Anda di halaman 1dari 5

Pengkajian

Pengkajian epilepsy atau status epilepticus meliputi anamnesis riwayat penyakit,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian psikososial (pada anak
perlu dikaji dampak family center, tumbuh kembang, dan dampak hospitalisasi).

Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kejang dan penurunan
tingkat kesadaran.

RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI


Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui pola
dari kejang klien. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, stimulus yang sering menyebabkan respon kejang,
dan seberapa jauh akibat kejang dengan respon fisik dan psikologis klien.
Tanyakan faktor-faktor yang memungkinkan predisposisi dari serangan epilepsi.
Apakah sebelumnya pernah mengalami trauma kepala dan infeksi serta kemana
saja klien sudah meminta pertolongan setelah mengalami keluhan. Penting
ditanyakan tentang pemakaian obat-obat sebelumnya seperti pemakaian obat-obat
antikonvulsan, obat antipiretik, dan sebagainya.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Penting ditanyakan riwayat antenatal, intranatal, dan pasca natal dari kelahiran
klien. Karena hal ini sangat mendukung predisposisi dari adanya keluhan kejang
saat ini.

Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respon emosi klien terhadap kondisi pasca kejang. Pengkajian pada klien anak
perlu memerhatikan keberadaan family center, perubahan tumbuh kembang, dan
dampak hospitalisasi pada anak. Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan
dengan mengobservasi anak-anak pada saat bermain atau selama berinteraksi
dengan orang tua.
Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian fisik secara umum, sering didapatkan pada awal pasca kejang
klien mengalami konfusi dan sulit untuk bangun. Pada kondisi yang paling berat
sering dijumpai adanya penurunan kesadaran.

Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan paling
penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respon
terhadap lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi system
persyarafan. Beberapa system dugunakan untuk membuat peringkat perubahan
dalam kewaspadaan dan kesadaran.

Fungsi serebral
Status mental : observasi penampilan dan tingkah laku klien, nilai gaya bicara dan
observasi ekspresi wajah, aktivitas motoric pada klien epilepsy tahap lanjut,
biasanya mengalami perubahan status mental seperti adanya gangguan perilaku,
alam perasaan, dan persepsi.

Pemeriksaan saraf kranial

Saraf I. Biasanya pada klien epilepsy tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
tidak ada kelainan.

Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.

Saraf III, IV, dan VI. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien epilepsy
mengeluh mengalami fotofobia (sensitive yeng berlebihan terhadap cahaya).

Saraf V. Pada klien epilepsy umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah
dan refleksi kornea biasanya tidak ada kelainan.

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal,wajah simetris.

Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.


Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII. Lebih simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi,
indra pengecapan normal.

Sistemmotorik

Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada epilepsi tahap
lanjut mengalami perubahan.

Pemeriksaan refleks

Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau periosteum


derajat reflex pada respon normal.

Gerakan involunter

Tidak ditemukan adanya tremor, Tic, dan dystonia. Pada keadaan tertentu klien
biasanya mengalami kejang umum, pada anak dengan epilepsi disertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga
berhubungan dengan epilepsi. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal
yang kuat.

Sistemsensorik

Pemeriksaan sensorik pada epilepsi biasanya didapatkan perasaan raba normal,


perasaan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh, perasaan
proprioseptif normal, dan perasaan diskriminatif normal. Peka rangsang cahaya
merupakan tanda khas dari epilepsi. Pasca kejang sering dikeluhkan adanya nyeri
kepala yang bersifat akut.

PemeriksaanDiagnostik

Pemeriksaan diagnotik bertujuan dalam menentukan tipe kejang, frekuensi dan


beratnya, serta faktor-faktor pencetus.

1. CT scan digunakan untuk mendeteksi adanya lesi pada otak, fokal


abnormal, serebrovaskular abnormal, dan perubahan degenerative serebral.
2. Elektroensefalogram (EEG) melengkapi bukti diagnostic dalam proporsi
subtansial dari klien epilepsi dan membantu mengklasifikasikan tipe
kejang.

Penatalaksanaanmedis

Penatalaksanaan epilepsi dilakukan secara individual untuk memenuhi kebutuhan


khusus masing-masing klien dan tidak hanya untuk mengatasi tetapi juga
mencegah kejang.

Penataksanaan berbeda dari satu klien dengan klien lainnya karena beberapa
bentuk epilepsi yang muncul akibat kerusakan otak dan bergantung pada
perubahan kimia otak.

Farmakoterapi

Beberapa obat anti konvulsan diberikan untuk mengontrolkejang, walaupun


mekanisme kerja zat kimia dari obat-obatan tersebut tetap masih tidak diketahui.
Tujuan dari pengobatan adalah mengontrol kejang dengan efek samping yang
minimal.

Terapi medikasi lebih untuk mengontrol dari pada untuk mengobati kejang. Obat
diberikan sesuai tipe kejang yang akan diobati, kefektifan, serta keamanan
medikasi. Biasanya pengobatan dimulai dengan medikasi tunggal. Dosis awal dan
kecepatan di mana dosis ditingkatkan bergantung pada ada atau tidaknya efek
samping yang terjadi. Kadar medikasi dipantau karena kecepatan absorbs obat
bervariasi untuk setiap orang.

Efek samping dari medikasi ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
gangguan indiosinkratik atau alergi, yang muncul dalam bentuk reaksi kulit
primer, toksisitas akut, yang terjadi pada saat obat-obatan dimulai; atau toksisitas
kronik, yang terjadi pada akhir pemberian obat terapi.
Pembedahan untuk epilepsy

Pembedahan diindikasikan untuk klien yang mengalami epilepsy akibat tumor


intracranial, abses, kista, atau adanya anomaly vaskuler.

DiagnosaKeperawatan

1. Risiko tinggi injuri yang berhubungan dengan kejang berulang,


ketidaktauan tentang epilepsy dan cara penanganan saat kejang, penurunan
tingkat kesadaran.
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan nyeri kepala sekunder respons pasca
kejang (postikal).
3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan konfusi, malas bangun
sekunder respons pasca kejang (postikal).
4. Ketakutan yang berhubungan dengan kejang berulang.
5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi akibat
epilepsy.

Anda mungkin juga menyukai