“Penggolongan obat”
OLEH:
WIRANDA FITRI
20334128
DOSEN PENGAMPU :
ErpitaYanti,AMd.Kep,SKM,M.Mkes
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat serta
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di
buat agar bias memenuhi tugas mata kuliah farmakologi dengan dosen
pembimbing Erpita Yanti, AMd.Kep, SKM,M.Mkes di Universitas Negri Padang.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembacanya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada allah Yang Maha Esa,dan juga
kepada ibu selaku dosen mata kuliah. Tugas makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembacanya. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak uang telah membantu proses pembuatan makalah ini,
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu, kritik dan saran yang bembangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Wiranda Fitri
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....
Latar Belakang……………………………………………………………
Rumusan Masalah……………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….
1. Agens antidiabetik………………………………………………..
2. Agens tiroid dan paratiroid……………………………………….
3. Agens adronokortikosteroid……………………………………...
4. Agens hipotalamik dan hipofisis………………………………..
5. Diuretik dan obat yg mempengaruhi saluran kemih………….
Kesimpulan………………………………………………………………
Saran …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan waktu, dunia kesehatan berbagai obat
baru telah ditemukan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat
tersebut juga semakin banyak. Kemajuan yang pesat di bidang kedokteran dan
farmasi telah menyebabkan produksi berbagai jenis obat meningkat sangat
tajam. Setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi pengaruh kolektif
salah satunya dari faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, dan
persepsi.
A.Penggolongan obat
1. Agens antidiabetik
a.Golongan Sulfonilurea
Bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin di pankreas sehingga
hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi. Terdapat
beberapa jenis sulfonilurea yang tidak terlalu berbeda dalam efektivitasnya.
Perbedaan terletak pada farmakokinetik dan lama kerja. Termasuk dalam
golongan ini adalah: Klorpropamid, Glikazid, Glibenklamid, Glipizid, Glikuidon,
Glimepirid, Tolazalim dan Tolbutamid.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat golongan ini :
2). Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan fungsi
hati dan ginjal. Klorpropamid dan glibenklamid tidak dianjurkan untuk pasien
usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal. Pada pasien insufisiensi ginjal
dapat digunakan glikuidon, gliklazid atau tolbutamid yang kerjanya singkat.
7). Dosis, sebaiknya dimulai dengan dosis lebih rendah dengan 1 kali
pemberian, dosis dinaikkan sesuai dengan respons terhadap obat.
b. Golongan Biguanid
Bekerja dengan cara menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan. Termasuk dalam golongan ini adalah
Metformin, Fenformin, Buformin. Efek samping yang sering terjadi (20% dari
pemakai obat) adalah gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual,
muntah, rasa tidak enak di abdomen dan diare.
d. Golongan Thiazolidindion
Bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap
insulin. Berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferators activated receptor-
gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi insulin.
Golongan ini merupakan golongan baru dari ADO. Termasuk kedalam golongan
ini adalah Pioglitazone, Rosiglitazone.
e.Golongan penghambat alphaglukosidase
Yang termasuk dalam golongan ini adalah Akarbosa dan Miglitol yang
bekerja dengan cara menghambat alphaglukosidase yang mengubah
di/polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat dan
menghambat penyerapan karbohidrat.
Gugup dan tremor (gemetar): seiring dengan agitasi, gejala ini bisa
menandakan fungsi berlebih kelenjar tiroid (juga dikenal sebagai
hipertiroid).
Sakit dan nyeri: nyeri otot dan nyeri dapat menyertai berbagai jenis
masalah tiroid.
3.Agens adrenokortikosteroid
Hormon adenokortikoid merupakan hormon steroid yang disintesis dari
kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks. Pengeluaran
hormon ini dipengaruhi oleh adreno cortico tropin hormon (ACTH) yang berasal
dari pituitary anterior. Hormon ini disebut pula dengan nama
adrenokortikosteroid, adrenokortikal, kortikosteroid atau kortikoid. Beberapa
fungsi fisiologinya behubungan dengan sistem kardiovaskular dan darah,
sistem sraf pusat, otot polos dan stress. Hormon adrenokortikoid dibagi menjadi
dua kelompok yaitu hormon mineralokortikoid dan glukokortikoid.
a. Hormon mineralokortikoid
Hormon ini terutama digunakan untuk pengobatan penyakit Addison
kronik, suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi kelenjar
adrenalis karena sesuatu hal, mis: Tumor kelenjar, sehingga produksi
hormon menurun. Karena penyakit Addison sukar disembuhkan, maka
pengobatan dapat berlangsung seumur hidup. Hormon ini dapat
meningkatkan pemasukan ion natrium dan pengeluaran kalium ditubulus
ginjal.
b. Hormon Glukokortikoid
Hormon glukokortikoid mempunyai efek anti radang dan digunakan untuk
pengobatan kelainan pada jaringan kolagen, kelainan hematologist
(leukemia) dan pernafasan (asma), untuk pengobatan rematik,
pengobatn rematik karena alergi tertentu, seperti dermatologis yang
berat, penyakit saluran cerna dan penyakit hati. Hormon glukokortikoid
efektif untuk pengobatan penyakit schock Addison, sembab otak,
hiperkalsemia dan miastenia gravis.
Hormon glukokortikoid dapat berbahaya bila digunakan secara tidak
tepat. Penggunaan jangka panjang menyebabkan efek samping cukup
berat, seperti hipokalemia, tukak lambung, penekanan pertumbuhan,
osteoporosis, muka bulat, penekanan sekresi kortikotropin, atropi kulit,
memperberat penyakit diabetes mellitus, mudsh terkena infeksi,
glaucoma, hipertensi, gangguan menstruasi, dan perubahan mental dan
tingkah laku. Penghentian pengobatan secara tiba-tiba menyebabkan
ketidakcukupan adrenal yang akut, dan menimbulkan gejala withdrawal,
seperti otot menjadi lemah, nyeri otot, demam, perubahan mental, muia,
hipoglikemi, hipotensi, dehidrasi dan bahkan kadang-kadang
menyebabkan kematian. Oleh karena itu pada pengobatan jangka
panjang dengan glukokortikoid, penghentian obat harus dilakukan
dengan mengurangi dosis secara bertahap.
Mekanisme kerja hormon glukokortikoid berhubungan dengan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak serta dapat merangsang
sintesis glukosa dan glikogen. Efek anti radang hormon glukokortikoid
berhubungan dengan kemampuannya untuk merangsang biosintesis
protein lipomodulin, yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase
A2 sehingga mencegah pelepasan mediator proses peradangan, yaitu
asam arakhidonat dan metabolitnya, seperti prostaglandin, leukotrien,
tromboksan dan prostasiklin. Glukokortikoid dapat memblok jalur
siklooksigenase dan lipooksigenase, sedangkan NSAID hanya
mengeblok jalur siklooksigenase. Hal ini dapat dijelaskan mengapa
glukokortikoid mempunyai aktivitas antiradang yang lebih besar
dibanding NSAID. Contoh obat-obat yang termasuk ke dalam horman
kortikosteroida adalah sbb:
Kortison asetat
Hidrokortison
Prednison
Prednisolon
Metil prednisolon
Parametason
Triamniolon
Fluokortolon
Betametason
Deksametason
Karena berasal dari dua sumber, hipofisis sebenarnya terdiri dari dua kelenjar
yang bersatu secara anatomis tetapi mempunyai fungsi yang berbeda:
Diuretik merupakan zat yang bertujuan untuh peluruh urine, jadi efeknya
akan urine akan cepat terkumpul yang kemudian akan selalu kencing, atau
yang biasa disebut orang sunda yaitu beser papang bae, Diuretika merupakan
zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja
langsung terhadap ginjal. Obat-obat lain yang menstimulasi diuresis dengan
mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini
seperti zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin),
memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon
antidiuretik ADH (air, alkohol). Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal.
Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan
memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja
pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari
organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam
keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga,
interaksi antara obat dengan reseptor. Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa
jenis diuretik yang diketahui pada saat ini. Antara lain :
c. Tubuli distal
Di bagian pertama, Na di reabsorbsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrate
menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja
ditempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na dan Cl sebesar 5-10%. Di
bagian kedua ion Na ditukarkan dengan ion K atau NH, proses ini dikendalikan
oleh hormone anak ginjal aldosteron. antagonis aldosteron (spironolakton) dan
zat-zat penghemat kalium (amilorida triamteren) bertitik kerja disini dengan
mengakibatkan ekskresi Na (kurang dari 5%) dan retensi K.
d. Saluran pengumpul
Hormone antidiuretik ADH (vasopressin) dan hipofisis bertitik kerja disini
dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran
pengumpul.
Jenis Diuretik:
Efek samping:
Dosis : mannitol (tablet) dalam kemasan plabottle 250 ml (25 gr) dan 500 ml
(gr) dan sebelum digunakan dihangatkan terlebih dahulu untuk melarutkan
kristal-kristalnya. (injeksi) dosis yg diberikan 0,25 – 1 gr/kgBB dan diberikan
selama 10-15 menit.
(infus) dengan dosis 1,5 – 2 gr/kgBB yang diberikan selama 30-60 menit.
Efek samping :
a. Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3-
b. Batu ginjal (batu fosfat dan kalsium)
c. Peningkatan sekresi NaHCO3 meningkatkan eksresi K
d. Parestesia, disorientasi
Contohnya : (1) Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren) serta (2) Antagonis
aldosteron (spironolactone, eplerenone).
e.DIURETIK KUAT
Memiliki efek diuretik kuat. Merupakan obat lini pertama pada gagal jantung dan
efektif untuk hipertensi dengan gagal ginjal (berlawanan dengan tiazid).
B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pharmacy.my.id/2018/01/mekanisme-obat-diuretik.html
ONUKI, H., MIZUTANI, M., YANAGISAWA, M., ENOMOTO, S., NOMURA, K.,
& OKUBO, H. (1962). Effects of a Few Antibiotics and Adrenocorticosteroid on
Experimental Pneumococcal Intradermal Infection of Rabbits. The Keio journal
of medicine, 39, 278-284.