Anda di halaman 1dari 5

0052: Endang Widjiati dkk.

HK-95

RANCANG BANGUN DAN UJI AKUSTIK PROPELLER


UNTUK KAPAL SELAM MINI
Endang Widjiati*, Erwandi, Endah Suwarni, M. Nasir, Nurwidhi, Totok Sudarto, Yuniati

Indonesia Hydrodynamic Laboratory (IHL),


UPT-BPPH, BPPT, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya

Kementerian Riset dan Teknologi


Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta Pusat 10340
Telepon (021) 3169197
*e-Mail: ewidjiati@yahoo.com.au

Disajikan 29-30 Nop 2012

ABSTRAK
Peralatan alutsista yang handal bukan hanya untuk menjaga kedaulatan Republik Indonesia, tetapi juga untuk
melindungi potensi sumber daya bawah laut. Salah satu alutsista yang diperlukan untuk itu adalah kapal selam mini yang
dapat digunakan untuk berpatroli tanpa diketahui oleh pihak lain. Untuk itu, maka kemandirian dalam menyediakan
peralatan alutsista menjadi salah satu pendorong dilakukannya penelitian ini. Untuk keperluan ini, maka diperlukan suatu
kapal selam yang handal yang mempunyai propeller yang menghasilkan noise yang minimal dan efisiensi yang tinggi. Riset
tentang propeller ini sangat perlu untuk dilakukan, karena penghasil noise yang terbesar dari sebuah kapal selam yang
bergerak adalah noise yang dihasilkan oleh propeller tersebut. Pengujian kavitasi dan sinyal akustik propeller pada
penelitian ini dilakukan di Cavitation Tunnel yang menjadi salah satu sarana pengujian dan fasilitas yang ada di
Laboratorium Hidrodinamika Indonesia, UPT BPPH, BPPT, Surabaya. Dari pengujian ini, sinyal yang direkam dengan
menggunakan satu buah sensor, selanjutnya diproses dengan menggunakan dua teknik deteksi dan identifikasi yaitu Time-
Frequency analysis dan Neural Network. Dengan menggunakan teknik-teknik pemrosesan sinyal ini, diharapkan jenis-jenis
noise yang ditimbulkan oleh propeller kapal selam dapat teridentifikasi dan selanjutnya dapat diminimalisasi. Jika penyebab
timbulnya kavitasi dapat diketahui. maka diharapkan untuk selanjutnya dapat dibuat suatu desain propeller kapal selam
baru yang mempunyai efisiensi kinerja yang lebih baik dan tidak mudah menimbulkan kavitasi. Dengan demikian level
akustik noise yang ditimbulkannya menjadi lebih rendah.

Kata Kunci: Desain propeller, sinyal akustik bawah air, pengolahan sinyal digital

I. PENDAHULUAN menimbulkan sinyal akustik yang minimal. Hal ini disebabkan


karena salah satu penyumbang sinyal akustik yang paling besar
Dengan berdasar pada dokumen dari Direktur Jendral Sarana dari suatu kapal selam adalah sinyal akustik yang disebabkan oleh
Pertahanan Direktorat Teknologi dan Industri pada tahun 2008, propeller (Waite, 2005 dan Ross, 1987).
mengenai Rencana Pembuatan Kapal Selam Mini Produk Seri- Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
0: Dalam Rangka Pembinaan Industri Pertahanan Dalam dengan membuat desain propeller yang berbeda pada tahun
Negeri, maka rangkaian penelitian yang berkaitan dengan kapal pertama dan tahun kedua, serta uji akustik dari noise cavitasi
selam menjadi sangat perlu dilakukan. Penelitian ini merupakan propeller diikuti dengan proses deteksi dan identifikasi dengan
rangkaian dari penelitian mengenai kapal selam mini 22m. Salah menggunakan analisa time-frequency dan neural network.
satu hasil yang didapat dari kerjasama pengguna, dalam hal ini
angkatan laut, adalah batasan masalah bahwa yang diteliti
merupakan kapal selam mini dengan ukuran 22m.
Jika pada uji tahanan dan gerak kapal selam dipergunakan
sistem penggerak dummy, maka pada penelitian ini didesain
sebuah model propeller yang desainnya dibuat berdasarkan hasil
uji ini. Model propeller yang dihasilkan diharapkan menjadi model
dari propeller untuk kapal selam mini 22m tersebut. Seperti
diketahui bahwa kapal selam yang handal merupakan kapal selam
yang mempunyai kinerja yang baik dan tidak mudah dideteksi oleh
pihak lain. Untuk tidak mudah dideteksi oleh pihak lain, maka
salah satu solusinya adalah dengan menggunakan propeller yang
HK-96 0052: Endang Widjiati dkk.

II. METODOLOGI
Metode Desain Propeller
Dalam mendesain sebuah propeller yang optimum dalam hal
propulsinya, maka perlu juga dipelajari kavitasi yang
ditimbulkannya dan pengaruhnya terhadap kinerja propeller
tersebut. Fenomena kavitasi yang terjadi ditandai dengan
munculnya gelembung-gelembung air yang bertekanan tinggi pada
tekanan uap jenuh air. Gelembung-gelembung ini menyebabkan
beberapa hal, diantaranya perubahan aliran fluida karena
penurunan tekanan di sekitarnya, korosi dari material yang berada
di sekitar gelembung yang kemudian pecah, serta menimbulkan
noise sinyal akustik yang disebabkan oleh gelembung yang pecah
dan aliran fluida yang berubah yang menimbulkan vortex atau
ulekan. Gambar 1. Skema Cavitation Tunnel UPT BPPH, BPPT
Dua macam metode dipergunakan untuk mendesain propeller,
masing-masing untuk tahun pertama dan tahun kedua. Pada tahun
pertama dipergunakan Wageningen B-series untuk 7 daun, Data cavitasi propeller yang didapat, selanjutnya dideteksi dan
sedangkan untuk tahun kedua diterapkan metode vortex lattice di diidentifikasi dengan menggunakan beberapa teknik yang sudah
mana teknik yang telah diaplikasikan sebelumnya oleh Kerwin & ada. Kedua teknik pendeteksian yang sudah dipergunakan pada
Lee (1978). Jika pada literature dibuat desain untuk propeller saat ini adalah analisa time-frequency dengan menerapkan fungsi
dengan 5 daun, maka pada penelitian ini dipakai untuk mendesain distribusi Wigner Ville dan teknik identifikasi dengan
propeller dengan jumlah daun yang sama dengan desain menggunakan Neural Network.
sebelumnya. Lifting line dan lifting surface diaplikasikan untuk Wigner-Ville Distributon (WVD) merupakan salah satu fungsi
mendapat variable-variabel yang diperlukan dalam membuat distribusi dalam analisa time-frequency. WVD merupakan fungsi
gambar propeller. quadratic yang mempunyai beberapa sifat penting yaitu, sinyal
sinusoid yang termodulasi frekunsi secara linier (contoh: sinyal
Metode Pengujian Cavitasi Propeller dan Analisa Sinyal chirp linier FM) dapat persis menunjukkan instantaneous
Akustik frequency (frekueni sesaat) dari sinyal chirp sehingga memudahkan
Noise yang berupa sinyal akustik yang ditimbulkan oleh dalam menentukan instantaneous frequency atau rata-rata frekuensi
cavitation propeller sebuah kapal selam merupakan salah satu pada suatu titik waktu tertentu. Dengan kata lain, distribusi
penyumbang emisi sinyal akustik yang cukup besar. Hal ini Wigner-Ville dapat menunjukkan kepadatan probabilitas yang
disebutkan dalam beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebenarnya dan diinterpretasikan sebagai rata-rata frekuensi
sebelumnya, antara lain oleh Ross (1987), Musha dan Kikuchi muncul pada waktu tertentu. Kedua, hasil representasi sinyal
(1999) dan Waite (2005). Karena itu pada penelitian ini, model dengan menggunakan WVD tidak tergantung pada pilihan window.
propeller dibuat untuk mengetahui besarnya sinyal akustik yang Beberapa sisi buruk dari WVD adalah nilai real dari WVD yang
ditimbulkannya. Diharapkan dengan adanya model propeller yang sering bernilai negatif sedangkan tampilan WVD hanya
telah teruji sinyal akustik dan kinerjanya, maka selanjutnya dapat menunjukkan bagian positif saja. Kedua, bila WVD dapat melihat
dipergunakan untuk membuat propeller dengan ukuran sebenarnya dengan jelas instantaneous frequency untuk sinyal yang sederhana,
untuk dipergunakan pada sebuah kapal selam 22m yang handal. maka untuk modulasi yang rumit atau sinyal multi komponen akan
Dari literature diketahui bahwa Sharma dkk (1990) dan Park menampilkan interferensi dalam distribusi time-frequency yang
dkk (2009) melakukan pengukuran propeller noise dengan membuatnya sulit terbaca dalam analisis suara.
menggunakan Cavitation Tunnel (CT) terhadap beberapa jenis Teknik lain yang banyak dipergunakan untuk mendeteksi dan
model propeller. Sinyal akustik yang timbul akibat adanya kavitasi mengidentifikasi keberadaan cavitation adalah Neural Network
dari propeller yang berputar pada kecepatan dan aliran air tertentu (NN). Penggunaan teknik ini pada sinyal akustik bawah air sudah
serta tekanan yang tertentu direkam dengan menggunakan dilakukan sebelumnya oleh Fonseca (1994 dan 1996) dan Zak
hydrophone. (2008), dengan menggunakan sinyal akustik yang berasal dari
Pengujian sinyal akustik yang disebabkan oleh kavitasi pada sonar pasif. Haykin (2009) menyatakan bahwa NN atau jaringan
penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada metode seperti yang saraf tiruan adalah sistem pemroses informasi yang memiliki
dilakukan oleh Park dkk (2009). Di sini, keberadaan cavitasi dari karakteristik mirip dengan jaringan saraf biologi.
propeller dibangkitkan dengan menggunakan Cavitation Tunnel di
UPT BPPH. Pada cavitation tunnel, propeller ditempatkan pada III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dynamometer yang dapat diputar dengan kecepatan yang berbeda- Dua desain propeller hasil penelitian tahun pertama dan kedua
beda, air di dalam tunnel dapat dialirkan dengan kecepatan alir dapat dilihat pada Gambar 2 (a) dan (b).
yang berbeda-beda, serta kondisi dalam tunnel dapat diset untuk
nilai tekanan yang berbeda-beda. Adapun skema dari cavitation
TE LE
MAX.
r/R RADIUS THICKNESS
PROFIL VIEW PITCH PROJECTED OUTLINE EXPANDED OUTLINE
BLADE SECTION

tunnel ini adalah sebagai berikut:


15°
126 1.0 90 0.27
24,12
1,03 126 0.9 81 1.03
21,7
1,51 126 0.8 72 1.51
19,29
2 126 0.7 63 2.0
16,88
2,48 126 0.6 54 2.48
14,47
2,97 124.11 0.5 45 2.97
12,06
3,45 118.44 0.4 36 3.45
9,65
3,94 110.88 0.3 27 3.94
7,23
4,43 103.32 0.2 18 4.43

4,82
Ø25,31

Ø12,62
Ø21,45
Ø18,06

Ø30,2
Ø23,8

26.00

Ø33

16,45
17,66
2,5
18,86
5 19,76
20 15 20,06
7,5
35
10
12,5
14,4
0052: Endang Widjiati dkk. HK-97

(a) untuk tahun pertama Propeller yang sudah jadi selanjutnya ditempatkan pada
dynamometer yang menempel pada tutup bagian atas dari
measurement section cavitation tunnel. Gambar 4 (a) – (b)
menunjukkan gambar propeller yang sudah jadi dan bagaimana
propeller ini ditempatkan pada dynamometer yang siap dipasang
pada measurement section.
Gambar 5 (a) – (b) menggambarkan proses pemasangan tutup
cavitation tunnel pada measurement section.

(b) untuk tahun kedua


Gambar 2. Desain Propeller 7 daun

(a) (b)
(a)

(c) (d)
Gambar 3. Proses pembuatan propeller

Desain propeller yang ada selanjutnya dibuat dengan melalui


beberapa proses yaitu pembuatan cetakan, pengecoran, (b)
pembongkaran hasil pengecoran dan yang memakan waktu paling
lama adalah penghalusan model propeller sampai menjadi model
propeller yang siap diuji. Gambar 3 (a) – (d) menunjukkan
rangkaian proses ini.

(c)
(a) (b) Gambar 6. Amplitudo sinyal akustik pada tekanan yang berbeda
Gambar 4. Propeller yang siap diuji Untuk proses pengukuran sinyal akustik dengan menggunakan
model propeller, dilakukan dengan melakukan variasi kecepatan air
yang bergerak. Pergerakan air ini diasumsikan sama dengan
pergerakan kapal. Dengan demikian jika air bergerak dengan
kecepatan 1 knot, berarti kapal bergerak dengan kecepatan yang
sama. Dalam pengujian ini, sinyal akustik yang direkam adalah
sinyal akustik pada kecepatan air 0.8, 1.35, 1.55, 1.85, 2.30, 2.70,
2.85 dan 3 m/sec. Untuk setiap kecepatan air yang berbeda-beda
ini, propeller diputar dengan kecepatan 1, 5, 7, 11 dan 15 rps.
(a) (b) Tabel 1. Fenomena terjadinya cavitasi
Gambar 5. Pemasanan tutup measurement section pada cavitation tunnel
V P = 1.4 bar P = 1.8 bar
P = 1 bar abs
prop abs abs
rot 5 19 5 19 5 19
HK-98 0052: Endang Widjiati dkk.

hPa hPa hPa hPa hPa hPa


5 n n n N N n
7 n n n N N n
11 n n n N N n
15 n n n N N n
19 y y y N N n
22 y y y Y Y n
25 y y y Y Y y

Gambar 8. Spektrum sinyal pada saat kalibrasi

(a) (b)
Gambar 7. Fenomena cavitasi pada cavitation tunnel

Gambar 6 (a) – (c) menunjukkan besarnya amplitudo sinyal


akustik yang muncul pada saat pengukuran, untuk kondisi
kecepatan putaran propeller, kecepatan aliran air dan besarnya
tekanan yang berbeda-beda. Adapun fenomena cavitasi yang
terjadi pada pengujian dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Pada tabel, n menunjukkan jika cavitasi tidak terjadi, dan y
menyatakan jika terjadi cavitasi. Gambar 7 (a) dan (b)
menunjukkan contoh cavitasi yang terjadi pada saat pengukuran.
Gambar 8 menunjukkan spektrum sinyal yang diterima oleh
speaker bawah air di dalam cavitation tunnel, jika sebuah sinyal Gambar 9. Spektrum sinyal untuk Vair 3m/det
sinusoidal dengan frekuensi sampling F dibunyikan di dalam
cavitation tunnel. Gambar ini menggambarkan bahwa sinyal yang Gambar 10 menunjukkan spektrum sinyal akustik pada
diterima mengalami beberapa refleksi yang disebabkan oleh kecepatan putaran rotasi 7 rotasi/detik di mana tidak menghasilkan
dinding terowongan. kavitasi dan pada 25 rotasi/detik dengan kavitasi.
Gambar 9 menggambarkan spektrum dari sinyal akustik di
mana propeller dalam kondisi stasioner (diam), dan air mengalir
dengan kecepatan 3 m / s. Dalam kondisi ini, tekanan air bervariasi
dari 1 bar absolut menjadi 1,8 bar absolut dan fan dari
dynamometer yang berada di bagian atas measurement section
berada pada posisi tertinggi. Karena frekuensi sampling adalah 50
kHz, maka berarti bahwa fan dan impeller berada pada frekuensi
sekitar 12 kHz dan 20 kHz.

Gambar 10. Spektrum sinyal untuk Vpropeller yang berbeda-beda


0052: Endang Widjiati dkk. HK-99

IV. KESIMPULAN
Dengan menggunakan Cavitation Tunnel, penelitian mengenai
sinyal akustik yang dihasilkan oleh fenomena kavitasi yang berasal
dari obyek bawah air dapat dilakukan. Sistem pengukuran sinyal
akustik yang disebabkan oleh propeller dengan menggunakan
fasilitas cavitation tunnel di UPT BPPH - BPPT telah dilakukan
dan dianalisa pada penelitian ini. Di sini dibuktikan bahwa
terjadinya cavitasi dapat disimulasikan untuk berbagai nilai
kecepatan aliran air, kecepatan rotasi propeller dan tekanan air.
Dengan proses sinkronisasi antara pengukuran sinyal akustik dan
perekaman video, mekanisme fisik dan karakteristik dari sinyal
akustik yang diukur dapat dipelajari dalam kaitannya dengan
fenomena yang dihasilkan seperti yang terdapat pada hasil rekaman
sinyal akustik dan gambar (video). Penyelidikan lebih lanjut dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis baling-baling.
Gambar 11. Spektrum sinyal untuk kondisi tekanan yang berbeda-beda Dengan melakukan analisa menggunakan distribusi Wigner-
Ville, dapat dilihat bahwa terdapat komponen sinyal yang dominan
Gambar 11 menggambarkan ketika propeller berputar pada di sekitar 50 Hz. Frekuensi sinyal suara ini berasal dari sistem
kecepatan yang sama dengan kecepatan aliran air. Dari kedua pengukuran yang muncul karena fan pada tutupmeasurement
gambar ini dapat dilihat bahwa sinyal akustik tanpa kavitasi section dan impeller. Komponen frekuensi sinyal noise akibat
didominasi oleh sinyal akustik yang disebabkan oleh fan dan rotasi propeller muncul pada frekuensi 400 Hz dan 500 Hz, dan
impeller. yang disebabkan oleh noise cavitasi propeller muncul pada
Dari hasil pengamatan menggunakan analisa time-frekuensi frekuensi 900 Hz, 1000 Hz, 1400 Hz, 1800 Hz dan 2000 Hz.
dengan menggunakan distribusi Wigner-Ville maka didapat hasil Analisa domain waktu-frekuensi dengan menggunakan
seperti terlihat pada Gambar 12 dan dengan menggunakan NN Distribusi Wigner-Ville menunjukkan hasil yang baik pada noise
dapat dilihat pada Gambar 13. cavitasi propeller, di mana hal ini dibuktikan pada pengujian yang
dilakukan di cavitation tunnel. Oleh karena itu, teknik ini dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya cavitasi propeller.
Backpropagation Neural Network dapat diterapkan untuk
mengidentifikasi noise cavitasi propeller cavitation sebagai acuan
setiap jenis cavitasi yang telah diketahui. Makin banyak referensi
yang dipergunakan pada proses training, maka hasil identifikasi
akan menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Waite, A. D. (2005). SONAR for Practising Engineers.
Sussex, England: John Wiley & Sons
[2] Ross, D. (1987). Mechanics of Underwater Noise. New York:
Pergamon Press
[3] Carlton, J. (2007). Marine propellers and propulsion (2nd ed.).
Gambar 12. Kondisi ada kavitasi, kecepatan propeller 22 rotasi/det Oxford, UK: Butterworth-Heinemann
[4] Widjiati, E. (2012). Measurement of propeller-induced
cavitation noise for ship identification. In Proceedings of
ACOUSTIC 2012 Hong Kong, Hong Kong 13 – 18 May
[5] Widjiati, E. (2012). Analysis of Propeller Cavitation-Induced
Signal Using Neural Network and Wigner-Ville Distribution.
In Proceedings of OCEANS 2012 MTS/IEEE Yeosu, Yeosu,
South Korea 21 – 24 May
[6] Park, C., Seol, H., Kim, K. and Seong, W. (2009). A study on
propeller noise source localization in a cavitation tunnel.
Ocean Engineering, 36, 754-762
[7] Sharma, S. D., Mani, K. and Arakeri, V. H. (1990). Cavitation
Noise Studies on Marine Propellers. Journal of Sound and
Vibration, 138(2), 255-283

Gambar 13. Hasil uji Data_16 pada database Sinyal Kavitasi Awal

Anda mungkin juga menyukai