Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

STANDAR ASUHAN KEHAMILAN


(Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan)

Dosen Mata Kuliah :


Juraidan Roito Harahap, SKM, M.Kes

Disusun Oleh:
Hana Nur Aini
NIM : P032015301017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG
PEKANBARU
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah memberikan kemampuan akal pikiran kepada seluruh manusia, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Standar Asuhan Kebidanan
Kehamilan Pada Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR Dalam Kehamilan”. Tujuan
penulisan makalah ini untuk sebagai pencapaian KRS yang telah ditetapkan oleh
dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan, selain itu makalah ini sebagai
sarana pengetahuan bagi seluruh kalangan mahasiswa khususnya prodi kebidanan.
Dalam penulisan makalah ini, saya tentu menemukan hambatan baik dari luar
maupun dari dalam. Adapun hambatan itu adalah keterbatasan pengetahuan saya dan
sumber informasi yang saya dapatkan. Namun tentunya penulisan makalah ini banyak
mendapat arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang selalu memberikan dukungan terhadap penulisan
makalah ini.
Penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
penulis.

Pekanbaru, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................3
D. Manfaat .................................................................................................................3

BAB II TINJAUN TEORI


A.Pengertian IMS.......................................................................................................4
B.Perubahan yang terjadi masa kehamilan................................................................4
C.Penatalaksanaan IMS..............................................................................................5
D.Standar Pelayanan Kehamilan................................................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................9
B. Saran..................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang


Infeksi saluran reproduksi (ISR) dan infeksi menular seksual (IMS) menjadi
salah satu masalah utama di banyak negara, yang memberikan beban berat bagi
masyarakat dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi (Gottlieb, dkk, 2014).
ISR merupakan infeksi di daerah genital yang dapat mengenai laki-laki dan
perempuan. Infeksi pada perempuan terjadi karena pertumbuhan berlebihan
organisme endogen yang normal terdapat dalam vagina misalnya infeksi jamur
kandida dan vaginosis bakterial. Infeksi menular seksual (IMS) adalah salah satu jenis
ISR yang ditularkan terutama melalui hubungan seksual, dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan parasit (Depkes RI, 2014).
Secara global, setiap hari terjadi sekitar satu juta kasus ISR/IMS yang dapat diobati
dan lebih banyak lagi jumlah kasus ISR/IMS lain yang tidak dapat diobati; separuh
kasus tersebut terjadi di Asia (Depkes RI, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2008 terdapat sekitar
499 juta kasus baru IMS yang dapat disembuhkan di seluruh dunia, terdiri atas 106
juta kasus klamidiasis, 106 juta gonore, 11 juta sifilis, dan 276 juta kasus trikomoniasis.
Sedangkan IMS yang tidak dapat disembuhkan, misalnya infeksi herpes simplex virus
(HSV)- 2 diperkirakan sebanyak 536 juta kasus dan infeksi human pappilomavirus
(HPV) diderita oleh 291 juta perempuan (Gottlieb, dkk, 2014). Kejadian IMS
terbanyak dijumpai di berbagai negara berkembang. Asia Tenggara (termasuk
Indonesia) dan Asia Selatan, menempati urutan teratas, diikuti oleh Afrika sub Sahara,
Amerika Latin, dan Karibia (Gewirtzman A, dkk, 2011). Berdasarkan data WHO
(tahun 2005), jumlah kasus klamidiasis, gonore, sifilis, dan trikomoniasis di Asia

Tenggara adalah sebesar 70,8 juta (Chan R, 2011). Di Indonesia, sesuai data dari 12
Rumah Sakit (RS) Pendidikan selama kurun waktu 2007-2011, ditemukan 3 IMS
terbanyak yaitu kondiloma akuminata, gonore, dan infeksi genital non-spesifik atau
uretritis non- spesifik (Indriatmi W, 2012).

1
Apabila ISR dan IMS tidak diterapi dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi
serius dan berbagai gejala sisa baik pada laki-laki maupun perempuan, misalnya
infertilitas, kehamilan ektopik, infeksi daerah pelvis, kanker organ reproduksi, dan
kanker daerah anogenital; pada bayi dapat terjadi kelahiran prematur, lahir mati, dan

infeksi.2 Baik ISR maupun IMS juga menjadi salah satu pintu masuk infeksi human
immunodeficiency virus (HIV). Diperkirakan bahwa IMS ulseratif meningkatkan
kerentanan terhadap HIV sebesar 4-6 kali sedangkan IMS nonulseratif atau inflamatif
sebesar 2-4 kali (Hakim L, 2014).
Pemerintah telah mengembangkan program pencegahan dan pengendalian
ISR dan IMS yang bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan
dengan IMS, mencegah infeksi HIV, mencegah komplikasi serius pada perempuan,
dan mencegah efek kehamilan yang buruk (Depkes RI, 2011). Dibutuhkan peran serta
dari semua pihak terkait, termasuk dokter spesialis kulit dan kelamin dalam
menunjang terlaksananya program pencegahan dan pengendalian ISR dan IMS.
Diagnosis dini, pengobatan yang tepat, pemberian konseling dan edukasi yang
disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya menjadi langkah penting yang perlu
dilakukan terhadap setiap pasien yang datang berobat, baik di poliklinik kulit dan
kelamin maupun layanan kesehatan lainnya.
Sebagai bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan yang berlaku. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus
melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat
dilakukan atas dasar yang jelas. Bidan harus mampu meberikan asuhan yang
terintegrasi dengan baik dalam pelayanan Antenatal sesuai standar termasuk
Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut “Bagaimana implementasi standar asuhan
kehamilan dalam Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan
(PIDK)?”

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui standar pelayanan pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui bagaimana standar pelayanan pada ibu hamil dalam
pencegahan dan pengobatan IMS/ISR pada kehamilan.

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis
dan pembaca mengenai implementasi standar asuhan kehamilan dalam Pencegahan
dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK).

3
BAB 2
TINJAUN TEORI

A. Pengertian IMS
Infeksi Menular Seksual (IMS) didefenisikan sebagai penyakit yang disebabkan
karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang
sebagian besar menular melalui hubungan seksual , baik yang berkelainan jenis
ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Terdapat lebih kurang 30 jenis
mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorhea, chlamydia, sifilis,
trichomoniasis, chancroid, herpes genital, infeksi human immunideficiency virus
(HIV), dan hepatitis B. HIV dan sifilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya
selama kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh (WHO,
2009).

B. Perubahan yang terjadi masa kehamilan


1. Perubahan imonologik
Selama kehamilan terjadi supresi imunokompetensi ibu yang dapat
mempengaruhi terjadinya berbagai penyakti infeksi. Sufresi system imun akan
semakin meningkat seiring dengan berlanjutnya usia kehamilan, serta
mempengaruhi perjalanan penyakit infeksi genital. Kandidosis pada
perempuan hamil lebih sering dijumpai dan dapat lebih parah jika
dibandingkan dengan perempuan tidak hamil.Demikian pula dengan
kondiloma akuminata dan herpes genital.Limfosit T jumalhnya berkurang
dalam sampel darah tepi perempuan hamil, tetapi tidak demikian halnya
dengan limfosit B. pengurangan maksimal CD4+ limfosit T terjadi pada
trimester ketiga.

4
Pada sejumlah besar perempuan yang dievaluasi selama dan setelah
kehamilan, tampak gangguan dalam resfons transmisi limfosit secara in vitro
terhadap sejumalh antigen mikroba selama kehamilan. Proliferasi limfosit in
vitro secara bermakna lebih rendah selama kehamilan diabndingkan periode
pascapartus, dan secara bermakna juga lebih rendah pada perempuan  hamil di
bandingkan dengan perempuan tidak hamil.
2. Perubahan anatomi
Anatomi saluran genital sangat berubah pada saat kehamilan.Dinding
vagina menjadi hipertrofik dan penuh darah.Serviks mengalami hipertrofi, dan
semakin luas daerah epitel kolumnar pada ektoserviks yang terpajan
mikroorgansme.Perluasan ektopi serviks selama kehamilan mengakibatnkan
mudahnya infeksi serviks atau re lanut. Serviks aktivasi laten. Namun hal
tersebut belum diteliti lebih lanjut. Serviks akan mengsekresikan mucus yang
sangat kental selama kehamilan, membentuk mucus plug. Mucus ini umunya
dianggap sebagai pengahalang jalanya mikrorganisme menuju uterus.
3. Perubahan flora mikribial servikovaginal
Flora vagina merupakan ekosistem heterogen untuk bebagai bakteri
anaerob dan bakteri fakultatif anaerob.Beberapa penelitian menemukan,
bahwa selama kehamilan, sejumlah spesies bakteri yang terdapat di dalam
vagina terutama spesies anaerob berkurang, prevalensi dan kuantitas
laktobasilus bertambah, sedangkan bakteri fakultatif lainnya tidak
berubah.Diduga mekanisme yang menyebabkan perubahan tersebutadalah pH
vagina, kandungan glikogen, dan vakularisasi genital bagian bawah.

C. Penatalaksanaan IMS
Menurut WHO (2003) penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari
dua cara, yaitu berdasarkan kasus (case management) atau dengan penanganan
beradasarkan sindrom (syndrome maangement). Penanganan berdasarkan kasus yang
efektif tidak hanya berupa pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan
mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan

5
reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan beradasarkan sindrom
didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten dan
penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom.
Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan
mikroorganisme  penyebabnya. Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi
menular seksual selalu diberi pengobatan secara empris (Murtiastustutik, 2008).
Antibiotik untuk pengobatan IMS adalah :
1. Pengobatan gonorhea : penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson,
spektinomisisn, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisisn (Daili, 2007)
2. Pengobatan sifilis : penisilin, sefalsoforin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin,
eritromisin, dan klramfenikol.
3. Pengobatan herpes genital : asiklovir, famsiklovir, valasiklofir, (Wells et all,
2003).
4. Pengobatan Klamidia : azithromisin , doksisiklin, eritromisisn, (Wells et all.
2003).
5. Pengobatan Trikomoniasis : metronidazol.

D. Standar Pelayanan Kehamilan


Acuan atau indikator didalam memberikan asuhan kehamilan sebagaimana
tertuang dalam 6 standar pelayanan kebidanan sebagai berikut:
Standar 1: Identifikasi ibu hamil.
Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk penyuluhan dan motivasi untuk pemeriksaan dini dan teratur.
Bidan melakukan identifikasi pada setiap ibu hamil yang datang ke fasilitas kesehatan
dengan melakukan screening penyakit pada ibu hamil seperti penyakit menular
seksual. Bidan berperan penting dalam pengkajian penyakit menular seksual ibu
hamil berdasarkan konsep ini mengingat bisa saja ibu hamil tersebut tidak sadar dan
tidak tau bahwa ia mengalami PMS/IMS/ISR.

6
Standar 2: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.
Sedikitnya 4 kali pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan meliputi: anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan risiko tinggi, imunisasi, nasehat dan
penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat untuk
merujuk.
Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, termasuk PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka
harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka
harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya.

Standar 3 : Palpasi abdominal.


Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamailan; serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masukna kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan sera melakukan rujukan tepat waktu.

Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan.


Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/ atau rujukan
semua kasus anemia pada kehamialn sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Anemia merupakan suatu komplikasi dalam kehamilan, apabila ibu hamil melahirkan dengan

kondisi anemia maka dapat mengakibatkan kemungkinan terjadi perdarahan saat proses

persalinan. Oleh karena itu, jika ibu hamil mengalami anemia diberikan penanganan yang

akan meningkatkan kadar haemoglobinnya seperti konsumsi tablet Fe, dimana konsumsi

tablet Fe termasuk kedalam standar asuhan minimal pelayanan terhadap ibu hamil. Hal ini

sama dengan pemeriksaan laboratorium, dimana pemeriksaan laboratorium yang dilakukan

salah satunya berguna untuk mengetahui adanya penyakit pada ibu hamil seperti

PMS/IMS/ISR.

7
Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.

Standar 6 : Persiapan persalinan.


Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk memastikan persiapan
persalinan bersih dan aman, persiapan transportasi, biaya. Bidan sebaiknya
melakukan kunjungan rumah. Dalam memberikan asuhan/pelayanan maka bidan
harus memenuhi standar minimal 7 T (timbang BB), ukur tekanan darah, ukur tinggi
fundus uteri, TT, tablet besiminimal 90 tablet selama hamil, tes PMS, temu wicara
dalam rangka persiapan rujukan.

8
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpukan bahwa PMS/IMS/ISR adalah infeksi yang penularannya
terjadi melalui kontak seksual baik dalam bentuk kontak seksual genital, oral atau
anal. Dampak dari PMS ini sangat membahayakan janin yang akan dilahirkan karena
dapat menyebabkan janin tersebut cacat kongenital maupun kematian. Sehingga
bidan maupun tenaga kesehatan lainnya perlu melakukan penatalaksanaan khusus
yang serius dan benar-benar diperhatikan.

B. Saran
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berperan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak

hendaknya memperhatikan selalu menganjurkan pemeriksaan laboratorium untuk melakukan

pencegahan dan penngobatan IMS/ISR pada kehamilan untuk antisipasi tenaga kesehatan

terutama penularan pada bayi saat proses persalinan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Gottlieb S, Low N, Newman LM, Bolan G, Kamb M, Broutet N. Toward global
prevention of sexually transmitted infections: the need for STI vaccines. Vaccine.
2014; 32(14); 1527-35.

Panduan layanan integrasi infeksi saluran reproduksi/infeksi menular seksual


(ISR/IMS)/deteksi dini kanker leher rahim dengan inspeksi visual asam asetat (IVA)
dan deteksi dini kanker payudara. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2014.

Gewirtzman A, Bobrick L, Conner K, Tyring SK. Epidemiology of sexually


transmitted infections. Dalam: Gross G, Tyring SK, penyunting. Sexually
transmitted infection and sexually transmitted diseases. Springer- Verlag Berlin
Heideberg; 2011. h. 13-34.

Chan R. Sexually transmitted infections in Asia and the Pacific-an epidemiological


snapshot. Sex Transm Infect. 2011;87:ii14-5.

Indriatmi W. Epidemiologi infeksi menular seksual. Disampaikan pada Simposium


Sexually Transmitted Infection Arising Concern. Semarang, 15-16 September
2012.

Hakim L. Epidemiologi infeksi menular seksual. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier
F, Judanarso J, penyunting. Infeksi menular seksual. Edisi ke-4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2014. h. 3-16.

Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan 2011.

https://angelinaps88.blogspot.com/2018/03/infeksi-menular-seksual-ims-dalam.html
diakses pada tanggal 16 September 2020.

Anda mungkin juga menyukai