Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu
Wien Lestari
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan Rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Elektromagnetik,
Laboraturium Eksplorasi Geofisika, Departemen Teknik Geofisika, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember dengan lancar. Terima kasih kepada tim dosen dan
tim asisten yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan modul ini.
Modul Praktikum Elektromagnetik diharapkan dapat membantu praktikan
dalam memahami dan mengaplikasikan dalam bidang eksplorasi elektromagnetik.
Selain itu, Modul Praktikum Elektromagnetik juga diharapkan dapat membantu
praktikan dalam memahami dasar teori elektromagnetik yang berkaitan dengan
eksplorasi geofisika.
Harapan kami, semoga Modul Praktikum Elektromagnetik yang kami buat
dapat memberikan manfaan bagi praktikan yang membacanya dalam bidang
eksplorasi Elektromagnetik. Karena masih banyak kekurangan yang saya sadari
dalam pembuatan Modul Praktikum Elektromagnetik ini, kami mengucapkan
mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
DASAR TEORI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
1.1 Persamaan Maxwell
Maxwell menunjukkan bahwa fenomena listrik dan magnet dapat digambarkan
dengan menggunakan persamaan yang melibatkan medan listrik dan medan
magnet. Medan listrik adalah daerah atau ruang disekitar bermuatan listrik.
Besarnya medan listrik di suatu titik adalah besarnya gaya Coulomb yang dialami
oleh satu satuan muatan positif di titik tersebut. Arah dari pada medan listrik di
suatu titik adalah sama dengan arah daripada gaya Coulomb di titik tersebut.
Sedangkan Medan magnet dapat dihasilkan dari material yang secara alami bersifat
magnet dan dapat juga oleh arus listrik. Sehingga medan magnet dapat didefinisikan
sebagai ruang disekitar sebuah penghantar yang mengangkut arus.
Resistivitas bumi lebih rendah dari atmosfer oleh karena itu, sinyal
electromagnetic (EM) menjalar sebagai gelombang pada udara dan berdifusi di
dalam bumi. Medan elektromagnetik dapat digolongkan menjadi 4 parameter
medan,yaitu:Intensitas Medan Listrik (E), Rapat Fluks Medan Listrik (D),
Intensitas Medan Magnet (H), Rapat Fluks Medan Magnet (B). Keempat medan
tersebut memenuhi Persamaan Maxwell, yang merupakan persamaan umum yang
dapat mendeskripsikan sifat gelombang elektromagnetik. Persamaan Maxwell
terdiri atas:
̅ = 𝒑 .....................................................................(1.1) (Hukum Gauss Listrik)
𝛁. 𝑫
̅ = 𝟎 .....................................................................(1.2) (Hukum Gauss Magnet)
𝛁. 𝑩
̅
̅ = 𝒋̅ + 𝝏𝑫 ..........................................................(1.3) (Hukum Ampere)
𝛁×𝑯 𝝏𝒕
̅
̅ = − 𝝏𝑩 .............................................................(1.4) (Hukum Faraday)
𝛁×𝑬 𝝏𝒕
Dimana 𝑱̅ adalah rapat arus (A/m2), E = Intensitas Medan Listrik (V/m), D = Rapat
Fluks Medan Listrik (C/m2), H = Intensitas Medan Magnet (A/m),
B = Rapat Fluks Medan Magnet (Wb/m2)
Hukum Faraday menyatakan bahwa medan listrik dapat ditimbulkan dari
perubahan induksi magnet terhadap waktu. Begitu pula yang terjadi pada Hukum
Ampere, bahwa medan magnet tidak hanya dapat ditimbulkan dari arus listrik, akan
tetapi juga disebabkan oleh perubahan pergeseren listrik terhadap waktu. Hukum
Gauss Listrik menyatakan bahwa jumlah fluks listrik yang melewati suatu
permukaan tertutup akan sama dengan jumlah muatan yang mengelilingi
permukaan tersebut. Sedangkan Hukum Gauss Magnet menyatakan bahwa tidak
ada medan magnet yang bersifat monopol.
Besarnya nilai medan listrik dan medan magnet induksi bergantung pada
nilai intrinsik batuan berupa permitivitas, permeabilitas dan konduktifitas yang
dihubungkan dengan persamaan 5-7
⃗ = 𝜀 𝐸⃗ .....................................................................................(1.5)
𝐷
⃗ =𝜇𝐻
𝐵 ⃗ ......................................................................................(1.6)
𝐽 = 𝜎 𝐸⃗ ......................................................................................(1.7)
Dalam Mode TE, arus listrik tdak akan mengalir melewati batas antara
daerah yang memiliki nilai resistivitas yang berbeda. Komponen Ex akan
kontinu terhadap sumbu y. Arus listrik akan menginduksi bagian yang lebih
konduktif dan tidak pada bagian yang lebih resisif. Hal tersebut di
karenakan munculnya efek konduktif pada arus. Respon resistivitas semu
pada bagian konduktif akan hilang pada frekuensi rendah.hal ini dapat
terjadi karena induksi akan lebih sensitif pada perubahan medan magnet.
Pada penetrasi kedalaman (skin depth) yang sama dapat diasumsikan bahwa
delay time (t) akan sama dengan periode (T). dari kedua persamaan tersebut maka
akan diperoleh faktor konversi berupa pergeseran waktu sehingga pembagian t
dengan 195 akan menghasilkan periode (Hendro dan Grandis, 1996).
Data TDEM 1-dimensi ini kemudian akan dibuat forward modeling
terhadap kurva MT, sehingga nantinya pada kurva data MT akan disesuaikan
dengan kurva forward modeling tersebut sehingga masalah mengenai pergeseran
secara vertikal tersebut dapat diatasi.
b. Make PFT
Pada proses ini kita akan melakukan setting parameter yang digunakan
dalam transformasi waktu ke frekuensi. Pada Input data type pilih measured field
dan pada output data format pilih 4 freq/octave. Semakin tinggi oktaf yang dipakai
akan semakin halus data namun akan memakan waktu yang lebih lama. Pada Bands
pilih process normal bands dan pada processing times pilih specify times. Specify
Times berarti waktu yang akan diproses bisa kita edit. Hal ini dilakukan karena pada
awal maupun akhir pengukuran data yang dihasilkan kemungkinan kurang baik
karena pengukur masih dalam aktifitas di awal maupun di akhir saat memasang dan
membongkar instrumen.
c. TS to FT
Pada proses ini akan dilakukan transformasi domain waktu ke domain
frekuensi dan akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini :
Gambar 2.7 Proses TS to FT
d. Edit PRM
Kemudian masuk ke Edit PRM. Pada pilihan tipe referensi dipilih local H. Pada
select for channel, kita pilih Same as Ex and Ey dan Same as Hx and Hy agar
titiknya sama dengan titik yang dipilih saat memilih site parameter. Pada select
folders, pilih folder yang sama dengan tempat menyimpan file yang sedang diproses
sedangkan Store Temporary Files tidak perlu diubah. Pada Select Frequency
Range, pilih all applicable frequency range untuk menentukan rentang frekuensi
berdasarkan set otomatis oleh MTU-box. Pada set robust processing kita
menggunakan coherency processing dan rho variance processing dengan nilai yang
sesuai tertera di awal. Pada maximum crosspower ubah angkanya menjadi 80
(kelipatan 20), hal ini menunjukan bahwa banyaknya titik yang dipakai pada saat
melakukan editting data pada MT Editor sebanyak 80 titik. Semakin banyak titik
yang dipakai akan semakin bagus data yang dihasilkan akan tetapi pengerjaannya
akan semakin lama dan lebih rumit
Gambar 2.8 Proses Edit PRM
e. Process
Merupakan langkah yang dilakukan untuk mendapatkan apparent resistivity
dan phase yang berformat .MTH dan .MTL setelah dilakukan proses transformasi
data dari domain waktu ke domain frekuensi.
Dalam melakukan restoring dan deleting, kita memakai beberapa tool, yaitu:
Kemudian pada jendela baru akan muncul tulisan Import done! Dalam jendela ini
akan muncul berapa titik yang terbaca dan yang ditambahkan. Kemudian klik
finish.
a. Maps
Pada sisi sebelah kanan halaman bagian atas, terdapat ikon Maps (ditunjukan
oleh kotak hitam). Untuk memulai pengolahan data project, klik Maps. Kemudian
akan muncul jendela Open Map, ceklis Elevation untuk menapilkan data
ketinggian. Kemudian klik Open.
3.1 Pendahuluan
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geofisika adalah
metode elektromagnetik. Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk
eksplorasi benda-benda konduktif. Perubahan komponen-komponen medan akibat
variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah
permukaan.Salah satu metode elektromagnetik tersebut adalah metode VLF (Very
Low Frequency).
Metode VLF merupakan salah satu metode elektromagnetik (EM) yang
bertujuan untuk mengukur daya hantar listrik batuan dengan cara mengetahui sifat-
sifat gelombang EM sekunder. Gelombang sekunder ini dihasilkan dari induksi EM
sebuah gelombang EM bidang primer yang berfrekuensi sangat rendah dari 10
sampai 30 KHz. Karena rendahnya harga frekuensi yang digunakan, maka jangkau
frekuensi dikelompokkan ke dalam kelompok VLF (Very Low Frequency).
Metode ini memanfaatkan gelombang pembawa (carrier wave) dari
pemancar yang dibuat oleh militer yang sebenarnya untuk komunikasi bawah laut
dan untuk keperluan navigasi kapal selam. Gelombang ini memiliki penetrasi yang
cukup dalam karena frekuensinya yang cukup rendah.
Karena induksi gelombang primer tersebut, di dalam medium akan timbul
arus induksi (arus Eddy). Arus induksi inilah yang menimbulkan medan sekunder
yang dapat ditangkap di permukaan. Medan yang diukur oleh alat VLF adalah total
perbandingan antara medan elektromagnetik primer dan sekunder yang terdiri dari
komponen real (inphase) dan imaginer (quadrature). Besarnya kuat medan EM
sekunder ini sebanding dengan besarnya daya hantar listrik batuan (𝜎), sehingga
dengan mengukur kuat medan pada arah tertentu, secara tidak langsung kita dapat
mendeteksi daya hantar listrik batuan di bawahnya.
3.2 Sejarah Metode VLF
Pembangunan pemancar VLF dimulai pada awal PD I, pada tahun 1910,
untuk komunikasi jarak jauh. Komunikasi dengan frekuensi VLF ini kemudian
diperkuat hingga dapat digunakan untuk komunikasi submarine yaitu kapal selam.
Dua alasan pemakaian gelombang VLF adalah:
1. Kemampuannya untuk komunikasi global karena pelemahan yang sangat kecil
di dalam pandu gelombang bumi-ionosfer.
2. Penetrasinya cukup efektif hingga dapat menembus laut dalam.
Secara fisik, ukuran luas antena VLF sangatlah besar yaitu sekitar 10 km2.
Ukuran luas yang cukup lebar tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kapasitansi input dari pemancar tunggal VLF yang dipasang hingga ketinggian 200
sampai dengan 300 meter.
3.3 Prinsip Dasar Metode VLF
Medan elektromagnetik primer sebuah pemancar radio, memiliki komponen
medan listrik vertikal EPz dan komponen medan magnetik horizontal HPy tegak
lurus terhadap arah perambatan sumbu x. Medan elektromagnetik yang dipancarkan
antena pemancar selanjutnya akan diterima stasiun penerima dalam empat macam
perambatan gelombang, yaitu: gelombang langit, gelombang langsung, gelombang
pantul dan gelombang terperangkap. Gelombang yang paling sering ditemui pada
daerah survei adalah gelombang langit.
R S cos
R sin
P
0
R cos S sin
Gambar 3.3 Hubungan Amplitudo dan Fase Gelombang Sekunder (S) dan Primer
(P) (Kaikkonen, 1979)
Andaikan Z(=R + i𝜔L) adalah impedansi efektif sebuah konduktor dengan
tahanan R dan induktans L, maka arus induksi (eddy), Is (=e s/Z) akan menjalar
dalam medium dan menghasilkan medan sekunder S. Medan S tersebut memiliki
fase tertinggal sebesar ∅ yang besarnya tergantung dari sifat kelistrikan medium.
Besarnya ∅ ditentukan dari persamaan tan ∅ = 𝜔L/R. Total beda fase antara medan
P dan S akan menjadi 90o + tan-1(𝜔L/R).
Berdasar hal ini dapat dikatakan bahwa, jika terdapat medium yang sangat
konduktif (R0), maka beda fasenya mendekati 180o, dan jika medium sangat
resistif (R∞) maka beda fasenya mendekati 90o (Kaikkonen, 1979)
Kombinasi antara P dan S akan membentuk resultan R. Komponen R yang
sefase dengan P (Rcos𝛼) disebut sebagai komponen real (in-phase) dan komponen
yang tegak lurus P (Rsin𝛼) disebut komponen imajiner (out-of-phase / kuadratur).
Perbandingan antara komponen real dan imajiner dinyatakan dalam persamaan :
𝑅𝑒
= tan ∅ = 𝜔𝐿/𝑅 (3.4)
𝐼𝑚
atau:
𝐻2 𝐻𝑥 sin ∆∅
𝜀= (𝐻1 )2
𝑥100% (3.7)
dan
∆∅ = ∅𝑧 − ∅𝑥 (3.8)
b. Pengaruh Atmosfer
Sumber noise yang utama adalah radiasi medan elektromagnetik akibat kilat
atmosfer baik di tempat yang dekat atau jauh dengan lokasi pengukuran. Pada
frekuensi VLF, radiasi medan ini cukup dapat melemahkan sinyal yang dipancarkan
oleh pemancar. Daerah yang cukup banyak terdapat gangguan tersebut adalah
Amerika Tengah dan Selatan, Afrika tengah serta kepulauan di Asia Tenggara. Di
Indonesia gangguan noise ini cukup banyak. Gangguan ini dicirikan dengan
naiknya kuat medan listrik vertikal dan medan magnet horisontal secara tiba-tiba
(jika sumber medan cukup dekat dengan pengukur) dan relatif berbentuk gaussian
jika sumber medan cukup jauh.
Noise kedua adalah variasi diurnal medan elektromagnetik bumi, dimana
terjadi pergerakan badai dari arah timur ke barat yang terjadi pada siang hari hingga
sore hampir malam. Untuk daerah Australia, gangguan minimum terjadi pada saat
musim salju (Mei–Juli) dan noise maksimum terjadi saat pertengahan musin panas
(Nopember–Januari). Noise harian minimum berada pada jam 08.00 waktu lokal,
kemudian merambat naik hingga maksimum pada jam 16.00 waktu lokal. Dengan
beberapa informasi ini disarankan bahwa pengukuran VLF di Indonesia dilakukan
pada bulan-bulan musim kemarau (Mei–Juli) mulai dari pagi-pagi sekali jam 06.00
hingga mendekati pukul 11.00 siang.
c. Rambatan Gelombang Elektromagnetik
Pada elektromagnetik VLF dengan frekuensi <100 KHz, arus pergeseran
akan lebih kecil dari arus konduksi karena permitivitas dieletrik batuan rata-rata
cukup kecil dan konduktivitas target biasanya > 10-2 S/m. hal ini menunjukkan efek
medan akibat arus konduksi memegang peranan penting ketika terjadi perumbahan
konduktivitas batuan.
d. Pelemahan (Atenuasi) Medan
Pelemahan medan ini mempengaruhi kedalaman. Kedalaman pada saat
amplitudo menjadi 1/e (kira-kira 37%) dikenal sebagai skin depth atau kedalaman
kulit. Kedalaman ini dalam metode elektromagnetik disebut sebagai kedalaman
penetrasi gelombang, yaitu:
𝜌
kedalaman = 504√𝑓
Gambar
A. Interpretasi Kualitatif
a.1 Filter Fraser
Filter Fraser mengubah zero crossing menjadi titik optimal (mencapai
puncaknya), sehingga dapat memudahkan dalam interpretasi. Filter ini juga
melemahkan panjang gelombang yang terlalu besar untuk mengurangi efek
topografi. Selain itu, filter ini dapat mengurangi efek pelemahan dari variasi
temporal kuat sinyal pemancar (Fraser, 1969)
𝐹𝑛 = (𝑀𝑛+2 + 𝑀𝑛+3 ) − (𝑀𝑛 + 𝑀𝑛+1 )
B. Interpretasi Kuantitatif
Interpretasi kuantitatif menggunakan software INV2DVLF
Buat file format .txt dan beri nama “observ.txt” yang berisi sebagai
berikut: Baris pertama nama lintasan, baris kedua jumlah data, baris ketiga
frekuensi dalam (Hz), baris keempat jumlah data, baris kelima data
pengukuran.
Buat file format .txt dan beri nama “topo.txt” yang berisi topografi wilayah
pengukuran dan jika tidak ada bisa dianggap 0.
Run “PrepVLF-v1.exe”
Enter
Ketik “1” lalu enter
Ketik “observ.txt” lalu enter
Ketik “topo.txt. lalu enter
Masukkan nilai resistivitas geologi lingkungan pengukuran lalu enter
Run “Inv2DVLF-v1.exe”
Masukkan nilai iterasi yang diinginkan lalu enter
Ketik “0.03” lalu enter
Masukkan nama output file lalu enter
Tunggu hingga iterasi selesai
BAB IV
GPR tipe Scudo Merk OERAD ini merupakan alat yang memancarkan frekuensi
sebesar 500MHz. Oerad Scudo mampu mencapai kedalaman maksimum 7 sampai
10 m, bergantung pada tipe tanah pada medan akuisisi. Oerad Scudo kurang
berfungsi dengan baik pada tanah jenis clay atau tanah yang mengandung air asin
(salt water effected soil). Oerad Scudo dapat berfungsi baik pada tanah jenis sand
atau tanah yang berasal dari batuan
Bentuk sinyal GPR yang melewati tanah terlihat seperti Gambar 2.2. Bentuk
dan lamanya gelombang sinyal tergantung pada kondisi tanah yang dilewati.Sinyal
yang dihasilkan oleh GPR dimulai dari sisi kiri gambar dan terus turun ke tanah
kearah kanan. Direct wave mewakili sinyal yang langsung dari transmitter (Tx) ke
receiver (Rx) dan biasanya diambil sebagai tanda posisi permukaan tanah. Ada
sebagian kecil dari sinyal yang menandai transisi dari titik pembangkit di controller
ke tanah melalui antena, atau dikenal dengan time zero (Tz). Bagian tersebut perlu
dihapus karena tidak merepresentasikan kedalaman. Jika tidak dihapus maka
kedalaman target akan dilebih-lebihkan.
Menurut (Strange dan Yelf, 2012), di antara ambang batas yang mungkin,
yang paling banyak digunakan oleh pengguna dan disarankan oleh pabrikan dapat
diringkas sebagai:
Break-point pertama
Puncak negatif pertama
Titik amplitudo nol antara puncak negatif dan positif
Titik amplitudo tengah antara puncak negatif dan positif
Gambar 4.3 Representasi B-scan dari survei jalan: (a) B-scan mentah sebelum
koreksi waktu-nol dan, (b) scan-B setelah koreksi waktu-nol
menggunakan posisi waktu-nol yang umum (Benedetto dkk., 2017).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa sistem GPR yang baik umumnya
memiliki Tz stabil, bukan yang berfluktuasi. Jika ada bukti fluktuasi di Tz, maka
ada kemungkinan bahwa antena atau bagian lain dari sistem perlu diperbaiki. Tz
yang tidak stabil akan mempengaruhi keandalan pembacaan kedalaman (Erica
Carrick Utsi, 2017b).
4.4.2 Remove DC
Remove DC berfungsi untuk menghilangkan komponen DC karena dapat
menyebabkan distorsi pada gelombang. Penghilangan komponen DC tersebut
dilakukan dengan menggunakan perhitungan rata-rata aritmatika. (titik pada sumbu
y tempat berosilasi) dari bentuk gelombang dan menghapus mean dari bentuk
gelombang. Ini ditunjukkan dalam persamaan. (2.12). Operasi perhitungan rata-rata
aritmatika dilakukan seperti pada umumnya, yaitu dengan menjumlahkan semua
angka dalam vektor x dan membaginya dengan ukuran vektor (jumlah elemen
dalam vektor).
𝑦(𝑡) = 𝑥(𝑡) – 𝑥 (4.12)
𝑢(𝑡) merupakan real time series. Fungsi sinyal tersebut dapat diekspresikan
sebagai envelope 𝐴(𝑡) dan instantaneous phase 𝛷(𝑡). Fungsi eksponensial pada
persamaan 2.14 tersebut kemudian dipasang melalui envelope rata-rata Gambar 2.4.
Biarkan 𝐴(𝑡) menjadi fungsi pas eksponensial (garis putus-putus pada Gambar 2.4),
maka implementasi gain diperoleh dengan mengalikan setiap jejak GPR dengan
1/𝐴(𝑡) (Schimmel dan Gallart, 2003).
Pada IAD, Transformasi Hilbert menciptakan envelope jejak GPR di mana
respons amplitudo polaritas positif dan negatif dari suatu peristiwa refleksi
ditransformasikan menjadi total amplitudo untuk setiap respons refleksi. Ini
menciptakan nilai absolut untuk setiap respons sehingga total amplitudo dapat
dibandingkan. Ini kadang-kadang bisa sulit dilakukan ketika respons mengandung
polaritas positif dan negatif.
Dalam perkembangan terbaru dalam perangkat lunak GPR-Slice, Hilbert
Transform dapat menggambarkan polaritas berdasarkan pita amplitudo maksimum
dan mengubah setiap respons menjadi envelope dari total amplitudo, tetapi tetap
menggunakan tanda dominan (+/-). Ini adalah penyesuaian revolusioner yang
membantu praktisi lebih mudah menafsirkan perilaku gelombang dan membantu
mengurangi berbagai kemungkinan respons yang diberikan.
4.4.6 Karhunen-Loeve
Transformasi Karhunen-Loeve (KLT) dapat digunakan untuk melakukan
jenis analisis yang sama dengan analisis Fourier. Alih-alih menggunakan
serangkaian fungsi sinus sebagai dasar untuk analisis ini, KLT menggunakan vektor
eigen. Vektor-vektor eigen itu lebih baik daripada fungsi-fungsi sinus untuk
mengkarakterisasi sinyal. KLT juga dapat digunakan untuk menghilangkan noise
dari sinyal. Idenya adalah untuk memilih hanya vektor eigen yang berisi informasi
dengan memeriksa nilai λ.
Masalah eigen yang terkait dengan jenis analisis ini diselesaikan dengan
menggunakan matriks autokorelasi sinyal, yang didefinisikan oleh persamaan 2.15.
∞∞
𝑅(𝑡1, 𝑡 2) = 𝐸[𝑥(𝑡1)𝑥(𝑡2)] = ∫ ∫ 𝑥1𝑥2𝑓(𝑥1, 𝑥 2; 𝑡1, 𝑡2 )𝑑𝑥1𝑑𝑥 2 (4.15)
∞∞
Jumlah vektor eigen yang diperlukan untuk merekonstruksi sinyal tanpa noise
tergantung kerumitannya. Sinyal frekuensi tunggal (misalnya single sinus) hanya
akan membutuhkan 1 fungsi (Φ1(𝑡)). Perkiraan jumlah vektor eigen yang akan
ditambahkan dapat diberikan dengan melihat distribusi λ𝑖. Analisis spektral juga
dapat dilakukan dengan menghitung spektrum masing-masing vektor eigen. Untuk
kasus sinus tunggal yang mempunyai banyak noise, spektrum vektor eigen pertama
akan menunjukkan frekuensi sinus (Dumas, 2016).
4.4.8 FK Migration
FK Migration atau Stolt Migration didasarkan pada Exploding
Reflector Model (ERM). FK Migration digunakan untuk membalikkan perambatan
gelombang dan menentukan medan gelombang ERM pada t=0 (misalnya pada saat
ledakan). Agar migrasi dilakukan dengan benar, ERM harus mencerminkan
perambatan dua arah yang sebenarnya secara akurat (Garcia dkk., 2013). Algoritma
FK Migration adalah seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Interpolation/Mapping
𝑝(𝑦, 𝑡) 2-D Fourier Transform 𝑃(𝑘𝑦, 𝜔)
𝜔
𝑝(𝑦, 𝑡) → 𝑃(𝑘𝑦, 𝜔) 𝑘= 2− 𝑘