Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL :


KECEMASAN

DISUSUN OLEH:

ELSA AYU NUR FATIMA

P1337420118073

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2021
1. PENGERTIAN
Cemas atau ansietas merupakan suatu perasaan khawatir yang samar-
samar sumbernya, seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu
tersebut. Ansietas adalah perasaan/respon emosional terhadap penilaian,
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart dan Sundeen, 1988). Keadaan
emosi dialami secara objektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian dalam
kehidupan sehari-hari. Ansietas menggambarkan keadaan khawatir, gelisah,
takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya
dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan
kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan pada masa dewasanya.
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons. Seringkali
sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu.Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut
akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas
merupakan sinyal yang menyadarkan/memperingatkan akan adanya bahaya
yang akan datang dan membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan
untuk menghadapi ancaman (Nurhalimah, 2016).
Kecemasan merupakan suatu respon psikologis maupun fisiologis
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan, atau reaksi atas
situasi yang dianggap mengancam (Hulu & Pardede, 2016).
Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan,
ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang
tidak diketahui masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020).
2. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala kecemasan menurut Sutejo (2018) yaitu sebagai berikut :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta
mudah tersinggung
b. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak
orang
d. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsensstrasi dan daya ingat
f. Adanya keluhan somatik, mis rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas,
mengalami gangguan pencernaan berkemih atau sakit kepala

Tanda dan gejala kecemasan menurut (Stuart,2009) sebagai berikut :

a. Subyektif :
1) Tidak nafsu makan
2) Diare/konstipasi
3) Gelisah
4) Berkeringat
5) Tangan gemetar
6) Sakit kepala dan sulit tidur
7) Lelah
8) Sulit berfikir
9) Mudah lupa
10) Merasa tidak berharga
11) Perasaan tidak aman
12) Merasa tidak bahagia
13) Sedih dan sering menangis
14) Sulit menikmati kegiatan harian
15) Kehilangan minat gairah
b. Obyektif :
1) Nadi dan tekanan darah naik
2) Tidak mampu menerima informasi dari luar
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
4) Ketakutan atas sesuatu yang tidak spesifik/jelas
5) Pekerjaan sehati-hari terganggu
6) Tidak mampu melakukan kegiatan harian
7) Gerakan meremas tangan
8) Bicara berlebihan dan cepat

3. TINGKATAN KECEMASAN (ANSIETAS)


Terdapat beberapa jenis tingkat kecemasan yaitu sebegai berikut :
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan sering kali berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
memperluas pAndangan persepsi. Ansietas ringan memiliki aspek positif
yaitu memotivasi individu untuk belajar dan menghasilkan serta
meningkatkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon dari ansietas ringan
adalah sebagai berikut:
a) Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu
menerima rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir
bergetar. Pasien mengalami ketegangan otot ringan
b) Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima
rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan
menyelesaikan masalah.
c) Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang,
tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas tingkat ini, memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain,
sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah.Manifestasi yang muncul pada
ansietas sedang antara lain:
a) Respon fisiologis Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan,
mual, dan berkeringat setempat.
b) Respon kognitif Respon pandang menyempit, rangsangan luas
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan
bingung.
c) Respon perilaku dan emosi Bicara banyak, lebih cepat, susah
tidur dan tidak aman.
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat pasien lapangan persepsi pasien menyempit.
Seseorang cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci,
spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku pasien
hanya ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Pasien tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area lain. Manifestasi yang muncul pada ansietas berat antara lain:
a) Respon fisiologis Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
b) Respon kognitif Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
c) Respon perilaku dan emosi Perasaan terancam meningkat,
verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan interpersonal.
d. Tingkat Panik
Perilaku yang tampak pada pasien dengan ansietas tingkat panik
adalah pasien tampakketakutan dan mengatakan mengalami teror, tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan serta
disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang, kehilangan pemikiran rasional. Manifestasi yang muncul
terdiri dari:
a) Respon fisiologis Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit
dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik rendah.
b) Lapang kognitif Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat
berfikir logis.
c) Respon perilaku dan emosi Mengamuk- amuk dan marah- marah,
ketakutan, berteriak- teriak, menarik diri dari hubungan
interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol diri dan persepsi
kacau.

4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama
dalam mekanisme biologis timbulnya ansietas sebagaimana halnya
dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Psikologis
1) Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara antara 2 elemen kepribadian id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa akan bahaya.
2) Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas
berhubungan dengan kejadian trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan dari lingkungan maupun orang yang berarti bagi pasien,.
Individu dengan harga diri rendah sangat mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
3) Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap ansietas sebagai
dorongan belajar dari dalam diri unntuk menghindari kepedihan.
Individu yang sejak kecil terbiasa menghadapi ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya dibandingkan dengan individu yang jarang menghadapi
ketakutan dalam kehidupannya.
4) Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
keluarga.. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh
terhadap terjadinya ansietas.

5. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang seperti ketidakmampuan atau
penurunan fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu individu
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang. Ancaman ini akan
menimbulkan gangguan terhadap identitas diiri, harga diri, dan fungsi
sosial individu.

6. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala ansietas dapat
ditemukan dengan wawancara, melalui bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
a. Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui fikiran
ibu/bapak setelah mengalami hal ini?
b. Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan
masalah yang dialami terutama setelah mengalami hal tersebut?
c. Apakah ada kelurhan lain yang dirasakan
d. Apakah keluhan tersebut menganggu aktifitas atau kegiatan sehari-
hari

Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui observasi


adalah sebagai berikut:
a) Ekspresi wajah terlihat tegang,
b) Rentang perhatian menyempit
c) Perubahan tandatanda vital (nadi dan tekanan darah naik)
d) Tampak sering nafas pendek
e) Gerakan tersentak – sentak
f) Meremas-remas tangan
g) Tampak bicara banyak dan lebih cepat.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Ansietas (Kecemasan)

III. INTERVENSI
Tujuan klien mampu:
a. Pasien mampu mengenal ansietas
b. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
c. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui distraksi
d. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari
e. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual
(Benson Terapi)

Tindakan keperawatan pada klien ansietas

a. Membina hubungan saling percaya


b. Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,
akibat
c. Melatih teknik relaksasi fisik
d. Melatih mengatasi ansietas dengan distraksi
e. Melatih mengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari
f. Melatih mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual
g. Memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan pada keluarga klien ansietas

Tujuan keluarga mampu:

a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pasien dan


masalah merawat pasien ansietas
b. Keluarga mampu mengambil keputusan merawat klien dengan
ansietas
c. Merawat klien dengan ketidakberdayaan
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang nyaman dengan
ansietas
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
follow-up dan menccegah kekambuhan klien dengan
ketidakberdayaan
DAFTAR PUSTAKA

Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal Keperawatan, 2(1).

Marbun, A., Pardede, J. A., & Perkasa, S. I. (2019). Efektivitas Terapi Hipnotis Lima
Jari terhadap Kecemasan Ibu Pre Partum di Klinik Chelsea Husada Tanjung
Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Keperawatan Priority, 2(2), 92-99.

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI

Pardede, J. A., & Tarigan, I. (2020). The Anxiety Level of Mother Presectio Caesar
with Benson’s Relaxation Therapy. JENDELA NURSING JOURNAL, 4(1), 20-28.

Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychyatric Nursing. 8 th edition.


Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai