Anda di halaman 1dari 23

Makalah Farmakologi

“Penggolongan obat”

OLEH:
WIRANDA FITRI
20334128

DOSEN PENGAMPU :
ErpitaYanti,AMd.Kep,SKM,M.Mkes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat serta
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di
buat agar bias memenuhi tugas mata kuliah farmakologi dengan dosen
pembimbing Erpita Yanti, AMd.Kep, SKM,M.Mkes di Universitas Negri Padang.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembacanya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada allah Yang Maha Esa,dan juga
kepada ibu selaku dosen mata kuliah. Tugas makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembacanya. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak uang telah membantu proses pembuatan makalah ini,
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu, kritik dan saran yang bembangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Sumatra Barat, 26 Maret 2021

Penulis

Wiranda Fitri
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....

Latar Belakang……………………………………………………………

Rumusan Masalah……………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….

1. Agens antidiabetik………………………………………………..
2. Agens tiroid dan paratiroid……………………………………….
3. Agens adronokortikosteroid……………………………………...
4. Agens hipotalamik dan hipofisis………………………………..
5. Diuretik dan obat yg mempengaruhi saluran kemih………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………….

Kesimpulan………………………………………………………………

Saran …………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan waktu, dunia kesehatan berbagai obat
baru telah ditemukan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat
tersebut juga semakin banyak. Kemajuan yang pesat di bidang kedokteran dan
farmasi telah menyebabkan produksi berbagai jenis obat meningkat sangat
tajam. Setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi pengaruh kolektif
salah satunya dari faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, dan
persepsi.

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran


tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara
kesehatan. Obat adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana
mestinya dapat membahayakan penggunanya, tetapi jika obat digunakan
dengan tepat dan benar maka diharapkan efek positifnya akan maksimal dan
efek negatifnya menjadi seminimal mungkin. Oleh karena itu sebelum
menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar
penggunaannya tepat dan aman.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
1. Apa itu agens antidiabetik?
2. Apa itu Agens tiroid dan paratiroid?
3. Apa itu Agens adronokortikosteroid?
4. Apa itu Agens hipotalamik dan hipofisis?
5. Apa itu Diuretik dan obat yg mempengaruhi saluran kemih?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
penggolongan obat.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Penggolongan obat

1. Agens antidiabetik

Obat Antidiabetik atau Hipoglycaemic agent adalah obat yang digunakan untuk


menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus atau kencing
manis. Berdasarkan mekanisme kerjanya, dapat dibagi menjadi 5 golongan,
yaitu:

a.Golongan Sulfonilurea
Bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin di pankreas sehingga
hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi. Terdapat
beberapa jenis sulfonilurea yang tidak terlalu berbeda dalam efektivitasnya.
Perbedaan terletak pada farmakokinetik dan lama kerja. Termasuk dalam
golongan ini adalah: Klorpropamid, Glikazid, Glibenklamid, Glipizid, Glikuidon,
Glimepirid, Tolazalim dan Tolbutamid.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat golongan ini :

1). Golongan sulfonil urea cenderung meningkatkan berat badan.

2). Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan fungsi
hati dan ginjal. Klorpropamid dan glibenklamid tidak dianjurkan untuk pasien
usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal. Pada pasien insufisiensi ginjal
dapat digunakan glikuidon, gliklazid atau tolbutamid yang kerjanya singkat.

3). Wanita menyusui, porfiria dan ketoasidosis merupakan kontraindikasi


bagi pemberian sulfonilurea.

4).Insulin kadang-kadang diperlukan bila timbul keadaan patologis tertentu


seperti infark miokard, infeksi, koma dan trauma. Insulin juga diperlukan
pada keadaan kehamilan.
5). Efek samping, umumnya ringan dan frekuensinya rendah diantaranya
gejala saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologik termasuk
trombositopenia, agrunolositosis dan anemia aplastik dapat terjadi tetapi
jarang sekali. Hipoglikemi dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu
ketat, juga pada gangguan fungsi hati/ginjal atau pada orang usia lanjut.
Hipoglikemia sering ditimbulkan oleh ADO kerja lama.

6). Interaksi, banyak obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea sehingga


risiko terjadinya hipoglikemia dapat meningkat.

7). Dosis, sebaiknya dimulai dengan dosis lebih rendah dengan 1 kali
pemberian, dosis dinaikkan sesuai dengan respons terhadap obat.

b. Golongan Biguanid
Bekerja dengan cara menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan. Termasuk dalam golongan ini adalah
Metformin, Fenformin, Buformin. Efek samping yang sering terjadi (20% dari
pemakai obat) adalah gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual,
muntah, rasa tidak enak di abdomen dan diare.

c.Golongan analog Meglitinid


Bekerja dengan cara mengikat reseptor sulfonilurea dan menutup ATP-
sensitive potassium chanel. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
Repaglinid.

d. Golongan Thiazolidindion
Bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap
insulin. Berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferators activated receptor-
gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi insulin.
Golongan ini merupakan golongan baru dari ADO. Termasuk kedalam golongan
ini adalah Pioglitazone, Rosiglitazone.
e.Golongan penghambat alphaglukosidase
Yang termasuk dalam golongan ini adalah Akarbosa dan Miglitol yang
bekerja dengan cara menghambat alphaglukosidase yang mengubah
di/polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat dan
menghambat penyerapan karbohidrat.

2. Agens tiroid dan paratiroit


Penyakit tiroid adalah masalah umum yang menyebabkan
ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh Anda. Masalah terjadi ketika
kelenjar tiroid menjadi kurang aktif (hipotiroid) atau terlalu aktif (hipertiroid).
Kondisi kelenjar ini pada dasarnya berbentuk kupu-kupu kecil yang ditemukan
di depan leher.

Produksi hormon tiroid yang tidak memadai akan mengakibatkan ketidak


seimbangan reaksi kimia dalam tubuh Anda. Ada beberapa penyebab,
termasuk penyakit autoimun, pengobatan untuk hipertiroid, terapi radiasi,
operasi tiroid dan obat-obatan tertentu. Gangguan tiroid juga dapat disebabkan
oleh infeksi, seperti virus atau bakteri, yang bekerja dengan cara yang sama
seperti antibody menyebabkan peradangan pada kelenjar. Obat-obatan
seperti interferon dan amiodarone, diketahui menyebabkan kerusakan sel-sel
tiroid dan menyebabkan masalah tiroid. Gejala umum dari penyakit pada
hormon di leher ini termasuk:

 Gugup dan tremor (gemetar): seiring dengan agitasi, gejala ini bisa
menandakan fungsi berlebih kelenjar tiroid (juga dikenal sebagai
hipertiroid).

 Kesadaran kabur dan konsentrasi buruk: fungsi mental Anda dapat


dipengaruhi oleh hipertiroid (peningkatan kadar hormon tiroid) dan
hipotiroid (penurunan kadar hormon tiroid). Dengan kondisi ini, Anda
mungkin sering merasa sedih dan tertekan. Di sisi lain, kondisi ini bisa
menyebabkan berkurangnya kemampuan Anda untuk konsentrasi.
 Perubahan haid: kondisi ini kadang-kadang dikaitkan dengan perdarahan
menstruasi yang berlebihan atau berkepanjangan, sementara hipertiroid
dapat ditandai dengan menstruasi hanya sedikit atau berkurang.

 Merasa membengkak: retensi cairan sering merupakan tanda dari


kelenjar yang kurang aktif.

 Detak jantung cepat: peningkatan detak jantung (takikardia) dan jantung


berdebar dapat menjadi gejala hipertiroid.

 Sakit dan nyeri: nyeri otot dan nyeri dapat menyertai berbagai jenis
masalah tiroid.

 Berat badan: sedikit kenaikan berat badan sering menyertai kondisi di


mana aktivitas kelenjar tiroid lebih rendah dari batas normal.

 Kadar kolesterol yang tinggi: peningkatan kadar kolesterol darah dapat


terjadi pada individu dengan hipotiroid.

 Intoleransi panas: orang dengan hipertiroid sering mengeluhsulit berada


di suhu yang lebih tinggi.

 Merasa dingin: sebaliknya, mereka yang memiliki kelenjar yang kurang


berfungsi mungkin merasa terus-menerus dingin.

Pengobatan untuk kanker tiroid sering melibatkan beberapa kombinasi dari


tiroidektomi (operasi pengangkatan kelenjar), yodium radioaktif, terapi radiasi
(kurang umum), obat antikanker, dan penekanan hormon.

Pengobatan umum untuk hipotiroidisme adalah terapi penggantian hormon


tiroid. Dengan pengobatan ini, pemberian oral hormon sintetis buatan diberikan
untuk mengganti hormon yang hilang. Pengobatan ini biasanya seumur hidup.
Untungnya, efek samping jarang terjadi. Namun, jika terlalu banyak
penggunaan hormon tiroid, mungkin Anda akan mengalami pusing, jantung
berdebar-debar, dan kesulitan tidur. Wanita hamil mungkin memerlukan
peningkatan penggantian tiroid mereka hingga 50%. Dibutuhkan sekitar 4
sampai 6 minggu untuk efek dari dosis awal atau perubahan dosis dapat terlihat
dalam tes laboratorium.

Mengenai hipertiroidisme, masalah ini dapat diobati dengan yodium


(termasuk yodium radioaktif), obat antitiroid atau operasi. Yodium radioaktif
dapat menghancurkan bagian dari kelenjar tiroid. Mungkin cukup untuk
mengontrol hipertiroidisme. Yodium radioaktif digunakan pada tingkat cukup
rendah sehingga tidak ada kerusakan ke seluruh tubuh dan juga, untuk
menghindari hipotiroidisme. Yodium merupakan kontraindikasi pada wanita
hamil karena dapat merusak perkembangan kelenjar tiroid janin. Selain itu,
pasien dapat menggunakan obat anti-tiroid agar hipertiroid terkontrol dalam
waktu 6 minggu sampai 3 bulan.

Kelenjar paratiroid  adalah sebuah kelenjar endokrin di leher yang


memproduksi hormon paratiroid. Manusia biasanya mempunyai empat kelenjar
paratiroid yang biasanya terdapat di bagian belakang kelenjar tiroid, atau
kelenjar yang dekat dengan kelenjar tiroid, sehingga disebut dengan
"paratiroid", atau, dikasus yang langka, di dalam kelenjar tiroid itu sendiri atau
di dada.

Hormon paratiroid mengontrol jumlah kalsium di darah dan di


dalam tulang. Hormon Paratiroid bisa menurun sangat rendah pada pasien post
operasi pengangkatan kelenjar tiroid karena ikut terangkatnya kelenjar
paratiroid yang akibatnya adalah penurunan kadar kalsium dalam
darah hipokalsemia. Hormon Paratiroid mengakibatkan peningkatan resorpsi
kalsium dari tulang, peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal, dan peningkatan
absorbsi kalsium di Saluran cerna oleh Vitamin D. Namun, peningkatan kadar
hormon paratiroid juga mengakibatkan penurunan kadar fosfat dalam darah,
karena hormon ini meningkatkan sekresi fosfat dalam darah.

3.Agens adrenokortikosteroid
Hormon adenokortikoid merupakan hormon steroid yang disintesis dari
kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks. Pengeluaran
hormon ini dipengaruhi oleh adreno cortico tropin hormon (ACTH) yang berasal
dari pituitary anterior. Hormon ini disebut pula dengan nama
adrenokortikosteroid, adrenokortikal, kortikosteroid atau kortikoid. Beberapa
fungsi fisiologinya behubungan dengan sistem kardiovaskular dan darah,
sistem sraf pusat, otot polos dan stress. Hormon adrenokortikoid dibagi menjadi
dua kelompok yaitu hormon mineralokortikoid dan glukokortikoid.

a. Hormon mineralokortikoid
Hormon ini terutama digunakan untuk pengobatan penyakit Addison
kronik, suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi kelenjar
adrenalis karena sesuatu hal, mis: Tumor kelenjar, sehingga produksi
hormon menurun. Karena penyakit Addison sukar disembuhkan, maka
pengobatan dapat berlangsung seumur hidup. Hormon ini dapat
meningkatkan pemasukan ion natrium dan pengeluaran kalium ditubulus
ginjal.

Mekanisme kerja hormon mineralokortikoid berhubungan dengan


metabolisme elektrolit dan air. Hormon ini memelihara fungsi normal
ginjal, yaitu dengan mengatur pemasukan ion natrim dan pengeluaran
ion kalium. Pada tingkat molekular, hormon berinteraksi membentuk
kompleks terpulihkan degan resptor khas yang terdapat pada bagian inti
ginjal. Pembentukan kompleks tersebut merangsang sintesis RNA dan
enzim yang diperlukan untuk pengangkutan aktif ion Na, menghasilkan
efek mineralokortikoid. Contoh hormon mineralokortikoid adalah :
Aldosteron, Deoksikortikosteron dan Fludrokortison.

b. Hormon Glukokortikoid
Hormon glukokortikoid mempunyai efek anti radang dan digunakan untuk
pengobatan kelainan pada jaringan kolagen, kelainan hematologist
(leukemia) dan pernafasan (asma), untuk pengobatan rematik,
pengobatn rematik karena alergi tertentu, seperti dermatologis yang
berat, penyakit saluran cerna dan penyakit hati. Hormon glukokortikoid
efektif untuk pengobatan penyakit schock Addison, sembab otak,
hiperkalsemia dan miastenia gravis.
Hormon glukokortikoid dapat berbahaya bila digunakan secara tidak
tepat. Penggunaan jangka panjang menyebabkan efek samping cukup
berat, seperti hipokalemia, tukak lambung, penekanan pertumbuhan,
osteoporosis, muka bulat, penekanan sekresi kortikotropin, atropi kulit,
memperberat penyakit diabetes mellitus, mudsh terkena infeksi,
glaucoma, hipertensi, gangguan menstruasi, dan perubahan mental dan
tingkah laku. Penghentian pengobatan secara tiba-tiba menyebabkan
ketidakcukupan adrenal yang akut, dan menimbulkan gejala withdrawal,
seperti otot menjadi lemah, nyeri otot, demam, perubahan mental, muia,
hipoglikemi, hipotensi, dehidrasi dan bahkan kadang-kadang
menyebabkan kematian. Oleh karena itu pada pengobatan jangka
panjang dengan glukokortikoid, penghentian obat harus dilakukan
dengan mengurangi dosis secara bertahap.
Mekanisme kerja hormon glukokortikoid berhubungan dengan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak serta dapat merangsang
sintesis glukosa dan glikogen. Efek anti radang hormon glukokortikoid
berhubungan dengan kemampuannya untuk merangsang biosintesis
protein lipomodulin, yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase
A2 sehingga mencegah pelepasan mediator proses peradangan, yaitu
asam arakhidonat dan metabolitnya, seperti prostaglandin, leukotrien,
tromboksan dan prostasiklin. Glukokortikoid dapat memblok jalur
siklooksigenase dan lipooksigenase, sedangkan NSAID hanya
mengeblok jalur siklooksigenase. Hal ini dapat dijelaskan mengapa
glukokortikoid mempunyai aktivitas antiradang yang lebih besar
dibanding NSAID. Contoh obat-obat yang termasuk ke dalam horman
kortikosteroida adalah sbb:
 Kortison asetat
 Hidrokortison
 Prednison
 Prednisolon
 Metil prednisolon
 Parametason
 Triamniolon
 Fluokortolon
 Betametason
 Deksametason

4.Agens hipotalamik dan hipofisis


 
Hipotalamus menggunakan sejumlah hormon atau faktor pelepas untuk
menstimulasiatau mengahambat pelepasan hormon dari hipofisis anterior.
Hormon pelepas tersebut adalahhormon pelepas hormon pertumbuhan
(GHRH), hormon
pelepas titrotopin(TRH),hormon pelepas gonadotropin (GnRh), hormon pelepas 
kotikotropin (CRH), dan hormon pelepas prolaktin (PHR). Hipotalamus juga mel
epasan dua faktor penghambat, somatostatin (hormone pertumbuha faktor
penghambat), dan faktor penghambat prolaktin (PIF). Hormon hormonini
ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga struktur kimia
sebenarnya belum dapatdiidentifikasi dengan jelas.
Tidak semua hormon hipotalamik dapat digunakan sebagai
agensfarmakologis. Sejumlah faktor pelepas hipotalamik yang dijelaskan
disini digunakan hanayuntuk tujuan diagnostic, dan lainnya digunakan terutama
sebagai agens antineoplastik. CRH menstimulasi pelepasan
adrenokortikotropin (ACTH) dari hipofisis penyakitCushing (suatu kondisi
dengan karakteristik hipersekresi hormone adrenokortikal sebagairespons
terhadap pelepasan ACTH yang berlebihan).
Hal itu sedang diteliti untuk pengobatan edema oatk peritumoral.
Goserelin (Zoladek) adalah analog GnRh. Setelah ledakan awal pelepasan
hormon penstimulasi folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH), gisorelin mengh
ambat sekresigonadotropin hipofisis sehingga menyebabkan penurunan
produksi hormon seks. Obat ini sekarang digunakan sebagai agens
antineoplastik untuk mengobati kanker prostat. Histrelin (Supprelin) adalah
agonis GnRh. Pada penggunaan yang lama, obat ini dapat menghambat
sekresi gonadotropin dan menurunkan kadar hormone seks sterioid. Obat
inidigunhakan untuk mengobati purbertas dini pada anak.Leuprolid (Lupron)
menempati tempat reseptor GnRH hipofisis sehingga
tidak lagi berespon terhadap GnR.
 
Obat ini digunakan mengobati endometriosis dan pubertas dini.TRH (protirelin)
digunakan hanya untuk tujuan diagnostic. Hormone ini menstimulasi
hipofisis untuk memproduksi tirotropin (hormon penstimulasi tiroid, TSH), yang
akanmenstimulasi tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Uji infuse TRH
adalah metode yang paling sensitif untuk mendiagnosis hipertiroidisme
dan hipotiroidisme ringan. 
TRH adalah obat orphan jika digunakan untuk mencegah sindrom distress
pernapasan pada bayi karena prematuritas. TRH juga sedang diselidiki apakah
dapat memperbaiki kondisi akhir pasien cederamedulla spinalis jika diberikan
dalam kerangka waktu yang sangat spesifik. GHRH (sermorelin) menstimulasi
produksi hormon pertumbuhan oleh hipofisis anterior.
Obat ini digunakan untuk tujuan diagnostic pada anak- anak yang
pendek guna menentukanadanya disfungsi hipotalamus atau hipofisis. Obat ini
digunakan untuk mengevaluasi responsteraupetik pada pasien yang mengalami
pembedahan atau radiasi. GNRH memiliki status orphan bersama gonadotropin
untuk menginduksi ovulasi dan mengobati kaheksia akibat AIDS.

Hipofisis atau Kelenjar Pituitari, beratnya sekitar 0.5 gram, dan dimensi


normalnya pada manusia sekitar 10 x 13 x 6 mm. Kelenjar ini berada di rongga
tulang sphenoid-sella turcica-. Selama embriogenesis, hipofisis berkembang
sebagian dari ectoderm oral dan sebagian lagi dari jaringan saraf. Komponen
neural muncul sebagai sebuah evaginasi dari dasar diencephalon dan tumbuh
ke arah caudal sebagai batang tanpa melepaskan diri dari otak.

Karena berasal dari dua sumber, hipofisis sebenarnya terdiri dari dua kelenjar
yang bersatu secara anatomis tetapi mempunyai fungsi yang berbeda:

 neurohipofisis (bahasa Inggris: posterior pituitary,


neurohypophysis, neural pituitary) yang berkembang dari jaringan
saraf, terdiri dari bagian yang besar, pars nervosa, dan yang lebih
kecil infundibulum. Infundibulum terdiri atas stem dan eminentia
mediana. Neurohipofisis merupakan perpanjangan
dari hipotalamus yang terbentuk dari
sekelompok akson dari hypothalamic neurosecretory
neurons yang berselingan dengan sel glia.[1]
 adenohipofisis (bahasa Inggris: anterior pituitary,
adenohypophysis, glandular pituitary) merupakan bagian dari
hipofisis yang muncul dari oral ectoderm dan terdiri dari tiga
bagian: pars distalis, atau lobus anterior; bagian cranial, pars
tuberalis, yang mengelilingi infundibulum; serta pars intermedia.
Dari studi mikroskopik terhadap adehipofisis, ditemukan tiga jenis
sel yaitu asidofil, basofil dan kromofob.

5.Diuretik dan obat yg mempengaruhi saluran kemih

  Diuretik merupakan zat yang bertujuan untuh peluruh urine, jadi efeknya
akan urine akan cepat terkumpul yang kemudian akan selalu kencing, atau
yang biasa disebut orang sunda yaitu beser papang bae, Diuretika merupakan
zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja
langsung terhadap ginjal. Obat-obat lain yang menstimulasi diuresis dengan
mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini
seperti zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin),
memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon
antidiuretik ADH (air, alkohol). Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal.

Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan
memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja
pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.  Kedua, status fisiologi dari
organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam
keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga,
interaksi antara obat dengan reseptor. Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa
jenis diuretik yang diketahui pada saat ini. Antara lain : 

1).Diuretik osmotik dan Aquaretics. Manitol, glukosaturea, demeklosiklin,


atrial natriuretic peptide. 
2).Penghambat karbonik anhidrase ginjal. Acetazolamide. 
3).Diuretik tiasid. 
4).Diuretik loop. Furosemide, Bumetanide, asam etakrinik. 
5).Diuretik distal ('Potassium Sparing Diuretic ). Spironolakton, Amiloride,
Triamterene. 
6).Diuretik urikosurik. Tikrinafen , Indakrinon, asam etakrinik. 
Kebnyakan diuretic bekerja mengurangi reabsorbsi natrium, sehingga
Pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat
ini bekerja khusus pada tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni di:
a. Tubuli proksimal
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang dsini direabsorbsi secara
aktif untuk kurang lebih 70% antara lain ion Na dan air, begitu pula glukosa dan
ureum. Karena reabsorbsi berlangsung secara proporsional, maka susunan
filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis
(manitol dan sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi air dan juga
natrium.
b. Lengkungan henle
Dibagian menaik dari henle’s loop ini kurang lebih 25% dari semua ion Cl yang
telah di filtrasi d reabsorbsi secara aktif disusun dengan reabsorbsi pasif dari
Na dan K tetapi tanpa air, hingga filtrate menjadi hipotonis, diuretika
lengkungan seperti furosemida, bumetanida, dan etakrina, bekerja terutama
disini dengan merintangi transfor Cl dan demikian reabsorbsi Na pengeluaran K
dan air juga diperbanyak.

c. Tubuli distal
Di bagian pertama, Na di reabsorbsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrate
menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja
ditempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na dan Cl sebesar 5-10%. Di
bagian kedua ion Na ditukarkan dengan ion K atau NH, proses ini dikendalikan
oleh hormone anak ginjal aldosteron. antagonis aldosteron (spironolakton) dan
zat-zat penghemat kalium (amilorida triamteren) bertitik kerja disini dengan
mengakibatkan ekskresi Na (kurang dari 5%) dan retensi K.

d. Saluran pengumpul
Hormone antidiuretik ADH (vasopressin) dan hipofisis bertitik kerja disini
dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran
pengumpul.

 Jenis Diuretik:

 a. DIURETIK OSMOTIK


Diuretik osmotik mengacu pada zat non elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal serta menarik air. Ada empat syarat suatu zat dikatakan
diuretik osmotik, yaitu:

 Difiltrasi secara bebeas oleh glomerulus


 Tidak/sedikit direabsorpsi oleh tubulus
 Bersifat inert (sukat bereaksi)
 Tidak dimetabolisme

Contohnya : mannitol (paling umum), urea, gliserin, dan isosorbid.

 Efek samping:

a. Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena


peningkatan volume plasma pada awal pemberian
b. Hiponatremia dan hipovolemia
c. Reaksi hipersensitivitas
d. Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)

CARA PENGGUNAAN : berupa tablet, infus, injeksi

Dosis : mannitol (tablet) dalam kemasan plabottle 250 ml (25 gr) dan 500 ml
(gr) dan sebelum digunakan dihangatkan terlebih dahulu untuk melarutkan
kristal-kristalnya. (injeksi) dosis yg diberikan 0,25 – 1 gr/kgBB dan diberikan
selama 10-15 menit.

(infus) dengan dosis 1,5 – 2 gr/kgBB yang diberikan selama 30-60 menit.

 CARA KERJA OBAT DIURETIK OSMOTIK


adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik dalam lumen tubular (makanya
namanya diuretik osmotik). Hal ini menyebabkan ekskresi air dan elektrolit
meningkat. Elektrolit tersebut yaitu Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan fosfat.

b. DIURETIK GOLONGAN PENGHAMBAT ENZIM KARBONIK ANHIDRASE

 Contohnya: asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

 Efek samping :
a. Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3-
b. Batu ginjal (batu fosfat dan kalsium)
c. Peningkatan sekresi NaHCO3 meningkatkan eksresi K
d. Parestesia, disorientasi

CARA PENGGUNAAN :berupa tablet (oral)


Dosis : misal Asetazolamid dg dosis antara 250 – 500 mg/kali dan dosis untuk
chronic simple glaucoma yaitu 1000 mg/hari.

 CARA KERJA OBAT DIURETIK GOLONGAN PENGHAMBAT ENZIM


KARBONIK ANHIDRASE :
adalah enzim yang bekerja pada reaksi CO2 + H2O menjadi H2CO3 dan
sebaliknya. Inhibitor karbonik anhidrase (untuk selanjutnya disingkat IKA)
bekerja pada beberapa tempat. Di ginjal, IKA menghambat reabsorpsi
bikarbonat (HCO3-) dan mengurangi pertukaran Na-H sehingga NaHCO3
dieksresi bersama air.Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat.

c.DIURETIK GOLONGAN TIAZID


Merupakan obat pertama dalam terapi antihipertensi pada penderita dengan
fungsi ginjal yang normal. Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli
distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
Contohnya ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid,
politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan
indapamid.
Efek samping :
a. Hipokalemia, menyebabkan peningkatan resiko toksisitas digitalis (obat
anti aritmia)
b. Hiponatremia dan hipomagnesemia (kekurangan magnesium)
c. Hiperkalsemia (jangka panjang). Bagus buat orang tua karena
mengurangi resiko osteoporosis dll
 CARA PENGGUNAAN : Berupa tablet (oral)
Dosis :Edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari;
dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi
hari

 CARA KERJA OBAT DIURETIK TIAZID :


adalah bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium klorida.

d. DIURETIK HEMAT KALIUM


Obat diuretik hemat kalium (DHK) mem-blok reseptor aldosteron sehingga
mengurangi reabsorpsi Na dan K pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes.
Dengan demikian, ekskresi K juga berkurang karena efeknya yang relatif
lemah, DHK biasanya dikombinasikan dengan diuretik lain

Contohnya : (1) Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren) serta (2) Antagonis
aldosteron (spironolactone, eplerenone).

Efek samping : Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi


seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.

 CARA PENGGUNAAN : Berupa tablet (oral)


Dosis : Dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali sehari
maksimal 20 mg sehari. Kombinasi dengan diuretik lain 5-10 mg sehari

 CARA KERJA OBAT DIURETIK HEMAT KALIUM :


Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes
daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi
kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara
langsung (triamteren dan amilorida).

e.DIURETIK KUAT
Memiliki efek diuretik kuat. Merupakan obat lini pertama pada gagal jantung dan
efektif untuk hipertensi dengan gagal ginjal (berlawanan dengan tiazid).

Contohnya ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.


Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi
seperti ruam kulitkurang lebih sama dengan thiazide, namun dapat
menyebabkan hipokalsemia.hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan
menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus;
perbesaran prostat; porfiria.

 CARA PENGGUNAAN : Berupa tablet, injeksi dan infus


Dosis :Oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi,
dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal
sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan keadaan pasien.

 CARA KERJA OBAT DIURETIK KUAT:


Adalah pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu
dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara
kesehatan. Obat adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana
mestinya dapat membahayakan penggunanya, tetapi jika obat digunakan
dengan tepat dan benar maka diharapkan efek positifnya akan maksimal
dan efek negatifnya menjadi seminimal mungkin Obat Antidiabetik atau
Hipoglycaemic agent adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar
gula darah pada penderita diabetes mellitus atau kencing manis.

B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pharmacy.my.id/2018/01/mekanisme-obat-diuretik.html

Febrinda, A. E., Astawan, M., Wresdiyati, T., & Yuliana, N. D. (2013).


KAPASITAS ANTIOKSIDAN DAN INHIBITOR ALFA GLUKOSIDASE
EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK [Antioxidant and Alpha-Glucosidase
Inhibitory Properties of Bawang Dayak Bulb Extracts]. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan, 24(2), 161-161.

ONUKI, H., MIZUTANI, M., YANAGISAWA, M., ENOMOTO, S., NOMURA, K.,
& OKUBO, H. (1962). Effects of a Few Antibiotics and Adrenocorticosteroid on
Experimental Pneumococcal Intradermal Infection of Rabbits. The Keio journal
of medicine, 39, 278-284.

Kee, J. L., & Hayes, E. R. (1996). Farmakologi. EGC.

Anda mungkin juga menyukai