Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS (DIARE) DI RUANG GARUDA

RSUD. DR. M. ASHARI PEMALANG

Disusun Oleh :

MERRI ENDAH P 170204197

RIZAL SAHAT M.P 170204203

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

A. Definisi

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses.Diare

dapat terjadi akibat adanya zat terlalu yang tidak dapat diserap di dalam

feses (Arif Mutakkim dan Kumala S, 2011).

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya perubahan

bentuk konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan cair dengan

frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare dapat merupakan penyakit

yang sangat akut dan berbahaya karena sering mengakibatkan kematian

bila terlambat penanganannya (Pudiastuti, 2011).

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak

normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan

volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada

neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah

(Hidayat, 2006)

B. Klasifikasi

Diare dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Diare akut

Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan

frekuensi dan kualitas defekasi.


2. Diare kronis

Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu.

C. Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infesi enternal

infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

1) Infeksi bakteri

Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

2) Infeksi virus

Enterovirus, (virus ECHO, Coxsackie, Poliomylitis) Adeno-

virus, Retavirus, Astrovirus, dan lain-lain.

3) Infeksi parasit

cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Stronggyloides);

protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis); jamur (Cardida albicans).

b. Infeksi parenteral

ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis

media akut (OMA), tonsolitis atau tonsilofaringitis,

brongkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.


2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat

Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi

laktosa).

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

d. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap

makanan

e. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas jarang, tetapi dapat

terjadi pada anak yang lebih besar (Ngastiyah, 2005).

D. Tanda Dan Gejala

Ada beberapa tanda dan gejala diare menurut Azis Alimul Hidayat

(2006), yaitu sebagai berikut:

1. Frekuensi bab (buang air besar) pada bayi lebih dari 3x/hari dan

pada neonatus lebih dari 4x/hari

2. Bentuk cair pada buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir

dan darah

3. Nafsu makan menurun

4. Warna tinja lama-kelamaan kehijauan karna bercampur dengan

empedu

5. Muntah
6. Rasa haus

7. Malaise

8. Adanya lecet pada daerah sekitar anus

9. Fases bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang

tidak dapat diserap oleh usus

10. Adanya tanda dehidrasi

E. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare, yaitu:

1. Gangguan asmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

mengakibatkan tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus.

Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkan sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus

dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga

usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik


menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga

timbul diare juga.

F. Pathway

(Nurarif, A.H. & Kusuma, H., 2015)


G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Linda (2009) pemeriksaan laboratorium pada diare

adalah:

1. Feses

a. Makroskopis dan Mikroskopis

b. pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet

clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula

c. Biakan dan uji resisten.

2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan

menentukan pH dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah

3. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

4. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium

5. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik

atau parasit

H. Penatalaksanaan

1. Rehidrasi

a. jenis cairan

1) Cara rehidrasi oral

a) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa)

seperti orali, pedyalit setiap kali diare

b) Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)

2) Cara parenteral

a) Cairan I : RL dan NS
b) Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL

D5 : RL = 4 : 1 + KCL

D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KC

c) HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus

pada diare usia > 3 bulan

b. Jalan pemberian

1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)

2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran

menurun)

c. Jumlah Cairan Tergantung pada:

1) Defisit ( derajat dehidrasi)

2) Kehilangan sesaat (concurrent less)

3) Rumatan (maintenance).

d. Jadwal / kecepatan cairan

1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila

berat badanya kurang lebih 13 kgmaka pemberianya adalah:

a) BB (kg) x 50 cc

b) BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gelas

2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang:

50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt

2. Terapi

a. obat anti sekresi


Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30

mgklorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

b. obat anti spasmotik

Papaverin, opium, loperamide

c. antibiotic

bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

I. Fokus Pengkajian

1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun

pertama kehidupan.Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11

bulan.Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap

infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence

penyakit pada anak yang lebih besar.Pada umur 2 tahun atau lebih

imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi

usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien

tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh

terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

2. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

3. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau

lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu


pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare

berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari

saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA

campak.

5. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang

dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan

buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat

rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan

dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga

kebersihan, lingkungan tempat tinggal

8. Pemeriksaan Fisik

a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar

lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar

b. keadaan umum

klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.


c. Kepala

ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak

umur 1 tahun lebih

d. Mata

cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan

mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >

35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal

atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit

atau kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan

dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic

(kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler

nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare

sedang

h. Sistem integument

warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0

c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time

memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal

i. Sistem perkemihan

urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),

frekuensi berkurang dari sebelum sakit.


J. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

skunder terhadap diare

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan

frekwensi diare

K. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare

a. Tujuan:

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

b. Kriteria hasil:

1) Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-

37,50 c, RR : < 40 x/mnt)

2) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak

cowong, UUB tidak cekung

3) Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

c. Intervensi:

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit


R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan

kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini

memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk

memperbaiki deficit

2) Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus

membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa

metabolisme.

3) Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama

dengan kehilangan cairan 1 liter

4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien,

2-3 liter/hari

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.

5) Kolaborasi :

a) Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca,

BUN)

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk

mengetahui faal ginjal (kompensasi)

b) Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan

cepat.

c) Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)


R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan

elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses

absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri

berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

2. Diagnosa 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put

a. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS

kebutuhan nutrisi terpenuhi.

b. Kriteria:

1) Nafsu makan meningkat

2) BB meningkat atau normal sesuai umur

c. Intervensi:

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan

berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat

merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak

sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu

makan.

3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang

berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah

makanan

5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain:

a) terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b) obat-obatan atau vitamin (A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses

pertumbuhan

3. Diagnosa 3: Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan

proses infeksi dampak sekunder dari diare

a. Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak

terjadi peningkatan suhu tubuh

b. Kriteria hasil:

1) suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

2) Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor,

fungtio leasa)

c. Intervensi:

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh

( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat

R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan

produksi panas tubuh

3) Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

4. Diagnosa 4:Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan

dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)

a. Tujuan: setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah

sakit integritas kulit tidak terganggu

b. Kriteria hasil:

1) Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

2) Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal

dengan baik dan benar

c. Intervensi:

1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat

perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta

alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan

oleh karena kelebaban dan keasaman feces

3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang

lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa,DIVA Press,

Jogjakarta

Bets C dan Linda A.S, 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri.Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

Hidayat Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2.

Selemba Medika, Jakarta

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi 2, ECG, Jakarta.

Puji Esse, dkk, 2014,Panduan Penulisan Skripsi Edisi 10 Makassar,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar, Makassar

Pudiastuti Dewi R, 2011, Waspada Penyakit Pada Anak, PT Indeks, Jakarta

Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction

Jogja.

Anda mungkin juga menyukai