KB sesuai jadwal agar tidak terjadi kegagalan. ARTIKEL INTERNASIONAL Judul : Effectiveness of the female condom in preventing HIV and sexually transmitted infections: a systematic review and meta- analysis
Penyusun : Alison B. Wiyeh , Ruth KB Mome, Phetole W. Mahasha, Eugene J. Kongnyuy
dan Charles S. Wiysonge.
Tahun : 2020
Artikel/jurnal ini membahas tentang Efektivitas kondom wanita untuk mencegah
HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) masih belum dapat disimpulkan. Dan memeriksa efek kondom wanita terhadap penularan HIV dan IMS. Beban penyakit akibat hubungan seks yang tidak aman, termasuk infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya, telah sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Secara global, diperkirakan 77,3 juta orang telah terinfeksi HIV sejak awal epidemi HIV, dengan sekitar setengah dari mereka yang terinfeksi meninggal karena penyakit terkait AIDS. Kondom wanita adalah metode ganda yang diinisiasi oleh wanita. Metode yang digunakan untuk melakukan tinjauan sistematis ini dijelaskan dalam protokol yang diterbitkan. Dengan memasukkan uji coba terkontrol secara acak (baik secara individu maupun kelompok secara acak) pada wanita yang terlibat dalam aktivitas heteroseksual, tanpa tanda klinis atau laboratorium yang dikonfirmasi dari IMS. Percobaan yang termasuk membandingkan kondom wanita dengan plasebo, atau metode pencegah lain untuk pencegahan HIV atau IMS memasukkan lima belas studi dari 6.921 wanita. Dan menemukan bahwa kondom poliuretan wanita (FC1) ditambah kondom pria mungkin sama efektifnya dengan kondom pria hanya dalam mengurangi penularan HIV (1 percobaan, n = 149 wanita, RR 0,07, 95% CI 0,00-1,38; bukti dengan kepastian rendah). Namun, penggunaan FC1 plus kondom pria lebih unggul daripada kondom pria saja dalam mengurangi akuisisi gonore (2 percobaan, n = 790, RR 0,59, 95% CI 0,41-0,86; bukti kepastian tinggi) dan klamidia (2 percobaan, n = 790, RR 0,67, 95% CI 0,47-0,94; bukti kepastian tinggi). Efek samping dan tingkat kegagalan FC1 sangat rendah dan menurun selama masa tindak lanjut. Meskipun fungsi kondom wanita yang lebih baru (Woman's, Cupid, Pheonurse, Velvet, dan Reddy) mungkin tidak kalah dengan FC2, tidak ada penelitian yang tersedia yang menilai kemanjurannya dalam mencegah HIV dan IMS. Mungkin tidak ada perbedaan antara kondom pria dan wanita dalam mencegah HIV, namun kepastian buktinya rendah dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini penting mengingat kondom perempuan yang digunakan dalam penelitian tersebut telah memberikan dasar bukti efektivitas kondom perempuan dalam mencegah HIV dan IMS yang menggunakan FC1 yang sudah tidak ada lagi di pasaran. uji coba kualitas tinggi juga penting untuk dilakukan menilai keefektifan kondom dalam pencegahan HIV dan IMS.