Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai terorisme ini dengan judul “ tragedi bom
Bali I” dengan sebaik-baiknnya.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami sebagai bahan diskusi
dan referensi bagi kami saat pelaksanaan diskusi dalam mata pelajaran Pendidikan
kewarganegaraan. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran
yang lebih baik.
Makalah ini bertemakan tentang terorisme, UU yang mengatur tentang terorisme dan dampak
yang ditimbulkan jika kita menjadi seorang teroris. Makalah ini dibuat dengan sebagaiman
mestinya dan kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan sebuah wawasan baru bagi
kami maupun bagi anda yang membacanya.
A. Latar Belakang
Di setiap Negara tidak dapat lepas dari tindakan-tindakan melanggar hukum baik
secara pidana maupun perdata. Namun yang menjadi keresahan masyarakat adalah maraknya
tindakan pidana. Tindakan yang dapat mengganggu kepentingan orang lain ini dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja.
Bahkan tindakan ini dapat menghilangkan nyawa orang lain dan mengancamstabilitas
Negara. Beberapa tahun terakhir, Indonesia dikejutkan dengan maraknya kasus bom yang
terjadi di restoran, hotel, bahkan kedutaan besar pun tak luput dari serangan bom. Hal ini
dikategorikan sebagai kasus pidana terorisme dan mulai menjadi trademark bagi
Indonesia dengan sebutan sebagai Negara teroris.
Dengan dalih menjalankan syariat Islam, terror demi terror dilakukan.Tragedi bom Bali I
yang terjadi pada 12 Oktober 2002 di kecamatan Kuta, Bali telah menewaskan 220 orang dan
mencederakan 209 orang lainnya yang kebanyakan merupakan orang asing. Peristiwa ini
dianggap sebagai kasus pidana terorisme terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Beberapa
warga negara asing yang tengah berlibur di Bali menjadi korban dari aksi ini, antara lain
Australia, Britania Raya, Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Belanda, Perancis, Denmark,
Selandia Baru,Swiss, Brasil, Kanada, serta beberapa Negara lainnya.
Tindakan cepat segera diambil oleh kepolisian guna mengungkap sindikat yang ada di balik
tragedi berdarah ini. Ditetapkan 3 pelaku utama, yakni Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Gufron
diikuti oleh anak buah mereka. Dengan adanya kejadian ini, Indonesia dirundung masalah yang
berat terkait dengan masalah keamanan. Sebagai dampaknya kecaman terus berdatangan dari
negara- negara lainnya seperti dengan mengeluarkan travel warning dan secara tegas melarang
warganya untuk datang keIndonesia.
Perumusan Masalah
A. Pembahasan
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan
perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak
tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target
korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.
Istilah teroris oleh para ahli kontra terorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang
tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan
bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang
dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para
pelakunya (“teroris”) layak mendapatkan pembalasan yang kejam.
Tanggal 12 Oktober 2002 merupakan hari yang pastinya tidak dapat di lupakan oleh
masyarakat dunia dan masyarakat Indonesia khususnya. Peristiwa pengeboman Bali ini di
catatkan antara peristiwa serangan pengganas terburuk dalam
sejarah Indonesia.Pada waktu itu, lebih 3 peristiwa ledakan bom telah terjadi, di Paddy's Pub dan
Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kota Bali. Insiden serangan bom yang ketiga setelahnya berlaku
di tempat Pejabat Konsulat Amerika Syarikat. Serangan bom di Bali ini di percayai di dalangi
oleh Umar Patek yang kemudian di tahan di Pakistan pada tahun 2011. Serangan pengeboman
Bali ini mencatatkan kematian sebanyak 202 dan mencederakan lebih 209 orang yang rata-
ratanya merupakan wisatawan asing dari Australia. Kemudian serangan
susulan dari pengeboman Bali (1) ini adalah peristiwa Pengeboman Hotel JW Marriot pada tahun
2003.
Serangan Hotel JW Marriot ini terjadi pada tanggal 5 Agustus 2003, dimana
pelaku menggunakan Toyota Kijang yang bernomor plat B 7462 ZN yang didikemudikan oleh
Asmar Latin Sani. Serangan bom Hotel JW Marriot ini mengorbankan lebih 12 orang dan 150
orang yang lain cedera. Kemudian pada tahun 2005, Kota Bali kembali di bom, pada 1 Oktober
2005. Serangan kali ini didakwakan didalangi oleh kumpulan ekstrimis Islam Jemaah Islamiyah
(JI) yang mempunyai hubungan dekatdengan kumpulan Al-Qaeda .Serangan pengeboman Bali
pada tahun 2005 ini mengorbankan lebih 23 orang dan 196 yang lainnya cedera. Dari hal ini, atas
rasa tanggungjawabnya, keluarga Amrozi, dan Ali Gufron yang menjadi penggerak utama
pengeboman Bali telah memohon maaf kepada keluarga korban bom Bali.
B. Saran
Upaya untuk memahami masalah terorisme yang dilakukan atas jalan untuk berjihad harus
dilandasi dengan pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan agama, khususnya ilmu
tafsir. Pemahaman mengenai perintah untuk berperang dan berjihad tidak boleh dipandang secara
parsial saja, namun harus dipahami melalui pendekatan historis dan pemahaman yang tekstual.