Anda di halaman 1dari 6

PANITIA UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
Jl. Conge, Ngembalrejo Kotak Pos 51 Telp. (0291) 432677 Fax. 441613 Kudus
Mata Kuliah : Pancasila ( Kode : 1101101 ) Nama : Muhammad Yusril Falah
Dosen : Yusuf Falaq, M.Pd NIM : 2010510073
Hari/Tanggal : Kelas : C1BIR
Jam :
LEMBAR JAWAB SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Analisis

A. Pancasila Pada Pra Kemerdekaan

Pada tanggal 1 Maret 1945 di bentuk Badan Penyelidikan Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung
(K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat. Dalam pembukaan pidato pada sidang pertama
BPUPKI, Radjiman Widyodiningrat memberikan pertanyaan "Apa dasar negara kita dan
mau dibentuk apa? "

Untuk merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, terdapat beberapa usulan pribadi
yang dikemukakan dalam sidang BPUKI yaitu oleh Muhammad Yamin, Ir. Soekarno, dan
Soepomo. Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 untuk
merumuskan falsafah dasar negara untuk negara Indonesia.

1. Muhammad Yamin 

Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi negara
Indonesia yaitu :

 Sila pertama "Kebangsaan "

 Sila kedua "Kemanusiaan"

 Sila ketiga "Ketuhanan"

 Sila keempat "Kerakyatan"

 Sila kelima "Kesejahteraan Rakyat"

2. Prof. Dr. Soepomo

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo Mengemukakan 3 asas teori bagi Negara
Indonesia yaitu :

 Sila pertama "Teori Negara Perseorangan (Individualis)"

 Sila kedua "Paham Negara kelas (Class Theory)"

 Sila ketiga "Paham Negara Integralistik"

3. Ir. Soekarno 

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan 5 prinsip dasar Negara yaitu :

 Sila pertama " Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)"

Page 1 of 6
 Sila kedua " Internasionalisme (Peri kemanusiaan)"

 Sila ketiga "Mufakat (Demokarasi)"

 Sila keempat "Kesejahteraan sosial"

 Sila kelima "Ketuhanan yang Maha Esa"

B. Pancasila pada Era Kemerdekaan


Perjalanan bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai dasar negara
tidak lepas dari berbagai rintangan. Sejak awal kemerdekaan, Pancasila yang dipilih
menjadi falsafah hidup bangsa menghadapi berbagai masalah, salah satunya adalah
upaya penggantian dasar negara Indonesia tersebut.
Dalam penerapan Pancasila sebagai dasar negara pada awal kemerdekaan,
timbul sejumlah upaya untuk menggantinya dengan ideologi lain. Upaya penggantian
Pancasila sebagai dasar negara tersebut tidak hanya berasal dari luar negeri, tetapi
juga dari masyarakat Indonesia.
berikut sejumlah upaya untuk mengganti Pancasila pada awal kemerdekaan.
1) Pemberontakan PKI
Pada tanggal 18 September 1948 di Madiun, Jawa Timur, muncul
pemberontakan yang dipimpin Muso. Pemberontakan ini memiliki tujuan utama
mendirikan Negara Soviet Indonesia yang beri-deologi komunisme. Artinya, ada
upaya untuk mengganti dasar negara dengan paham komunis. Pada akhirnya,
pemberontakan ini dapat digagalkan.
2) Pemberontakan DI/TII
Pemberontakan yang dipimpin Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo ini ditandai
dengan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Kartosuwiryo mendirikan negara
tersebut pada tanggal 7 Agustus 1949 dengan tujuan mengganti Pancasila dengan
syari'at Islam.
Upaya untuk melawan pemberontakan ini memakan waktu yang cukup lama.
Kartosuwiryo bersama pengikutnya baru berhasil ditangkap pada tanggal 4 Juni 1962.
3) Pemberontakan RMS
Republik Maluku Selatan (RMS) menjadi sebuah gerakan pemberontakan
yang dipimpin Christian Robert Steven Soumokil. Ia mendirikan negara RMS pada 25
April 1950 yang meliputi Pulau Seram, Ambon, dan Buru.
RMS Ambon berhasil ditaklukkan militer Indonesia pada November 1950,
namun konflik masih berlanjut di wilayah Seram hingga Desember 1963. Kekalahan
di Ambon membuat pemerintahan RMS harus mengungsi ke wilayah Seram. Hal ini
juga membuat RMS mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada
tahun 1966.
4) Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
Persemesta dipimpin Sjafruddin dan Ventje Sumual pada tahun 1957-1958 di
Sumatera dan Sulawesi. Gerakan ini menganggap pemerintah pusat telah melanggar
undang-undang dan pemerintahan sentralistis yang maksudnya adalah pembangunan
di daerah menjadi terabaikan serta memunculkan ketidakadilan dalam pembangunan.
Karena itu, Persemesta muncul dengan tujuan memperbaiki pemerintahan di
Indonesia.
5) Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA merupakan milisi yang didirikan Kapten KNIL Raymond Wersterling
pada 15 Januari 1949. Wersterling memandang dirinya sebagai "Ratu Adil" yang telah
diramalkan akan membebaskan Indonesia dari tirani.
Page 2 of 6
Gerakan ini memiliki tujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di
Indonesia dan memiliki tentara sendiri bagi negara-negara Republik Indonesia Serikat
(RIS)

C. Pancasila pada Era Orde Lama dan Orde Baru

1) Orde Lama
Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno,
Pancasila mengalami ideologisasi. Pada masa ini Pancasila berusaha untuk
dibangun, dijadikan sebagai keyakinan, kepribadian bangsa Indonesia.
Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila berangkat
dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa Pancasila dapat
mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap
berani membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa
Indonesia.
Berikut beberapa Periode yang ada pada saat masa Orde Lama :
a) Periode 1945-1950
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD
1945 yang presidensil, namun dalam prakteknya system ini tidak dapat
terwujudkan setelah penjajah dapat diusir.
b) Periode 1950-1959
Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan sebagai ideologi
liberal yang pada nyatanya tidak dapat menjamin stabilitas pemerintahan.

c) Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi
demokrasi justru tidak berada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin
adalah nilai-nilai pancasila tetapi kepemimpinana berada pada kekuasaaan
pribadi presiden Soekarno.
2) Orde Baru

Pancasila pada orde baru 1945-1998 terlaksananya dengan dasar “super


semar” dan TAP MPRS  XXXVII/MPRS/1968 periode ini disebut juga demokrasi
pancasila, karena segala bentuk penyelenggaraan Negara berlangsung berdasarkan
nila-nilai pancasila. Ciri-ciri pancasila:
1.      Mengutamakan musyawarah dan mufakat
2.      Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat
3.      Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
4.      Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan
5.      Adanya rasa tanggungjawab dalam melaksanakan hasil keputusan
musyawarah
6.      Dilakukan dengan akal sehat sesuai dengan hati nurani yang luhur
7.      Keputusan dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan nilai kebenaran dan keadilan.
Retorika mengenai persatuan kesatuan menyebabkan pemikiran bangsa
Indonesia yang sangat plural kemudian diseragamkan. Gagasan mengenai
pluralisme tidak mendapat tempat untuk didiskusikan secara intensif. Sebagai
puncaknya, pada tahun 1985 seluruh organisasi sosial politik digiring oleh hukum

Page 3 of 6
untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya dasar filosofis, sebagai asas
tunggal dan setiap warga Negara yang mengabaikan Pancasila atau setiap
organisasi sosial yang menolak Pancasila sebagai asas tunggal akan dicap sebagai
penghianat atau penghasut. Dengan demikian, jelaslah bahwa orde baru tidak
hanya monopoli kekuasaan, tetapi juga memonopoli kebenaran. Sikap politik
masyarakat yang kritis dan berbeda pendapat dengan Negara dalam prakteknya
diperlukan sebagai pelaku tindak criminal atau subversife.
Pada era orde baru, selain dengan melakukan pengkultusan terhadap Pancasila,
pemerintah secara formal juga mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila melalui
TAP MPR NO II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila (p4) disekolah dan masyarakat. Siswa, mahasiswa, organisasi sosial, dan
lembaga-lembaga Negara diwajibkan untuk melaksanakan penataran P4. Tujuan
dari P4 antara lain adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai
demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan
persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui
penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat
terhadap pemerintah orde baru. Selain sosialisasi nilai Pancasila dan menerapkan
nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa, dalam kegiatan penataran juga
disampaikan pemahaman terhadap UUD 1945 dan Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Pelaksanaan penataran P4 sendiri menjadi tanggungjawab dari badan
penyelenggara pelaksaan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (BP7).

Akan tetapi cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi generasi
muda, berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas
dalam penataran P4, ternyata justru mematikan hati nurani generasi muda terhadap
makna nilai luhur Pancasila tersebut. Hal itu terutama disebabkan oleh karena
pendidikan yang doktriner tidak disertai dengan keteladanan yang benar. Setiap
hari para pemimpin berpidato dengan selalu mengucapkan kata-kata Pancasila dan
UUD 1945, tetapi dalam kenyataannya masyarakat tahu bahwa kelakuan mereka
jauh dari apa yang mereka katakana, perilaku itu justru semakin membuat persepsi
yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya Pancasila sebagai landasan
hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma hanya untuk
orang lain (rakyat) tetapi buka atau tidak berlaku bagi para pemimpin. Atau
dengan kata lain Pancasila hanya digunakan sebagai slogan yang menunjukkan
kesetiaan semu terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.
Kecenderungan orde baru dalam memandang pancasila sebagai doktrin yang
komperehensif terlihat pada anggapan bahwa ideology sebagai sumber nilai dan
norma karena itu harus ditangani melalui upaya indoktrinasi secara terpusat. Pada
akhirnya, pandangan tersebut bermuara pada keadaan yang disebut dengan
perfeksionisme Negara. Negara perfeksionis adalah Negara yang merasa tahu apa
yang benar dan apa yang salah bagi masyarakatnya. Dan kemudian melakukan
usaha-usaha sistematis agar kebenaran dan kepahaman Negara itu dapat
diberlakukan dalam masyarakatnya. Sehingga permulasi kebenaran yang
kemudian muncul adalah sesuatu yang dianggap benar kalau hal tersebut sesuai

Page 4 of 6
dengan keinginan penguasa, sebaliknya sesuatu dianggap salah kalau bertentangan
dengan kehendak penguasa.

D. Pancasila pada Era Reformasi

Pada masa reformasi, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan


pandangan hidup bangsa terus menghadapi berbagai tantangan. Penerapan Pancasila
tidak lagi dihadapkan pada ancaman pemberontakan-pemberontakan yang ingin
mengganti Pancasila dengan ideologi lain, akan tetapi lebih dihadapkan pada kondisi
kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan yang serba bebas.

Kebebasan yang mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini meliputi


berbagai macam bentuk mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi, berekspresi
dan sebagainya. Kebebasan tersebut di satu sisi dapat memacu kreatifitas masyarakat,
tapi disisi lain juga bisa mendatangkan dampak negatif yang merugikan bangsa
Indonesia sendiri. Banyak hal negatif yang timbul sebagai akibat penerapan konsep
kebebasan yang tanpa batas, seperti munculnya pergaulan bebas, pola komunikasi
yang tidak beretika dapat memicu terjadinya perpecahan, dan sebagainya.

Tantangan lain dalam penerapan Pancasila di era reformasi adalah


menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini
adalah yang ditandai dengan adanya konflik di beberapa daerah, tawuran antar pelajar,
tindak kekerasan yang dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan dan
sebagainya. Peristiwa-peristiwa tersebut telah banyak menelan korban jiwa antar
sesama warga bangsa dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan kebangsaan
yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah
hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Kemudian, selain dua tantangan tersebut, saat ini bangsa Indonesia dihadapkan
pada perkembangan dunia yang sangat cepat dan mendasar, serta berpacunya
pembangunan bangsa-bangsa. Dunia saat ini sedang terus dalam gerak mencari tata
hubungan baru, baik di lapangan politik, ekonomi maupun pertahanan keamanan.
Walaupun bangsa-bangsa di dunia makin menyadari bahwa mereka saling
membutuhkan dan saling tergantung satu sama dengan yang lain, namun persaingan
antar kekuatan-kekuatan besar dunia dan perebutan pengaruh masih berkecamuk.

Salah satu cara untuk menanamkan pengaruh kepada negara lain adalah
melalui penyusupan ideologi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kewaspadaan dan kesiapan harus kita tingkatkan untuk menanggulangi penyusupan
ideologi lain yang tidak sesuai dengan Pancasila. Hal ini lebih penting artinya, karena
sebagian besar bangsa kita termasuk masyakat berkembang. Masyarakat yang kita
cita-citakan belum terwujud secara nyata, belum mampu memberikan kehidupan yang
lebih baik sesuai cita-cita bersama. Keadaan ini sadar atau tidak sadar, terbuka
Page 5 of 6
kemungkinan bangsa kita akan berpaling dari Pancasila dan mencoba membangun
masa depannya dengan diilhami oleh suatu pandangan hidup atau dasar negara yang
lain.

2. Pancasila sebagai tertib hukum tertinggi dan menjadi sumber dari Pembukaan UUD, Batang
Tubuh UUD 1945 dan juga rakyat itu sendiri

3. Sila pertama menjiwai sila kedua karena agama memandang kemanusiaan dalam ajarannya.
Kemudian sila pertama menjiwai sila ketiga karena agama juga ingin mempersatukan umat
nya agar beribadah kepada-Nya. Sila pertama menjiwai sila keempat karena agama sering
memperhatikan urusan pemerintahan suatu negara dan permasalahan tersebut biasanya
diselesaikan dengan musyawarah. Dan sila pertama menjiwai sila kelima karena agama juga
memandang keadilan sosial bagi penganut nya, tidak peduli bagaimana keadaan umatnya
tersebut yang penting dia mendapatkan keadilan dalam kehidupan sosial masyarakat

4. Peran Sila pertama sangat lah penting sampai sampai pada saat perumusan saja para tokoh-
tokoh kemerdekaan berdebat mengenai isi tersebut hingga terjadilah sila pertama yang
sekarang. Sila pertama sendiri mengandung arti bahwa kita harus menghormati agama serta
kepercayaan masyarakat yang dianut oleh masing-masing warga nya. Dan hal itu harus lah
dijalankan dengan cara berperilaku toleransi serta menghormati satu sama lain dan tidak
menghina unsur SARA
5. Akhir2 ini banyak sekali golongan2 yang mengatasnamakan agama Islam dan memaksa
untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Khilafah, tentu saja hal ini bertentangan dengan
Sila pertama, cara mengatasi hal tersebut adalah dengan mencoba saling bertoleransi satu
sama lain dan mengingat perjuangan para pahlawan dahulu yang tidak hanya dari golongan
muslim
6. Indonesia adalah negara yang mengakui adanya Tuhan tapi bukan hanya dari suatu agama
saja, maka Pancasila disini sebagai pemersatu bahwa kit aitu satu bukan berbeda, meskipun
kita dari berbagai agama, suku tetapi Pancasila-lah yang mempersatukan kita

Page 6 of 6

Anda mungkin juga menyukai