Anda di halaman 1dari 4

 Nama satria budi

 Nim 150401119
 Mk opini publik

Isu antara HTI dan kalimat tauhid bergulir

Pembakaran bendera berwarna hitam bertuliskan tauhid yang disebut bendera HTI
di Garut, Jawa Barat, terus diperdebatkan, meski terduga pelaku telah ditangkap dan
sejumlah ulama mengeluarkan pandangan yang dianggap menyejukkan.

Bagaimana awal mulanya terjadi?

Peristiwa itu terjadi di Alun-alun Limbangan, Garut, pada Senin (22/10) di tengah peringatan
Hari Santri.

Kapolda Jawa Barat, Irjen Agung Budi Maryoto, menyebut pembakar bendera berjumlah tiga
orang, berseragam Barisan Ansor Serbaguna (Banser).

Video pembakaran itu beredar di media sosial, dan kemudian memancing berbagai raksi
panas.

Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, membenarkan
pembakar bendera itu merupakan anggota organisasinya.

Namun, kata Yaqut, bendera yang dibakar merupakan simbol Hizbut Tahrir Indonesia (HTI),
organisasi yang dibubarkan pemerintah dan dinyatakan terlarang sejak Juli 2017.

Merujuk pemeriksaan sejumlah saksi, Polda Jawa Barat pun menyebut yang dibakar iyu
merupakan bendera HTI.

Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto menyebut bendera HTI juga terlihat pada
peringatan Hari Santri di kota lain, salah satunya Tasikmalaya.

Namun Juru Bicara HTI yang sudah dibubarkan, Ismail Yusanto, dalam unggahan di akun
Twitter miliknya berkilah, bahwa itu bukan bendera mereka sendiri.

"Saya perlu tegaskan bahwa HTI tidak memiliki bendera," tuturnya.

Bagaimana isu ini kemudian bergulir?

Sesudah video pembakaran beredar luas, unjuk rasa protes muncul di beberapa
tempat, seperti Jakarta, Solo, Garut.

Ratusan pedemo di kota-kota itu juga terlihat membawa dan mengibarkan bendera yang
tengah menjadi polemik tersebut.
Pada hari yang sama, Wiranto mengumpulkan sejumlah pejabat di kantornya,
termasuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Sementara itu, pejabat Mabes Polri lainnya juga
berembuk di kantor Majelis Ulama Indonesia di Jakarta. Dalam konferensi pers kepada
publik, dua pertemuan itu senada: meminta masyarakat tetap tenang dan menghindari
perpecahan antarumat Islam.

Proses hukum

Tiga terduga pembakar bendera di Garut diamankan di kantor Polda Jabar dengan
status saksi. Polisi mengklaim menahan mereka agar terhindar dari potensi kekerasan.

Kepada pers di Garut, tiga anggota Banser itu mengaku menyesali perbuatan mereka.

"Saya meminta maaf kepada seluruh elemen masyarakat, khususnya umat Islam, apabila
dengan peristiwa ini menjadikan ketidaknyamanan," kata salah satu dari terduga pelaku.

Wakil Kepala Polri, Komjen Ari Dono Sukmanto, menyebut polisi masih menggali niat dan
motif tiga pembakar bendera itu.

Polisi bakal meminta keterangan dari sejumlah ahli agama dan pidana untuk melengkapi
penyelidikan.

Di sisi lain, kepolisian juga mencari orang yang pertama kali merekam dan menyebarkan
video pembakaran bendera di Garut ke media sosial.

Adapun, sejumlah ormas dalam Aliansi Umat Islam Pembela Tauhid Kabupaten Garut
mengklaim telah mengadukan kasus ini ke polisi, atas tuduhan penistaan agama.

Apakah masyarakat Indonesia semakin rentan konflik sektarian?

Polemik pembakaran bendera di Garut diklaim mempertegas kajian yang dilakukan


profesor kajian politik Islam, Noorhaidi Hasan.

Penelitiannya tahun 2013 hingga 2014 di 20 provinsi menemukan kencenderungan,


intoleransi yang berkembang di Indonesia disebabkan keyakinan masyarakat pada
konspirasi atau informasi yang kebenarannya diragukan.

"Masyarakat muslim Indonesia selalu merasa terancam. Perasaan itu berasal dari
kecemasan menjadi korban musuh, yang bisa diidentifikasi sebagai kekuatan politik lain,"
ujar Noorhaidi.

Seiring berbagai ajang politik yang digelar setiap tahun sejak 2014, Noorhaidi menyebut
kecemasan dan konspirasi itu berkembang ke ranah politik.

"Dulu ada konspirasi zionis dan Barat, sekarang ada konspirasi tentang Cina yang bekerja
sama dengan kekuatan politik lokal."
"Lawan politik punya kesempatan menggalang dukungan dengan mendengungkan perasaan
terancam itu," kata Noorhaidi.

Merujuk kajiannya, psikologi masyarakat ini dapat mengarah pada kejadian dan peristiwa
negatif, bahkan hingga skala besar.

Untuk mencegah potensi itu terjadi, kata Noorhaidi, kuncinya adalah kebijaksanaan
pemerintah dan keyakinan publik terhadap otoritas hukum

"Dalam sejarah Indonesia, itu bisa mengarah ke situasi yang lebih buruk. Tapi semoga sikap
bijak pemerintah bisa meredakan kemarahan berbagai kelompok."

"Seharusnya tidak ada yang main hakim sendiri. Penegakan hukum yang melakukan negara,
kita punya polisi. Kalau ada yang mengambil tindakan, pasti akan muncul pembalasan,"
tuturnya.

Proses berkembangnya isu pembakaran bendera tauhid ini:

Isu pembakaran bendera tauhid ini sangat cepat tersebar yang pastinya melalui dunia maya
yakni media sosial seperti facebook, whatshap, instagram, dan media sosial lainnya.

Dalam hal ini perkembangannya tersebut banyak menuai kritikan oleh masyarakat indonesia
yang mayoritasnya beragama islam.

Oleh si banser menganggap bendera tersebut adalah bendera HTI yang di mana ormas ini
telah dilarang keberadaannya oleh pemerintah indonesia. tapi ulama ulama indonesia
membantahnya dengan mengkritik keras oknum banser. yang dimana bendera yang di
bakarnya tersebut bukan bendera HTI melainkan bendera rasulullah SAW, yang dimna
bendera ini di pakai dan di kibarkan ketika berjihat ataupun ketika membela agama islam
dimasa rasulullah SAW tempo dulu.

Efek dari pembakaran bendera

1. Pembelaan.
Seperti yang kita lihat pembelaan bendera tauhit ini merambat keseluruh daerah
takterkecuali aceh. Dengan adanya oknum yang membakar bendera ini maka ummat
islam seluruh indonesia melakukan orasi ataupun demo yang demo tersebut
bertujuan untuk melakukan pembelaan terhadap bendera umat islam ini.
2. Politik.
Pesta demokrasi indonesi sudah di mulai akir akir ini dan apakah isu yang viral ini
berdampak untuk politik kita?, jawabannya “ya”. Terus terang saja saya melihat
perintah sekarang itu tidak memahami ataupun tidak tau cara untuk mempersatukan
umat beragama yang dimana dengan sikap perintah ini memicu banyak koflik dari
berbagai masyarakat terutama umat islam. Coba kita liat sejak pemerintahan ini
berjalan tepatnya 2014 yang lalu, penistaan agama islam itu terjadi dimana. Contoh
nya saja sebut lah si ahok, yang menimbulkan 212 juga pembelaan terhadap ayat al-
maidah. Dan imam besar umat islam itu di fitnah sehingga dia tidak bisa pulang dari
arab saudi. Ini semua karna apa, ini di karenakan pemerintah kita ini sangat tidak adil
terhadap umat islam, disini umat islam merasa di kesampingkan padahal kita
mayoritas.

Cara membendungnya

Cara yang tepat untuk membendung isu ini tak lain dan tak bukan ialah 2019 kita ganti
presiden. Tidak ada cara lain yang mampu membendung isu ini menurut saya, karena isu ini
di buat oleh rezim yang sekarang, yang dimana umat resah dan geram melihat isu ini.

Anda mungkin juga menyukai