Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 13, Nomor 1, April 2012, hlm.53-71


 
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

Agus Tri Basuki


Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
E-mail: agustribasuki@yahoo.com

Abstract: This research aims to define the location that meets the requirements of the national
and regional support agropolitan, and make a plan for the development of agropolitan. Imogiri
is a district that has potential in agriculture, animal husbandry, farming, forestry, and aqua-
culture. But the development of the present day have led to a gap between urban and rural
areas and urban bias. This condition is indicated by the relatively high level of urbanization
and the impact on the agricultural sector. Therefore we need an alternative strategy for rural
development, one of which is through the development agropolitan. In the division of Strategic
Development Kasawan Agropolitan (KSA) Imogiri sub divided into 4 KSA. KSA is a function
of institutional develop farmer businesses on/off farm an effective, efficient, and competitive.
Keywords: agropolitan, rural development, strategy development, competitiveness

Abstrak: Penelitian ini bertujuan menentukan lokasi yang memenuhi persyaratan nasional
dan regional yang mendukung agropolitan, dan membuat rencana untuk pengembangan
agropolitan. Imogiri adalah kabupaten yang memiliki potensi di bidang pertanian, peternakan,
pertanian, kehutanan, dan perikanan. Tetapi perkembangan hari ini telah menyebabkan kesen-
jangan antara daerah perkotaan dan pedesaan dan bias perkotaan. Kondisi ini ditunjukkan
dengan tingkat urbanisasi yang relatif tinggi urbanisasi dan dampak pada sektor pertanian.
Oleh karena itu diperlukan strategi alternatif untuk pembangunan pedesaan, salah satunya
adalah melalui pengembangan agropolitan. KSA adalah fungsi dari kelembagaan yang me-
ngembangkan usahatani on / off farm yang efektif, efisien, dan kompetitif.
Kata kunci: agropolitan, pembangunan pedesaan, strategi pengembangan, daya saing

PENDAHULUAN peningkatan urbanisasi yang diindikasikan


dengan tingginya jumlah penduduk kota di
Indonesia dari 7,5 persen di tahun 1961 menjadi
Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan
30,91 persen di tahun 1990 dan mencapai 42,1
perdesaan serta kemiskinan di perdesaan telah
persen di tahun 2000. Sedangkan tahu 2009
mendorong upaya-upaya pembangunan di
penduduk yang tinggal di kota menjadi 43
kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pen-
persen. Proses urbanisasi yang terjadi seringkali
dekatan pengembangan kawasan perdesaan
mendesak sektor pertanian ditandai dengan
seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan.
konversi lahan pertanian menjadi kawasan ter-
Hal ini telah mengakibatkan terjadinya urban
bangun. Konsekuensi logis dari kondisi ini ada-
bias yaitu pengembangan kawasan perdesaan
lah menurunnya produktifitas pertanian.
yang pada awalnya ditujukan untuk mening-
Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti
katkan kawasan kesejahteraan masyarakat
pembangunan perdesaan menjadi tidak pen-
perdesaan justru berakibat sebaliknya yaitu
ting, akan tetapi harus dicari solusi untuk
tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan.
mengurangi urban bias. Pengembangan kawas-
Kenyataan tersebut di atas diperkuat
an agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi
dengan tingginya laju urbanisasi. Data survei
dalam pengembangan kawasan perdesaan tan-
penduduk (SP) menunjukkan bahwa terjadi
pa melupakan kawasan perkotaan. Melalui
pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi an kawasan perdesaan yang terintegrasi dalam
interaksi yang kuat antara pusat kawasan agro- sistem perkotaan. Dalam upaya mengembang-
politan dengan wilayah produksi pertanian kan kawasan agropolitan menyeluruh, terinte-
dalam sistem kawasan agropolitan. grasi, dan berkelanjutan diperlukan Pengem-
Kabupaten Bantul yang terletak di dataran bangan Kawasan Agropolitan di kecamatan
kaki Gunung Merapi mempunyai kawasan Imogiri kabupaten Bantul”.
potensial untuk pengembangan kawasan pem- Tujuan dari Pengembangan Agropolitan
bangunan yang berbasis pada agribisnis. Topo- adalah: (1) Jangka panjang: meningkatkan pen-
grafi dataran dan iklim yang agak basah dapatan dan kesejahteraan masyarakat khusus-
memungkinkan untuk dikembangkan berbagai nya petani di kawasan agropolitan. (2) Jangka
komoditas pertanian, tanaman pangan, holti- menengah: (a) Menumbuhkembangkan ke-
kultura, peternakan, perikanan, dan perkebun- lembagaan usaha petani on/off farm yang efektif,
an yang berbasis pada agribisnis. Dalam hal ini efisien, dan berdaya saing; (b) Menumbuhkan
pengembangan agribisnis dapat dijadikan seba- iklim usaha yang mendorong perkembangan
gai jalan menuju percepatan pembangunan usaha masyarakat. (3) Jangka pendek: (a)
pertanian perdesaan. Menetapkan lokasi yang memenuhi per-
Dewasa ini berbagai permasalahan muncul syaratan sebagai pusat dan wilayah pendukung
dan memicu terjadinya kerusakan sumber daya kawasan agropolitan; (b) Membuat perenca-
alam dan kawasan pengembangan sehingga naan bagi pengembangan kawasan agropolitan.
dikhawatirkan akan berdampak besar bagi
kehidupan masyarakat Kabupaten Bantul. Isu
PEMBAHASAN
pengelolaan sumber daya alam dan kawasan
adalah isu global. Tumbuhnya kesadaran nasio-
nal tentang kondisi kawasan pengembangan Konsep Kawasan Agropolitan
yang semakin buruk telah mendesak seluruh Kawasan Agropolitan merupakan kawasan
wilayah termasuk Kabupaten Bantul untuk yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan
merubah paradigma pembangunannya dari pada wilayah perdesaan sebagai sistem pro-
ekonomi-konvensional menjadi ekonomi-ekolo- duksi pertanian dan pengelolaan sumber daya
gis. Sebagai langkah awal merespon isu global alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
dan nasional tersebut, maka perlu dilakukan keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
kajian Pengembangan Kawasan Agropolitan di satuan sistem permukiman dan sistem agribis-
kecamatan Imogiri. nis.
Kecamatan Imogiri adalah kecamatan yang Program pengembangan kawasan sentra
memiliki potensi di bidang pertanian, peter- produksi pangan (agropolitan) adalah pemba-
nakan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan ngunan ekonomi berbasis pertanian yang dilak-
budidaya. Namun pembangunan yang berlang- sanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
sung saat ini telah menimbulkan kesenjangan potensi yang ada secara utuh dan menyeluruh,
antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelan-
urban bias. Kondisi tersebut diindikasikan jutan, terdesentralisasi, digerakkan oleh masya-
dengan tingkat urbanisasi yang relatif tinggi rakat, dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawas-
dan berdampak pada terdesaknya sektor perta- an perdesaan harus dikembangkan sebagai satu
nian. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan
alternatif untuk pembangunan perdesaan, salah keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urban-
satunya adalah melalui pengembangan kawas- rural linkages) dan menyeluruh hubungan yang
an agropolitan. bersifat interdependensi/timbal balik yang
Konsep dasar pengembangan kawasan dinamis.
agropolitan adalah sebagai upaya menciptakan Suatu kawasan sentra produksi pangan
pembangunan inter-regional berimbang. Arti- (agropolitan) yang sudah berkembang harus
nya adalah untuk meningkatkan keterkaitan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
pembangunan kota-desa melalui pengembang- (1) Sebagian besar kegiatan masyarakat di ka-

54 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 53-71
wasan tersebut didominasi oleh kegiatan per- dan jasa) yang telah disesuaikan dengan ling-
tanian dan atau agribisnis dalam suatu ke- kungan perdesaan tersebut sehingga dapat me-
sisteman yang utuh dan terintegrasi mulai dari: ngurangi arus migrasi desa-kota (Soenarno,
(a) Subsistem agribisnis hulu (up stream agri- 2003). (2) menyeimbangkan pendapatan desa
business) yang mencakup: mesin, peralatan dan kota serta memperkecil perbedaan-perbe-
pertanian, pupuk, dan lain-lain. (b) Subsistem daan sosial ekonomi dengan cara memperba-
usaha tani/pertanian primer (on farm agribusi- nyak kesempatan kerja produktif dari paduan
ness) yang mencakup usaha: tanaman pangan, sektor pertanian dan non pertanian (Lo dan
hortikultura, perkebunan, perikanan, peternak- Salih, 1981). (3) pemanfaatan tenaga kerja secara
an, dan kehutanan. (c) Subsistem agribisnis hilir tepat guna dengan membuka peluang kerja dan
(down stream agribusiness) yang meliputi: indus- berusaha dari perluasan kegiatan usaha non
tri-industri pengolahan dan pemasarannya, pertanian dan pembangunan infrastruktur
termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor. pembangunan. (4) merangkai wilayah perdesa-
(d) Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan an (agropolitan) dalam jaringan regional
yang menyediakan jasa bagi agribisnis) seperti: dengan peningkatan aksesibilitas wilayah
perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian (Anonim, 2002). (5) menyalurkan pengetahuan
dan pengembangan, pendidikan, penyuluhan, dan kepandaian penduduk setempat pada
infrastruktur, dan kebijakan pemerintah. kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan keah-
(2) Adanya keterkaitan antara kota dengan desa liannya. (6) memperbaiki nilai tukar barang-
(urban-rural linkages) yang bersifat interdepen- barang antara desa dan kota sehingga tercipta
densi/timbal balik dan saling membutuhkan di kesesuaian harga yang saling menguntungkan.
mana kawasan pertanian di perdesaan me- Dalam rangka pengembangan kawasan
ngembangkan usaha budidaya (on farm) dan agropolitan secara terintegrasi perlu disusun
produk olahan skala rumah tangga (off farm), pengembangan kawasan agropolitan yang akan
sementara kota menyediakan fasilitas untuk menjadi acuan penyusunan program pengem-
berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis bangan. Adapun muatan yang terkandung di
seperti penyediaan sarana pertanian antara lain: dalamnya adalah:
modal, teknologi, informasi, peralatan pertani- (1) Penetapan pusat agropolitan yang berfungsi
an, dan lain sebagainya. sebagai: Pusat perdagangan dan transportasi
(3) Kegiatan sebagian besar masyarakat di pertanian (agricultural trade/ transport center),
kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan per- Penyedia jasa pendukung pertanian (agricul-
tanian atau agribisnis, termasuk didalamnya tural support services), Pasar konsumen produk
usaha industri (pengolahan) pertanian, perda- non-pertanian (non agricultural consumers
gangan hasil-hasil pertanian (termasuk perda- market), Pusat industri pertanian (agro-based
gangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan industry), Penyedia pekerjaan non pertanian
agribisnis hulu (sarana pertanian dan permo- (non-agricultural employment), Pusat agropolitan
dalan), agrowisata, dan jasa pelayanan. dan hinterland-nya terkait dengan sistem
(4) Kehidupan masyarakat di kawasan sentra permukiman nasional, provinsi, dan kabupaten
produksi pangan (agropolitan) sama dengan (RTRW provinsi/ kabupaten).
suasana kehidupan di perkotaan karena pra- (2) Penetapan unit-unit kawasan pengembang-
sarana dan infrastruktur yang ada di kawasan an yang berfungsi sebagai: Pusat produksi
agropolitan diusahakan tidak jauh berbeda pertanian (agricultural production), Intensifikasi
dengan di kota. pertanian (agricultural intensification), Pusat pen-
Tujuan Agropolitan. Tujuan yang hendak dapatan perdesaan dan permintaan untuk
dicapai dalam konsep agropolitan khususnya barang-barang dan jasa non pertanian (rural in-
dalam pembangunan perdesaan adalah sebagai come and demand for non-agricultural goods and
berikut: services), Produksi tanaman siap jual dan diver-
(1) mengubah wilayah perdesaan dengan cara sifikasi pertanian (cash crop production and
memperkenalkan dan memasukkan kegiatan- agricultural diversification).
kegiatan non pertanian (industri, perdagangan, (3) Penetapan sektor unggulan: Merupakan

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Agus Tri Basuki) 55


ssektor unggu ulan yang sudah
s berkembang dan wilayah--wilayah po otensial untuuk pengemba ang-
ddidukung olleh sektor hilirnya,
h keg
giatan agri- an pertaanian. Hubu ungannya dengan
d agroopo-
bbisnis yang banyak melibatkan
m pelaku
p dan litan adaalah bertitikk tolak dari pengemban ngan
mmasyarakat yang paling g besar (sesuai dengan sektor dasar
d (pertannian) dalam rangka pem mba-
kkearifan lokaal), dan mem mpunyai ska ala ekonomi ngunan wilayah. Seebagai tinda ak lanjut dik kem-
yyang memu ungkinkan untuk dik kembangkan bangkan n industri-industri pengo olahan dan jasa-
j
ddengan orienntasi ekspor. jasa pennunjang yang g sesuai denngan lingkun ngan
((4) Dukunga an sistem in nfrastruktur: Dukungan perdesaaan. Hal in ni sesuai dengan
d prinsip
innfrastrukturr yang mem mbentuk stru uktur ruang pembangunan berim mbang antarra sektor pe erta-
yyang mend dukung pen ngembangan n kawasan nian daan industri (Mubyarto, 1993). Den ngan
aagropolitan di
d antaranya a: jaringan ja
alan, irigasi, dikembaangkannya sektor-sektor penduk kung
ssumber-sumb ber air, dan jaringan utiilitas (listrik tersebut di samp ping akan meningkattkan
ddan telekomu unikasi). kegiatann sektor perrtanian mela alui mekaniisme
((5) Dukunga an sistem keelembagaan: Dukungan keterkaittan sekaliguus akan mena ambah lapan ngan
kkelembagaan n pengelola pengemban ngan kawas- kerja barru (Todaro, 11994).
aan agropolittan yang merupakan
m bagian
b dari Frieedman (19976) mengatakan bahwa
PPemerintah Daerah
D deng
gan fasilitas Pemerintah konsep agropolitan merupakan n siasat pem mba-
PPusat, peng gembangan sistem keelembagaan ngunan perdesaan y yang diperce epat dan dila aku-
innsentif dan disinsentif pengembangan kawas- kan melalui kerangk ka tata ruang untuk pem mba-
aan agropolitaan. ngunann nya. Mohserr (1969) men ngatakan bahwa
Berdasarrkan uraian di atas, kaw wasan agro- proses produksi
p pertanian terjadi di da
p alam
ppolitan dicirrikan denga an kawasan n pertanian kegiatann-kegiatan u usaha yang tersebar
t di selu-
s
yyang tumbu uh dan berk kembang ka arena berja- ruh wilayah. Unttuk mencip ptakan struktur
laannya sistem m dan usah ha agribisniis di pusat perdesaaan yang p progresif dip perlukan pusat
aagropolitan yang dihara apkan dapa at melayani pemasarran, jalan-jjalan perd desaan, tem mpat
ddan mendoro ong kegiatan n-kegiatan pembangun-
p percobaaan dan peneelitian, maup pun fasilitas lain
aan pertaniann (agribisnis)) di wilayah h sekitarnya yang meenunjang pro oses kegiatan usaha. Usaha-
(llihat Gambarr 1). usaha teersebut salin ng bergantu ungan sehin ngga
harus diilakukan seccara bersam ma-sama. Stra ategi
Mohser tersebut m merupakan prasyarat
p dasar
d
pembangunan Agro opolitan.
Kon nsep Agrib bisnis. Kon nsep agribiisnis
sebenarn nya merup pakan konsep yang utuh u
mulai dari proses p produksi, pe engolahan hasil,
h
pemasarran, dan ak ktivitas lain yang berka aitan
dengan kegiatan p pertanian. Arsyad (da alam
Soekartaawi, 1999) menyampaiikan pengerrtian
agribisniis sebagai: ““suatu kesatuaan kegiatan usaha
u
yang meeliputi salah satu atau keseluruhan
k mata
m
rantai prroduksi, penggolahan hasill, dan pemassaran
yang ada hubungannyya dengan perrtanian dalam m arti
luas”.
G
Gambar 1. Konsep
K Pen
ngembangan
n Kawasan Baddan agribisn nis (1995) mendefinisikan
Agropolitan
A n agribisniis lebih luas yaitu:
“sebagai pertanian yan ng organisasii dan manajemmen-
Teori Pendukung
P Konsep Agropolitan.
A nya secarra rasional ddirancang untuk mendapaatkan
WWhitby (1984 4) dan Fried
dman (1966) mengemu- nilai tammbah komerssial yang maksimal
m denngan
kkakan bahwa a dalam prooses pemban
ngunan per- menghasiilkan barang atau jasa yang diminta oleh
ddesaan yang g utama perlu diperhatiikan adalah pasar”.
ssektor pertan
nian yang merupakan
m baasis pereko- Waw wasan agrib bisnis menjadi kunci bagi
nnomian wilayah perdesa aan. Kemudiian meneliti pengemb bangan agribisnis dala am pembang gun-

556 Jurnal Ekonom


mi dan Studi Pembangun
nan Volume 113, Nomor 1, April 2012: 53-71
5
an. Wawasan1 agribisnis adalah cara pandang rakat agribisnis dapat dikelompokkan menjadi
terhadap pertanian sebagai lapangan usaha dan lima golongan penting yaitu: (1) pemerintah, (2)
lapangan kerja untuk memperoleh nilai tambah dunia usaha (swasta), (3) masyarakat tani/pe-
yang maksimal secara kompetitif (Muta’ali, desaan, (4) masyarakat ilmiah dan teknologi
2003). Dalam meraih nilai tambah tersebut, (pakar), dan (5) masyarakat profesi.
agribisnis tidak terbatas pada budidaya saja Masing-masing kelompok pelaku agribis-
tetapi juga usaha pada penyediaan bahan, sara- nis tersebut memiliki otoritas atau kewenangan
na, hasil, dan jasa usaha tani, serta pascapanen, untuk mengambil keputusan yang mempenga-
pengolahan, penanganan hasil, pemasaran, dan ruhi kehidupan sistem agribisnis. Hal yang
lain-lain. Ditinjau dari sudut perilaku, wawasan sangat kritikal bagi kelancaran agribisnis ada-
agribisnis diharapkan dapat menjadi sikap dan lah adanya sinkronisasi dan koordinasi dari
motivasi yang sesuai dari subyek pelaku pem- berbagai golongan masyarakat agribisnis. Oleh
bangunan daerah khususnya bidang pertanian karena itu, diperlukan adanya kesatuan penger-
dalam menanggapi era industrialisasi dan glo- tian wawasan agribisnis.
balisasi serta tuntutan pasar. Dari uraian di atas analisis tata ruang
Pengertian agribisnis tidak cukup hanya untuk pembangunan agropolitan men-syarat-
pada tingkat wawasan, namun juga perlu pe- kan dua bentuk pendekatan yaitu pewilayahan
mahaman agribisnis sebagai sistem (Erickson, kegiatan usaha dan penentuan pusat-pusat
1987). Secara konseptual sistem agribisnis dapat pengembangan. Di samping itu perlu dukung-
diartikan sebagai semua aktivitas mulai dari an analisis sektor pendukung seperti sektor
pengadaan dan penyaluran sarana produksi industri, perdagangan, dan jasa.
sampai kepada pemasaran yang terkait satu
dengan lain. Dengan demikian sistem agribisnis Analisis Pengembangan Kawasan Agropo-
merupakan suatu sistem yang terdiri dari litan
berbagai subsistem yaitu (a) subsistem peng-
Pengembangan kawasan agropolitan kecamat-
adaan dan penyaluran sarana produksi, tekno-
an Imogiri selain mendasarkan pada kriteria
logi dan pengembangan sumber daya perke-
sebagaimana dijelaskan pada sub bab di atas
bunan, (b) subsistem budidaya atau usaha tani,
juga mendasarkan pada beberapa hal, yaitu
(c) subsistem pengolahan hasil pertanian atau
kondisi fisik dasar, tata guna dan kesesuaian
agroindustri, (d) subsistem pemasaran hasil
lahan, komoditas unggulan, kesesuaian agribis-
perkebunan, (e) subsistem prasarana, dan (f)
nis, kependudukan, ekonomi, fungsi kawasan
subsistem pembinaan (Anonim, 1995).
serta sarana dan prasarana. Pembahasan secara
Sistem agribisnis tersebut di atas merupa-
rinci disajikan pada sub bab berikut ini:
kan suatu rangkaian aktivitas yang saling
(1) Analisis Kondisi Fisik Dasar. Analisis fisik
berkaitan yang keberhasilan pengembangannya
bertujuan untuk mengetahui kemampuan fisik
akan sangat ditentukan oleh tingkat kehandal-
untuk mengakomodir kegiatan agropolitan. Da-
an dari setiap komponen yang menjadi subsis-
lam hal ini analisis kondisi fisik ditekankan
temnya. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan
pada daerah-daerah rawan tanah longsor dan
pemerintah melalui regulasi, koordinasi, stimu-
kekeringan serta banjir. Kondisi tersebut diper-
lasi, pelayanan terhadap seluruh subsistem
kirakan akan sangat berpengaruh terhadap ren-
beserta lingkungan yang mempengaruhinya.
cana pengembangan kawasan agropolitan.
Di samping pemahaman tentang wawasan
Tanah longsor merupakan bencana yang
agribisnis dan agribisnis sebagai suatu sistem,
terjadi akibat proses perpindahan massa tanah
sebagai sebuah “entity” agribisnis juga terkait
atau batuan dengan arah miring dari kedu-
dengan pelaku agribisnis atau struktur masya-
dukan semula, sehingga terpisah dari massa
rakat, baik yang berdimensi teritorial, fungsio-
yang mantap, karena pengaruh grafitasi;
nal dan profesional, serta regional dan global.
dengan jenis gerakan bentuk rotasi fan tran-
Secara fungsional pelaku agribisnis atau masya-
slasi. Kawasan rawan bencana longsor adalah
kawasan lindung atau kawasan budidaya yang
1
Wawasan adalah cara pandang atau perspektif dalam meliputi zona-zona berpotensi longsor. Zona
memandang suatu proses kegiatan (misalnya perkebunan)

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Agus Tri Basuki) 57


berpotensi longsor merupakan darah dengan hidrologis, iklim, dan alokasi penggunaannya.
kondisi terrain dan geologi yang sangat peka Arahan kebijaksanaan pengembangan
terhadap gangguan luar, baik bersifat alami kawasan ini meliputi; penetapan sebagai
maupun aktivitas manusia sebagai faktor pemi- kawasan lindung, pengembalian fungsi hidro-
cu gerakan tanah, sehingga berpotensi longsor. logis kawasan hutan yang telah mengalami
Daerah yang terletak di lereng-lereng terjal kerusakan, pemantauan terhadap kegiatan
seperti daerah-daerah yang tersebar di keca- yang diperbolehkan di dalam kawasan lindung
matan Imogiri ini, dengan pengolahan tanah untuk menjaga fungsi lindung kawasan,
yang kurang bijaksana, akan menjadikan pengurangan kepadatan penduduk dan
daerah yang berpotensi terjadinya tanah peningkatan pengetahuan untuk mengembang-
longsor terutama pada musim hujan. Air hujan kan sumber daya alternatif, pengembangan
akan masuk ke pori-pori antarbutir, dan hal ini kegiatan ekonomi terbatas untuk pengembang-
akan menaikkan berat massa tanah menjadi an sumber daya alternatif sepanjang tidak
jauh lebih berat, sedang dilain pihak air juga mengganggu fungsi lindung
akan menurunkan ikatan butir tanah sehingga Dalam kaitannya dengan penyusunan
massa tanah mudah bergerak/longsor. pengembangan kawasan agropolitan, kondisi
Sedangkan daerah yang terletak diperbu- lahan eksisting di kecamatan Imogiri dapat
kitan secara umum adalah daerah yang dapat menggambarkan kemampuan lahannya. Dalam
dikatakan sebagai kawasan rawan kekeringan. kajian ini kemampuan lahan merupakan fungsi
Wilayah-wilayah tersebut terletak di daerah dari 5 komponen utama, yaitu kemiringan
perbukitan yang memanjang dari selatan ke lereng, kedalaman dan keefektifan tanah,
utara di bagian timur kabupaten Bantul terma- drainase dan erosi. Secara rinci setiap unsur
suk kecamatan Imogiri. disajikan pada tabel 1.erdasarkan data yang
Selain itu di kecamatan Imogiri juga tersaji pada Tabel 1 dalam Lampiran diketahui
termasuk daerah yang mempunyai lahan kritis bahwa kondisi geologis wilayah perencanaan
yang cukup tinggi, mencapai 150 Ha atau 8,92 didominasi oleh struktur batuan kerakal,
persen dari luas lahan kritis di Kabupaten kerikil, lanau dan lempung. Dari segi morfo-
Bantul. Faktor utama penyebab lahan kritis logi, wilayah perencanaan termasuk dalam
tersebut karena pengelolaan tanah yang tidak satuan bentuk lahan dataran Gunung Merapi
mengindahkan kaidah konservasi tanah dan dengan kemiringan antara 0-7 persen. Sistem
air, lahan kritis juga dapat disebabkan oleh hidrologi di wilayah perencanaan terpengaruh
makin meningkatnya tekanan penduduk oleh keberadaan Sungai Opak dan Sungai Oyo.
terhadap lahan akibat pertambahan jumlah Karena morfologinya yang dataran, maka
penduduk yang tinggi. Upaya rehabilitasi lahan pergerakan aliran airnya cenderung melebar
kritis di antaranya dapat dilakukan dengan membentuk meandering dan berpola radial
kegiatan reboisasi dan atau penghujauan. sentripetal dengan kedalaman efektif tanah
Dengan demikian dalam rangka Pengem- antara 60-90 cm. Implikasinya jenis vegetasi
bangan Kawasan Agropolitan Imogiri, perlu atau tanaman yang dapat berkembang dengan
direncanakan penataan, pengembangan, peme- baik di wilayah dengan karakteristik fisik terse-
liharaan dan pengendalian kawasan (kondisi but adalah jenis tanaman pangan seperti padi,
fisik) untuk meminimalisasi dampak yang jagung dan kacang tanah, kemudian tanaman
diakibatkan dari kekeringan, tanah longsor dan jambu mete, tebu dan kelapa.
lahan kritis. (lihat Gambar 2 dalam Lampiran) (3) Analisis Komoditas Unggulan. Analisis tata
(2) Tata Guna dan Kesesuaian Lahan. Sumber guna lahan dapat ditinjau dari segi penggunaan
daya lahan merupakan potensi ruang yang lahan pertanian eksisting berikut komoditas
mengandung unsur-unsur lingkungan fisik, yang dihasilkan. Berbagai macam komoditas
kimia dan biologis yang saling berinteraksi yang diajukan atas dasar kesesuaian lahan
terhadap potensi tata guna lahan. Lahan dengan pembatasan tertentu sebagaimana
merupakan perpaduan dari berbagai unsur dijelaskan sebelumnya dapat diarahkan bebe-
atau komponen bentang lahan, geologis, tanah, rapa komoditas unggulan, baik yang mempu-

58 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 53-71
nyai keunggulan komparatif maupun yang ”Rumah Mete” yang berfungsi sebagai tempat
mempunyai keunggulan kompetitif pengolahan dan pembelajaran tentang mete
Beberapa komoditas lain yang nampaknya secara keseluruhan.
prospektif untuk dikembangkan mengingat Di desa Karangtengah terdapat perkebun-
pangsa pasar dan nilai ekonomi namun meng- an mete ”Pariwisata Agro” sejak tahun 2005
hadapi banyak kendala dalam pengembangan- kerjasama dengan Royal Silk milik Gusti Pem-
nya maka perlu dipertimbangkan kembali. Di bayun dimana merupakan perkebunan mete
sisi lain mungkin komoditas empon-empon yang dikembangkan untuk pengembangan ulat
(kunyit, temulawak, temu ireng, dan jahe) sutra liar. Selain itu kerjasama bidang kehutan-
merupakan beberapa komoditas utama yang an dengan komoditas mete antara pemerintah
besar untuk dikembangkan di kawasan setempat dengan Garuda Indonesia dengan
pengembangan agropolitan. Hal ini di karena- nama ”Garuda Indonesia Forest”. Sistem budi-
kan ada beberapa wilayah yang sudah melaku- daya yang dilakukan adalah mempekerjakan
kan pengembangan komoditas tersebut sampai masyarakat sekitar untuk mengelola perke-
kepengolahan. Di desa Wukirsari, Kebonagung, bunan tersebut.
dan Karangtengah sudah dikembangkan peng- Berdasarkan analisis di atas terlihat ada
olahan sirup temulawak, dan bahkan komodi- tiga tipologi komoditas pengembangan di Wila-
tas jahe merupakan bahan baku utama untuk yah Imogiri, yaitu komoditas unggulan, komo-
minuman khas Imogiri yaitu Wedang Uwuh ditas andalan dan komoditas potensial. Berkait-
yang terkenal khasiatnya, untuk kesegaran dan an dengan rencana pengembangan kawasan
kehangatan tubuh. agropolitan, komoditas yang memiliki peluang
Selain komoditas empon-empon tersebut, paling baik untuk dikembangkan adalah
komoditas tanaman padi yang merupakan tanaman mete, padi dan empon-empon. Untuk
komoditas utama untuk dikembangkan di jenis komoditas andalan markisa dan pisang
kawasan agropolitan tersebut. Komoditas padi dapat juga dikembangkan di kawasan agropo-
tersebar hampir di seluruh desa di Kecamatan litan. Namun demikian komoditas tersebut saat
Imogiri, di beberapa desa tersebut sudah ini baru dapat diandalkan di tingkat lokal dan
dikembangkan jenis padi organik dan sudah belum memiliki kekuatan untuk bersaing
terkenal di luas kabupaten Bantul. Desa Kebon- dengan komoditas lainnya pada skala yang
agung dan desa Karangtengah merupakan lebih luas. Pada sektor lain, komoditas kacang
salah satu desa yang sudah mengembangkan tanah dan sayuran yang termasuk dalam
jenis padi organik dengan luasan cukup komoditas potensial, merupakan jenis komodi-
banyak. tas yang harus diprioritaskan pengembangan-
Sedangkan untuk komoditas buah-buahan, nya. Hal ini disebabkan karena komoditas
di kecamatan Imogiri secara umum merupakan tersebut dinilai memiliki potensi yang cukup
ponsial untuk dapat dikembangkan. Terlepas besar dalam rangka peningkatan perekonomian
dari itu seperti tanaman mete banyak dijumpai lokal dan daerah.
di beberapa desa di Imogiri, seperti desa (4) Analisis Kesesuaian Agribisnis. Analisis
Wukirsari dan desa Karangtengah. Di kedua kesesuaian agribisnis disini ditinjau dari jaring-
desa tersebut sudah dilakukan pengolahan an pemasaran komoditas yang diunggulkan
sampai pada bentuk kering untuk diambil biji- (potensial). Secara umum komoditas unggulan
nya, selain itu buah mete juga diolah menjadi tanaman mete terdapat di desa yaitu Desa
sirup, ampasnya sebagai abon maupun bahan Wukirsari dan Karangtengah, untuk komoditas
sayur. padi atau padi organik di desa Kebonagung
Perkebunan mete di desa Wukirsari luas- dan Karangtengah, untuk komoditas empon-
nya kurang lebih 50 hektar akan tetapi yang empon (kunyit, temulawak, temu ireng, dan
sampai saat ini masih produktif ada sekitar 30 jahe) di desa Wukirsari, Kebonagung, dan
hektar dan tersebar di beberapa dusun. Di Karangtengah. Pemasaran komoditas unggulan
Wukirsari juga terdapat tempat pengolahan di beberapa desa tersebut yang menjadi daerah
meta di Dusun Dengkeng yang disebut penelitian modelnya bervariasi. Setidaknya ada

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Agus Tri Basuki) 59


Tabel 2. Jaringan Pemasaran Komoditas Unggulan Wilayah Perencanaan
No Komoditas Petani Pedagang1 Pedagang 2 Pedagang 3
1 Mete Wukirsari Wukirsari, Bantul, Jakarta
Karangtengah Karangtengah Piyungan, Surabaya
Pundong, Dlingo, Sumatera,
Yogyakarta. Kalimantan,
2 Padi Karangtengah Karangtengah Bantul, Jakarta,
Kebonagung Kebonagung Yogyakarta, Surabaya,
Sleman, Semarang,
Gunungkidul.
3 Empon-empon Wukirsari, Wukirsari, Yogyakarta, Jakarta,
Kebonagung, Kebonagung, Bantul, Surakarta,
Karangtengah Karangtengah Surabaya,
Sumber : Hasil Analisis, 2011

empat cara pemasaran masing-masing komo- besar usaha budidaya petani di Kecamatan
ditas tersebut diatas. Pertama, komoditas dari Imogiri meliputi; pertanian tanaman pangan,
petani langsung dijual ke konsumen. Cara ini tanaman hortikultura, tanaman perkebunan,
dapat ditemui di desa-desa penghasil komodi- tanaman kehutanan, usaha peternakan, usaha
tas. Bahkan beberapa petani mengaku sering- perikanan dan penangkapan di perairan umum.
kali mendapat pesanan dari tetangga maupun Usaha tani tersebut secara umum sudah mela-
kolega sebelum musim panen. Dapat dijumpai kukan penerapan teknologi yang sederhana
pula petani yang menjual sendiri komoditas dari mulai pembenihan, sistem budidaya sam-
yang dihasilkan di gubug-gubug di pinggir pai dengan penanganan pascapanen. Tabel 3
jalan. Kedua, dari petani dijual ke pedagang menunjukkan penerapan teknologi pertanian di
pengecer yang ada di pasar, dan dari pengecer kecamatan Imogiri.
kepada konsumen. Ketiga, komoditas dari Penerapan budidaya pertanian dan perke-
petani dijual ke pedagang pengepul yang ada bunan di kecamatan Imogiri untuk komoditas
di masing-masing desa selanjutnya dari peda- padi, cabe, dan tebu sudah menerapkan tekno-
gang pengepul dijual ke pedagang penngecer logi rata-rata lebih dari 70 persen, hal tersebut
yang ada di luar daerah, yang kemudian dipengaruhi karena kedua komoditas tersebut
menjualnya ke konsumen setempat. Keempat, memerlukan perawatan yang intensif. Di satu
petani menjual komoditas ke pengusaha sisi penerapan teknologi untuk komoditas padi
olahan, dimana hasil olahan tersebut dijual ke lebih banyak ada pengolahan tanah, sistem
supermarket atau bahkan diekspor ke luar pengairan dan pemupukan, karena karakteris-
negeri. Secara ringkas pemasaran beberapa tik tanaman padi yang cenderung banyak
komoditas di wilayah kajian dapat disajikan memerlukan pemupukan dan pengairan yang
dalam Tabel 2. cukup. Pengairan untuk tanaman padi lebih
(5) Analisis Penerapan Teknologi. Sebagian menerapkan pada pengairan menggunakan

Tabel 3. Tingkat Penerapan Teknologi Pertanian dan Perkebunan Kecamatan Imogiri


Tahun 2010
No Komoditas Benih P. Tanah Pupuk Pengairan P H T (%) Panen (%) Pasca
(%) (%) (%) (%) (%)
1 Padi 85 95 90 90 75 85 60
2 Kedelai 60 70 20 85 75 70 35
3 Jagung 55 80 20 70 70 75 40
4 Kcg. Tanah 60 80 20 65 70 70 40
5 Cabe 75 75 80 80 80 85 80
6 Kelapa 75 50 50 60 40 65 80
7 Tebu 90 85 90 90 90 85 90
8 Tembakau 80 80 75 80 70 85 85
Sumber: BPP Kecamatan Imogiri Tahun 2011

60 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 53-71
Tabel 4. Tingkat Penerapan Teknologi Peternakan di Kecamatan Imogiri Tahun 2010
No Komoditas Pemulia Perkan Pakan Reproduksi Pasca (%) Pemasaran
biakan (%) dangan (%) (%) (%) (%)
1 Sapi Potong 80 65 70 80 80 90
2 Kambing 65 70 70 80 80 100
3 Ayam Buras 60 70 65 70 80 100
4 Itik 65 65 70 80 80 100
Sumber: BPP Kecamatan Imogiri Tahun 2011

aliran irigasi dari sungai-sungai yang ada di Pada dasarnya penerapan teknologi per-
sekitar kawasan tersebut. Lain halnya dengan ikanan baik pembesaran maupun pembenihan
penerapan teknologi pada komoditas cabe di Kecamatan Imogiri masih terkendala pada
selain penerapan teknologi pada sistem budi- pakan dan pengolahan serta diversifikasinya,
daya pemupukan, pengairan dan pengendalian sedangkan untuk konstruksi kolam yang
hama terpadu, juga lebih banyak penerapan dipakai sudah jauh lebih baik.
teknologi untuk panen dan pascapanen. Petani Penerapan teknologi baik pertanian, perke-
di kecamatan Imogiri untuk penerapan tekno- bunan, peternakan dan perikanan pada berba-
logi pada panen maupun pascapanen lebih gai sistem yang diterapkan, kedepan diharap-
pada proses pemetikan dan penanganan kan agar lebih dapat dilakukan penarapan
pascapanen yang harus segera dijual karena secara merata, baik sistem yang digunakan
cabe lebih cepat membusuk. Sedangkan untuk ataupun merapa secara cakupan wilayahnya.
penerapan teknologi komoditas perkebunan Di wilayah desa Imogiri diharapkan nantinya
tebu penerapannya lebih panan saat panen sebagai sektor pemasaran produk-produk
maupun pasca panen, penerapan saat panen kawasan agropolitan tersebut, karena di desa
dengan cara manual dan membutuhkan banyak Imogiri ini terdapat berbagai macam infrastruk-
tenaga kerja dan pengangkutan menuju pabrik tur pendukung seperti; pasar umum, pasar
tebu untuk dilakukan pengolahan menjadi hewan, terminal, ruko produk agropolitan,
gula. Sehingga penerapan pascapanen ini yang bank dan masih banyak infrastruktur pendu-
membutuhkan teknologi mesin untuk menjadi kung lainnya.
sebuah produk yang mempunyai nilai jual lebih (6) Analisis Kependudukan. Sumber daya
tinggi (Lihat Tabel 4). manusia memiliki peranan yang sangat penting
Penerapan teknologi peternakan pada dalam proses pembangunan kawasan agropoli-
umumnya sudah lebih dari 60 persen pada tan di Kecamatan Imogiri baik sebagai obyek
masing-masing kegiatan dari mulai pembiakan pembangunan maupun sebagai subyek atau
sampai dengan pemasaran, akan tetapi pada pelaku pembangunan. Kondisi sumber daya
sistem pemasaran untuk jenis kambing, ayam manusia akan menentukan corak dan pola
buras dan itik sudah sampai 100 persen, hal ini kehidupan masyarakat, sehingga upaya peng-
pemasaran yang diterapkan hanya pada sampai amatan karakteristik sumberdaya manusia
penjualan yang dilakukan di wilayah kecamat- diperlukan untuk menghindari adanya dampak
an Imogiri. Penerapan pemasaran di kecamatan negatif dari perkembangan penduduk yang
Imogiri sudah terdapat pasar ternak yang tidak terkendali dan pola penyebaran yang
sudah ada cukup lama, sehingga memudahkan tidak merata. Inventarisasi data sumber daya
peternak melakukan transaksi jual beli ternak manusia diharapkan mampu memberikan
(Lihat Tabel 5). informasi yang sistematis dan terstruktur
Tabel 5. Tingkat Penerapan Teknologi Perikanan di Kecamatan Imogiri Tahun 2010
No Komoditas Konstruksi Induk Benih Padat Pakan Pengolahan Pasca
(%) (%) (%) Tebar (%) difersifikasi (%)
(%) (%)
1 Pembesaran 85 - 60 60 40 40 70
2 Pembenihan 80 50 - 60 40 40 65
Sumber: BPP Kecamatan Imogiri Tahun 2011

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Agus Tri Basuki) 61


Tabel 6. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk serta Kepadatan Agraris
Luas Lahan Pertanian Pertumbuhan penduduk Kepadatan
` 2009 2016
(ha) (%) Agraris
Selopamioro 13074,5 0,81 1,08 15,818 14,722
Sriharjo 631,95 0,56 15,68 9,912 10,238
Kebonagung 187,11 0,45 18,09 3,385 3,475
Karangtengah 287,77 0,89 17,99 5,177 5,447
Girirejo 413,49 0,71 11,35 4,693 4,889
Karangtalun 120,5 0,80 24,65 2,852 3,110
Imogiri 83,56 1,59 47,88 4,000 4,365
Wukirsari 1538,45 0,87 10,22 15,730 16,528
Sumber : BPS dan Hasil Analisis, 2011

mengenai potensi untuk menunjang pengem- dengan jangkauan pelayanan di tingkat lokal.
bangan kawasan agropolitan. Fungsi utamanya adalah II merupakan Ibukota
Perhitungan pertumbuhan penduduk wila- Kecamatan dengan skala pelayanan sub regio-
yah Imogiri yang terjadi secara ganda dilaku- nal. Berkaitan dengan pengembangan kawasan
kan dengan mendasarkan pada data registrasi agropolitan di kota Imogiri, dapat dibedakan
penduduk tahun 2009. Dalam periode tersebut menjadi kawasan pertanian dan non pertanian.
diketahui laju pertumbuhan penduduk di dae- Di kawasan pertanian fungsi utama adalah
rah kajian mencapai 0,1 persen dengan meng- fungsi produksi, baik untuk komoditas pangan
abaikan faktor in migration dan out migration. sebagai pendukung ketahanan pangan dan
Dengan kondisi demikian, diperkirakan jumlah komoditas non pangan yang berpeluang untuk
penduduk Imogiri akan mengalami peningkat- dikembangkan dalam pola agribisnis, baik
an secara signifikan dari 61.667 jiwa di tahun buah-buahan, sayur-sayuran, ternak, ikan dan
2009 menjadi 64.790 jiwa di tahun 2016. jenis-jenis lainnya. Di samping fungsi produksi,
(7) Analisis Fungsi-Fungsi Kawasan. Ber- di kawasan pertanian juga harus diperhatikan
dasarkan kondisi fisik dan posisinya terhadap fungsi konservasi kesuburan lahan dan mene-
cakupan wilayah yang lebih luas (kabupaten kan terjadinya perubahan fungsi meliputi fung-
dan provinsi), wilayah kecamatan Imogiri dibe- si permukiman.
dakan atas ruang-ruang yang berfungsi sebagai Pada kawasan non pertanian, fungsi yang
kawasan lindung (lindung setempat) dan ada sebagai kawasan permukiman dan kawas-
kawasan budidaya (RT RW Kabupaten Bantul). an lindung serta fungsi fasilitas umum. Fungsi
Kawasan lindung adalah bagian wilayah yang sebagai kawasan lindung dalam arti luas lebih
dialokasikan untuk fungsi perlindungan terha- dominan dan merupakan prioritas utama, agar
dap daerah bawahan, daerah setempat, suaka fungsi pendukung aktivitas di kawasan pertani-
alam dan cagar budaya serta daerah rawan ben- an tetap dipertahankan. Untuk mendukung
cana seperti diamanatkan dalam Kepres Nomor usaha tani, faktor ketersediaan air adalah
32 Tahun 1987. Menurut Undang-undang No- mutlak sehingga di samping pengembangan
mor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan peningkatan produksi pertanian di kawas-
disebutkan bahwa berdasarkan fungsi kawasan an pengembangan agropolitan, juga perlu
dibagi menjadi 2 yaitu kawasan lindung dan diperhatikan aspek konservasi sumber daya
kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah alam khususnya air dan lahan agar tidak terjadi
bagian wilayah yang dialokasikan untuk mewa- kemiskinan lahan yang berkelanjutan.
dahi fungsi pertanian umum, perdagangan, Selain analisis komoditas potensial yang
pariwisata, dan permukiman. dapat dikembangkan di kecamatan Imogiri,
Pada konstelasi tingkat kabupaten, kota- analisis perkembangan Usaha Mikro Kecil dan
kota di wilayah Kabupaten Bantul dibedakan Menengah merupakan fungsi-fungsi kawasan
atas kota hirarki I, II, dan III. Kota Imogiri dilakukan untuk mendapatkan gambaran
sebagai lokasi kajian penyusunan pengembang- sejauh mana UMKM tersebut dapat mendu-
an kawasan agropolitan berada pada hirarki II kung perkebangan tumbuhnya kawasan agro-

62 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 53-71
politan di kawasan tersebut. agung dengan keunikan dan pengetahuan
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan tentang budidaya pertanian di perdesaan, di
Menengah di kecamatan Imogiri sudah berkem- kawasan agro Kebonagung tersebut para
bang di beberapa desa, ada beberapa usaha pengunjung dapat belajar budidaya pertanian
kecil dan menengah pengolahan kripik dan dari proses pembajakan sawah, penanaman
rempeyek, sirup markisa, abon mete sudah sampai dengan pemanenan. Uniknya para
berkembang di desa Karangtengah dengan pengunjung dapat langsung terjun di lokasi
bahan baku dari wilayah tersebut. Pengem- tersebut.
bangan pembuatan sirup markisa bekerjasama (8) Analisis Ekonomi. Untuk memberikan
antara pihak akademisi, Pemerintah Daerah penilaian viabilitas ekonomi berbagai komodi-
Kabupaten Bantul dan kelompok tani setempat. tas yang dianggap signifikan untuk dikembang-
Usaha mikro, kecil, dan menengah pem- kan di kawasan agropolitan berikut dibuat
buatan tempe dengan berbahan baku kedelai suatu analisis yang merangking perkiraan
terdapat di desa Karangtalun dengan sistem prospek pengembangan komoditas-komoditas
jaringan pemasaran sampai keluar wilayah tersebut. Kriteria yang ditimbang meliputi
Imogiri. tradisi produksi setiap komoditas, keterkaitan
Selain dikenal sebagai sentra produksi sistemik komoditas dalam spektrum produksi
berbasis bahan baku pertanian tersebut, di yang lebih luas, keterkaitan antarwilayah yang
kecamatan Imogiri juga berkembang usaha- diciptakan, skala produksi di tingkat produsen
usaha pengolahan industri dan kerajinan atau petani serta kemampuan relatif komoditas
kerajinan batik, kerajinan tatah sungging, untuk menyerap tenaga kerja. Selanjutnya turut
kerajinan wayang, serta kerajinan keris. Sentral diperhitungkan juga sifat-sifat komoditas seper-
pengembangan batik tulis dengan pewarna ti durabilitas komoditas, ketersediaan pasar
alami dari tanaman indigovera terdapat di desa sebagai penyerap komoditas, sifat-sifat pasar
Wukirsari, desa Karangtengah dan desa yang ada dan kompetitor keunikan komoditas.
Girirejo yang sudah terkenal di wilayah luar Dimensi lain yang juga sangat penting dan
Imogiri. perlu dipertimbangkan dalam memilih komo-
Fungsi pengembangan kawasan pariwisata ditas budidaya di kawasan agropolitan adalah
sebagai pendukung pengembangan kawasan kemampuan komoditas dalam mendukung cash
agropolitan di Imogiri tersebar di beberapa flow harian petani serta ada tidaknya ketergan-
desa. Pengembangan wisata di kecamatan tungan terhadap input produksi langka yang
Imogiri terbagi atas kawasan wisata religi, hanya tersedia di daerah lain. Selain itu
kawasan wisata alam dan kawasan wisata agro. mengingat kerapatan dan tingginya ragam
Kawasan wisata religi terdapat di desa jenis-jenis komoditas yang dapat diusahakan di
Wukirsari dan Girirejo, antara lain makam kawasan ini perlu juga dipertimbangkan aspek
seniman, makam kesultanan raja-raja mataram, penggunaan tanah, air dan kesesuaian agroeko-
pasareyan Agung Giriloyo dan makan Panger- logis. Penilaian terhadap sifat-sifat komoditas
an Pekik di desa Girirejo. Wisata alam yang dilakukan dengan pemberian bobot secara rela-
sedang berkembang yakni Jembatan Gantung tif dan nominal (baik diberi tanda ’+’, sedang-
dimana letaknya berada di perbatasan desa kan tidak baik diberi tanda ’-’ ). Secara rinci
Sriharjo dan desa Selopamioro, wisata alam penjelasan setiap kriteria diberikan sebagai
bernuansa air berada di sepanjang kali Opak berikut:
desa Wukirsari, wisata air Bendung Tegal yang (a) Tradisi produksi. Keberhasilan budidaya
terletak di desa Kebonagung dengan berbagai pertanian salah satunya ditentukan oleh
macam atraksi yang menarik, wisata alam Gua kemampuan para petani sebagai pelaku usaha
Cerme yang terletak di desa Selopamioro tani menjalankan kegiatannya. Tradisi produksi
perbatasan dengan kabupaten Gunungkidul. yang sudah panjang mencerminkan stabilitas
Kawasan wisata agro antara lain di desa sistem produksi yang sudah teruji oleh fluk-
Karangtengah dengan komoditas perkebunan tuasi musim dan ketidakpastian yang lain.
mete dan kawasan wisata agro di desa Kebon- Komoditas-komoditas yang sudah lama dikenal

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Agus Tri Basuki) 63


dan dibudidayakan oleh petani dianggap berni- komoditas pertanian itu sendiri yang cepat
lai tinggi dari tradisi produksinya. rusak oleh waktu dan tidak tahan lama untuk
(b) keterkaitan produksi. Ketekaitan produksi disimpan dalam rangka memperoleh harga jual
dipandang penting sebagai salah satu kriteria yang lebih tinggi di luar musim panen. Oleh
untuk penentuan unggul tidaknya suatu komo- karena itu untuk mendudukkan posisi tawar-
ditas dikembangkan di kawasan agropolitan. menawar produsen yang lebih baik akan dapat
Komoditas yang dalam proses budidayanya lebih mudah dicapai jika komoditas yang
memiliki keterkaitan secara sistemik dengan diproduksi adalah komoditas yang tahan lama
sektor ekonomi lain ke depan maupun ke bela- atau dapat dibuat tahan lama dengan cara-cara
kang dinilai positif, sedangkan komoditas yang yang sederhana dan dapat dilakukan sendiri
memiliki keterkaitan secara sistemik dengan oleh petani tanpa tambahan biaya.
sektor ekonomi lain secara lemah akan diberi (f) Ketersediaan pasar lokal. Pasar dalam
nilai negatif. pengertian ini adalah daya beli masyarakat di
(c) Keterkaitan regional. Melalui kegiatan sekitar pusat produksi secara keseluruhan yang
perdagangan terjadi pertukaran dan distribusi dapat tercermin dari besar kecilnya jumlah
berbagai komoditas pertanian antardaerah. penduduk kota terdekat dan atau daya beli
Daerah-daerah dengan nilai dan skala produksi masyarakatnya terhadap komoditas pertanian
yang cukup besar akan mampu memainkan tertentu. Dalam hubungan ini kawasan agropo-
peranannya sebagai eksportir atau pemasok litan Imogiri memiliki keunggulan kompetitif,
berbagai kebutuhan komoditas tersebut di karena lokasinya yang relatif dekat dengan kota
daerah lain. Dengan demikian semakin jauh Bantul dan Yogyakarta, sehingga pemasaran ke
jangkauan keterkaitan pemasaran dengan kota ini akan mencerminkan seberapa mudah
daerah lain akan memberikan nilai lebih pada pasar regional dapat dijangkau. Nilai positif
keterkaitan regional yang positif. diberikan pada komoditas yang memiliki akses
(d) Skala produksi. Kelangsungan hidup ke pasar dengan mudah.
pengembangan komoditas pertanian yang (8) Sifat pasar. Sifat-sifat pasar berbagai komo-
berorientasi komersial sangat ditentukan oleh ditas pertanian yang diproduksi di kawasan
skala produksi yang diterapkan oleh para agropolitan dinilai keragamannya sifatnya
petani. Skala produksi yang cukup besar akan monopsonis atau monopolistis. Komoditas
diberi nilai positif, karena dengan skala yang harus memasuki pasar yang monopsonis
produksi yang besar petani akan memiliki akan diberikan penilaian negatif, karena
keunggulan kompetitif dibandingkan usaha produsen yang banyak hanya tergantung
lain yang sejenis yang berlokasi di tempat yang pembeli yang dalam jumlah yang sedikit akan
sama. Skala usaha yang besar akan memberikan cenderung merugikan produsen; sedangkan
peluang pengembangan usaha terutama yang komoditas yang harus memasuki pasar yang
padat modal dan investasi. monopolistis cenderung dinilai positif karena
(e) Serapan tenaga kerja. Salah satu aspek pen- produsen dapat berperan lebih banyak dalam
ting yang memperoleh penekanan dalam menentukan harga.
pengembangan kawasan agropolitan adalah (g) Kompetitor keunikan. Suatu komoditas
penyerapan tenaga kerja. Semakin tinggi yang unik dan tidak dijumpai di tempat lain
kemampuan komoditas dalam memberikan akan memiliki nilai positif karena produsen
kesempatan kerja dalam proses budidaya dan akan mampu mempengaruhi pasar, sehingga
pengolahannya perlu dinilai positif, sehingga produsen akan memperoleh banyak keuntung-
komoditas-komoditas yang bernilai tinggi an dari harga yang dapat terpelihara tinggi.
adalah komoditas-komoditas yang mampu Sebaliknya untuk komoditas yang sudah
memberikan kesempatan kerja dalam jumlah tersedia dimana-mana atau sudah ada barang-
yang cukup besar dan kontinyu. barang substitusinya perlu diberikan nilai
(e) Durabilitas komoditas. Posisi tawar-mena- negatif.
war petani terhadap pedagang maupun konsu- (h) Cash flow harian. Suatu komoditas diusa-
men seringkali sangat terbatas, karena sifat-sifat hakan oleh petani di antaranya untuk sumber

64 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 53-71
pendapatan harian, sehingga cash flow yang tinggi akan dinilai positif dan dianggap sesuai
akan diberikan secara harian dalam konteks dengan kondisi agroekologi kawasan ini.
petani kecil seringkali sangat menentukan (l) Ketergantungan input langka dan esensial
keberhasilan pengembangan komoditas terse- dari luar. Input esensial yang dimaksud dalam
but. Makin sering suatu komoditas yang analisis ini adalah semua materi yang diperlu-
dibudidayakan mampu menghasilkan cash flow kan dan harus ada dalam proses produksi.
akan sangat positif bagi petani pelaku usaha Jenis-jenis komoditas yang memiliki ketergan-
itu. Dalam komunitas petani kecil kestabilan tungan tinggi terhadap material input dari
pasokan cash merupakan satu hal terpenting tempat lain akan diberi nilai negatif, karena
untuk bertahan hidup, daripada memperoleh berarti proses produksinya tidak aman. Dengan
cash dalam jumlah yang lebih besar tetapi demikian sewaktu-waktu dapat terjadi kema-
hanya satu atau dua tahun sekali. Logika petani cetan dalam produksi, sehingga sistem produk-
semacam ini dinilai positif. sinya sangat tidak stabil. Terlebih jika input
(i) Kebutuhan air. Kawasan Agropolitan langka tersebut harus berebut dengan penggu-
Imogiri secara obyektif merupakan ruang naan di tempat lain untuk kebutuhan yang
produksi yang menjadi pusat perhatian banyak lebih produktif. Oleh karena itu komoditas-
pelaku usaha, karena keunggulan komparatif komoditas yang memiliki ketergantungan
sumber daya alam dan lingkungannya. Sema- dengan wilayah lain yang terlalu tinggi akan
kin banyak interest yang memanfaatkan sumber diberikan nilai negatif.
daya alam dalam proses produksi primer, akan Hasil skoring sistem dengan kriteria seperti
berarti ada kompetisi dalam penggunaan air di atas menghasilkan skor antarkomoditas yang
untuk budidaya pertanian, non pertanian sangat beragam. Posisi relatif unggul tidaknya
maupun kebutuhan domestik. Dengan demi- suatu komoditas terhadap komoditas yang lain
kian yang diberi nilai positif adalah tanaman- dapat diamati dengan membandingkan jumlah
tanaman atau hewan yang menggunakan akhir dari skor setiap kriteria yang digunakan.
sedikit air dalam proses budidayanya. Tabel 6 dalam Lampiran menyajikan secara leng-
(j) Kebutuhan lahan. Selain telah mengalami kap skor total semua kriteria dan rincian skor
berbagai konflik pemanfaatan air untuk berba- yang dipakai dalam analisis.
gai kebutuhan produksi ataupun domestik, Dari data hasil skoring dapat dilihat bahwa
konflik penggunaan lahan antarjenis komoditas komoditas padi mempunyai nilai tertinggi dan
pertanian juga sudah terjadi. Demikian juga sangat layak untuk dikembangkan dan menjadi
konflik penggunaan lahan antara kepentingan komoditas unggulan di kecamatan Imogiri.
produksi primer dengan perumahan maupun Sedangkan mete dan markisa, serta empon
pariwisata juga ditengarai akan semakin merupakan komoditas unggulan berikutnya
menguat. Pilihan komoditas hendaknya diarah- yang layak di kembangkan di kawasan ini.
kan pada hewan atau tanaman yang hemat
ruang, sehingga dengan ruang yang sama akan Analisis SWOT
diperoleh nilai produksi yang lebih tinggi. Oleh Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh baik
karena itu komoditas dengan kebutuhan lahan secara kualitatif dan kuantitatif, dapat diiden-
yang kecil akan dinilai positif. tifikasikan beberapa kekuatan, kelemahan,
(k) Keunggulan agroekologi. Keunggulan agro- peluang dan tantangan Pengembangan Kawas-
ekologi perlu diperhatikan dalam konteks an Agropolitan Imogiri yang masing-masing
hubungannya dengan adanya kecenderungan akan dibahas pada sub bab berikut ini:
untuk menempatkan berbagai jenis komoditas
yang berhasil di tempat lain untuk dicoba di (1) Kekuatan. Beberapa kekuatan yang dimiliki
kawasan ini. Kawasan agropolitan Imogiri di wilayah perencanaan adalah:
memiliki keunggulan agroekologi bagi bebe- (a) Wilayah Kecamatan Imogiri dilalui sungai-
rapa jenis komoditas tertentu sebagaimana sungai besar seperti Sungai Opak dan Oyo yang
tercermin dari analisis kesesuaian lahannya. mengalirkan material deposit letusan Gunung
Komoditas dengan kesesuaian lahan yang Merapi yang menyebabkan kondisi tanah seba-
gian wilayah tersebut cukup subur;

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Agus Tri Basuki) 65


(b) Memiliki jumlah dan kepadatan penduduk yanya kurang memiliki keterkaitan secara
yang cukup untuk menunjang pengembangan sistemik dengan sektor ekonomi lainnya;
kegiatan agropolitan, yaitu mencapai 61.667 (d) Kelangsungan hidup pengembangan bebe-
jiwa dengan rata-rata kepadatan 1.950 jiwa/ rapa jenis komoditas pertanian yang berorien-
km2; tasi komersial relatif sempit karena skala
(c) Sektor pertanian khususnya perkebunan dan produksinya kecil;
perikanan adalah sektor andalan yang masih (e) Posisi tawar petani seringkali sangat terbatas
merupakan penyumbang terbesar PDRB keca- karena sifat-sifat komoditas yang cepat rusak
matan mencapai 23,33 persen; oleh waktu dan tidak tahan lama untuk
(d) Kondisi sarana prasarana jaringan jalan disimpan dalam rangka memperoleh harga jual
beraspal yang cukup memadai. Jarak menuju yang lebih tinggi di luar musim panen.
pusat kegiatan rata-rata kurang dari 10 km (f) Tingkat produktifitas petani yang cenderung
yang dalam keadaan normal dapat ditempuh subsistem dan sulit untuk meningkatkan pro-
kurang dari 30 menit; duktivitasnya akan sangat berpengaruh terha-
(e) Ketersediaan sarana infrastruktur yang dap pengembangan agroindustri yang membu-
cukup memadai, seperti 1) jaringan listrik yang tuhkan dukungan sediaan produk pertanian
telah dimanfaatkan oleh sekitar 86,2 persen dalam jumlah besar dan konstan;
penduduk Imogiri yang berfungsi sebagai (g) Meskipun ruas-ruas jalan yang ada di
pemasok energi bagi kegiatan produksi di kawasan agropolitan telah mampu menghu-
kawasan agropolitan; 2) jaringan HP, Telepon bungkan antardesa-desa di kawasan agropo-
dan internet yang dapat berfungsi untuk litan maupun ke pusat kawasan agropolitan di
memperlancar produksi maupun kegiatan Imogiri, akan tetapi kondisinya masih banyak
pemasaran produk-produk agribisnis dari yang rusak terutama pada jalan poros desa dan
kawasan agropolitan; 3) bangunan irigasi yang jalan antar desa;
masih berfungsi dengan baik; (h) Fasilitas ekonomi seperti pasar setempat,
(f) Memiliki sarana pendukung pengembangan pasar kaget, dan pasar induk harian belum
kawasan agropolitan lainnya seperti pasar memadai dan mencukupi untuk kebutuhan
umum maupun pasar sapi dan kios pemasaran pemasaran hasil panen;
hasil olahan pertanian; (3) Peluang. Beberapa peluang yang dimiliki
(g) Kawasan Imogiri memiliki keunggulan wilayah perencanaan adalah:
agroekologi bagi beberapa jenis komoditas (a) Tradisi produksi yang berkembang di
tertentu sebagaimana tercermin dari analisis Kawasan Agropolitan Imogiri merupakan
kesesuaian lahannya; tradisi produksi yang sudah lama dikenal dan
(h) Mempunyai ODTW (obyek dan daya tarik dibudidayakan petani yang sudah teruji oleh
wisata) alam pegunungan, wisata air, wisata fluktuasi musim dan ketidakpastian yang lain;
agro, wisata religi, makam raja-raja, batik, tatah (b) Komoditas empon-empon merupakan bebe-
sungging, dan keris yang sudah dikenal luas. rapa produk agribisnis di kawasan agropolitan
(2) Kelemahan. Beberapa kelemahan yang yang tidak memiliki ketergantungan input,
dijumpai di wilayah perencanaan adalah: sehingga dalam proses produksinya relatif
(a) Pola produksi beberapa jenis komoditas aman. Dalam hal ini apabila sewaktu-waktu
masih mengikuti tradisi lama dan dengan skala terjadi kemacetan dalam produksi maka sistem
kecil sehingga proses produksinya relatif tidak produksinya akan tetap stabil;
efiasien dan efektif dan dikhawatirkan akan (c) Memungkinkan terjadinya kegiatan perda-
mengurangi keunggulan kompetitifnya; gangan, pertukaran, dan distribusi berbagai
(b) Mulai dari perubahan guna lahan khusus- komoditas pertanian antardaerah karena sistem
nya beralih untuk perumahan/permukiman jaringan yang sangat memadai;
dan usaha pertokoan sehingga terjadi penyem- (d) Komoditas yang ada dan berkembang di
pitan lahan pertanian; kecamatan Imogiri dalam proses budidaya dan
(c) Beberapa komoditas seperti padi, empon- pengolahannya mampu memberikan serapan
empon, dan jambu mete dalam proses budida- tenaga kerja;

66 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 53-71
(e) Jenis vegetasi atau tanaman yang dapat (f) Dibutuhkan penjadwalan waktu dan kelem-
berkembang dengan baik di wilayah dengan bagaan yang terintegrasi. Baik jadwal pemro-
karakteristik fisik: morfologi dataran, pergerak- graman, penyiapan masyarakat, implementasi
an aliran airnya cenderung melebar memben- fisik lapangan, dan kelembagaan wewenang
tuk meandering dan berpola radial sentripetal dan penanggung jawab mulai dari institusi
dengan kedalaman efektif tanah antara 60-90 pusat sampai dengan desa serta mencakup
cm seperti padi, jagung, ubi jalar, tanaman tebu, stakeholder yang terkait baik pemerintah,
jambu mete, dan sayuran jenis cabe, dan lain- swasta, maupun masyarakat;
lain;
(f) Adanya pendukung kelembagaan seperti Rencana Pengembangan Komoditas
KUD serta beberapa lembaga keuangan lain Unggulan
termasuk micro finance;
Mengingat kecamatan Imogiri akan menjadi
(g) Adanya peluang pasar karena pertumbuhan
pusat pengembangan kawasan agropolitan
penduduk di kawasan tersebut maupun akses
maka perlu disusun suatu perencanaan yang
di luar kawasan.
matang dalam pengembangan komoditas ung-
(h) Memiliki jaringan pemasaran luas tidak
gulan agar tidak terjadi masalah-masalah baru
hanya di tingkat lokal ataupun regional, tetapi
setelah proses produksi berhasil dilaksanakan,
juga nasional.
mengingat sifat produk primer pertanian bersi-
(4) Ancaman. Berdasarkan pengembangan fat mudah rusak, sehingga cenderung dikon-
kawasan agropolitan ini, terdapat beberapa hal sumsi segar. Perencanaan merupakan bagian
yang cukup menarik untuk dicermati dan men- yang sangat vital dari suatu konsep manaje-
jadi tantangan untuk pengembangan kawasan men, begitu juga dalam konsep manajemen
agropolitan berikutnya, yaitu: pertanian yang mendukung pengembangan
(a) Berkembangnya proses percaloan/ijon telah agropolitan di kecamatan Imogiri.
mengakibatkan produk pertanian dikuasai oleh Rencana pengembangan komoditas ung-
pengijon dan dijual langsung ke pasar yang gulan terpilih dapat didasarkan pada dua hal
lebih luas tanpa melalui pusat kawasan agro- penting, yaitu permintaan pasar dan ketersedia-
politan. Bila praktek ini terus terjadi, proses an/kecukupan lahan sehingga sangat dimung-
pengembangan kawasan agropolitan sebagai kinkan pengembangan komoditas unggulan
satu kesatuan kawasan antara pusat agropo- dengan wilayah produksi di luar kawasan
litan dan pusat produksi akan sulit diwujudkan pengembangan agropolitan. Bawang merah
dan nilai tambah yang diharapkan tidak akan dan cabe merah sebagai komoditas unggulan di
terjadi di kawasan; kecamatan Imogiri memerlukan kestabilan jum-
(b) Umumnya komoditas yang berkembang di lah produksi mengingat masih seringnya petani
kawasan agropolitan Imogiri kurang memiliki mengganti jenis komoditas yang ditanam. Hal
kompetitor keunikan, sehingga produsen ini dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi
kurang dapat memperoleh banyak keuntungan jumlah produksi yang dapat menyebabkan
dari pasar; harga yang cenderung tidak stabil.
(c) Komoditas yang dibudidayakan kurang Hal lain yang sulit untuk dilakukan adalah
mampu menghasilkan cash flow. Dalam hal ini, sikap tidak menjamin kualitas hasil pada para
khususnya petani kecil ketersediaan pasokan petani individu yang dapat merusak pasar.
cash relatif kecil; Sebagai contoh pada saat permintaan komodi-
(d) Jenis komoditas yang berkembang di tas bawang merah meningkat tajam dan harga-
kawasan agropolitan Imogiri tidak semuanya nya pun sedang tinggi, sementara musim panen
merupakan jenis tanaman atau hewan yang belum tiba maka petani cenderung mengabai-
menggunakan sedikit air dalam proses produk- kan proses sortasi sehingga dapat menurunkan
sinya; kualitas bawang merah tersebut. Hal ini akan
(e) Keberadaaan konflik penggunaan lahan merugikan produsen (petani) sendiri karena
antara kepentingan produksi primer dengan image masyarakat terhadap bawang merah
perumahan dan pariwisata. yang semula sangat baik menjadi berubah ke

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Agus Tri Basuki) 67


arah negatif akibat petani hanya mengejar dan cabe merah sebagai komoditas unggulan di
memenuhi kuota jumlah barang. kecamatan Imogiri memerlukan kestabilan
Pengembangan komoditas unggulan ke jumlah produksi mengingat masih seringnya
depan harus memperhatikan anasir agrokli- petani mengganti jenis komoditas yang
matologis yang membatasi (limiting factors) agar ditanam. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
dapat dirumuskan dengan baik cara mengatasi- fluktuasi jumlah produksi yang dapat menye-
nya dan besaran potensi untuk dikembang- babkan harga yang cenderung tidak stabil.
kannya komoditas tersebut. Penetapan zonasi Pengembangan komoditas unggulan ke
komoditas yang baik diikuti sosialisasi rencana depan harus memperhatikan anasir agroklima-
program yang mantap dan disertai kemudahan tologis yang membatasi (limiting factors) agar
bagi petani untuk mendapatkan input berupa dapat dirumuskan dengan baik cara mengatasi-
sarana produksi baik modal kerja, bibit unggul nya dan besaran potensi untuk dikembangkan-
berkualitas, bimbingan teknis yang memadai. nya komoditas tersebut. Penetapan zonasi
Dalam rencana pengembangan komoditas komoditas yang baik diikuti sosialisasi rencana
unggulan sebaiknya tidak hanya terfokus pada program yang mantap dan disertai kemudahan
produk akhir tanaman yang diperdagangkan bagi petani untuk mendapatkan input berupa
tetapi dapat juga dikembangkan usaha perbe- sarana produksi baik modal kerja, bibit unggul
nihan, sehingga hasrat untuk mengembangkan berkualitas, bimbingan teknis yang memadai.
komoditas secara individu dapat difasilitasi.
Usaha budidaya mete di Kecamatan Imogiri
DAFTAR PUSTAKA
yang sudah sampai kepada pengolahan
industri kecil dengan variasi produknya sudah
cukup dapat dikembangkan, namum terlepas Aronoft, S. 1989. Geographic Informations System:
dari adanya pengolahan tersebut perlu di- A Management Perspective. Otawa, Canada:
kembangkan strategi pegolahan yang berkelan- WDL Publications.
jutan agar dapat saling mendukung dengan Arsyatd Lingcolin. 1999. Pengantar Perencanaan
pengembangan kawasan yang lain. Pengem-
dan Pengembangan Ekonomi Daerah. Yogya-
bangan komoditas padi di kecamatan Imogiri
karta: BPFE.
dengan stategi pengembangan padi organik
merupakan salah satu keunggulan yang Bendavid, Avrom. 1991. Regional and Economy
menjanjikan. Perkembangan padi organik ke Analysis for Practitioner. New York: Praeger
depan diarahkan pada sistem perbenihan ini Publisher, One Madison Avenue.
telah dirintis oleh beberapa kelompok tani di Blakely, Edward J. 1994. Planning Local Economic
kecamatan Imogiri dan sekitarnya. Ke depan Development Theory and Practice, 2th
usaha ini perlu difasilitasi oleh pemerintah edition. California: Sage Publication Inc.
daerah, sehingga kawasan Agropolitan Imogiri
Borrough, PA. 1988. Principle of Geograptical
nantinya tidak hanya dikenal sebagai sentra
Information System for Land Reserves
produksi beras organik tapi juga menjadi sentra
benih (Seed Center) khususnya komoditas padi Assessment. New York: Oxford University
organik. Press.
Jhingan. M.L. 1993. Ekonomi Pembangunan dan
SIMPULAN Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rencana pengembangan komoditas unggulan Prayitno. 2000. Pengantar Sistem Informasi Geo-
terpilih dapat didasarkan pada dua hal penting, grafi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Uni-
yaitu permintaan pasar dan ketersediaan/
versitas Gadjah Mada.
kecukupan lahan sehingga sangat dimungkin-
kan pengembangan komoditas unggulan Tarigan Robinson. 2005. Perencanaan Pemba-
dengan wilayah produksi di luar kawasan ngunan Wilayah, Edisi Revisi. Jakarta:
pengembangan agropolitan. Bawang merah Bumu Aksara.

68 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 53-71
LAMPIRA
AN

Gamba
ar 2. Menunju
ukkan Peta K
Kawasan Raw
wan Bencanaa di Kecamattan Imogiri

Tabell 1. Kondisi F
Fisik Dasar Wilayah
W Pereencanaan
De
esa Klim
matologis Geologis Geomorrfologi H
Hidrologi Tanahh
Selopam
mioro Basa
ah (B) Keerakal, kerikil, dataran kakii Gunung Radial Aluvial,
A regosol, tekstur
lan
nau, pasir Merapi, kem
miringan 0- seentripetal ta
anah sedang-seddang,
7% ke
edalaman efektiif >90 cm
Sriharjo
o Basa
ah (B) Kaarakal, kerikil, dataran kakii Gunung Radial Aluvial,
A regosol, tekstur
pasir, lanau, Merapi, kem
miringan 0- seentripetal ta
anah sedang-seddang,
lem
mpung 7% ke
edalaman efektiif >90 cm
Kebona
agung Basa
ah (B) Enndapan pasir, dataran kakii Gunung Radial Aluvial,
A regosol, tekstur
lan
nau, lempung Merapi, kem
miringan 0- seentripetal ta
anah sedang-seddang,
7% ke
edalaman efektiif >90 cm
Karang
gtengah Basa
ah (B) Enndapan pasir, dataran kakii Gunung Radial Aluvial,
A regosol, tekstur
lan
nau, lempung Merapi, kem
miringan 0- seentripetal ta
anah sedang-seddang,
7% ke
edalaman efektiif >90 cm
Girirejo
o Basa
ah (B) Keerakal, kerikil, dataran kakii Gunung Radial Aluvial,
A regosol, tekstur
lan
nau, pasir Merapi, kem
miringan 0- seentripetal ta
anah sedang-seddang,
7% ke
edalaman efektiif >90 cm
Karang
gtalun Basa
ah (B) Keerakal, kerikil, dataran kakii Gunung Radial Aluvial,
A regosol, tekstur
lan
nau, pasir Merapi, kem
miringan 0- seentripetal ta
anah sedang-seddang,
7% ke
edalaman efektiif >90 cm
Imogirii Basa
ah (B) Keerakal, kerikil, dataran kakii Gunung Radial Aluvial,
A regosol, tekstur
lan
nau, pasir Merapi, kem
miringan 0- seentripetal ta
anah sedang-seddang,
7% ke
edalaman efektiif >90 cm
Wukirssari Basa
ah (B) Keerakal, kerikil, dataran kakii Gunung Radial Aluvial,
A regosol, tekstur
lan
nau, pasir Merapi, kem
miringan 0- seentripetal ta
anah sedang-seddang,
7% ke
edalaman efektiif >90 cm
Sumber: Hasil Analisis, 2011
2

Pengem
mbangan Kawasan Agrop
politan (Agu
us Tri Basuki)) 69
Tabell 6. Kriteria Se
eleksi Komodiitas Unggulan
n di Kecamatan Imogiri
No.
N Kriteria ek
konomi Padi Mete Em
mpon2 Markisa
M
1 Tradisii produksi + + - +
2 Keterkkaitan produkssi + - + +
3 Keterkkaitan regional + + + +
4 Skala produksi
p - - - -
5 Serapaan tenaga kerja a + + - +
6 Durabiilitas komodita as + + + +
7 Keterseediaan pasar + - + +
8 Sifat paasar + + + -
9 Kompeetitor keunikan n + + + +
10
1 Cash floow harian - + - -
11
1 Kebutu uhan air + + + +
12
1 Kebutu uhan tanah + + + +
13
1 Keunggulan agroeko ologi + + + +
14
1 Keterggantungan inpu ut + + + +
15
1 Skor tootal 13 11 10 11
Sumbe
er : Hasil Analissis 2011

Ga
ambar 3. Peta
a Pengemban
ngan Kawassan Strategis Agropolitan
n (KSA) Wuk
kirsari

Gam
mbar 4.. Peta Pengembang
P gan Kawasan
n Strategis Agropolitan
A (KSA) Karangtengah

770 Jurnal Ekonom


mi dan Studi Pembangun
nan Volume 113, Nomor 1, April 2012: 53-71
5
Gambar 5.
5 Peta Penge
embangan Kaawasan Strattegis Agropo
olitan (KSA) Kebonagung

Gamba
ar 6. Peta Pen
ngembangan
n Kawasan Sttrategis Agro
opolitan (KSA) Imogiri

Pengem
mbangan Kawasan Agrop
politan (Agu
us Tri Basuki)) 71

Anda mungkin juga menyukai