Anda di halaman 1dari 6

Istiqomah Fenica, I Wayan Muderawan, Putu Widiartini.

Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas


Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia. Volume 1, Nomor 1, 2017

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN KIMIA
Istiqomah Fenica1,*, I Wayan Muderawan2, Putu Widiartini3
1Universitas
Pendidikan Ganesha
2Universitas
Pendidikan Ganesha
3SMA Negeri 1 Singaraja

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI MIA 6 Kata-kata kunci:
SMA N 1 Singaraja tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran kimia dengan Model pembelajran inkuiri
penerapan model pembelajaran inkuri terbimbing. Penelitian ini merupakan terbimbing dan Aktivitas
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri belajar
dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan
refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 6 SMA N 1 Singaraja
dengan jumlah 30 siswa, objek penelitian meliputi model pembelajaran inkuiri
terbimbing, dan aktivitas belajar siswa. Materi pokok penelitian ini adalah laju
reaksi yang terdiri dari dua kompetensi dasar yaitu tentang teori tumbukan,
faktor-faktor laju reaksi, penentuan orde reaksi dan persamaan laju reaksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dimana pada siklus
1 aktivitas belajar siswa dengan kriteria baik meningkat dari 43,33% menjadi
46.67% begitu juga dengan kritesisa sangat baik meningkat dari 26,67% menjadi
43,33% seiring turunnya aktivitas siswa yang kurang baik dari 30% menjadi 10%.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas belajar
siswa pada materi laju reaki dapat meningkat dengan penerapan model Inkuiri
terbimbing.

Pendahuluan akan melekat dalam pola fikir dan pola


Salah satu mata pelajaran yang wajib tindakannya. Untuk itulah, maka diperlukan
bagi siswa SMA jurusan Ilmu Pengetahuan Alam adanya pembelajaran melalui perbuatan dan
(IPA) adalah pelajaran kimia. Mata pelajaran pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau
kimia menjadi sangat penting dalam masyarakat mengingat saja karena hal ini akan mudah
karena dalam keseharian kita akan selalu dilupakan oleh siswa. Pembelajaran yang
berinteraksi dengan zat kimia. Sehingga dilakukan dengan bantuan media akan
diperlukan metode maupun pendekatan yang memberikan kesan tersendiri serta pengalaman
tepat dalam menjelaskan materi kimia agar tidak baru untuk siswa, sehingga materi akan mudah
menimbulkan salah konsep untuk beberapa di pahami.
materi yang memang sulit dipahami. Sebagian Menurut Arifin (1995: 222), beberapa
besar objek yang dipelajari dalam ilmu kimia kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia
berisi konsep-konsep dan rumus yang dapat bersumber pada: (1) kesulitan dalam
mendukung konsep-konsep tersebut. salah satu memahami konsep-konsep dalam ilmu kimia
hal yang unik dan pehatikan adalah bahwa maupun materi kimia secara keseluruhan
materi yang diajarkan kebanyakan bersifat merupakan konsep atau materi yang abstrak dan
abstrak. Oleh karena itu siswa harus mulai kompleks sehingga untuk mengatasi hal tersebut
mengembang imajinasi agar dapat memahami konsep perlu ditunjukkan dalam bentuk yang
konsep yang mendasar dalam ilmu kimia. lebih konkret, misalnya dengan percobaan atau
Pada mata pelajaran kimia, setiap media tertentu, (2) kesulitan dengan angka.
konsep abstrak yang baru difahami siswa perlu Sering dijumpai siswa yang kurang memahami
segera diberi penguatan agar mengendap dan rumusan perhitungan kimia, hal ini disebabkan
bertahan lama dalam memori siswa, sehingga karena siswa tidak mengetahui dasar-dasar

UNDIKSHA | Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia 1


matematika dengan baik. peneliti dan guru dapat melakukan penelitian
Berdasarkan hasil wawancara melalui terhadap siswa dilihat dari segi aspek
angket yang telah dilakukan pada taggal 2 interaksinya dalam proses pembelajaran.
September 2017 diketahui bahwa siswa masih Peneliti dan guru secara refleksi dapat
merasa pelajaran kimia tergolong pelajaran yang menganalisis dan mensintesis terhadap apa yang
susah di pahami karena sebagian besar bersifat dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan
abstrak, tidak bisa di banyangkan sehingga sulit melakukan penelitian tindakan kelas, pendidik
di mengerti. Selain itu banyaknya perhitungan dapat memperbaiki praktik pembelajaran
yang rumit dan rumus-rumus yang sulit sehingga menjadi lebih efektif (Suwandi, 2008:
dipahami menjadi salah satu hal yang membuat 12).
siswa menjadi sulit dalam memahami konsep. Penggunaan pembelajaran inkuiri
Berdasarkan pengamatan proses belajar terbimbing, dapat meningkatkan pemahaman
mengajar di kelas masih ada siswa yang sibuk siswa dengan melibatkan siswa dalam kegiatan
dan bercerita dengan teman saat pelajaran praktikum secara aktif, sehingga konsep yang
kiimia bahkan ada yang mengantuk dan merasa dicapai lebih baik dan memberikan dampak
bosan. Saat guru memberikan kesempatan untuk positif terhadap hasil belajar dan aktivitas
bertanya hal yang kurang dipahami, siswa masih belajar (Suminten, 2015). Penggunaan model
terlihat malu-malu untuk bertanya. Begitu juga pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan
saat diberikan kesempatan untuk menjajwab dapat melatih siswa disiplin dan meningkatkan
pertanyaan atau maju mempresentasikan hasil pemahaman dalam pelajaran kimia, serta
diskusi siswa masih saling menunjuk teman lain. mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam
Disaat guru memberikan kesempatan kepada kegiatan belajar.
siswa untuk mengajukan pertanyaan terkaiat Berdasarkan penelitian yang dilakukan
materi yang dirasa sulit siswa masih bermalas- Sutriana Jabir (2015) penerapan model
malasan untuk bertanya, dan ketika guru pembelajaran Inkuri terbimbing dapat
memberi kesempatan untuk mengutarakan meningkatkan hasil belajar kimia pada aspek
pendapat atau menjawab pertanyaan yang pengetahuan siswa Kelas XI MIA 2 SMA N 4
sedang di diskusikan hanya beberapa siswa yang Singgaraja dengan peningkatan nilai rata-rata
aktif menjawab. Saat diskusi berlangsung hanya siswa sebesar 4.28% dan peningkatan
beberapa siswa yang mengerjakan tugas ketuntasan siswa 12.82%. Begitu juga dengan
sedangkan beberapa anggota kelompok tidak penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2015)
ikut andil dalam menyelesaikan tugas. Hal ini penerapan model pembelajaran Inkuri
menunjukkan masih rendahnya aktivitas belajar terbimbing disertai LKS pada materi hidrolisis
siswa pada pelajaran kimia. Rendahnya aktivitas garam dapat meningkatkan aktivitas belajar
belajar siswa berpengaruh pada ppengetahuan siswa kelas X MIA C di SMA N 1 Kebumen pada
yang didapatkan oleh siswa sehingga secara semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hasil
tidak lamgsung akan berdampak pada hasil lebih rinci mengenaik kenaikan aktivitas belajar
belajar siswa yang rendah pula. dapat di lihat dari peningkatan aktivitas visual
Siswa dituntut untuk dapat menguasai sebesar 36,58%, aktivitas oral sebesar 20,06%,
kompetensi tertentu melalui proses aktivitas mendengarkan sebesar 10,19% serta
pembelajaran baik secara indivisual maupun aktivitas menulis sebesar 2,32%.
interaksi dengan temannya agar dapat mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap Metode
kompetensi dasar yaitu 80 untuk kelas XI MIA. Penelitian ini merupakan Penelitian
Kenyataanya siswa masih banyak yang belum Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
mencapai KKM. Berdasarkan hasil Ulangan pada Research dengan menerapkan Model
bab termokimia diketahui bahwa kelas XI MIA 6 Pembelajaran Inkuiri, yang secara umum
memiliki tingkat ketuntasan paling rendah bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan
dibanding kelas yang lainnya yaitu sebesar hasil belajar pada materi kimia. Subjek pada
33,3%, sehingga perlu diadakan penelitian penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 6
tindakan kelas yang bertujuan untuk semester ganjil SMA Negeri 1 Singaraja tahun
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. ajaran 2016/ 2017, dengan jumlah siswa
Berbagai permasalahan yang sudah sebanyak 30 orang yang terdiri dari 12 siswa
diutarakan sebelumnya akan dipecahkan dengan laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pemilihan
adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau subyek dalam penelitian ini didasarkan pada
Classroom Action Rasearch (CAR) yang pertimbangan bahwa subyek tersebut
bertujuan untuk memperbaiki dan mempunyai permasalahan-permasalahan yang
meningkatkan kualitas pembelajaran (Suyadi, telah teridentifikasi pada saat observasi dan
2012: 6). Dalam penelitian tindakkan kelas, wawancara dengan guru serta siswa salah

UNDIKSHA | Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia 2


satunya yaitu hasil belajar siswa terhadap mata belajar siswa. Teknik analisis kualitatif mengacu
pelajaran kimia pokok bahaan termokimia pada model analisis Miles dan Huberman (1995:
rendah dengan Kriteria ketuntasan minimal 80 16-19) yang dilakukan dalam tiga komponen
namun siswa yang tuntas hanya 33.3%. yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data dan 3)
Penggunaan model pembelajaran yang telah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada
dirancang diharapkan tepat diterapkan pada penelitian ini indikator keberhasilannya
siswa kelas XI MIA 6 semester ganjil SMA Negeri meliputi peningkatan aktivitas dan prestasi
1 Singaraja. Objek penelitian ini adalah proses belajar siswa yang berupa hasil belajar.
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Proses
disini yang dimaksud adalah aktivitas belajar Hasil
yang meliputi oral activities, visual activities, Pada pelaksanaan tindakan siklus I
learning activities dan writing activities. peneliti menerapkan pembelajaran
Sedangkan hasil belajar yang dimaksud adalah menggunakan model inkuiri terbimbing dengan
hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, sintaks yang terdapat dalam RPP. Pada awal
dan aspek afektif. kegiatan peneliti menyampaikan kepada siswa
Penelitian tindakan kelas yang bahwa kegiatan pembelajaran kimia pada pokok
dilakukan ini mengikuti model yang bahasa laju reaksi akan dilaksanakan dengan
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart menerapkan model pembelajaran inkuiri
dalam Kasbolah (2001: 63-65) yaitu berupa terbimbing. Langkah-langkah dalam
model spiral. Perencanaan Kemmis pembelajaran inkuri terbiming yaitu : 1)
menggunakan sistem spiral reflektif diri yang orientasi, 2) merumusan masalah, 3) mengajuan
dimulai dengan rencana tindakan (planning), hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) menguji
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan data dan 6) merumuskan kesimpulan. Metode
refleksi (reflecting). Menurut Arikunto yang digunakan selama model pembelajaran
(2009:117), kegiatan ini disebut dengan satu inkuiri terbimbing adalah eksperimen, diskusi
siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila kelompok dan tanya jawab interaktif. Oleh
satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda karena itu dibentuk kelompok-kelompok belajar
perubahan ke arah perbaikan (peningkatan yang terdiri atas 5 kelompok yang masing-
mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada sikus masing terdiri dari 6 orang. Proses pelaksanaan
kedua dan seterusnya. Namun jika terget pembelejaran dilakukan sesui dengan tahapan-
tercapai pada siklus I penelitian dapat di tahapan pada model inkuiri terbimbing. Berikut
hentikan. dipaparkan lebih Lanjut deskripsi proses
Sumber data yang digunakan pada pembelajaran.
penelitian ini adalah informan, yaitu guru dan Siklus I terdiri dari satu kali pertemuan dimana
siswa. Selain itu juga berasal dari peristiwa atau pada saat pembelajaaran berlangsung guru
perilaku yang dialami siswa selama melakukan observasi terhadap aktivitas siswa
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, didalam kelas dan pada akhir pertemuan guru
serta dokumen atau arsip dan hasil tes. Teknik memberikan angket terkait aktivitas belajar
pengumpulan data utama yang digunakan dalam serta angket respon siswa terhadap
penelitian ini dilakukan dengan dua teknik yakni pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siklus I
tes dan non tes. Tes disusun dan dilakukan membahas materi tentang teori tumbukan yang
untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif dibagi menjadi tumbukan efektif dan tidak
siswa sesuai dengan siklus yang ada. Tes efektif, hubungan teori tumbukan dengan laju
dilaksanakan pada akhir siklus I dan siklus II, hal reaksi dan konsep laju reaksi. Keagiatan
ini bertujuan untuk mengetahui implikasi dari pendahuluan dilakukan diawali dengan salam
tindakan yang telah diberikan dalam proses pembuka, mengabsen kehadiran siswa dan
pembelajaran terhadap penguasaan konsep semua siswa hadir dan mengikuti pembelajaran.
materi dan hasil belajar siswa pada materi kimia. Selanjutnya guru memberikan apersepsi
Analisis dalam Penelitian Tindakan mengenai ciri-ciri reaksi kimia selanjutnya guru
Kelas dimulai setelah berakhirnya siklus I. Data- memberikan motivasi dengan
data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan mendemosntrasikan penyalaan korek kayu yang
dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif ditumbukan dengan wadahnya dengan pelan
yang dimaksud yaitu analisis deskriptif, setiap sehingga tidak terjadi nyala api dan dengan
indikator dalam soal dihitung persentasenya keras sehingga menyalakan api. Setelah itu guru
seberapa banyak siswa menjawab benar menyampaikan tujuan pembelajaran pada
kemudian dideskripsikan. Analisis deskriptis pertemuan itu. Kemidian guru memberikan LKS
kualitatif memberikan gambaran sejelas- kepada setiap kelompok yang sudah di bentuk
jelasnya tentang proses dan pelaksanaan sebelumnya. Pada tahap orientasi guru
pembelajaran, serta berhubungan dengan hasil membeimbing siswa untuk mencermati vidio

UNDIKSHA | Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia 3


yang ditayangkan, selanjutnya siswa menuliskan laboratorium diawali dengan mengucapkan
informasi-informasi yang diperoleh, salam dari siswa kepada guru lalu guru
merumuskan masalah serta membuat hipotesis mengabsen kehadiran siswa dimana siswa sudah
dari permasalah yang telah di tuliskan. duduk berdasarkan kelompok masing-masing.
Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk Guru memberikan contoh aplikasi faktor-faktor
mengumpulkan data melalui studi literasi. Lalu laju reaksi pada kehidupan sehari-hari seperti
menguji data dengan menyelesaikan Lembar penyimpanan bahan makanan mentah di dalam
Kerja Siswa secara berkelompok. Selanjutnya kulkas, memotong tempe dengan ukuran kecil
memberikana kesempatan kapada perwakilan kecil saaat di goreng lebih cepat matang dari
kelompok untuk mempresentasikan hasil pada tempe yang dogoreng dengan potongan
diskusinya Pada tahap ini terdapat 10 siswa yang lebih besar serta sedikit pengetahuan
yang aktif mempresentasikan hasil diskusi tambahan mengenai green chemistry sebagai
secara individu mapun bertanya terkait materi motivasi. Selanjutnya guru memberikan
yang belum jelas, namun juga ada sekelompok apersepsi dengan menanyakan kembali
anak yang duduk dibelakang yang bercanda mengenai materi laju reaksi. Setelah itu siswa
dengan teman. Disela-sela kegiatan siswa dipersilahkan untuk mencermati LKS terkait
menjawab pertanyaan terdapat siswa yang dengan percobaan. Guru mengarahkan siswa
meminta waktu untuk mecatat jawaban dari untuk merumuskan masalah setelah itu
pertanyaan yang sudah dikoreksi. Guru menyusun hipotesis dan menuntun siswa dalam
meluruskan pemahaman siswa yang belum memilih alat dan bahan yang akan digunakan
sesuai serta memberikan penguatan pada materi dalam percobaan sesuai dengan cara kerja yang
dan konsep yang dianggap penting Selanjunya sudah diberikan dalam LKS.
guru membimbing siswa untuk merumuskan Selanjutnya siswa melakukan
kesimpulan dari pembelajaran yang telah percobaan mengenai faktor-faktor laju reaksi
dilakukan. Diakhir pembelajaran guru meliputi pengaruh luas permukaan dan
memberikan tugas kepada siswa untuk konsentrasi (menggunakan jezzcol), katalis
membuat ringkasan dari materi yang dipelajari (menggunakan hati ayam), suhu (menggunakan
hari itu dengan waktu pengerjaan 10 menit. larutan kanji, larutan vitamin C, larutan betadin
Setelah itu guru memberikan angket terkait serta peroksida dan air) terhadap laju reaksi.
aktivitas belajar siswa sembari memberitahukan Pada tahap mengumpulkan data siswa
materi pelajaran pada pertemuan selanjutnya melakukan percobaan sesui dengan langkah-
yaitu tentang faktor-faktor laju reaksi yang akan langkah yang ada di LKS, setiap siswa dalam
dilaksanakan dengan metode praktikum. kelompok terlibat aktif dalam melakukan
Selama proses pembelajaran penelitia membuat percobaan. Guru mengawasi dan membimbing
catatan lapangan (lembar onservasi) mengenai siswa ketika siswa mengalami kebingungan
hal-hal penting pada pelaksanaan pembelajaran dalam langkah kerja. Setelah selesai melakukan
diantaranya: a) hanya beberapa siswa saja yang percobaan, siswa mencatat hasil percobaan dan
aktif berdiskusi dalam kelompok, b) siswa lain menganalisis data yang sudah diperoleh serta
cenderung pasif dan menyerahkan tugas menguji data dengan melengkapi pertanyaan
menyelesaikan LKS kepada teman yang mereka yang ada di LKS.
anggap lebih mampu, meskipun pembelajaran Kegiatan pembelajaran pertemuan
berjalan lancar namun hanya beberapa siswa kedua ada siklus II siswa melakukan percobaan
yang terlibat aktif, c) beberapa siswa belum untuk menentukan orde reaksi. Kegiatan yang
paham dengan pertanyaan yang terdapat pada dilakukan di lab diawali dengan mengucapkan
LKS sehinnga butuh waktu lebih untuk salam, guru mengabsen kehadiran siswa lalu
menjelaskan kembali maksud dari pertanyaan di dilanjutkan memberikan apersensi terkait
LKS. materi sebelummnya yaitu faktor-faktor laju
Siklus II terdiri dari dua pertemuan reaksi. Sebelum melakukan percobaan guru
dimana pertemuan pertama membahas materi membimbing siswa dalam merumuskan masalah
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi laju serta merumuskan hipotesis dari rumusan
reaksi sedangkat pada pertemuan kedua masalah yang telah dibuat. Setelah itu siswa
membahas materi tentang penentuan orde dan mengumpulkan data dengan melakukan
penulisan persamaan laju reaksi. Kegiatan percobaan sesaui dengan langkah-langkah yang
pembelajaran pada pertemuan pertama siswa ada di LKS. Setelah memperoleh data percobaan,
melakukan kegiatan praktikum mengenai faktor- siswa mengolah data sesaui dengan petunjuk
faktor laju reaksi berbasis green chemistry, LKS serta menjawab pertanyaan yang ada di
dimana bahan yang digunakan merupakan LKS. Guru memberikan kesempatan kepada
bahan-bahan yang ramah lingkungan dan aman. perwakilan kelompok untuk mempresentasikan
Kegiatan pembelajaran dilakukan di hasil diskusinya. Setelah itu guru memberikan

UNDIKSHA | Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia 4


penguatan pada konsep-konsep yang diaggap menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran
penting serta membimbing siswa untuk yang telah dilakukan.

Tabel 1. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Kelas XI MIA 6 SMA N 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017
Saat Belajar Mengajar.
Siklus/Pertemuan
Observasi I II
1 2 3
Ada siswa yang tidak masuk kelas. 0 0 0
Ada siswa yang terlambat masuk kelas. 0 0 0
Ada siswa yang tidak membawa buku kimia. 0 0 0
Ada siswa masih belajar materi pelajaran lain sewaktu guru mengajar. 2 0 0
Ada siswa yang mengerjakan PR atau tugas sewaktu guru mengajar. 0 0 0
Ada siswa yang tidak mengerjakan PR atau tugas. 0 0 0
Ada siswa yang bertanya mengenai materi pelajaran. 2 2 3
Ada siswa yang tidak memperhatikan sewaktu guru menerangkan. 2 1 0
Ada siswa yang mengerjakan soal latihan di papan tulis. 4 3 7
Ada siswa yang menjawab pertanyaan guru tanpa ditunjuk. 1 2 4
Ada siswa yang berbincang dengan teman waktu pelajaran 3 0 0
berlangsung.
Ada siswa yang mengikuti pelajaran sambil tiduran. 1 0 0
Ada siswa yang mencontek ketika diberi tugas individu 0 0 0

Pembahasan peningkatan pada siklus II, hal tersebut karena


Berdasarkan penelitian yang sudah pada siklus II menemukan jawaban dari
dilakukan, penerapan model pembelajaran permasalahan yang dipecahkan melalui
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas percobaan. Secara tidak langsung setiap siswa
belajar siswa pada materi laju reaksi lebih dituntut untuk aktif dalam pembelajaran, serta
spesifiknya pada kompetensi dasar memahami terlibat langsung dalam diskusi kelompok. Selain
teori tumbukan serta menganalisis faktor-faktor itu siswa sudah mulai menyadari pentingnya
yang mempengaruuhi laju reaksi dan kerja sama kelompok, sehingga siswa-siswa
menentukan orde berdasarkan hasil percobaan. yang lebih memahami telah mangajari anggota
Selain diterapkan pada materi laju reaksi lain sebaik mungkin sehingga semua anggota
peneliti optimis model inkuiri dapat diteapkan kelompok memahami materi secara merata.
juga pada materi lain, karena pada materi laku Dampak dari penerapa model
reaksi sudah memakili meteri kimia yang berupa pelbelajaran inkuiri secara tidak langsung telah
konsep, percobaan dan perhitungan. meningkatkan hasil belajar aspek pengetahuan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan siswa yang ditunjukkan oleh meningkatnya
bahwa ppenerapan model pembelajaran inkuiri persentase ketuntasan siswa sebelum
terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar penerapan model yaitu 33,3% pada materi
siswa. Hal tersebut karena dengan penemuan termokimia menjadi 90% pada laju reaksi (akhir
masalah sampai penyelesaian masalah semua siklus II). Keberhasilan penetilian tindakan kelas
dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. dapat dilihat dari tercapainya target yang telah
Dengan demikian siswa menemukan jawaban ditetapkan atau indikator penelitian. Indikator
sendiri atas permasalah yang dihadapi akan penelitian ini didasarkan kesepakatan peneliti
meningkatkan aktivitas belajar siswa secara dengan guru pamong melihat keadaan sebelum
tidak langsung dapat merubah anggapan bahwa diberikan perlakuan.ketercapaian indikator
kimia sulit dipelajari. Berdasarkan hasil analisis penelitian pada tiap siklus dapat dilihat pada
angket aktivitas belajar siswa diketahui adanya tabel berikut:

Tabel 2. Ketercapaian Indikator Siklus I dan Siklus II


Aspek Indikator Target Pencapaian

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Visual Siswa memberikan perhatian 50% 65% 74,6% 75%


activities selama guru menerangkan konsep.

UNDIKSHA | Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia 5


(Sardiman, Siswa memberikan perhatian 50% 60% 76,3% 76,7%
2010: 101). selama diskusi kelompok.
Oral activities Siswa aktif berdiskusi untuk 50% 65% 84,6% 83,9%
(Sardiman, memecahkan masalah yang
2010: 101). diberikan guru.
Siswa bertanya pada guru jika ada 50% 60% 82,5% 85,4%
hal yang belum jelas

Listening Siswa mendengarkan penjelasan 50% 65% 54,2% 63,3%


activities dari guru.
(Sardiman, Siswa mendengarkan penjelasan 50% 60% 70,8% 72,5%
2010: 101). dari teman pada saat berdiskusi.

Writing Siswa menulis hasil pemecahan 50% 65% 80,4% 81,3%


activities masalah dalam diskusi.
(Sardiman, Siswa menulis keterangan yang 50% 60% 72,5% 75%
2010: 101). diberikan guru.

Berdasarkan Tabel diatas terlihat kelas hasil ulangan pada materi sebelumnya
bahwa terdapat peningkatan dari siklus I ke yaitu termokimia yaitu 75,1 dengan persentase
sisklus II, namun secara umum teleh melebihi ketuntasan yaitu 33,3%.
batas yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil
yang telah dipaparkan diatas diketahui bahwa
secara keseluruhan penelitian pembelajaran Daftar Pustaka
model Inkuiri Terbimbing pada mata pelajaran Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar.
kimia kelas XI MIA 6 SMA N 1 Singaraja tahun Jakarta: Erlangga
pelajaran 2016/2017 dikatakan telah terpenuhi Mc. Taggart, R dan Kemmis, S. 1990. The Action
yakni dapat meningkatkan kualitas proses Research Planner. Melbourne.
belajar siswa pada aspek aktivitas belajar siswa Deakin University.
serta secara tidak langsung dapat meningkatkan Moedjiono dan Dimyati, M. (1992/1993).
kualitas hasil belajar siswa yaitu hasil belajar Strategi Belajar Mengajar . Jakarta:
siswa pada materi pokok laju reaksi. Depdikbud Dirjen Pendidikan
Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Penutup Kependidikan.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan Mulyasa, H.E. 2011. Praktik Penelitian Tindakan
kelas (PTK) dapat diambil kesimpulan yaitu Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda
Penerapan model pembelajaran Inkuiri Karya.
Terbimbing dapat meningkatkan aktivitas Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA kelas XII
belajar siswa kelas XI MIA 6 SMA N 1 Singaraja. IPA . Jakarta: Erlangga.
Peningkatan tersebut dapat dilihat pada rincian Ratumanan, T. G & Laurens, T. 2003. Evaluasi
aktivitas siswa setiap katagori pada siklus I hasil belajar. Semarang: Unesa
dengan kategori “Sangat Baik” sebanyak 26,67% University Press
meningkat pada siklus II menjadi 43,33%, Rusyan, A. (1996). Metode Pembelajaran. Jakarta
kategori ‘Baik” sebanyak 43.33% meningkat : PT Amanah Duta
pada siklus II menjadi 46,67%, kategori “Kurang Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi
Baik” sebanyak 30,00% menurun pada siklus II Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
menjadi 10,00% dan kategori “Tidak Baik” tetap Grafindo Persada
0,00% pada siklus I maupun siklus II. Undiksha. 2010. Buku Pedoman Studi Undiksha
Secara tidak langsung peningkatan Tahun 2010. Singaraja: Undiksha.
aktivitas belajar siswa berdampak pada Utami, Budi, Nugroho, Agung, dkk. 2009. Kimia
peningkatan hasil belajar dimana rata-rata kelas untuk SMA/MA kelas XII IPA.
hasil ulangan materi laju reaksi adalah 84 Jakarta. Pusat Perbukuan.
dengan ketuntasan 90% dibandingkan rata-rata

UNDIKSHA | Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia 6

Anda mungkin juga menyukai