Selain musyarakah, ada juga murabahah yang dasar nya diatur dalam pasal
20 ayat 6 UU Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang berbunyi
“Lembaga Keuangan Syariah dan nasabah ex-murabahah dapat membuat
akad baru dengan akad ijarah al-muntahiyah bi altam lik, mudharabah, dan
atau musyarakah”
Lalu ada juga diatur tentang hutang berdasarkan murabahah dalam pasal
20 ayat 30 yang berbunyi “Hisab mudayyan/piutang adalah tagihan yang
timbul dari transaksi jual-beli dan atau ijarah berdasarkan akad
murabahah, salam, istisna, dan atau ijarah”
Selain Dasar dan hutang piutang murabahah. Ada juga dibahas tentang Bai
Murabahah pada Buku II Tentang Akad Bagian Keenam pasal 116, 117,
118 dan seterusnya. Serta pada bagian ketujuh Tentang Konversi Akad
Murabahah Buku II Tentang Akad pasal 125, 126, 127, 128 dan
seterusnya. Ada juga diatur dalam Obligasi Syariah pada pasal 599.
Pasal 28 ayat (1) UU ITE berbunyi: “Setiap Orang dengan sengaja, dan
tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”.
Ada juga ancaman pidana terhadap pasal 28 ayat 1 UU ITE dalam Pasal
45A ayat (1) UU 19/2016, yakni:
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp1 miliar”.
Pasal 7 Undang-Undang No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU
Perlindungan Konsumen) juga mengatur bahwa seorang penjual sebagai
pelaku usaha wajib memberikan ganti rugi kepada pembeli atau konsumen
apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Hal
ini dilakukan agar pembeli dapat menuntut haknya apabila terjadi
penipuan atas produk yang dilakukan oleh penjual.
pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 11/2008 sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang No. 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) yang menyatakan bahwa informasi, dokumen
elektronik, atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah dan
merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara
yang berlaku di Indonesia. Dengan adanya ketentuan mengenai hal ini,
maka memberikan kepastian hukum atas penyelenggaraan transaksi
elektronik di Indonesia.