Di susun oleh :
Ahmad Farid (2017200004)
A. ANATOMI FISIOLOGI
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen . Jika kosong berbentuk tabung J dan
jika penuh seperti buah alpukat raksasaKapasitas normal lambung adalah sebesar 1-2
L
1. Mucosa.
2. Submucosa.
3. Muscularis.
4. Serosa.
B. DEFINISI
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut juga sebagai
ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart,
2001).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai
di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut
sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus karena stres).
Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
C. ETIOLOGI
1. Nyeri
• Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau dipunggung
• Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila lambung telah kosong dan alkali
menghilang nyeri kembali timbul
• Nyeri tekan tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi tekanan kuat pada
epigastrium atau sedikit tekanan garis tengah tubuh
2. Pirosis,(nyeri ulu hati)
• Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; karena adanya asam.
3. Muntah
• Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi
• Mungkin didahului oleh mual atau bisa saja tidak; biasanya mengikuti serangan nyeri hebat;
hilang dengan ejeksi kandungan asam lambung
4. Konstipasi dan perdarahan,
• Sebagai akibat diet dan obat
• Beberapa pasien yang mengalami perdarahan akibat ulkus akut tidak mempunyai keluhan
pencernaan sebelumnya, tetapi mengalami gejala
E. PATOFISIOLOGI
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi
berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa.
1) Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf
vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek
pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional
diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology
menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung
kosong adalah iritan yang signifikan.
2) Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan
mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam
sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
3) Fase usus
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung.
Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan
suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing
dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada
pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum,
dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering
terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Diet
Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi asam yang
berlebihan dan hipermotilitas saluran gastrointestinal dengan menghindari makanan yang
sifatnya meningkatkan sekresi asam lambung. Pasien dianjurkan untuk makan apa saja yang
disukainya.Selain itu untuk menetralisir asam dengan makan tiga kali sehari makanan biasa.
2. Berhenti Merokok
Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok karena penelitian terbaru menunjukkan
bahwa merokok terus menerus dapat menghambat secara bermakna perbaikan ulkus.
3. Penurunan Stress dan Istirahat
Penurunan stress lingkungan adalah tugas sulit yang memerlukan intervensi fisik dan
mental pada pihak pasien dan bantuan serta kerjasama anggota keluarga. Stress dapat
meningkatkan sekresi asam lambung oleh karena itu intervensi penurunan stress perlu
dilakukan dengan melibatkan anggota keluarganya.
4. Obat- obatan seperti
a. Sucralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung melapisi dasar ulkus
untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan
merupakan pilihan ke dua dari antacid. Sucralfat diminum 3-4x/hari dan tidak diserap ke
dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit tetapi bisa menyebabkan sembelit.
b. Antagonis H2
Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine, dan nizatidine. Obat ini
mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di
dalam lambung dan duodenum. Diminum 1x/hari dan beberapa diantaranya diperoleh tanpa
resep dokter.
c. Omeprazole dan Iansoprazole
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan enzim yang diperlukan
lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat secara total menghambat pelepasanasam dan
efeknya berlangsung lama.
d. Antibiotik
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah Helicobacter Pylori.
Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan bila ulkus tidak memberikan respon
terhadap pengobatan sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami kekambuhan.
e. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obet-obet anti
peradangan non steroid.
I. PENGKAJIAN
1. Keadaan Umum
2. Tanda –Tanda Vital: Tensi; Suhu; Nadi; Respirasi.
3. Riwayat pola makan pasien: pola makan tidak teratur, mengkonsumsi makanan yang
merangsang sekresi asam lambung seperti makanan pedas dan masam.
4. Riwayat merokok; bila ya seberapa banyak konsumsi dalam sehari.
5. Riwayat penggunaan obat anti inflamasi non steroid yang lama.
6. Riwayat minuman; kafein, alkohol berapa banyak dalam sehari.
7. Riwayat muntah; warna merah terang atau seperti kopi, jumlah.
8. Riwayat psikologis ; stress terhadap pekerjaan, keluarga, penyakit .
9. Riwayat keluarga terhadap penyakit ulkus peptikum.
10.Kaji BAB Pasien; bercampur darah, atau tidak, berapa kali.
11.Pemeriksaan fisik terfokus pada ulkus peptikum: Mata: konjungtiva merah muda,
Abdomen : pada palpasi untuk melokalisir nyeri tekan dan didapatkan nyeri tekan kuadran
atas tengah
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam gastrik, iritasi
mukosa dan spasme otot.
2. Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut, perdarahan, penatalaksanaan jangka
panjang.
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri yang berkaitan
dengan makan.
4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan
K. RENCANA TINDAKAN
Intervensi
No Hr/tgl/jam Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd
1. Sabtu Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pemberian analgesik
17/11/2018 keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor tanda vital
07.00 diharapkan pasien mampu sebelum dan setelah
mengembalikan fungsi memberikan analgesic
gastrointestinal dengan kriteria narkitik pada
hasil : pemberian dosisi
1. Toleransi (terhadap) pertama kali atau jika
makanan (4) ditemukan tanda-tanda
2. Nafsu makan (5) yang tidak biasanya
3. Warna feses (5) 2. Berikan kebutuhan
4. Waktu pengosongan kenyamanan dan
lambung (5) aktivitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
3. Ajarkan tentang
penggunaan
analgesic,strategi untuk
menurunkan efek
samping,dan harapan
terkait dengan
keterlibatan dalam
keputusan pengurangan
nyeri
4. Kolaborasikan dengan
dokter apakah
obat,dosis, rute
pemberian,atau
perubahan interfal
dibutuhkan,buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik
Implementasi
https://rastirainia.wordpress.com/2010/02/08/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
pada-pasien-ulkus-peptikum/
https://plus.google.com/+FikriNabiha/posts/XwmyPhaLiCd
https://eh9294wr.files.wordpress.com/2014/10/lambung.jpg
herdman heather.2015.NANDA international inc. Nursing diagnoses : definitions &
classifications 2015-2017.jakarta:penerbit buku kedokteran EGC
Moorhead sue.2016.nursing outcomes classification (NOC).indonesia:cv.mocomedia
pengawasan Elsevier inc
M Gloria.2016.nursing interventions classification (NIC).indonesia:cv.mocomedia
pengawasan Elsevier inc
KOLITIS
A. Anatomi fisiologi
Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang membentang
dari secum hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens,
transversum, desendens, dan sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol
masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus
mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kurang lebih 6,3 cm
dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi
air dan elektrolit. Ciri khas dari gerakan usus besar adalah pengadukan haustral.
Gerakan meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak balik,
sehingga memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi. Peristaltik mendorong feses
ke rectum dan menyebabkan peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam kolon juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air sehingga terjadilah diare.
Gerak dan sekresi Kolon Pergerakan kolon terdiri dari kontraksi
segmentasi dan gelombang peristaltik seperti yang terdapat pada usus halus.
Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan dengan lebih banyak menyentuhkan
isi ke mukosa, mempermudah absorbsi. Gelombang peristaltik mendorong isi ke
rektum, walaupun kadang-kadang terlihat antiperistaltik yang lemah. Kontraksi tipe
ke tiga yang terdapat hanya pada kolon adalah mass action contraction, di mana
terdpat kontraksi otot polos yang serentak meliputi daerah yang luas.. Kontraksi ini
terjadi pada pars desenden dan sigmoid dan berperan untuk mengosongkan kolon
dengan cepat. Kontraksi ini merupakan kekuatan kontraksi yang jelas waktu defekasi.
Pergerakan kolon dikoordinasi oleh gelombang lambat kolon.
Frekuensi gelombang ini, tidak seperti gelombang pada usus halus, meningkat
sepanjang kolon, dari kira-kira 2 x / menit pada katup ileocaecal sampai 6 x / menit
pada signoid. Sekresi kukus oleh kelenjar kolon dirangsang oleh kontak antara sel-sel
kelenjar dan isi kolon. Tidak ada hubungan hormonal atau saraf berperan dalam
respon dasar sekresi, walaupun beberapa sekresi tambahan dapat dihasilkan oleh
respon reflek lokal melalui nervus pelvicuc dan splanknikus. Tidak ada enzem
pencernaan disekresi dalam kolon.
B. Definisi
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine
yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon,
stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon.
Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan
feses ( Tilley et al, 1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut
atau kronik oleh virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis
dapat juga disebabkan gangguan aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan
kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis
ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan
beberapa lapisan dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain
itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan barium enema yang
merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.
C. Etiologi
D. Manifestasi klinis
E. Patofisiologi
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi,
sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak
sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana
penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada
perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja
mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air
besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan sel
darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar
sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada
rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada
malam haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung
nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir
seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya
berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari
lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia,
termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis
ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka
mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan
dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan
deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat
dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi
yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai
seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi
muskuler dan deposit lemak.
F. Pathway
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan medis
I. Pengkajian
J. Diagnosa keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus ditandai
dengan peningkatan bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan berair, perubahan
warna feses, dan nyeri abdomen, kram.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan:
diare ditandai dengan mual, muntah, dan diare berat.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi
nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan makanan dibatasi ditandai
dengan penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/ massa otot, tonus otot
buruk, bising usus, konjungtiva dan membrane mukosa pucat serta menolak untuk
makan.
d. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan simpatis (proses
inflamasi), ancaman konsep diri (dirasakan atau aktual), ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, status sosioekonomis, fungsi peran, pola interaksi ditandai
dengan eksaserbasi penyakit tahap akut, peningkatan tegangan, distensi, ketakutan,
menunjukan masalah tentang perubahan hidup, perhatian pada diri sendiri.
e. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere lama, iritasi kulit/ jaringan,
eksoriasi fisura perirektal; fistula ditandai dengan nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri
menjalar, perilaku berhati- hati/ distraksi, gelisah, nyeri wajjah, dan perhatian pada
diri sendiri.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, dan tidak
mengenal sumber ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah
konsep, tidak akurat mengikuti instruksi, dan terjadi komplikasi/ eksaserbasi yang
dapat dicegah.
K. Rencana tindakan keperawatan
Impementasi
Tanggal/ja No.dx Implementasi Respon klien Ttd
m
19/11/2018 00002 1. Memonitor asupan kalori makanan
20.00 setiap hari
2. Memberikan dukungan (misalnya Ds : pasien mengatakan nyaman
terapi relaksasi, latihan desensitisasi, Do : pasien tampak rileks
kesempatan untuk membicaran
perasaan) sembari klien juga
berusaha mengintregasikan perilaku
makan yang baru, perubahan citra
tubuh dan perubahan gaya hidup
3. Mengajarkan dan member dukungan Ds : klien mengatakan paham
mengenai konsep nutrisi yang baik Do : klien tampak mengerti
bersama klien
4. Merundingkan dengan tim kesehatan
lainya setiap hari terkait
perkembangan klien
DAFTAR PUSTAKA
https://plus.google.com/112358494087039504556/posts/Kys9dwvyTJ5
herdman heather.2015.NANDA international inc. Nursing diagnoses : definitions &
classifications 2015-2017.jakarta:penerbit buku kedokteran EGC
Moorhead sue.2016.nursing outcomes classification (NOC).indonesia:cv.mocomedia
pengawasan Elsevier inc
M Gloria.2016.nursing interventions classification (NIC).indonesia:cv.mocomedia
pengawasan Elsevier inc
https://www.slideshare.net/aminudinharahap/laporan-pendahuluan-kolitis
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kolitis-radang-usus/