TENTANG
„„Potensi dan Sistem Perekonomian Masyarakat Kota dan Desa‟‟
DISUSUN OLEH :
1. RAHMANIA [200602064]
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan
Masyarakat Kota dan Desa ” makalah ini disusun dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah SOSIOLOGI DESA KOTA .
Mulai dari pemilihan kata, susunan kalimat hingga pada pembahasan yang
mungkin masih sangat rancu maka dari itu saya mengharapkan kritik
hari.
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi pendapatan yang
adil dan merata. Sebab pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini hanya dinikmati oleh sekelompok
kecil masyarakat, seperti: masyarakat perkotaan, sedangkan masyarakat pedesaan atau pinggiran
mendapat porsi yang kecil dan tertinggal. Kesenjangan di daerah ini semakin diperburuk karena
adanya kesenjangan dalam pembangunan antar sektor, terutama antara sektor pertanian (basis
ekonomi pedesaan) dan non-pertanian (ekonomi perkotaan). Ketidakberdayaan masyarakat
pedesaan salah satunya akibat kebijakan yang mismatch di masa lalu, yaitu kebijakan yang
melupakan sektor pertanian sebagai dasar keunggulan komparatif maupun kompetitif.
Hal ini di tunjang oleh harkat keterpandangan suatu keluarga di desa yang sangat di
tentukan oleh keberhasilan membina ketenangan keluarga, luas tanah pertanian, banyaknya
ternak, kendaraan yang digunakan kerja harta warisan, dan kesemuanya dapat dilihat dengan
mata serta berjangka guna dalam waktu relative panjang. Sehingga dapat dikatakan system
ekonomi subssitensi berlawanan dengan ekonomi pasar yang merupakan dasar pola konsumtif
masyarakat kota. Walaupun akhir-akhir ini dikembangkan pola keterbukaan informasi yang
menelusup di berbagai segi kehidupan, pola ekonomi subsistensi tetap bertahan di kawasan
pedesaaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut adanya sebuah permasalahan yaitu
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan dari penyusanan makalah tersebut adalah
a. Potensi ekonomi
Adanya fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi warga kota. Misalnya, pasar, pusat
perbelanjaan, bank, dan kawasan industri.
b. Potensi politik
Adanya aparatur kota untuk menjalankan tugas dalam melayani masyarakat, lembaga politik,
maupun partai polotik.
c. Potensi sosial
Memiliki fasilitas untuk menciptakan ketenangan hidup warga kota. Misalnya rumah sakit,
tempat ibadah, yayasan sosial dan lainnya.
d. Potensi budaya
Masyarakat Perkotaan dan pedesaan dapat dibedakan dalam beberapa aspek yang
dikelompokkan dalam masing-masing ruang, secara singkat perbedaan dapat diklasifikasikan
kedalam beberapa segi, Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
membedakan antara desa dan kota. Ciri-ciri tersebut antara lain :
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing
punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi
sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan
“berlawanan” pula. Meskipun tidak ada ukuran pasti kota memiliki pendudukan yang jumlahnya
lebih banyak dibandingkan desa. Hal ini mempunyai kaitan erat dengan kepadatan penduduk.
Lingkungan dipedesaan sangat jauh berbeda dengan diperkotaan lingkungan pedesaan terasa
lebih dekat dengan alam bebas, udara bersih, sinar matahari cukup, tanahnya segar diselimuti
dengan berbagai jenis tumbuhan dan berbagai jenis satwa. Air yang menetes merembes atau
memancar dari sumbernya yang kemudian mengalir melalui anak-anak sungai mengaliri petak-
petak sawah. Semua itu sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang sebagian besar
dilapisi beton dan aspal udara yang seringkali tersa pengap karena tercemar asap buangan
cerobong pabrik dan kendaraan bermotor.
Perbedaan paling menonjol adalah pada mata pencaharian kegiatan utama penduduk desa
berada disektor ekonomi primer yaitu bidang agraris sedangkan kota merupakan pusat kegiatan
sektor ekonomi sekunder yang meliuti bidang industri, disamping sektor ekonomi tertier yaitu
bidang pelayanan jasa. Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang
terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya
terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling
membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-
bahan pangan seperti beras, sayur-mayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga
kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-
proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang
becak. Bila pekerjaan di bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen
mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia, sebaliknya
kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan
pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatan untuk
memelihara kesehatan dan alat transportasi.
Sebagai contoh, bagi masyarakat perkotaan, ketika mereka ingin berlibur, pasti mereka ingin
berlibur disuatu desa yang sejuk dan damai, yang jauh dari kebisingan kota yang selama ini
bergulat dengannya. Begitu pula dengan masyarakat pedesaan, ketika merasa pekertajaan di desa
sudah tidak mencukupi lagi, pasti mereka ingin hijrah ke kota untuk mengadu nasib, keterkaitan
sederhana ini dapat kita pahami dan mengerti, betapa keduanya berada dalam tempat yang
berbeda namun tetap memiliki keuntungan masing-masing dari keduanya.Oleh karena itu, baik
keduanya tidak dapat dipisahkan, masyarakat perkotaan membutuhkan masyarakat pedesaaan,
begitupun sebaliknya keduanya mempunyai keterkaiatan yang erat dalam membangun
kelangsungan hidup bersama untuk menciptakan keselarasan yang seimbang. Adapun aspek-
aspek interaksi yang menunjukan hubungan antara pedesaan dengan perkotaan, selain aspek
positif, aspek negative juga mempengaruhi hubungan tersebut.
a. Kehidupan didesa masyarakatnya masih memegang teguh keagamaan atau adat dari
leluhur mereka.
b. Warga pedesaan lebih condong saling tolong-menolong tidak hidup individualisme
c. Warga pedesaan mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani.
d. Fasilitas-fasilitas masih sulit ditemukan dipedesaan
e. Warganya masih sulit untuk menerima hal baru atau mereka tertutup dengan hal-hal yang
baru
Sebagai masyarakat pedesaan, sudah barang tentu dengan segala kearifannya masyarakat
selalu memanfaatkan seoptimal mungkin potensi almnya, mulai dari bertami, berkebun,
berternak dan industri bata. Ketergentungan mereka terhadap lahan sangat kental nuansa
ekonomi maupun sosialnya. Sacara ekonomis, lahan dapat menjadi sumber kehidupan ekonomi
keluarga selain itu, mereka juga melakukan aktivitas penunjang atau usaha sambilan yang
diposisikan sebagai bentuk memenuhi kepentingan makan. Menurut tradisi masyarakat berternak
sebenranya tidak hanya menjadi bagian untuk meunjang ekonomi keluarga, tetapi juga bisa
menjadi bentuk investasi keluarga, yang bisa di gunakan untuk biaya mendirikan rumah,
pernikahan, atau pendidikan anak.
Dengan cara produksi dan pendapatan ekonomi keluarga, dapat diketahui bahwa lapangan
kerja masyarakat masih relatif homogen. Dalam hubungan ini, norma-norma dan tradisi yang
mengatur pengolahan lahan diharapkan bida arif dan bijaksana, karena fungsi lahan juga
mengandung nilai-nilai sosial yang perlu dikembngkan jika komunitas ini butuh
perkembangannya.
“…. dalam kehidupan masyarakat desa di Jawa, gotong-royong merupakan suatu system
pengnerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga
pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercoccok tanam di sawa” (Bintarto,
1980:9)
Untuk keperluan itu seseorang meinta dengan adat sopan santun kepada beberapa orang lain
sedesanya untuk membantunya dalam hal bertani maupun kegiatan lain di luar pertanian, tanpa
memungut biaya, namun petani tersebut harus berkewajiban untuk membantu apabila yang
dimintai tolong saat ini ganti membutuhkannya (salladien, 1989:3 ( melalui Hasan, Zaini &
Salladin, 1996: 251)). Seiring berkembangnya zaman barter tenaga sekarang berganti
menggunakan upah.
Gotong royong juga sering dikatakan pula sebagai ekonomi subsitensi Indonesia yang mengakar
dengan tujuan barter tenaga yang disertai cita-cita luhur demi kesejahteraan dan kebersamaan
penduduk desa. Ekonomi subsitensi mengandung makna hemat bagi para penduduk desa yang
umunya bertani, menjauhkan diri dari sikap konsumtif yang mencolok dan kurang hemat, seperti
kebnayakan penduduk kota.
Hal ini di tunjang oleh harkat keterpandangan suatu keluarga di desa yang sangat di tentukan
oleh keberhasilan membina ketenangan keluarga, luas tanah pertanian, banyaknya ternak,
kendaraan yang digunakan kerja harta warisan, dan kesemuanya dapat dilihat dengan mata serta
berjangka guna dalam waktu relative panjang. Sehingga dapat dikatakan system ekonomi
subssitensi berlawanan dengan ekonomi pasar yang merupakan dasar pola konsumtif masyarakat
kota. Walaupun akhir-akhir ini dikembangkan pola keterbukaan informasi yang menelusup di
berbagai segi kehidupan, pola ekonomi subsistensi tetap bertahan di kawasan pedesaaan.
Terlebih-lebih didesa yang terisolir, pola system subsistensi tetap mendominir (Hasan, Zaini &
Salladin, 1996: 252).
Kota yang berkembang adalah salah satu pertanda bahwa kota tersebut terbangun dengan baik.
Tetapi apakah kamu tahu Squad, perkembangan kota ternyata juga mempunyai dampak terhadap
masyarakat? Bukan hanya masyarakat kota saja lho, tetapi juga masyarakat desa bisa terkena
dampak perkembangan sebuah kota. Apa saja dampaknya? Yuk baca di artikel ini!
Berkembangnya sebuah kota tidak berarti bahwa pertumbuhan daerah tersebut berkembang
dengan baik. Terkadang, karena pertumbuhan kota yang terlalu cepat dan tidak terencana dengan
baik, dapat menimbulkan dampak untuk desa dan lahan di sekitarnya, di bawah ini adalah
contohnya!
Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsi nya
semula menjadi fungsi lain yang berdampak negatif terhadap lingkungan, hal ini biasanya
disebabkan oleh 3 faktor:
Faktor internal yang meliputi kondisi sosial ekonomi petani pengguna lahan
Faktor eksternal yang meliputi dinamika pertumbuhan kota, demografi dan ekonomi
Faktor kebijakan, yaitu adanya regulasi dari pemerintah tentang perubahan fungsi
lahan.
Dampak Positif
Keterbukaan desa menjadikan desa adalah kepanjangan kota, artinya desa yang terisolir
seratus persen hampir tidak ada, hal itu membawa dampak selain sosial-budaya yang berubah
juga mata pencaharian penduduk yang berubah. Dahulu kala pekerjaan masyarakat desa umunya
di bidang usaha sector tradisional, kemudian berubah ke sector formal bagi mereka yang
berpendidikan, saat ini menuju ke sector informal, misalnya pedagang kecil tukang becak,
tukang ojek, penjaja jasa lainnya (salladien, 1985: 64 (melaui Hasan, Zaini & Salladin .1996)).
Hal tersebut pula oleh kemajuan jalur-jalur transpportasi yang mulus. Dampak lebih jauh
adanya keterbukaan desa, mereka berpengharapan pindah ke kota atau urbanisasi akan dapat
meningkatkan penghasilan, pendidikan, pekerjaan, keternagakerjaan dan sebagainya apabila
tanpa upaya kebijakan yang tepa menyebabkan desa hanya ditinggali oelh mereka yang tua tua,
kurang inovatif, kurang terdidik, berpenyakitan, sehingga dapat merugikan desa itu sendiri.
Pada masa lampau usaha di bidang pertanian dapat mencukupi kebutuhan tiap keluarga,
pada saat ini penghasilan dari usaha di bidang pertanian kurang mencukupi, karena luas areal
pertanian yang tetap sedangkan jumlah penduduk keluarga petani makin bertambah, sehingga
luas lahan pertanian perkeluarganya menyempit, dampaknya penghasilan rerarta tiap keluarga
petani menurun (salladien 1985:4 (melaui Hasan, Zaini & Salladin .1996)). Disamping itu Clout
1984:35 (melalui Hasan, Zaini & Salladin .1996) kebutuhan tiap keluarga meningkat pula,
selarasa dengan informasi yang diteriam lewat media-media, misalnya dahulu cukup memiliki
sepeda tapi sekarang membutuhkan speeda motor karena jarak tempuh yang jauh, dahulu cukup
makan nasi dan garam sekarang makan-makanan yang lain, dan hal itu membutuhkan dana lebih
tinggi. Maka berupayalah mereka lewat berbagai kegiatan ekonomi, sehingga akhirnya terjadi
ketebukaan ekonomi dan muali meninggalkan system ekonomi subsitensi yang mononton.
F. Gambaran Ekonomi
Peningkatan taraf kesejahteraan sosial penduduk merupakan salah satu cara untuk
merealisasikan cita-cita luhur kemerdekaan, yakni untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang berorientasi hanya pada ekonomi
menyisakan banyak masalah krusial seperti kemiskinan, pengangguran dan juga ketidakmerataan
dari hasil-hasil pembangunan. Banyak negara berkembang yang dalam sejarah pembangunannya
mempunyai good record dalam pencapaian pembangunan ekonomi mereka, tetapi gagal dalam
memperbaiki tingkat kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pembangunan yang hanya
menitikberatkan pada kemajuan ekonomi semata telah terbukti tidak hanya memberikan hasil
yang tidak maksimal dari proses pembangunan itu sendiri tetapi juga memperlihatkan banyak
terjadi ketimpangan atau kesenjangan di dalam masyarakat.
Masalah kependudukan memiliki posisi yang sangat penting bagi pembangunan daerah,
sehingga data kependudukan sangat diperlukan sebagai penentu kebijakan maupun perencanaan
program. Lebih luas lagi data kependudukan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kegiatan
yang lalu dan yang sedang berjalan, bahkan dapat memperkirakan bentuk dan volume kegiatan
yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Dalam analisis pembangunan penduduk
merupakan salah satu variabel yang memegang peranan penting. Penduduk adalah sumber daya
dan aset jangka panjang. Sebuah perencanaan pembangunan di suatu daerah akan memberikan
hasil yang maksimal jika para stakehoulder memperhatikan masalah kependudukan di wilayah
mereka
Ray (1998) dalam bukunya, Economics Development, menyatakan bahwa tidak saja
pembangunan ekonomi yang mempunyai dampak terhadap penduduk, tetapi juga sebaliknya
perubahan penduduk mempunyai implikasi terhadap pembangunan perekonomian. Pembangunan
yang menfokuskan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia akan memberikan dampak
yang positif terhadap pembangunan di sebua\ wilayah, karena dengan besarnya
jumlah penduduk yang berkualitas akan menjadi modal pembangunan, dan sebaliknya
banyaknya jumlah penduduk dapat menjadi beban dari suatu pemerintahan jika kualitas
penduduknya rendah.
Kesimpulan
Ketimpangan pertumbuhan penduduk kawasan pedesaan dan perkotaan yang terjadi akhir-
akhir iniperlu diamati dengan cermat. Karena apabila tidak di antisipasi secara dini akan dapat
menimbulkan permasalahan yang rumit dan berkepanjangan, khususnya di bidang sosial.
Pembangunan desa yang cukup berhasil khusunya dalam program permasyarakatan keluarga
berencana ataupun karena fasilitas desa yang bertambah sehingga mampu mengubah status dari
desa-desa menjadi kota-desa. Tapi apabila hal tersebut di akibatkan karena arus urbanisasi
semata maka akan menjadi sebuah permasalahan didesa. Menurut klasifikasi sosial-budaya yang
di seluruh Indoensia terdiri dari kurang lebih 5000 jenis bahasa daerah, sehingga tampaknya dari
segi bahasa sangat heterogen. Namun, bila kita amati lebih dalam ternyata cenderung adanya
homogenitas masyarakat pedesaaan. Kenampakannya lebih cenderung ke arah memegang teguh
tradisi, mantapnya etnosentrisme masyarakat kawasan pedesaan.
Kota merupakan tempat di mana penghuninya dapat memenuhi hampir semua kebutuhan di
pasar yang berada pada kota tersebut. Perkembangan yang terjadi di kota memiliki beragam
potensi, yang diikuti dengan dampak atau masalahnya. Terlebih bagi keberadaan desa. Potensi
kota Buku Ekonomi Perkotaan untuk Perencanaan Kota Dalam Era Globalisasi (2018) karya
Djamester Simarmata, kota merupakan pusat berbagai pelayanan bagi masyarakat.
e. Potensi ekonomi
Adanya fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi warga kota. Misalnya, pasar, pusat
perbelanjaan, bank, dan kawasan industri.
f. Potensi politik
Adanya aparatur kota untuk menjalankan tugas dalam melayani masyarakat, lembaga politik,
maupun partai polotik.
g. Potensi sosial
Memiliki fasilitas untuk menciptakan ketenangan hidup warga kota. Misalnya rumah sakit,
tempat ibadah, yayasan sosial dan lainnya.
h. Potensi budaya
Adanya sarana kesenian maupun pendidikan yang dapat memberi gairah hidup bagi warga kota.