Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SUMMARY CHAPTER 1
Oleh:
Qari Nur Islami (2001203010007)
Dosen Pengampu:
PPPPpPPP
1. Penentuan tujuan
Pengetahuan mengenai tujuan adalah syarat penting dalam merancang SPM dan
aktivitas lain yang berhubungan dalam mencapai tujuan. Tujuan tidak harus dapat
dikuantifikasi maupun berupa ukuran finansial. Di tiap organisasi karyawan haruslah
mengetahui tujuan organisasi agar dapat menilai bahwa tindakan karyawan memiliki
tujuan dan menilai kesuksesan dari pencapaian organisasi.
2. Perumusan Strategi
Strategi mendefinisikan bagaimana organisasi seharusnya menggunakan
sumberdayanya untuk mencapai tujuan. Strategi dapat juga diartikan sebagai batasan-
batasan bagi karyawan agar aktivitas mereka fokus pada kegiatan organisasi yang
dapat membuat organisasi lebih baik daripada kompetitornya. Strategi yang baik
berasal dari analisis terhadap kekuatan dan kelemahan organisasi sehingga dapat
membimbing karyawan mengejar tujuan organisasi.
3. Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen ini bertujuan untuk dapat fokus pada pengendalian
manajemen, kita harus dapat membedakan pengendalian manajemen dengan elemen
dari proses manajemen yaitu penentuan tujuan dan perumusan strategi.
Dalam artian paling luas, sistem pengendalian dapat dipandang memiliki dua fungsi dasar:
1. Pengendalian Strategis
Pengendalian ini melibatkan manajer pada pertanyaan : apakah strategi masih valid
dalam lingkungan yang terus menerus berubah? Dan jika tidak bagaimana
mengubahnya? pengendalian strategis akan lebih perlu diperhatikan oleh perusahaan
yang berada pada lingkungan yang dinamis, seperti perusahaan yang berhubungan
dengan teknologi.
2. Pengendalian Manajemen
Pengendalian ini melibatkan manajer pada pertanyaan umum: apakah karyawan
berperilaku secara tepat? Yang dapat dipecah lagi menjadi pertanyaan : apakah
karyawan paham ekspektasi perusahaan darinya? Apakah karyawan bekerja keras
secara konsisten; akankah mereka mengimplementasi strategi dari perusahaan?
Apakah mereka dapat bekerja dengan baik? Jika tidak, apa yang harus dilakukan
manajemen untuk mengatasi permasalahan pengendalian?.
Alat untuk mengatasi masalah pengendalian strategis dan manajemen sangat berbeda.
Untuk mengatasi pengendalian strategis, manajemen harus fokus terutama terhadap
lingkungan eksternal organisasi; bagaimana organisasi dengan segala kekuatan, kelemahan,
peluang dan keterbatasannya dapat bersaing dengan kompetitornya. Sedangkan untuk
mengatasi pengendalian manajemen, harus fokus pada kondisi lingkungan internal organisasi,
yaitu memikirkan bagaimana mempengaruhi perilaku dari karyawan.
Pertanyaan logis yang berikutnya muncul adalah apakah terkait dengan karyawan yang
diandalkan oleh perusahaan untuk membuat kebutuhan implementasi SPM? Penyebab
dibutuhkannya sistem pengendalian dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori utama berikut:
Pengendalian yang baik berarti manajemen merasa cukup yakin bahwa tidak akan terjadi
kejutan yang tidak menyenangkan. Nyatanya, pengendalian yang baik sekalipun tetap
memberikan probabilitas kegagalan yang sama karena pengendalian yang sempurnya tidaklah
ada. Hal tersebut dikarenakan SPM mahal dan jarang jika dengan biaya yang efektif mencoba
untuk mengimplementasikan pengendalian yang cukup bukan dengan pendekatan yang
mengidealkan pengendalian yang sempurna. Biaya yang dikeluarkan jika tidak memiliki
sistem pengendalian yang sempurna dapat disebut dengan kehilangan kendali. Penilaian
apakah pengendalian yang baik telah dicapai harusnya berorientasi pada masa depan dan
didorong oleh tujuan. Tujuan tersebut harus berorientasi masa depan karena bertujuan untuk
tidak memiliki kejutan yang tidak menyenangkan di masa yang akan datang; dimana masa
lalu tidak relevan kecuali digunakan sebagai petunjuk di masa mendatang. Berikut dapat
diringkas beberapa karakteristiknya.
Organisasi tidak selalu dapat menghindari masalah pengendalian mereka, tetapi beberapa
diantaranya dapat dihindari dengan meminimalkan tipe masalah pengendalian yang pasti dan
mengetahui sumber permasalahan atau dengan mengurangi potensi kerugian maksimum jika
masalah itu terjadi. Empat strategi yang menonjol untuk pencegahan adalah sebagai berikut.
Pengendalian Alternatif
Untuk permasalaahan pengendalian yang tidak dapat dihindari dan yang diputuskan
untuk tidak dihindari, manajer harus mengimplementasi satu atau lebih mekanisme
pengendalian yang secara umum disebut pengendalian manajemen. Kumpulan dari
mekanisme pengendalian yang digunakan umumnya disebut sebagai Sistem Pengendalian
Manajemen (SPM) atau Management Control System (MCS).
SPM bervariasi antarperusahaan dan antarentitas atau bidang keputusan pada tiap-tiap
perusahaan. SPM dari beberapa organisasi mencoba merekrut orang-orang yang dapat
dipercaya untuk menjalankan perusahaan dengan baik. Perusahaan lain menggunakan sistem
insentif sederhana yang didasarkan pada kinerja, pencapaian target dalam hitungan angka,
dan mengevaluasi kinerja hanya secara subyektif.
Konsep-konsep Dasar
Pengendalian
Ketika kita menekan pedal gas, dan mobil kita akan berjalan lebih cepat. Kemudian
ketika kita putar setir, dan mobil akan berganti arah. Tekan pedal rem, dan mobil akan
berhenti atau melaju secara perlahan. Dengan perangkat ini, kita akan mengendalikan arah
dan kecepatan: jika beberapa di antaranya tidak berfungsi, mobil tidak akan melakukan apa
yang kita inginkan. Dengan kata lain mobil tersebut berada di luar kendali. Sebuah
organisasi juga harus dikendalikan, yaitu perangkat harus ada pada tempatnya untuk
memastikan bahwa tujuan strategisnya dapat tercapai. Akan tetapi, pengendalian suatu
organisasi lebih rumit daripada mengemudikan sebuah mobil.
Setiap sistem pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen, sebagai berikut ini.
1. Pelacak (detector) atau sensor, yairu sebuah perangkat yang mengukur apa yang
sesungguhnya terjadi di dalam proses yang sedang dikendalikan.
2. Penaksir (assessor), yaitu sebuah perangkat yang menentukan signifikansi dari
peristiwa aktual dengan membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi
dari apa yang seharusnya terjadi.
3. Effector, yaitu suatu perangkat yang sering disebut “feedback” yang mengubah
perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
4. Jaringan komunikasi, yaitu perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan
antara assessor dan effector.
Keempat elemen dasar diatas tersebut, dapat digambarkan dalam bentuk diagram.
Kemudian untuk menjelaskan fungsinya akan dicontohkan dengan tingkat kerumitan yang
meningkat: thermostat, yang mengatur suhu ruangan; proses biologis, yang mengatur suhu
tubuh; dan pengendara mobil, yang mengatur arah dan kecepatan kendaraan. Berikut
merupakan diagram elemen-elemen proses pengendalian.
2. Assessor.
Perangkat
Kendali Perbandingan dengan
ukuran standar
1. Detector. 3. Effector.
Perusahaan yang
sedang dikendalikan
Contoh selanjutnya yaitu suhu tubuh. Hampir sebagian besar mamalia dilahirkan
dengan suhu tubuh yang terstandar, standarr tubuh manusia adalah 98,6℉. Elemen-elemen
mekanisme pengendalian di mana tubuh berusaha mencapai suhu standar yaitu saraf sensor
sebagai detector yang tersebar di seluruh tubuh. Kemudian hypothalamus yang berpusat di
otakk sebagai assessor, yang membandingkan informasi yang diterima dari detector dengan
suhu tubuh standar 98,6 ℉. Selanjutnya otor-otot dan organ tubuh sebaagai effector, yang
mengurangi suhu tubuh ketika melebihi suhu standar (dengan cara bernapas terengah-engah
dan berkeringat, dan dengan membuka pori-pori kulit) dan meningkatkan suhu tubuh ketika
turun di bawah standar (dengan cara menggigil dan menutup pori-pori kulit). Selanjutnya
yang terakhir sistem atau jaringan komunikasi yang menyeluruh dari jaringan saraf.
Sistem pengendalian tubuh lebih rumit daripada thermostat, dengan sensor tubuh yag
tersebar di seluruh tubuh dan hypothalamus yang mengarahkan tindakan yang meliputi
bermacam-macam otot dan organ. Keadaan ini mengandung misteri; ilmuwan mengetahui
apa yang hypothalamus lakukan, tetapi tidak tahu bagaimana dia melakukannya.
Sama halnya dengan regulasi suhu tubuh yang lebih rumit daripada thermostat, begitu
pula regulasi dari sebuah mobil lebih rumit daripada regulasi suhu tubuh. Hal ini disebabkan
tidak adanya kepastian tindakan apa yang akan dilakukan oleh otak setelah menerima dan
mengevaluasi informasi dari detector. Sebagai contohnya, sekali waktu kita bisa saja
menetapkan kecepatan mobil yang aktual melebihi 65 mph, beberapa pengemudi, yang
menginginkan untuk memenuhi batasan yang kecepatannya diatur oleh undang-undang, akan
mengurangi kecepatannya, sedangkan di lain pihak, untuk sejumlah alasan, tidak akan
menguranginya. Dalam sistem ini, kendali tidaklah bersifat otomatis; seseorang seharusnya
mengetahui sesuatu tentang kepribadian dan lingkungan pengemudi guna memprediksi
apakah kecepatan aktual mobil akan menjadi titik akhir dari sebuah proses.
Manajemen
Sebuah organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu bersama (dalam sebuah organisasi bisnis tujuannya adalah mencapai
tingkatan profit yang memuaskan). Organisasi dipimpin oleh hierarki manajer dengan Chief
Executive Officer (CEO) pada posisi puncak, dan para manajer unit bisnis, departemen,
bagian (section), dan subunit lainnya yang peringkatnya berada di bawahnya dalam diagram
organisasi. Kompleksitas suatu organisasi menentukan jumlah lapisan dalam hierarki.
Seluruh manajer dan CEO keduanya memiliki hubungan atasan dan bawahan; mereka
mengawasi kinerja dari orang-orang yang ada di dalam unitnya, dan mereka diawali oleh
manajer yang mereka berikan laporan kepadanya.
CEO (atau dalam beberapa organisasi, sebuah tim manajer senior) memutuskan
keseluruhan strategi yang akan memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Tunduk
kepada persetujuan CEO, para manajer dari berbagai unit bisnis memformulasikan strategi
tambahan yang memungkinkan unit mereka masing-masing untuk memajukan tujuan-tujuan
ini. Jadi, proses pengendalian manajemen adalah proses di mana manajer pada seluruh
tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi
yang dimaksudkan.
Manajemen adalah pimpinan dari organisasi, dan memiliki hierarki tertentu. Hierarki
manajemen adalah pembagian manajemen menjadi beberapa lapisan. Semakin kompleks
organisasi maka semakin banyak lapisan manajemen yang dibentuk. Secara garis besar
hierarki manajemen dibagi menjadi tiga level yaitu:
Dikenal manajemen atas atau top management sebagai CEO (Chief Executive
Officer), kemudian dibawahnya adalah manajer bisnis unit, departemen, seksi, dan subunit
lain yang berada dibawahnya sesuai struktur organisasi perusahaan. CEO menentukan
strategi yang hendak dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan manajer
bisnis unit memformulasikan strategi unitnya untuk mencapai tujuan. Tentunya dengan
pengesahan CEO.
Selanjutnya perlu dikaji: Apa fungsi manajemen? Secara garis besar fungsi manajemen
adalah:
1. Perencanaan (planning),
2. Pengarahan (directing),
3. Pengorganisasian (organizing),
4. Penyusunan staf (staffing),
5. Pengendalian (controlling), dan
6. Pengambilan keputusan (decision making).
Manajemen
level atas
Manajemen
level menengah
Manajemen
level bawah
Perusahaan dapat diumpamakan sebagai sebuah piramid. Seorang di posisi puncak
akan melihat secara jelas ke bawah, demikian pula bagi yang berada di posisi bawah hanya
mengenal fungsi spesialis saja. Seperti dalam bisnis, seorang yang memiliki kelebihan atau
spesialisasi fungsi, seperti : keuangan, marketing, produksi, dan teknik cenderung melihat
persoalan dari sisi bidang spesialisasinya. Hanya ketika orang tersebut mencapai posisi
puncak, baru dapat melihat gambaran keseluruhan persoalan.
Proses pengendalian yang digunakan oleh manajer mengandung elemen yang sama
seperti pada sistem pengendalian yang lebih sederhana telah digambarkan pada diagram
sebelumnya diatas: detector, assessor, effector, dan sistem komunikasi. Detector melaporkan
apa yang sedang terjadi atas organisasi. Assessor membandingkan informasi ini dengan
keadaan yang diinginkan. Effector melakukan tindakan koreksi terhadap perbedaan yang
signifikan antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan untuk diterimaa. Sistem
komunikasi memberitahukan para manajer apa yang sedang terjadi dan bagaimana
membandingkannya dengan keadaan yang diinginkan.
1. Tidak seperti halnya dengan thermostat atau sistem suhu tubuh. Standar tidaklah
ditetapkan terlebih dahulu. Lebih dari itu, hal tersebut merupakan proses
perencanaan yang sadar. Dalam proses ini, manajemen memutuskan apa yang
seharusnya dilakukan oleh organisasi, dan bagian dari proses pengendalian adalah
perbandingan penyelesaian aktual dengan perencanaan-perencanaan ini. Oleh
karena itu, proses pengendalian dalam sebuah organisasi meliputi perencanaan.
Dalam beberapa situasi, perencanaan dan pengendalian dapat dipandang sebagai
dua kegiatan yang terpisah. Pengendalian manajemen, bagaimanapun, meliputi
perencanaan dan pengendalian.
2. Seperti halnya pengendalian mobil (tetapi tidak seperti regulasi pada suhu tubuh
atau ruangan), pengendalian manajemen tidaklah bersifat otomatis. Beberapa
detector dalam organisasi mungkin adalah ahli mekanik, tetapi manajer sering
mendeteksi informasi yang penting dengan mata, telingan dan indra lainnya
sendiri. Meskipun dia mungkin memiliki cara rutin untuk membandingkan laporan
tertentu tentang apa yang sedang terjadi dengan standar apa yang seharusnya
terjadi, manajer secara pribadi harus melakukan fungsi assessor, memutuskan
bagi dirinya apakah perbedaan hasil yang aktual dengan standar yang cukup
signifikan untuk membenarkan rindakan, dan begitu pula, tindakan apa yang
perilaku organisasi akan ambil. Kemudian, karena tindakan dimaksudkan untuk
mengubah perilaku organisasi termasuk manusia di dalamnya, manajer harus
berinteraksi dengan sedikitnya satu orang untuk melakukan peubahan.
3. Tidak seperti dengan pengendalian sebuah mobil, di mana sebuah fungsi
dilakukan oleh seorang individu, pengendalian manajemen memerlukan
koordinasi antar-individu. Sebuah organisasi terdiri dari banyak bagian yang
terpisah, dan pengendalian manajemen harus memastikan bahwa setiap bagian
bekerja secara harmonis dengan lainnya, sebuah kebutuhan yang hanya ada dalam
kasus beragam organ yang mengendalikan suhu tubuh, tetapi tidak ada dalam
kasus thermostat secara keseluruhan.
4. Hubungan dari diterimanya kebutuhan bagi tindakan untuk menetapkan tindakan
yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan mungkin tidak jelas.
Seorang manajer yang bertindak sebagai assessor mungkin memutuskan bahwa
“biaya yang ada terlalu tinggi” tetapi tidak melihat adanya tindakan yang mudah
atau otomatis yang menjamin turunnya biaya pada standar yang diinginkan. Istilah
kotak hitam menggambarkan sebuah operasi yang memiliki sifat pasti tidak dapat
diamati. Tidak seperti thermostat atau pengendara mobil , sistem pengendalian
manajemen merupakan kotak hitam. Kita tidak mengetahui tindakan apa yang
akan dilakukan manajer tertentu ketika terjadi sebuah perbedaan yang signifikan
antara hasil aktual dan hasil yang diharapkan, atau tindakan apa yang tidak aan
diambil (yang dia perlu nilai) untuk merespons tanda/sinyal dari manajernya.
5. Banyak pengendalian manajemen bersifat self control, yaitu pengendalian tidak
dilakukan oleh suatu perangkat regulasi eksternal, seperti thermostat, tetapi oleh
para manajer yang menggunakan penilaian mereka daripada mengikuti instruksi
yang diberikan oleh seorang atasan.
Sistem
Sebuah sistem merupakan suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk
melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas. Sejumlah karakteristik sistem yakni: lebih
kurang membentuk ritme tertentu, terkoordinasi, dan mengulangi serangkaian tahapan
tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Beberapa tindakan manajemen bersifat tidak sistematis. Para manajer pada umumnya
menghadapi situasi di mana aturan tidak terdefinisikan secara baik sehigga harus
menggunakan penialian terbaik mereka dalam memutuskan tindakan apa yang akan diambil.
Keefektifan tindakan mereka ditentukan oleh kepiawaian mereka dalam berhadapan dengan
orang-orang, dan bukannya oleh aturan yang ditentukan dalam sistem (kendati sistem
mungkin memberikan gambaran umum dari respons yang wajar). Jika seluruh sistem
menjamin tindakan tepat bagi seluruh situasi, mungkin tidak diperlukan lagi manajer
manusia.
Hubungan dari sistem kegiatan ini dengan yang lainnya ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
Formulasi Strategi
Tujuan, strategi, dan kebijakan
Pengendalian tugas
Kinerja yang efisien dan efektif dari tugas
individual
Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen terdiri atas bermacam kegiatan, di antaranya sebagai berikut ini.
Struktur Manajemen
Strategi Kinerja
Organisasi SDM
Kebudayaan
Perumusan Strategi
Formulasi strategi merupakan proses memutuskan tujuan organisasi dan strategi untuk
mencapai tujuan-tujuan ini. Dalam buku sistem pengendalian manajemen (Anthony, 2005)
menggunakan istilah tujuan untuk menggambarkan langkah-langkah khusus untuk mencapai
tujuan dalam kerangka waktu yang diberikan.
Tujuan tidak memiliki jangka waktu; mereka akan tetap eksis hingga tujuan tersebut
diubah, dan jarang ada perubahan tujuan. Bagi beberapa perusahaan, mencapai tingkat ROI
(return on investment) memuaskan merupakan tujuan yang penting; bagi perusahaan lainnya,
memperluas pangsa pasar merupakan hal yang sama pentingya. Organisasi nirlaba juga
memiliki tujuan; yang secara umum, mereka mencoba memberikan pelayanan semaksimum
mungkin dengan dana yang tersedia. Dalam proses formulasi strategi, tujuan organisasi
biasanya diambil dari yang sudah ada, meskipun sesekali waktu pemikiran strategis dapat
memfokuskan pada tujuan mereka sendiri.
Strategi untuk menghadapi ancaman atau kesempatan dapat timbul dari mana saja dan
kapan pun dalam sebuah organisasi. Gagasan baru tidak semata-mata keluar dari tim riset dan
pengembangan atau staf peusahaan pusat. Sesungguhnya siapa pun mungkin memiliki sebuah
“gagasan cemerlang”, yang setelah dianalisis dan didiskusikan dapat menjadi dasar bagi
strategi yang baru. Melaksanakan tugas dalam formulasi strategi seharusnya tidak hanya
dibebankan pada seseorang atau satu unit organisasi saja. Menyediakan sarana untuk
membawa secara langsung gagasan yang bermanfaat untuk menjadi perhatian manajemen
senior tanpa membiarkan mereka terhalangi oleh posisi yang lebih rendah adalah hal yang
penting.
Lebih jauh lagi, analisis bagi usulan strategi berbeda dengan sifat strategi. Analisis
strategi meliputi penilaian, dan nilai yang digunakan dalam proses biasanya estimasi secara
kasar. Kebalikannya, proses pengendalian manajemen meliputi serangkaian langkah yang
terjadi dalam urutan yang dapat diprediksikan menurut banyak sedikitnya waktu yag tersedia,
dan dengan estimasi yang dapat diandalkan.
Analisis strategi yang diusulan biasanya secara relatif melibatkan sedikit orang - si
penggagas, staf pusat, dan manajemen senior. Sebaliknya, proses pengendalian manajemen
melibatkan manajer dan stafnya pada seluruh level dalam organisasi.
Pengendalian Tugas
Pengendalian tugas adalah proses untuk memastikan bahwa tugas yang spesifik
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian tugas merupakan transation-oriented,
yaitu melibatkan kinerja tugas individual menurut aturan yang dibuat dalam proses
pengendalian manajemen. Pengendalian tugas selalu terdiri dari pengawasan agar aturan-
aturan ini diikuti; sebuah fungsi yang dalam beberapa kasus tidak selalu membutuhan
kehadiran sentuhan manusia.
Revolusi informasi dimulai dengan penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell
pada akhir abad ke 19. Bagi konsumen, telepon menyediakan manfaat yang signifikan
kemudahan akan waktu atau kesempatan yang ada. Orang tidak perlu berlama-lama untuk
memperoleh informasi tentang suatu produk, mengetahui ketersediannya, atau penempatan
suatu pesanan. Pesatnya revolusi informasi dipercepat dengan penemuan komputer,
memperoleh momentum yang besar tahun 1990-an dengan hadirnya Internet.
Internet menyediakan manfaat utama yang tidak didapat dari telepon, yaitu
1. Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi adalah apa yang hendak dicapai oleh organisasi. Tujuan merupakan
hasil akhir dari perumusan strategi, sedangkan perumusan strategi adalah suatu proses
memutuskan langkah yang mau diambil untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Perencanaan Stratejik
Perencanaan stratejik merupakan proses pengambilan keputusan atas program utama,
akan diusahakan oleh organisasi untuk diterapkan strateginya dan perkiraan jumlah
sumber daya yang akan disediakan bagi masing-masing. Output dari hasil proses
dalam dokumen disebut rencana stratejik (strategic plan) atau dalam beberapa
perusahaan disebut recana jangka panjang (long range plan). Rencana stratejik
meliputi suatu periode lebih dari beberapa tahun (biasanya tiga atau lima tahun).
Dalam sebuah perusahaan yang berorientasikan laba, masing-masing produk utama
lini produk menjadi sebuah program. Dalam organisasi nirlaba jasa-jasa utama yang
diberikan oleh organisasi adalah program-programnya.
Perencanaan stratejik (strategic planning) merupakan langkah awal dalam siklus
pengendalian manajemen (management control cycle). Dalam perusahaan yang
menggunakan kalender tahunan, perencanaan biasanya dilakukan pada tahun musim
semi atau musim panas yang mendahului tahun anggaran. Ketika keputusan dibuat
diperhitungkan segala perubahan dalam strategi yang terjadi sejak perencanaan
strategis terakhir dibuat.
3. Persiapan Anggaran
Anggaran operasi adalah rencana organisasi selama periode waktu tertentu, biasanya
satu tahun. Anggaran mencerminkan adanya keselarasan dengan rencana stratejik,
dalam menggabungkan informasi terkini. Dalam anggaran, pendapatan, dan biaya
disusun ulang dari program ke pusat pertanggungjawaban; sehingga anggaran
menunjukkan beban oleh masing-masing manajer diperkirakan akan muncul. Proses
penyiapan anggaran merupakan proses penyusunan anggaran, pada dasarnya
merupakan suatu bentukk negosiasi antara manajer setiap pusat pertanggungjawaban
dengan atasannya. Produk akhir dari negosiasi ini adalah suatu pernyataan persetujuan
atas biaya yang diantisipasi untuk tahun akan datang (jika pusat tanggung jawab
merupakan pusat beban), atau laba yang direncanakan atau ekspektasi dari tingkat
kembalian investasi (jika pusat tanggung jawab merupakan pusat keuntungan atau
pusat investasi.
4. Pelaksanaan
Dalam tahun berjalan, para manajer melaksanakan suatu program atau sebagian dari
satu program yang menjadi tanggungjawab mereka dan juga melaporkan atas apa
yang telah terjadi sebagai tanggungjawabnya. Idealnya, laporan disusun untuk
menyediakan informasi mengenai program dan pusat pertanggungjawaban. Laporan
atas pusat pertanggungjawaban akan menunjukkan informasi yang dianggarkan dan
informasi aktual, ukuran kinerja finansial dan nonfinansial serta informasi internal
dan eksternal. Laporan – laporan ini menyebabkan manajer pada tingkat yang lebih
atas selalu mengetahui status program yang beraneka ragam dalam tugasnya dan juga
membantu memastikan terkoordinasinya pekerjaan dari pusat pertanggungjawaban.
5. Evaluasi Kinerja
Laporan manajer juga digunakan sebagai dasar untuk pengendalian. Proses evaluasi
merupakan suatu perbandingan dari beban aktual dan yang seharusnya terjadi dalam
keadaan tersebut. Jika keadaan yang diasumsikan dalam proses anggaran berubah,
terdapat perbedaan antara jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual. Jika
keadaan berubah, perubahan ini diperhitungkan. Pada akhirnya, analisis mengarah ke
kritik yang konstruktif bagi para manajer dari pusat pertanggungjawaban.
6. Aturan
Aturan disini maksudnya ialah semua jenis instruksi dan pengendalian yang formal,
termasuk deskripsi pekerjaan, SOP (Standard Operating procedures), manual, kode
etik, dan sebagainya. Beberapa aturan adalah pedoman (guidelines), yang berisi apa
saja yang diperkenankan dan diharapkan. Penyimpangan pada kondisi tertentu dari
panduan sedapatmungkin berlandaskan kebijakan terbaik organisasi. Aturan yang
lain dapat menyangkut aturan yang tidak boleh dilanggar, misalnya alat pengendalian
secara fisik : satpam, gembok, password, dan lain-lain. Secara manual; security
system; task control system.
7. Informasi Lain
Untuk mencapai tujuan organisasi maka perlu disusun rencana stratejik. Semua
informasi dipergunakan untuk menyusun rencana stratejik. Kemudian rencana
stratejik tersebut dikonversi ke anggaran tahunan yang memfokuskan pada
perencanaan pendapatan dan biaya untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban.
Proses pengendalian manajemen yang baik sebenarnya formal, namun sifat pengendalian
informal masih banyak terjadi. Pengendalian manajemen formal merupakan tahap-tahap yang
saling berkaitan satu sama lain, terdiri dari proses :
Pemrograman (Programming)
Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang akan dilaksanakan
dan memperkirakan sumber daya yang akan alokasikan untuk setiap program yang
telah ditentukan.
Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program direncanakan secara terinci, dinyatakan dalam
satu moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.Anggaran ini
berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat pertanggungjawaban.
Operasi dan Akuntansi (Operating and Accounting)
Pada tahap ini dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang
digunakan dan penerimaan-penerimaan yang dihasilkan.Catatan dan biaya-biaya
tersebut digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan pusat-pusat
tanggungjawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai sebagai dasar untuk
pemrograman di masa yang akan datang, sedangkan penggolongan yang sesuai
dengan pusat tanggung jawab digunakan untuk mengukur kinerja para manajer.
Laporan dan Analisis (Reporting and Analysis)
Tahap ini paling penting karena menutup suatu siklus dari proses pengendalian
manajemen agar data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi dapat
dikumpulkan.
Review Kasus
Leo Antonelli membeli bisnis teater Leo’s Four-Plex Thearter. Leo Four-Plex Theater
merupakan sebuah bioskop di kota kecil, Texas bagian barat. Leo Four-Plex Theater memiliki
bebrapa masalah kontrol melalui temuan Park Cockerill, seorang profesor akuntansi di
sebuah perguruan tinggi di kota yang diminta Leo untuk mempelajari situasi dan memberikan
saran.
Kemudian terjadi beberapa penemuan oleh Park, yaitu sebagai berikut ini.
1. Cash yang dihitung dan dibandingkan dengan total tiket yang terjual setiap hari
jumlahnya berbeda. Hampir selalu penghitungan mengungkapkan kas kurang dari
jumlah yang seharusnya dikumpulkan.
2. Petugas bagian penyegaran menggratiskan teman-teman mereka yang belum membeli
tiket. Petugas tersebut masih muda, mungkin dari sekolah tinggi atau usia kuliah dan
tampak akkrab dengan pelanggan. Petugas kadang-kadang tidak mengumpulkan uang
tunai dari pelanggan atau tidak mendaftarkan dijual di kasir.
3. Petugas di pintu putar tidak memeriksa tiket cukup hati-hati karena tiket dengan
tanggal yang salah dan warna masuk ke kotak stub yang salah. Jumlah tiket dijual
atau dimasukkan ke dalam kotak stub tidak sama dengan jumlah pelanggan memasuki
dan meninggalkan teater.
4. Park menemukan dua bukti masalah-tiket yang berhubungan spesifik. Pertama, di
setiap kotak, ia menemukan beberapa tiket dengan warna yang salah atau dan
beberapa tiket dengan tanggal yang salah. Dan kedua, ia menemukan beberapa orang
bebas melewati petugas tiket dengan tiket bertanda tangan Bill Reilly. Bill
menjelaskan hal tersebut digunakan untuk "tujuan pemasaran."
5. Park menduga bahwa kolektor tiket juga mungkin mengakui teman-teman yang tidak
membeli tiket, meskipun pengamatan tidak memberikan bukti langsung dari ini.
Dari pengamatan Park tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan Leo Four-Plex Theater
memiliki kelemahan dalam sistem pengendalian. Hal tersebut terdiri dari:
1. Budaya perusahaan
2. Etika
3. Kualitas orang-orang untuk dipekerjakan
4. Bagaimana perusahaan dikendalikan
Saran yang dapat diberikan kepada Leo untuk memperbaiki sistem pengendalian manajemen
perusahaan, diantaranya:
1. Membuat kode etik untuk teater. Mereka perlu aturan negara perilaku dan sikap dalam
dokumen resmi, misalnya bahwa Anda harus selalu menagih pembayaran dari
pelanggan dan selalu mendaftar dalam daftar penjualan; dan juga bahwa Anda tidak
diperbolehkan untuk memasukkan uang ke kantong Anda sendiri, tanpa memanggil
pencuri karyawan, Tentu saja. Aturan-aturan ini juga harus jelas termotivasi
mengapa mereka harus diperhatikan. Untuk memastikan bahwa kita mendapatkan
efek yang diinginkan dari kode etik juga penting bahwa karyawan bisa
mempengaruhi dan mendiskusikan ini. Waktu karenanya harus dihabiskan untuk
resmi sesi diskusi dengan karyawan untuk memastikan bahwa setiap orang
mengambil kode serius.
2. Langkah kedua adalah untuk mendapatkan Bill Reilly untuk menetapkan contoh yang
baik dan tidak memberikan terlalu banyak gratis tiket. Nada dari atas harus
konsekuen. Ini harus cukup untuk hanya berbicara dengan Bill dan menjelaskan
bahwa perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dari dia memberikan terlalu
banyak tiket gratis.
3. Sebagai langkah terakhir kita perlu sesuatu untuk memotivasi karyawan selain dari
kode etik.Imbalan seperti bonus yang diberikan ketika tidak ada perbedaan dalam
perhitungan kas bisa digunakan. Hukuman juga dapat digunakan, misalnya jumlah
yang hilang dari kas setiap bulan mendapat diambil dari gaji karyawan.
Dari kasus Leo’s Theater tersebut, yang menjadi pertanyaannya ialah dimana letak
pengendalian (control) yang kurang? Setelah kita sudah mengidentifikasi perbaikan
pengendalian yang disarankan sebelumnya untuk Leo’s Theater maka berikut beberapa letak
kurangnya pengendalian pada Leo’s Theater.
Kontrol budaya terkadang tidak cukup untuk memecahkan beberapa masalah kurangnya
pengendalian, karena itu sangat longgar didefinisikan dan tidak memberikan tindakan yang
jelas. Namun, dengan penggunaan atas langkah masalah bisa diselesaikan dengan probabilitas
tinggi. Dalam kasus tiket-mengumpulkan, karyawan tersebut mungkin tidak menyadari
pentingnya memisahkan warna dengan benar. Dan semua karyawan harus menyadari
pentingnya melakukan pekerjaan yang baik dengan kesalahan paling mungkin. Sebuah
Theater kecil memiliki bukan arus kas besar. Bahkan penjualan beberapa minuman harus
terjadi dengan benar, mengingat keuntungan teater's. Dan karena "nada atas", sebagai
manajer top harus menjiwai filosofi, ia harus sangat hati-hati dengan membagi-bagikan tiket
gratis. Sebagai pengusaha melihat perilaku ceroboh ini, mereka tidak melihat alasan untuk
berperilaku berbeda.
Sumber Referensi:
Anthony, R.N., & Govindarajan, V. (2005). Management Control System. Salemba Empat:
Jakarta.
Merchant, K. A., & Van der Stede, W. (2014). Sistem pengendalian manajemen: pengukuran,
Kinerja, Evaluasi, dan Insentif. Salemba Empat: Jakarta.
Merchant, K. A., & Van der Stede, W. A. (2007). Management control systems: performance
measurement, evaluation and incentives. Pearson Education.