Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Larutan Elektrolit
Sebagian besar metode analitik didasari pada sifat-sifat elektrokimia larutan.
Bila pada suatu elektrolit dicelupkan dua buah elektroda kemudian dihubungkan
dengan rangkaian listrik luar, maka arus akan mengalir melalui larutan bila suatu
baterai diletakkan pada rangkaian luar, atau sistem elektrolit dengan kedua
elektrodanya sebagai suatu sel akan berperanan sebagai sumber energi dan akan
mengalir ke rangkaian luar. Efek ini akan bergantung pada sifat dan komposisi
larutan, materi elektroda, ukuran dan jarak elektroda, kehomogenan, temperatur,
sifat rangkaian luar, dan arah aliran arus pada rangkaian (Khopkar, 2008).
Elektroda disebut inert bila ia tidak berperan secara langsung dalam reaksi
kimia. Contoh elektroda inert adalah Pt, Au, C. Sedang elektroda aktif adalah
elektroda yang terbuat dari suatu unsur dan berada dalam kesetimbangan dengan ion
unsur tersebut dalam larutan, Ag, Hg, dan hidrogen misalnya adalah elektroda aktif.
Suatu elektroda gas (misal elektroda hidrogen) merupakan suatu lempeng kawat
platina penghantar listrik yang dialiri gas hydrogen pada permukaannya. Unsur-
unsur yang terlalu aktif seperti Cr dan Fe jarang digunakan sebagai elektroda karena
kemampuannya melakukan interaksi kimia secara langsung. Sedangkan elektroda
kalomel dan elektroda gelas merupakan kombinasi elektroda aktif dan inert dari
unsur yang sesuai. Sistem elektroda tersebut dikenal sebagai separuh sel (Khopkar,
2008).
Elektrolit ialah zat yang larutannya dalam air atau leburannya dapat
menghantarkan aliran listrik. Larutan elektrolit juga menunjukkan sifat koligatif,
tetapi lebih besar dari zat non elektrolit dengan konsentrasi yang sama. Dikatakan
larutan elektrolit memiliki sifat-sifat koligatif yang abnormal (Sukardjo, 1985).
Menurut Sukardjo, berdasarkan kenyataan bahwa larutan elektrolit dapat
menghantarkan aliran listrik dan menununjukkan sifat koligatif yang abnormal,
Svante Arrhenius memberikan teori disosiasi elektrolit yang isinya :
a. Larutan elektrolit dalam air terurai menjadi partikel-pertikel yang bermuata
listrik yang disebut ion.
b. Muatan dari masing-masing ion sama dengan valensinya.
c. Karena dari larutan sendiri netral, maka jumlah muatan postif dan negatif ion
dalam larutan sama.
d. Uraian elektrolit menjadi ion-ionnya tidak selalu sempurna. Uraian demikian
membentuk kesetimbangan dengan molekul-molekul yang tidak terurai.
Aliran listrik adalah aliran elektron. Dalam konduktor elektronik seperti
logam-logam, aliran ini dibawa oleh elektron-elektro di dalam logam. Dalam
konduktor elektrolitik, aliran listrik ini dibawa oleh ion-ion dalam larutan, karena itu

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

larutan elektrolit dapat menghantar aliran listrik. Disosiasi partikel elektrolit dapat
untuk menerangkan sifat koligatif. Disosiasi dari elektrolit tergantung dari
konsentrasi larutan, makin encer makin besar disosiasinya dan mencapai maksimum
pada pengenceran yang tidak terhingga (Sukardjo, 1985).

II.1.2 Pengertian Konduktometri


Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan pengukuran
daya hantar listrik larutan. Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis
dan konsentrasi senyawa ion. Gejala ini telah dipraktekkan di SMA untuk
membedakan larutan elektrolit dengan bukan elektrolit, dengan menggunakan bola
lampu yang dihubungkan dengan dua batang karbon dan arus listrik (Hendayana,
1994).
Prinsipnya sama saja, hanya pengukuran secara kuantitatif akan ditekankan.
Alat untuk melakukan percobaan ini adalah konduktometer yang dihubungkan
dengan dua elektroda sejenis, biasanya logam Pt. Dalam metode ini dikenal titrasi
konduktometri, kurvanya berupa antara daya hantar listrik (Ω) dengan volume
pereaksi pada titrasi larutan HCl oleh larutan baku NaOH (Hendayana, 1994).
Konduktometri merupakan analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik
suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang udah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar (Hendayana, 1994).
Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya
hantar listrik mempunyai satuan ohm -1. Bila arus listrik dialirkan ke dalam suatu
larutan melalui dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan
luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda
(l). Jadi, dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm-1 (Hendayana, 1994).

V (ml NaOH)
Gambar II.1 Kurva hubungan antara daya hantar listrik (Ω ¿dengan volume pereaksi yang
diperoleh dari pengukuran

Laboratorium Analisa Instrumen II-2


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.3 Daya Hantar Listrik


II.1.3.1 Daya Hantar Larutan
Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan
larutan, dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan
(Hendayana, 1994). Perhitungan daya hantar larutan adalah sebagai berikut :
1
Perbandingan disebut konstanta sel (θ), maka dari persamaan :
A
1 1 θ
k= ( ¿=
R A R

C θ
=
1000 R

1 C¿
= ¿
R 1000θ
Untuk larutan ionis A, B, dan C :

1 1
= (CA λ Ao + CB λ Bo + CC λ Co)
R 1000θ
(Hendayana, 1994).

II.1.3.2 Daya Hantar Ekivalen


Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya
hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen
terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua elektroda lem. Yang dimaksud
dengan berat ekivalen adalah berat molekul dibagu jumlah muatan positif atau
negatif. Contoh berat ekivalen BaCl 2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan
(cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh

1000
V= C

dimana C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000 menunjukkan


1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak
kedua elektroda (l) (Hendayana, 1994).
V=IxA

dengan I sama dengan 1 cm,


1000
V=A=
C
Laboratorium Analisa Instrumen II-3
Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Subtitusi persamaan ini ke dalam persamaan diatas diperoleh :

1 1000 k
G= =
R C
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila satu
gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.

1000 k
C

Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi symbol o yang harganya
tertentu untuk setiap ion (Hendayana, 1994).

Tabel II.1 Pengaruh konsentrasi pada daya hantar ekivalen


Konsentrasi NaCl ek/l
0,1 106,7
0,01 118,5
0,001 123,7
∞ 126,4 (^o)

Tabel II.2 Daya hantar ekivalen ion


Kation λ +o Anion λ -o
H3O+ 349,8 OH- 199,0
Li+ 38,7 Cl- 76,3
Na+ 50,1 Br- 78,1
K+ 73,5 I- 76,8
NH4+ 73,4 NO3- 71,4
Ag+ 61,9 ClO- 67,3
Mg2+ 53,1 C2H3O2- 40,9
Ca2+ 59,5 SO42- 80,0
Ba2+ 63,6 CO32- 69,3
Pb2+ 69,5 C2O42- 74,2
Fe3+ 68,0 Fe(CN)64- 110,5

II.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi DHL


Konduktansi adalah kebaikan dari tahanan, atau bisa ditulis :

1
Konduktansi =
R

Laboratorium Analisa Instrumen II-4


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Parameter penting yang banyak digunakan dalam mempelajari mekanisme


pengantaran listrik dalam larutan adalah kebalikan dari tahanan spesifik yang disebut
konduktansi spesifik mempunyai satuan ohm -1m-1 atau sering disebut dengan S adalah
siemen. Dalam suatu larutan elektrolit muatan listrik akan dibawa oleh ion-ion. Ion-
ion postif (kation) akan bergerak dalam larutan menuju katoda (kutub negatif),
sedangkan ion-ion (anion) bergerak menuju anoda. Ion-ion yang paling mudah
tereduksi atau teroksidasi mungkin akan menerima atau melepaskan elektron sehinga
akan menyebabkan perubahan komposisi larutan akibat penghantaran arus searah
(Petrus, 2014).
Konduktivitas larutan elektrolit tergantung pada tiga faktor: jumlah muatan,
mobilitas, dan konsentrasi ion. Ion dengan dua muatan misalnya A 2- akan mampu
menghantarkan dua kali muatan listrik yang dapat dihantarkan ion A -1. Mobilitas ion
adalah kecepatan bergerak ion dalam larutan. Mobilitas ion dipengaruhi oleh sifat-
sifat solven, beda tegangan listrik, dan ukuran ion (yakni semakin besar ion akan
semakin kurang mobilitasnya) (Petrus, 2014).
Mobillitas ion juga dipengaruhi oleh suhu dan viskositas dari solven. Untuk ion,
solven, dan suhu tertentu, konduktansi ditentukan oleh konsentrasi ion. Oleh karena
itu, konsentrasi ion dapat ditentukan berdasar nilai konduktansi larutan. Konsentrasi
merupakan variabel yang penting dalam larutan elektrolit maka biasanya
konduktivitas larutan elektrolit dihubungkan dengan konsentrasi melalui besaran
konduktivitas ekivalen (Petrus, 2014).

k
Λ=
Ceq

Λ = konduktivitas ekivalen
k = konduktivitas per satuan volume larutan
Ceq = konsentrasi ekivalen larutan
Karena masing-masing ion adalah bermuatan listrik, maka dalam larutan akan
terjadi interaksi elektrostatik (Saling tolak atau saling Tarik) diantara ion-ion tersebut.
Interaksi ini akan semakin besar dengan semakin tinggi konsentrasi. Maka hanya
dalam keadaan sangat encer (infinite solution) sajalah larutan elektrolit akan
berkelakuan ideal (Petrus, 2014).
Menurut buku petunjuk analisis bahan UGM konduktometer pada dasarnya
adalah alat pengukur konduktansi yang biasanya berupa sebuah jembatan Wheatstone
dan cell konduktivitas seperti yang secara skematik terlihat dalam Gambar 1. Tahanan
A adalah sebuah cell yang berisi sampel yang ditinjau. Tahanan B adalah tahanan
variabel sedangkan tahanan D dan E sudah tertentu harganya. Tahanan B dan
kapasitor C dapat diatur hingga titik setimbang dapat tercapai. Dalam keadaan ini
berlaku persamaan:
RA RD
= ℜ
RB
Laboratorium Analisa Instrumen II-5
Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nilai konduktometri dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:


A. Suhu
Pada suhu yang semakin tinggi, ternyata mobilitas elektron bergerak semakin
cepat. Hal ini disebabkan pada suhu tinggi elektron akan menyerap energi dari
lingkungan untuk melakukan ionisasi. Semakin banyak jumLah ion-ion dalam
larutan, mengakibatkan semakin besar nilai dari konduktansinya.
B. Kosentrasi
Konduktansi juga dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin besar konsentrasi
menyebabkan semakin besarnya konduktansi. Hal ini disebabkan pada larutan
yang pekat interaksi ionnya akan semakin mudah jika dibandingkan dengan
larutan yang encer. Selain itu konsentrasi yang besar juga akan menyebabkan
tumbukan partikel semakin sering, yang memberi dampak pada semakin
banyak pula ion yang dihasilkan, dan oleh karena itu konduktansi dari suatu
larutan elektrolit akan semakin besar. Konduktansi akan menghasilkan hasil
yang akurat apabila diukur pada larutan yang encer. Karena ion-ion yang
terdapat pada larutan yang encer mempunyai mobilitas yang tinggi jika
dibandingkan dengan larutan pekat.

Gambar II.2 Prinsip Penghantaran Listrik Berdasarkan Wheatstone

II.1.5 Titrasi Asam-Basa


Di tahun 1923, Bronsted mempresentasikan suatu pandangan baru tentang
perilaku asam-basa yang mempertahankan kebenaran perlakuan kesetimbangan
Arrhenius tetapi secara konseptual lebih luas dan memberikan informasi yang jauh

Laboratorium Analisa Instrumen II-6


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lebih banyak. Dalam pengertian Bronsted, asam adalah segala zat yang dapat
memberikan proton, dan basa adalah zat yang dapat menerima proton. Ion
hidroksida, pastinya adalah suatu akseptor proton dan karena itu merupakan basa
Bronsted, tetapi ion itu tidak unik; ion tersebut adalah satu dari banyak spesies yang
dapat mempertunjukkan perilaku dasar. Ketika suatu asam menghasilkan proton,
spesies yang kekurangan harus mempunyai sedikit afinitas proton, sehingga
merupakan suatu basa. Jadi dalam perlakuan Bronsted kita menemui pasangan asam-
basa konjugasi (Underwood, 1998).
Metode konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titik ekivalen
suatu titrasi, salah satunya adalah titrasi asam basa. Sebagai contoh, larutan HCl
dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Daya
hantar H+ turun sampai titik ekivalen tercapai, dalam hal ini jumlah H + makin
berkurang di dalam larutan. Sedangkan daya hantar OH - di dalam larutan bertambah.
Jumlah ion Cl- di dalam larutan tidak berubah karena itu daya hantarnya konstan
dengan penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan-lahan
sesuai dengan jumlah ion Na+ (Hendayana, 1994).
H+ OH-

1
R
Daya hantar

Na+

Cl-

Gambar II.3 Titrasi larutan HCl oleh NaOH

Sebelumnya telah disebutkan bahwa supaya suatu reaksi kimia cocok


digunakan dalam titrasi, reaksinya harus sempurna pada titik ekivalen. Derajat
kesempurnaan reaksi menentukan ukuran dan ketajaman berbagai vertikal dari
kurva titrasi. Semakin besar tetapan kesetimbangan, semakin sempurna reaksinya,
semakin besar perubahan pH dekat titik ekivalen, dan semakin mudah untuk
menempatkan titik ekivalen dengan presisi yang bagus (Underwood, 1998).
Asam dan basa kuat terurai sempurna dalam larutan berair. Oleh karena itu,
pH pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari jumlah
stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi. Pada titik ekivalen, pH
ditentukan oleh tingkat terurainya air. Pada 25 oC pH air murni adalah 7,00
(Underwood, 1998).

Laboratorium Analisa Instrumen II-7


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai contoh, larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua Larutan ini adalah
penghantar listrik yang baik. Kirva titrasinya ditunjukkan pada gambar . Daya hantar
H+ turun sampai titik ekivalen tercapai, dalam hal ini jumlah H + makin berkurang di
dalam larutan, sedangkan daya hantar OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah Ion Cl -
di dalam larutan tida berubah karena itru daya hantarnya konstan dengan
penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan – lahan sesuai
dengan jumlah ion Na+ [ CITATION Sum94 \l 1057 ].

Gambar II.4 Titrasi Larutan HCl oleh NaOH

Gambar II.5 Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat

Laboratorium Analisa Instrumen II-8


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.6 Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat

Gambar II.7 Titrasi Asam Lemah oleh Basa Lemah

Gambar II.8 Titrasi Campuran Asam oleh Basa Kuat

Laboratorium Analisa Instrumen II-9


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.9 Titrasi ion Cl-oleh AgNO3

II.1.6 Prinsip Kerja Alat Konduktometri


Menurut jurnal Karakteristik Permukaan Bahan Isolator Karet Silikon
Terhadap Kemampuan Menolak Air dengan nomor ISSN 1412-5080, cara
mengkalibrasi alat konduktometer adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan pengukur konduktometer yang berbentuk silinder dengan
menggunakan air destilasi, dengan cara menyemprotkan pada lubang yang
tersedia.
2. Mempersiapkan termometer gelas dan mengukur suhu dari larutan standard
solution HI7030.
3. Kemudian memasukkan pengukur konduktivitas yang berbentuk silinder ke
dalam larutan standard solution HI7030, sesuaikan suhu pada konduktometer
dengan suhu termometer.
4. Kemudian menekan tombol COND, untuk mendapatkan nilai konduktivitas
dengan larutan tersebut. Sesuaikan nilai konduktivitas dengan suhu, dengan
cara melihat tabel pada standard solution HI7030. Jika nilainya tidak sesuai,
maka diatur nilai konduktivitas dengan menggunakan obeng kecil (satu set
dengan konduktometer), dengan cara memutar lubang yang ada pada sisi
kanan konduktometer, hal ini dilakukan hingga mendapatkan angka yang
sesuai dengan tabel yang ada pada standard solution HI7030.
Untuk menghindarkan elektrolisis, pengukuran hantaran dilakukan dengan
arus bolak-balik (AC). Frekuensinya sekitar 1000 Hz. Diperlakukan pengocokan yang
efisien. Biasanya menggunakan suatu jembatan wheatstone yang dimodifikasi untuk
melakukan penentuan hantaran elektrolit (L) yang beroperasi pada sumber energi AC
(arus bolak-balik). Ini diperhatikan pada R 3Rx adalah tahanan-tahanan geser yang
dapat diatur nilai perbandingannya, dan dapat diatur sedemikian rupa sehingga R 1 =
R2 ; Rx adalah tahanan sel penghantarnya sedang R 2 adalah tahanan standar. Rx dibuat
paralel dengan Cx; ini menyebabkan pergeseran fase pada potensial bolak-balik
sepanjang Rx; disetimbangkan pada kapasitor C. Kondisi kesetimbangan ini dapat

Laboratorium Analisa Instrumen II-10


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

diamati dengan seksama dengan menggunakan Galvanometer AC, maupun sistem


earphone. Suatu kondisi kesetimbangan terbentuk bila output (keluaran) dari
amplifier, ataupun suara dari earphone mempunyai nilai nol (Khopkar, 2008).

II.1.7 Titik Ekivalen Konduktometri


Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan
konduktometri bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan
untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar
sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti
selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap, tetapi
pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi
dengan konsentrasi (Khopkar, 2008).
Reaksi netralisasi menunjukkan kurva untuk pengukuran titrasi NaOH
terhadap HCl. Akan terlihat bahwa hantaran ion H + berkurang sampai titik ekivalen
tercapai, kemudian dengan penambahan titran terlihat bahwa hantaran total sesudah
titik ekivalen akan naik kembali. Ion Cl - tidaklah memberikan sumbangan terhadap
hantaran, tetapi ion Na+ memberikan sumbangan yang cukup berarti. Ion H+ sendiri
memberikan sumbangan 82% sedang Cl- memberikan sumbangan 18% dari hantaran
(Khopkar, 2008).
Reaksi-reaksi pengendapan dan penggantian seperti reaksi NH 4Cl + NaOH
dapat dilaksanakan dengan konduktometri. Titrasi asam lemah terhadap basa lemah
dapat dengan mudah dilaksanakan secara konduktometri. Pada titik ekivalen
hantaran turun pada tingkat yang paling rendah. Sebagai contoh, ttrasi AgSO 4 vs BaCl2
dapat dititrasi secara konduktometris sapai titik akhir, yaitu dengan terbentuknya
BaSO4 secara kuantitatif (Khopkar, 2008).
Titrasi konduktomteri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah
reaksi cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan
konsentrasi ionik terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe 3+ dengan KMnO4, dimana
perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil membandingkan
besarnya konduktansi total (Khopkar, 2008).

II.1.8 Kelebihan-Kekurangan Metode Konduktometri


Menurut Basset (1994), kelebihan dan kekurangan dengan menggunakan
metode konduktometri adalah :
- Lebih mudah daripada titrasi yang lainnya
- Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur
- Titrasi ini tidak perlu menggunakan indikator

Laboratorium Analisa Instrumen II-11


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.2 Aplikasi Industri


PENGARUH PENAMBAHAN ZIRKONIUM SILIKAT ( ZrSiO4)
SEBAGAI INSULATOR TERMAL TERHADAP
NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL LINER HTPB
Aprilia Erryani, LAPAN
2011

Liner adalah material elanstomer yang digunakan sebagai perekat dan


insulator termal atau pelapis pelindung panas anatara propelan dan tabung roket.
Material liner yang cocok digunakan pada motor roket dalah komponen liner yang
hampir sama dengan propelan agar propelan dapat merekat kuat pada liner. Pada
umumnya liner memiliki komponen yang sama dengan propelan hanya saja tanpa
kandungan oksidator. Komponen liner diharapkan memiliki resin curable polimer dan
curatif yang sama dengan binder propelan. Hydroxyl terminated polybutadiene
( HTPB ) adalah polimer butadiena yang diterminasi oleh gugus fungsional hidroksil
pada setiap ujungnya. HTPB masuk ke dalam kelas polimer polyol. HTPB Bila
direaksikan dengan Toluene Diisocyanat ( TDI ) akan membentuk polyrethane,
material sintesis yang stabil dan mudah disimpan.HTPB digunakan secara luas pada
aplikasi seperti : perekat, binder, pelapis yang tahan air dan anti korosi, elastomer
dan lain – lain. Sifat – sifat ini didapat dari karakter hidrofobik dan rendahnya Tg dari
polibutadiena.
Untuk pembuatan sampel, pertama dicampurkan HTPB: TDI dengan
perbandingan 12:1 lalu diaduk selama 10 menit. Kemudian dicampurkan ZrSiO 4
sebanyak 5 dan 10% dari berat HTPB:TDI, masing – masing ukuran partikel 40, 100
dan 170 mesh. Setelah diaduk dan tercampur rata, sampel di vacum dan dimasukkan
kedalam sampel pan dan dipanaskan dalam oven selama 4,5 jam dengan suhu 70℃.
Karakterisasi yang diuji adalah uji konduktivitas termal menggunakan
konduktometer QTM 500 menggunakan probe PD 11 untuk pengukuran standard
nilai K dari 1 – 0,01 W/Mk.
Dari hasil uji konduktivitas termal bahwa nilai konduktivitas termal turun
secara signifikan dengan adanya penambahan ZrSiO4. Dari perbedaan komposisi dan
ukuran partikel filler juga sedikit mempengaruhi nilai konduktivitas termal.
Penurunan nilai konduktivitas termal terlihat sangat signifikan setelah ditambahkan
material insulator ZrSiO4. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kehadiran filler
ZrSiO4 sangat berpengaruh terhadap sifat hantaran panas pada liner. Dilihat dari
hasil analisa nilai konduktivitas termal dapat diambil kesimpulan bahwa ZrSiO 4 dapat
digunakan untuk menurunkan nilai konduktivitas termal yang juga dipengaruhi oleh
persentase ZrSiO4 dan semakin kecil nilai konduktivitas termal yang dihasilkan. Nilai
konduktivitas termal liner HTPB dengan filler ZrSiO 4 ini jauh lebih kecil apabila

Laboratorium Analisa Instrumen II-12


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dibandingkan dengan nilai konduktivitas termal liner yang biasa digunakan LAPAN
yaitu epoksi dengan nilai konduktivitas termalnya mencapai sekitar 0,22 W/ Mk.

Laboratorium Analisa Instrumen II-13


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Anda mungkin juga menyukai