Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia.
Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 2 jt balita setiap tahunnya.
Pneumonia disebabkan oleh peradangan paru yang membuat nafas menjadi sakit
dan asupan oksigen sedikit (WHO, 2014).
Menurut WHO angka kematian pada tahun 2013 masih tinggi
mencapai 6,3 jt jiwa, kematian balita sebagian besar disebabkan oleh penyakit
menular seperti pneumonia 15%, diare 9%, malaria 7% (WHO, 2013).
Status gizi merupakan salah satu faktor terjadinya pneumonia.
Berdasarkan penelitian Rahman dkk (2014) menyimpulkan bahwa ada hubungan
status gizi dengan pneumonia dan diare, terutama pda anak usia 13-24 bulan.
Masalah gizi seperti anemia berisiko menyebabkan pneumonia.
Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah namun terbanyak
terjadi di Asia Selatan dan Afrika (Kemenkes RI, 2016). Di Indonesia sendiri
pneumonia termasuk penyakit yang menyebabkan kematian pada anak.
Pneumonia merupakan salah satu varian ISPA yang penting di perhatikan
terutama pada balita.
Kebiasaan anggota keluarga merokok di dalam rumah merupakan
masalah menghawatirkan di Indonesia. Keberadaan anggota keluarga yang
merokok di dalam rumah juga menjadi faktor masalah kesehatan di dalam
keluarga seperti gangguan pernafasan dan dapat meningkatkan serangan ISPA
khususnya pada balita. Anak anak yang orang tuanya merokok lebih rentang
terkena penyakit pernafasan seperti flu, asma, pneumonia, dan penyakit saluran
pernafasan lainnya (Wardani dkk, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Bahar 2014
menunjukkan bahwa balita yang miliki keluarga dengan kebiasaan merokok
mempunyai peluang mengalami pneumonia sebanyak 1.296 kali dibanding
balita yang tidak mempunyai keluarga dengan kebiasaan merokok.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Wardani dkk 2015
menunjukkan hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian ISPA pada
1
balita. Dari 42 responden yang diteliti 2 balita menderita pneumonia berat yang
mendapat paparan asap rokok 3 balita menderita pneumonia yang mendapat
paparan asap rokok dan sisanya merupakan kejadian tidak ISPA yang sebagian
besar terjadi pada balita yang tidak mendapatkan paparan asap rokok.

B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi penyakit pneumonia ?
2) Apa saja klasifikasi penyakit pneumonia ?
3) Bagaimana etiologi penyakit pneumonia ?
4) Bagaimana Anatomi dan Fisiologi penyakit pneumonia ?
5) Bagaimana patofisiologi penyakit pneumonia ?
6) Bagaimana pathway penyakit pneumonia ?
7) Apa saja manifestasi klinis penyakit pneumonia ?
8) Apa saja faktor risiko penyakit pnaeumonia ?
9) Apa saja komplikasi penyakit pneumonia ?
10) Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit pneumonia ?
11) Bagaimana penatalaksaan penyakit pneumonia ?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi penyakit pneumonia
2) Untuk mengetahui klasifikasi penyakit pneumonia
3) Untuk mengetahui etiologi penyakit pneumonia
4) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi penyakit pneumonia
5) Untuk mengetahui patofisiologi penyakit pneumonia
6) Untuk mengetahui pathway penyakit pneumonia
7) Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit pneumonia
8) Untuk mengetahui faktor risiko penyakit pneumonia
9) Untuk mengetahui komplikasi penyakit pneumonia
10) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit pneumonia
11) Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit pneumonia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. KONSEP TEORI
A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, merupakan penyakit yang sering
terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong,2008). Pneumonia disebabkan
oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri (mikroplasma), fungi, parasit,
atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden,2009)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari salah satu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mikroplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radanng
paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat dari gambaran
radiologis (NANDA,2016).

B. Klasifikasi
1. Klasifikasi penumonia berdasarkan  rentang usianya
a. Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan
1.) Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih.
2.) Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.
b. Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan – < 5 tahun
1.) Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah.
2.) Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan – <1 tahun 50 kali per
menit, untuk usia 1 tahun – <5 tahun 40 kali per menit.
3.) Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.
2. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
3
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised
3. Berdasarkan bakteri penyebab:
a. Pneumonia bakteri/tipikal
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan
dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa
saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol,
pasien yang terkebelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang
menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya
karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan
cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
b. Pneumonia Akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan
bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi
bisa menyebabkan pneumonia juga).
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda
terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan
berwarna hijau atau merah tua
c. Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
4. Berdasarkan predileksi infeksi:
a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak
infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang
disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah
4
dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap
udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu.
Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain
(super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah
sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah
beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

C. Etiologi
Secara umum individu yang terserang pneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus,
gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat. Penyebab Pneumonia yang biasa ditemukan menurut (Wijayaningsih,
2013 ) antara lain:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus
Aureus, Haemophilus, influenza Basillus Friendlander (Klebsial  Pneumonia),
Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Mycroplasma Pneumonia
4. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices
Dermatices, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
5. Aspirasi benda asing : makanan kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing.
6. Pneumonia Hipostatik
7. Sindrom Loeffler
Pada Bayi baru lahir, pneumonia seringkali terjadi karena aspirasi, infeksi virus
Varicella-zoster dan infeksi berbagai bakteri gram negatif seperta bakteri Coli,
TORCH, Streptokokus dan Pneumokokus.
Pada Bayi, pneumonia biasanya disebabkan oleh berbagai virus, yaitu Adenovirus,
Coxsackie, Parainfluenza, Influenza A or B, Respiratory Syncytial Virus (RSV), dan

5
bakteri yaitu B. streptococci, E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella, S. pneumoniae, S.
aureus, Chlamydia.
Pneumonia pada batita dan anak pra-sekolah disebabkan oleh virus, yaitu: Adeno,
Parainfluenza, Influenza A or B, dan berbagai bakteri yaitu: S. pneumoniae,
Hemophilus influenzae, Streptococci A, Staphylococcus aureus, Chlamydia.
Pada anak usia sekolah dan usia remaja, pneumonia disebabkan oleh virus, yaitu
Adeno, Parainfluenza, Influenza A or B, dan berbagai bakteri, yaitu S. pneumoniae,
Streptococcus A dan Mycoplasma.

D. Anatomi dan Fisiologi


Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Pernafasan paru-paru Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna
oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen
masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah , O2 menembus membran,
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke
seluruh tubuh. Guna pernafasan :
1. Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-selnya)
untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh
tubuh).
3. Menghangatkan dan melembabkan udara. Pernafasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16 – 18 x/mnt Anak-Anak kira-kira : 24 x/ mnt Bayi kira-kira :
30 x/ mnt
Organ-organ pernafasan
1. Organ saluran pernafasan atas
a. Hidung,merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu
6
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.
b. Faring, merupakan tempat persimpangan antara janaln nafas dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar teng korak, di belakang ronga hidung
dan mulut sebelah depan rusa tulang leher.
Faring dibagi tiga bagian yaitu nesofaring,orofaring,langiofaring.
c. Laring, merupakan saluran pendek yang menghubugnkan faring dan trakea,
dan bertindak sebagai pembentukan suara.
2. Organ saluran pernafasan bawah
a. Trakhea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda.
Panjang trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang
dilapisi oleh otot polos.
b. Bronkhial dan alveoli Ujung distal trachea membagi menjadi bronki primer
kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada.
Fungsi percabangan bronkial untuk memberikan saluran bagi udara antara
trakea dan alveoli. Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru,
fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan aliran darah.
c. Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa-alveoli). Gelembung-gelembung
alveolir ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan kanan).
Kapasitas paru-paru : 
1.) Kapasitas total: Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada
èinspiasi sedalam-dalamnya. 
2.) Kapasitas vital: Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
d. Toraks,rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian
tengah yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting
dalam pernafasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut
perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah yang

7
memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
Bagian paru-paru :
1.) Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi olehmembran
halus, licin atau pleura.
2.) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks
menjadi 2 bagian
3.) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri atas
lobus bawah dan atas tengah dan bawah
4.) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di dalam
setiap lobus paru. Brokiolus adalah percabangan dari bronkus
5.) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun dalam
kloster antara 15-20 alveoli,
Fisiologi Pernafasan Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar
toraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada
meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah ketika dinding dada dan
diafragma kembali ke ukurannya semula

E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri
yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru. Bakteri
pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokkan,
menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah
sampai ke paru-paru dan selaput otak. Akibatnya timbul peradangan pada paru dan
daerah selaput otak. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan
penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa
menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai
pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema
(tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
8
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia,
asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan
terjadinya gagal napas.

9
F. PATHWAY(Nanda, 2016)

Normal (sistem Organisme


pertahanan) terganggu

virus Sel nafas bagian bawah Stapilokokus


pneumokokus

Kuman patogen Trombus


mencapai Eksudat masuk ke alveoli
brokioli
terminalis Toksin, coagulase
merusak sel Alveoli
epitel bersilia,
sel globet
Permukaan lapisan pleura
Sel darah merah, leukosit, tertutup tebal eksudat
pneumokokus mengisi alveoli trombus vena pulmonalis
Cairan edema +
leukosit ke
alveoli
Leukosit + fibrin mengalami Nekrosis hemoragik
konsolidasi
Konsolidasi paru

Leukositosis
Kapasitas vital
compliance
menurun, Suhu tubuh meningkat
hemoragik

Risiko kekurangan volume


Intoleransi
cairan
aktivitas
Hipertermi
Defisiansi
pengetahuan

Produksi sputum Abses pneumatocele


Gangguan pola tidur meningkat (kerusakan jaringan parut)

Ketidakefektifan pola
Ketidakefektifan bersihan
nafas
jalan nafas
10
G. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran pernapasan.
Saluran napas atau akut selama beberapa hari selain didapatkan menggigil, demam
paling sering terjadi pada anak usia 6 bulan- 3 tahun dengan suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40oC, sesak nafas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental
terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita ditemui
gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makandan sakit kepala.
Tanda dan gejala berupa : Batuk non produktif,  ngus (nasal discharge), suara
napas lemah, retraksiintercosta, penggunaan otot bantu napas, demam, ronchii,
cyanosis, thorak photo menunjukkan infiltrasimelebar, batuk, sakit kepala,
kekakuan dan nyeri otot, sesak nafas, menggigil, berkeringat, lelah. Keadaan berat
pada bayi meurun karena tidak dapat / minum serta menyusui atau memuntahkan
semua,kejang,latergis, atau tidak sadar,sianosis, distress serta pernapasan yang
berat. Pernapasan pada anak umur 2 bulan- 11 bulan > 50 x/menit dan pada anak
usia1 tahun-5 tahun > 40 x/menit

H. Faktor Resiko
1. Merokok merupakan faktor resiko untuk terkena pneumonia
2. Memiliki kondisi klinis lain, terutama penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
atau asma
3. Bayi kurang dari 2 tahun atau lansia > 64 tahun
4. Memiliki gangguan system kekebalan tubuh
5. Meminum obat proton pump ( prilosic atau protosix ) yang mengurangi jumlah
asam lambung
6. Pecandu alcohol
7. Seseorang yang terserang batuk dan flu

I. Komplikasi
Komplikasi dari pneumonia adalah: (Wong, 2009)
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
11
3. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih
sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada
3. Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah netrofil). Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-
40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.
4. LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat,
aspirasi biopsi jaringan paru
5. Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
6. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronskoskopi
fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab,
seperti bakteri dan virus. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi
paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau
mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit.
7. Tes fungsi paru
12
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan
(hipokemia).
8. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubella).
10. Biopsy paru untuk menagakkan diagnosa

K. Penatalaksanan
Penatalaksanaan pneumonia menurut Wijayaningsih (2013)
1. Farmakologi
a. Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicilin,
gentamicin.
b. Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita,
dan dugaan kuman penyebab:
Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia,
hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak diketahui
penyebabnya, maka seca praktis dipakai kombinasi: penisilin prokai 50.000-
100.000 KI/kg/24 jam IM, 12 kali sehari dan kloramfenikos 50-100
mg/kg/24jam IM/IV, 4 kali sehari dan kloksasilin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali
sehari dan kloramfenikol (dosis sama dengan di atas.
Anak-anak < 5tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh: streptokokus
pneumonia: pensilin prokain IM atau fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/24
jam oral, 4 kali sehari, eritromisin atau kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2
kali sehari. Oksigen 1-2 L/m. IVFD dekstrose 5% ½ Nacl O.225% 350cc/24
jam. ASI/Pasi 8x20 cc per sonde B. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik
yang sesuai dengan penyebabnya.
2. Non farmakologi:
a. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
b. Simptomatik terhadap batuk.
c. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif.
13
d. Bila terdapat obsturksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan
bronkodilator.
e. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.

14
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Demografi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama: Saat dikaji biasanya penderita pneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
3. Riwayat penyakit sekarang :Penyakit pneumonia mulai dirasakan saat penderita
mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada
saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dan banyak sekali. Penderita
biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan
peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels dan ronchi, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
4. Riwayat penyakit dahulu :Biasanya penderita pneumonia sebelumnya belum
pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya pneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kima dalam jangka panjang misalnya debu/asap.
5. Riwayat penyakit keluarga:Biasanya penyakit pneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok.
6. Pola pengkajian
a. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi
sputum (Hijau, dan putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia
berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam
jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/asap (misalnya : asbes debu,
batubara, room katun, serbuk gergaji), pengunaaan oksigen pada malam hari
atau terus-menerus.
Tanda: lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas, penggunaan
otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung)

15
Dada: dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk
barel), gerakan difragma minimal
Bunyi nafas : Krekels lembab, ronchi, kasar
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
b. Sirkulasi
Gejala: pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda: peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia Distensi vena leher
(penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan
diameter AP dada). Warna kulit/membrane mukosa : normal atau abu-
abu/sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
c. Makanan/cairan
Gejala: Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda:turgor kulit buruk berkeringat, palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
d. Aktifitas/istirahat
Gejala: keletihan, kelemahan, dan malaise. ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas. ketidakmampuan untuk tidur,
perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau
respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda: keletihan, gelisah/insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot.
e. Integritas ego
Gejala: peningkatan faktor resiko
Tanda: perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang
f. Personal Hygiene
Gejala: penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas
sehari- hari 
Tanda: kebersihan buruk, bau badan.
g. Keamanan
Gejala: riwayat alergi atau sensitife terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya
infeksi berulang.
16
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijayaningsih (2013) untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan
dapat melalui beberapa pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi ssatu atau
beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrate.
b. Pemeriksan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000
/mm3.
c. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien
mengalami imunodefiensi.
d. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.
e. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi jarum,
untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk
menanganinya.

B. Diagnose
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret
2. Hipertermi b.d proses penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,
muntah
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d proses inflamasi dalam alveoli
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
6. Gangguan pola tidur b/d

C. INTERVENSI
No NOC NIC Rasional
.
1. Kriteria hasil: Pasien a. Kaji atau pantau a. Mengetahui frekuensi
menunjukkan perilaku pernafasan klien pernafasan klien
mencapai bersihan b. Auskultasi bunyi sebagai indikasi dasar
jalan nafas, bunyi nafas tambahan gangguan pernafasan
nafas bersih, tidak ada (ronchi, wheezing) b. Adanya bunyi nafas
dispnea, dan sianosis. c. Anjurkan keluarga tambahan yang
untuk memberikan menandakan adanya
posisi yang nyaman, gangguan pernafasan
misalnya posisi semi c. Posisi semi fowler
17
fowler. memungkinkan
d. Berikan O2 sesuai ekspansi paru lebih
kebutuhan maksimal
e. Terapi inhalasi dan d. Mempertahankan
latihan nafas dalam kadar O2 dalam
dan batuk efektif tubuh
f. Pemberian cairan e. Nafas dalam
peroral /IV sesuai usia memudahkan
anak, tawarkan air ekspansi maksimum
hangat daripada paru-paru/jalan nafas
dingin lebih kecil.Batuk
g. Kolaborasi dengan adalah mekanisme
dokter dalam membersihkan jalan
pengisapan lendir nafas alami,
sesuai indikasi membantu silia
mempertahankan
jalan nafas paten
f. Cairan khususnya
yang hangat
memobilisasi serta
mengeluarkan lender
g. Merangsang batuk
serta membersihkan
jalan nafas secara
mekanik pada pasien
yang tidak mampu
melakukan
pernafasan karena
batuk tidak efektif
atau penurunan
kesadaran

2. Kriteria hasil: Pasien a. Pantau suhu pasien a. Suhu 38,9-41,100 C


tidak memperlihatkan (perhatikan menunjukan proses
adanya peningkatan menggigil/diaphoresis penyaki, infeksi akut.
suhu tubuh. ) Pola demam dapat
b. Pantau suhu membantu diagnosis
lingkungan, batasi b. Suhu ruangan dirubah
aktivitas untuk
c. Anjurkan keluarga mempertahankan
untuk memberikan suhu mendekati
kompres hangat jika normal
demam c. penggunaan air
d. Anjurkan keluarga dingin/es
untuk klien kemungkinan
menggunakan pakaian menyebabkan
tipis dan longgar peningkatan suhu
e. Kolaborasi dengan secara actual
18
dokter dalam d. Pakaian yang tipis
pemberian dan longgar dapt
pengobatan antipiretik memksimalkan
penguapan tubuh
e. Mengurangi demam
dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus
3. Kriteria hasil: Pasien a. Identifikasi faktor a. Pilihan intervensi
menunjukan yang menyebabkan tergantung pada
peningkatan nafsu kesulitan menelan penyebaran masalah
makan dan (nyeri) b. Bunyi usus mungkin
mempertahankan b. Auskultasi bising menurun atau tidak
berat badan. usus, ada bila proses
observasi/palpasi infeksi
distensi abdomen berat/memanjang
c. Anjurkan keluarga c. Tindakan ini dapat
untuk memberikan meningkatkan
makan porsi kecil tapi masukan meskipun
sering nafsu makan
d. Observasi dan catat mungkin lambat
respon terhadap untuk kembali
pemberian makanan d. Mengkaji toleransi
e. Timbang berat badan pemberian makanan
setiap hal e. Peningkatan berat
badan secara bertahap
menandakan adanya
perbaikan setatus
nutrisi pasien
4. Kriteria Hasil : a. Kaji pola dan a. Manifestasi pola
pasien dapat frekuensi pernapasan napas yang tidak
menunjukkan pola pasien efektif adalah
napas ynag efektif b. Monitor bunyi paru perubahan pola dan
dan merasa lebih c. Monitor hasil analisa frekuensi pernapasan
nyaman dalam gas darah b. Menentukan adanya
bernapas d. Monitor kadar secret dan kelainan
hemoglobin pada paru-paru
e. Atur posisi pasien c. Abnormalitas gas
semifowler darah menunjukkan
f. Pastikan jalan nafas tidak adekuatnya
paten bagi pasien oksigenasi
g. Kolaborasi dengan d. Hemoglobin berperan
tim medis dalam dalam transport
pemberian oksigen oksigen sehingga
sehingga sangat
menentukan
oksigenasi
e. Melonggarkan rongga
dada dan mengurangi
19
tekanan diafragma
karena tekanan
abdomen
f. Jalan napas
merupaka pinru
masuk oksigen ke
paru-paru .
terhambatnya aliran
udara dapat
menghambat difusi
oksigen
g. Meningkatkan suplai
oksigen
5 Kriteria Hasil : a. Identifikasi factor a. Factor penyebab
Kelemahan yang yang menyebabkan sangat penting
dialami pasien intoleransi aktivitas diketahui sehingga
berkurang, pasien b. Kaji kemampuan intervensi skan lebih
mampu berpartisispasi aktivitas pasien focus
dalam perawatan diri, c. Catat keluhan yang b. Kemampuan aktivitas
pasien mampu dialami pasien awal diketahui
mempertahankan selama dan sesudah untuknperencanaan
kemampuan aktivita aktivitas dan evaluasi
seoptimal mungkin d. Bantu pasien dalam perkembangan pasien
melakukan aktivitas c. Masalah yang sering
mandiri sesuai dirasakan pasien
dengan kemampuan adalah cepat lelah,
e. Anjurkan pasien sesak, jantung
untuk latihan secara berdebar, dll
bertahap sesuai d. Pasien mungkin
kemampuan membutuhkan
f. Anjurkan pasien bantuan untuk
untuk menjaga beraktivitas kaena
keseimbangan antar adanya keterbatasan
istirahat dan e. Melatih kemampuan
aktivitas aktivitas pasien
g. Monitor hasil tes
diagnostic, seperti
tes jantung,
pernapasan dan
darah lengkap
Kriteria hasil : pola 1.Kaji pola tidur 1.1. Mengetahui status pola
tidur pasien dapat
2. Kaji faktor yang tidur
terpenuhi dan tidak
terganggu menyebabkan 2.2. Mengetahui penyebab
gangguan pola tidur gangguan pola tidur
3. Ciptakan suasana 3. 3. Agar pasien tidur
nyaman
dengan nyaman
20
D. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawataN
dilakukan dan diselesaikan

1. Tindakan keperawatan mandiri.


Tindakan yang dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat.
2. Tindakan keperawatan kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama
yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.

A. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik atau terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkeseimbangan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan

lainnya :

1. Tanda tanda vital normal

2. Bersihan jalan nafas

3. Bunyi nafas bersih

4. Tidak ada dispnea, dan sianosis.

5. Menunjukkan pola nafas yang efektif

21

Anda mungkin juga menyukai