Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SUMBER AJARAN ISLAM

Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu: Partono, M.Pd.I

Disusun oleh : Disusun oleh kelas C1BIR TBI

Kelompok 2-

1. Salsabila Prahasiwi (2010510078)


2. Rikza Oktafiani (2010510088)
3. Sevia Ameilia (2010510075)

PROGRAM STUDI METODOLOGI STUDI ISLAM TAHUN 2020

FAKULTAS TARBIYAH TADRIS BAHASA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

i
Kata Pengantar
Asslamualaikum Warohmatuallahi Wabarakatuh.

Segala puji kami panjatkan kepada sang maha pengasih lagi maha pennyayang yakni ALLAH
SWT. Yang selalu memberi kemudahan bagi kami atas apa yang kita lakukan dan kita
harapkan serta menggerakan hati kecil hambanya untuk selalu menolong orang-orang yang
sedang dalam kesulitan atau gelap dalam pemikirannya. Shalawat serta salam selalu kami
curahkan kepada kekasih kita sang pemberi cahaya dalam kegelapan yakni Rasullah SAW.
Ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang suka rela membantu baik fisik atau
pemikirannya sehinga makalah “SUMBER AJARAN ISLAM” dapat kami sajikan dihadapan
para pembaca. Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Partono, M.Pd.I selaku dosen
dimata kuliah Metodologi Studi Islam (MSI) yang selalu memberi kita motivasi untuk lebih
mengenal keagaman terutaman agama islma. Terimakasih kita yang paling spesial untuk
orang tua kami yang telah susah payah dalam mencari nafkah agar sang anak bisa menjadi
orang yang berpendidikan, kami tak jauh dari kata baik namun kami akan berusaha agar
kalian bangga atas apa yang akan kami capai, semua itu tak lepas dari do’a dan usaha kalian
yang selalu memberi hal terbaik bagi anak-anakmu yang jauh dari kata baik. Tak lupa kami
sampaikan terimakasih untuk teman-teman seperjuangan TBI C yang selalu menguatkan dan
selalu meberi dukungan satu sama lain untuk mencapai titik yang kita tuju.Selamat membaca
makalah yang telah kami buat. Kami yakin makalah ini jauh dari kata sempurna dan luar
biasa, maka berilah kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di kemudian hari.

Wasslamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh.

Kudus, 10 September
2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
LATAR BELAKANG ...................................................................................1
RUMUSAN MASALAH................................................................................1
TUJUAN PENELITIAN................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Qur'an Dan Ruang Lingkupnya...............................2
2. Hadist, Ijma’, Qiyas Dalam Urgensinya...........................................3
Sebagai Sumber Hukum Islam
3. Nash Dan Syariah...............................................................................5
4. Teori Dan Konsep Hukum Istinbath ...............................................7
5. Ijtihad...................................................................................................9
6. Perbedaan Dalam Bermadzhab.........................................................10
BAB III KESIMPULAN................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam menentukan atau menetapkan hukum-hukum ajaran Islam para mujtahid
telah berpegang teguh kepada sumber-sumber ajaran Islam. Sumber pokok ajaran
Islam adalah Al-Qur’an yang memberi sinar pembentukan hukum Islam sampai
akhir zaman. Disamping itu terdapat as-Sunnah sebagai penjelas Al-Qur’an
terhadap hal-hal yang masih bersifat umum. Selain itu para mujtahidpun
menggunakan Ijma’, Qiyas. Sebagai salah satu acuan dalam menentukan atau
menetapkan suatu hukum.
Untuk itu, perlu adanya penjabaran tentang sumber-sumber ajaran Islam tersebut
seperti Al- Qur’an, Hadist, Ijma’, Qiyas, dan Ijtihad. Agar mengerti serta
memahami pengertian serta kedudukannya dalam menentukan suatu hukum
ajaran Islam.

B.     Rumusan Masalah
1. Seperti apa hakikat dan fungsi Alquran dalam kehidupan
2. Bagaimana peranan hadist sebagai sumber hukum kedua setelah
Alquran?
3. Seperti apa Fungsi Ijma dan Qiyas dalam urgensinya sebagai sumber
hukum Islam?
4. Bagaimana hubungan antara nash dan syariah dalam kehidupan, berikut
tantangan di antara keduanya?
5. Seperti apa teori dan Konsep Istinbad berikut fungsi dan pentingnya
Istinbad hukum?
6. Siapa yang berhak melakukan istinbad hukum berikut syaratnya?
7. Bagaimana konsep dan fungsi ijtihad dalam penentuan hukum Islam?
8. Mengapa harus bermadzhab?
9. Bagaimana cara menyikapi perbedaan dalam bermadzhab?

C.Tujuan Penulisan
1.  Untuk mengetahui Al-Qur’an dan ruang lingkupnya.
2.  Untuk memahami kedudukan Hadist, Ijma, dan Qiyas dalam menetapkan
hukum islam
3.  Untuk mengetahui pengertian Nash dan Syari’ah
4.  Untuk mengetahui teori dan konsep istimbath hukum Islam.
5.  Untuk memahami ijtihad dan perbedaan mazdhab.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Al-Qur'an dan Ruang Lingkupnya

a.Pengertian Al-Qur'an

Al Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaa malaikat Jibril sebagai sumber
hukum dan pedoman hidup bagi pemelukagama islam.

b.Ruang Lingkup Al-Qur'an

Pokok-pokok isi Al-Qur'an ada 5:

1. Tauhid, percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab Nya,


Qodho’ dan Qodar dan Hari akhir
2. Tuntutan ibadat sebagai perbuatan jiwa tauhid
3. Janji dan ancaman
4. Hidup bahagia di dunia dan Hari akhirat
5. Sejarah orang-orang taat dan yang dholim pada Allah SWT

c.Dasar-dasar Al-Qur'an dalam membuat hukum.

1. Tidak memberatkan “Allah tidak membebani sesuai kesanggupanya”


2. Menyedikitkan beban
3. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum

d.Hakikat Al-qur'an bagi umat manusia


Hakikat Al-quran dalam Agama Islam
1. Al-Huda (Petunjuk)
Al-quran menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan petunjuk bagi
orang-orang yang beriman.
2. Al-Furqon (Pemisah)
Al-Qur'an sebagai pembeda antara yang haq dan yang batil
3. Al-Asyifa (Obat)

2
Al-quran bisa menjadi obat penyakit hati dan mental saat kita membaca Al-quran dan
mengamalkannya.
4. Al-mau'izah (Nasihat)
Nasihat yang terdapat di dalam Al-Quran biasanya berkaitan dengan sebuah peristiwa
atau kejadian, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau
masa depan.
Hakikat Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu
1. Ilmu tauhid
Ilmu tauhid merupakan ilmu kalam dalam Islam yang membahas pengokohan
keyakinan dalam agama Islam sehingga dapat memperkuat dan menghilangkan
keraguan.
2. Ilmu hukum
Di dalam Al-quran juga terdapat ilmu hukum yang dibahas. Contohnya saja terdapat
hukum pernikahan, warisan, zakat, dan lain sebagainya.
3. Ilmu tasawuf
untuk mensucikan jiwa, menjernihkan akhlak dan batin.
4. Ilmu filsafat Islam
5. Ilmu sejarah Islam

2. Hadist, Ijma’, Qiyas dalam Urgensinya Sebagai sumber Hukum Islam

a. Pengertian Hadist, Ijma’ dan Qiyas

1. Hadist

Hadist adalah ucapan Rasulullah SAW tentang suatu yang berkaitan dengan
kehidupan manusia atau tentang suatu hal,atau disebut pula sunnah Qauliyyah.Hadist
merupakan bagian dari sunnah Rasulullah.Pengertian sunnah sangat luas,sebab
sunnah mencakup dan meliputi:

1. Semua ucapan Rasulullah SAW yang mencakup sunnah qauliyah

2. Semua perbuatan Rasulullah SAW disebut sunnah fi’liyah

3. Semua persetujuan Rasulullah SAW yang disebut sunnah taqririyah

2. Al-Ijma’

Ijma’ menurut hukum islam pada prinsipnya ijma’ adalah kesepakatan beberapa ahli
istihan atau sejumlah mujtahid umat islam setelah masa rasulullah tentang hukum

3
atau ketentuan beberapa masa yang berkaitan dengan syariat atau suatu hal. Ijma
merupakan salah satu upaya istihad umat islam setalah qiyas.

Kata ijma’ berasal dari kata jam’ artinya maenghimpun atau mengumpulkan. Ijma’
mempunyai dua makna, yaitu menyusun mengatur suatu hal yang tak teratur,oleh
sebab itu berarti menetapkan memutuskan suatu perkara,dan berarti pula istilah ulama
fiqih (fuqaha). Ijma berati kesepakatan pendapat di antara mujtahid, atau persetujuan
pendapat di antara ulama fiqih dari abad tertentu mengenai masalah hukum.

3. Al-Qiyas

Qiyas ialah menyamakan suatu peristiwa yang tidak ada hukumnya dalam nash
kepada kejadian yang lain yang hukumnya dalam nash karena adanya kesamaan dua
kejadian dalam illat hukumnya.Seterusnya dalam perkembangan hukum islam kita
jumpai qiyas sebagai sumber hukum yang keempat. Arti perkataan bahasa arab
“Qiyas” adalah menurut bahasa ukuran, timbangan. Persamaan (analogy) dan
menurut istilah ali ushul fiqih mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua
peristiwa dengan mempergunakan cara deduksi (analogical deduction).

Yaitu menciptakan atau menyalurkan atau menarik suatu garis hukum yang baru dari
garis hukum yang lama dengan maksud memakaiakan garis hukum yang baru itu
kepada suatu keadaan, karena garis hukum yang baru itu ada persamaanya dari garis
hukum yang lama.Sebagai contoh dapat dihadirkan dalam hal ini yaitu surat Al-
Maidah ayat 90,yakni :

“ hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk berhala) mengundi nasb dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”(QS.Al-Maidah : ayat 90)

b. Peran Hadist,Ijma',Qiyas

1.Peran Al-Hadits/Al-Sunnah
Kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam yang
kedua, telah diterima oleh hampir seluruh ulama dan umat Islam.Oleh karena itu
segala perkataan, perbuatan dan takrir beliau dijadikan pedoman dan panutan oleh
umat islam dalam kehidupan sehari-hari.Di dalam al-Qur’an terdapat 50 ayat yang
secara tegas memerintahkan umat islam untuk taat kepada Allah dan juga kepada
Rasul-Nya.

4
2. Peran Ijma'
Kebanhakan ulama menetapkan,bahwa ijma' dapat dijadikan hujjah dan sumber
ajaran islam dalam menetapkan suatu hukum..Firman Allah dalam surat An-nisa' ayat
59 yang artinya "Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan rosulnya dan ulil
amridiantara kamu." Maka dapat disumpulkan bahwa apabila mujtahud telah sepakat
terhadap ketetetapan hukum suatu masalah/peristiwa.

3 .Peran Qiyas
Qiyas adalah beberapa definisi yang diberikan para ulama atau
para ahli ushul dalam berbagai argumentasi yang berbeda, namun pada dasarnya
memilikimakna yang sama.Adapun yang menjadi dasar hukum digunakannya qiyas
sebagai dalil hukum oleh jumhur
ulama ushul fiqh adalah berdasarkan al-Qur’an, as-Sunnah, ijma’ dan aqal.

Di sisi lain ada juga kelompok yang menolak menggunakan qiyas sebagai dalil
hukum dengan berlandaskan pada al-Qur’an, as-Sunnah, dan lainnya, namun
argumentasi kelompok kedua ini masih
dianggap lemah oleh para ulama.

3.Nash dan Syariah

 Pengertian Nash
Menurut bahasa, Nash adalah raf’u asy-syai’ atau munculnya segala sesuatu
yang tampak. Oleh sebab itu, dalam mimbar nash ini sering disebut munashahat,
sedangkan menurut istilah antara lain menurut:
a.       Ad-Dabusi:
Artinya:
“Suatu lafazh yang maknanya lebih jelas daripada zhahar bila ia dibandingkan dengan
lafzh shahir.”

b.      Al-Bazdawi
“Lafazh yang lebih jelas maknanya daripada makna lafazh zhahir yang diambil dari si
pembicaranya bukan dari rumusan bahasa itu sendiri.”
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nash mempunyai
tambahan kejelasan. Tambahan kejelasan tersebut tidak diambil dari rumusan
bahasanya, melainkan timbul dari pembicara sendiri yang bisa diketahui dengan
qarinah.
Atas dasar uraian tersebut, Muhammad Adib Salih berkesimpulan bahwa yang
dimaksud nash itu adalah:
“Nash adalah suatu lafazh yang menunjukkan hukum dengan jelas, yang diambil
menurut alur pembicaraan, namun ia mempunyai kemungkinan ditakshish dan takwil

5
yang kemungkinannya lebih lemah daripada kemungkinan yang terdapat dari lafazh
zhahir. Selain itu, ia dapat dinasikh pada zaman risalah (zaman Rasul).”

Sebagai contoh adalah ayat Al-Qur’an, seperti yang dijadikan contoh dari
lafazh zhahir.
.‫َواَ َح َّل هللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَى‬
Dilalah nash dari ayat tersebut adalah tidak adanya persamaan hukum antara
jual beli dan riba.
Pengertiannya diambil dari susunan kalimat yang menjelaskan hukum. Di sini
nash lebih memberi kejelasan daripada zhahir (halalnya jual beli dan haramnya riba)
karena maknanya diambil dari pembicaraan bukan dari rumusan bahasa.

 Pengertian Syari’ah
Secara bahasa, syari’ah bermakna “Jalan yang lapang atau jalan yang dilalui
air terjun.”
Syari’ah adalah semua yang disyari’atkan Allah untuk kaum muslimin baik
melalui Al-Qur’an ataupun melalui Sunnah Rasul.
Syari’ah itu adalah hukum-hukum yang disyari’atkan Allah bagi hamba-hamba
Nya (manusia) yang dibawa oleh para Nabi, baik menyangkut cara mengerjakannya
yang disebut far’iyah amaliyah (cabang-cabang amaliyah). Dan untuk itulah fiqih
dibuat, atau yang menyangkut petunjuk beri’tiqad yang disebut ashliyah i’tiqadiyah
(pokok keyakinan), dan untuk itu para ulama menciptakan ilmu kalam (ilmu tauhid).
Perkataan syari’ah tertuju pada hukum-hukum yang diajarkan Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW. Kemudian dimasukkan kedalamnya hukum-hukum
yang telah disepakati (di ijma’) oleh para sahabat Nabi, tentang masalah-masalah
yang belum ada nashnya dan yang belum jelasa dalam Al-Qur’an ataupun as-Sunnah
(masalah yang di ijtihad), juga dimasukkan kedalamnya hukum-hukum yang
ditetapkan melalui qiyas. Dengan perkataan lain syari’at itu adalah hukum-hukum
yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh Allah sebagai peraturan hidup manusia
untuk diimani, diikuti dan dilaksanakan oleh manusia didalam kehidupannya.
Pengertian syari’ah menurut Muhammad Salam Maskur dalam kitabnya al-
Fiqh al-Islamy. Salah satu makna syari’ah adalah jalan yang lurus.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Jaatsiyah: 18
)18 :‫ (الجاثية‬. َ‫ك َعلَى َش ِر ْي َع ٍة ِّمنَ ْاألَ ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا َوالَ تَتَّبِ ْع اَ ْه َوآ َء الَّ ِذ ْينَ الَيَ ْعلَ ُموْ ن‬
َ َ‫ثُ َّم َج َع ْلن‬

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu
orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al-Jaatsiyah: 18)
para fuqaha memakai kata syari’ah sebagai nama bagi hukum yang ditetapkan
Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara Rasul-Nya, supaya para hamba-Nya
itu melaksanakannya dengan dasar iman, baik hukum itu mengenai lahiriah maupun
yang mengenai akhlak dan aqaid, kepercayaan dan bersifat batiniah.

6
Demikianlah makna syari’at, akan tetapi jumhur mutaakhirin telah memakai
kata syari’ah untuk nama hukum fiqh atau hukum Islam, yang berhubungan dengan
perbuatan mukallaf. Atas dasar pemakaian ini, timbul perkataan: Islam itu adalah
aqidah dan syari’ah sebagaimana dikemukakan Syekh Mahmud Shaltut. Syari’ah
Islam adalah syari’ah penutup, syari’ah yang paling umum, paling lengkap, dan
mencakup segala hukum, baik yang bersifat keduniaan maupun keakhiratan.

Bagaimana hubungan antara nash dan syariah dalam kehidupan?


Nash itu Al Qur'an dan hadist bisa dikata sumber Sedangkan syari'at itu peng-aplikasi
an nya buat kehidupan
Hubunganya sangat penting, karena para perumus fiqih, mengenal syariah lewat nash,
dan darinya dirumuskanlah fiqih dan keilmuan lain yang menjadi cabang dari syariah,
seperti aqidah dan tasawuf. Ilmu-ilmu tersebut sangat berpengaruh untuk mengatur
kehidupan berdasarkan syariah Allah

4. Teori dan Konsep Hukum Istinbath

A. Pengertian Istinbath

Secara etimotologis kata ‘istinbat’ berasal dari kata benda ‘an-nabt’, bentuk
masdar dari nabata-yanbutu-nabtan, yang berarti air yang keluar dari dalam sumur
yang pertama kali digali. Kata ‘istinbath’ digunakan dalam arti ‘al-istikhraj’
(mengeluarkan) yaitu mengeluarkan atau menjelaskan sesuatu yang sebelumnya
masih belum jelas. Secara terminologis ‘istinbath’ berarti upaya mengeluarkan
makna dari nash (al-qur’an dan as-sunnah) yang berkaitan dengan hal-hal yang
sulit dan penting dengan menggunakan kekuatan nalar dan kemampuan yang
optimal. Istinbath adalah suatu upaya menemukan hukum-hukum syara’ dari nash
al-qur’an dan as-sunnah yang dilakukan dengan cara menggunakan nalar dan
pikiran.

B. Metode Istinbath

Secara garis besar metode dan kaidah yang digunakan untuk melakukan
istinbath hukum diklasifikasikan menjadi dua, yaitu melalui pendekatan
kebahasaan (turuq lafziyyah) dan pendekatan makna atau ruh nash (turuq
ma’nawiyah atau maqasid asy-syariah).

C. Pendekatan Istinbath Hukum dari Sisi Kebahasaan

Hal pertama yang mendapat perhatian dari para ulama ushul fiqh adalah
pengertian lafadz dalam kaitannya dengan posisi lafadz di dalam kalimat.
Pembahasan tentang lafadz melebar sampai pada kajian lafadz dengan melihat

7
dari berbagai sisi. Menurut an-Nasyimi mengklarifikasikan kajian tentang lafadz
dan maknanya dalam empat kategori :

a. Lafadz dilihat dari sisi makna yang diciptakan atau cakupannya, meliputi
‘am, khas, musytarak.
b. Lafadz dilihat dari sisi penggunaannya terhadap makna, terbagi menjadi
empat yaitu haqiqi, majazi, sarih, kinayah.
c. Lafadz dilihat dari sisi kejelasan dan tidaknya dalam menunjukkan makna,
lafadz dibedakan menjadi dua yaitu lafadz yang jelas penunjukannya (Wadih
ad-dalalah) dan lafadz yang tidak jelas penunjukannya (gair wadih ad-
dalalah).
d. Lafadz dilihat dari sisi cara pengungkapan terhadap makna ada empat, yaitu
ibarat an-nas, isyarat an-nas, dalalah an-nas,iqtida’ an-nas.
D. Pendekatan Istinbath Hukum dari Sisi Maqasid asy-syariah

Kata maqasid merupakan bentuk plural dari al-maqsad yang berarti tujuan.
Sedangkan kata syari’ah berasal dari kata syara’a asy-syai yang berarti
menjelaskan sesuatu . Namun kata syari’ah secara lazim diartikan sebagai hukum-
hukum yang ditetapkan allah swt kepada hamba-hambanya. Tujuan syara’untuk
makhluk (manusia) adalah menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
mereka.

Klasifikasi Maqasid asy-syariah


a) Berdasarkan tingkat kebutuhan mukallaf
Tujuan disyariatkannya hukum adalah untuk merealisasikan
kemaslahatan umat manusia baik di dunia maupun akhirat, baik
melalui cara mendatangkan manfaat atau menolak madharat.
b) Berdasarkan tingkat cakupannya
Berdasarkan tingkat cakupannya maqasid asy-syariah terbagi menjadi
dua:
- Maqasid asy-syariah kuliyah, yaitu maslahat yang bersifat
universal
- Maqasid asy-syariah juz’iyah, yaitu maslahat yang bersifat
individual
c) Berdasarkan tingkat kekuatan dalil pendukung
d) Berdasarkan tingkat keaslian
E. Korelasi maqasid asy-syariah dengan Metode Istinbat Hukum

Tujuan utama ditetapkannya hukum adalah untuk memelihara kemaslahatan


dan menghindari kerusakan, baik dunia maupun akhirat. Segala macam kasus hukum
baik yang secara eksplisit disebutkan dalam alqur’an dan Sunnah maupun yang

8
dihasilkan melalui ijtihad harus mengacu pada tujuan tersebut. Beberapa aspek
maslahah yang terdapat dalam metode ijtihad seperti qiyas, istihsan, maslaha
mursalah, dan sad az-zari’ah.

5.Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa


dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan
suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat
menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun, pada perkembangan
selanjutnya di putuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama

a. Tujuan ijtihad

adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam
beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid

b. Fungsi ijtihad

Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua
hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun Al Hadist.
Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan
modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan
aturan-aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama
sehari-hari.

6. Perbedaan dalam bermadzhab

Pada dasarnya apapun madzhab yang dianut oleh masyarakat haruslah menjadikan
Rosulullah SAW sebagai panutannya, terutama dalam sikap moral kehidupannya
sebagai orang yang jujur, ikhlas, sabar, tegar, amanah, penyayang, taat beribadah,
beramal soleh dan berahlak mulia.

Perbedaan madzhab dalam persoalan ijtihadiyyah terkadang menyebabkan hubungan


sesama umat Islam tidak harmonis. Padahal walau berbeda pendapat, para ulama
pendiri empat madzhab tidak pernah mencela satu sama lain, justru mereka tidak
segan-segan berguru kepada lainnya.

Di Indonesia memiliki dua Organisasi Islam terbesar yaitu, Organisasi


Muhamadiyyah, didirikan oleh KH Ahmad Dahlan (18 November 1912 M/8
Dzulhijjah 1330 H), dan Organisasi Nahdhatul Ulama (NU), didirikan oleh KH

9
Hasyim Asy'ari ( 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H). Keduanya memiliki pengaruh
besar terhadap bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan politik.

Akan tetapi, perbedaan kedua organisasi ini kerap terjadi, karena cara dan manhaj
yang digunakan keduanya juga berbeda. Seperti Muhamadiyyah menggunakan Majlis
Tarjih, dan beberapa Masail al-Fiqhiyyah diambil dari madzhab Hambali,dikenal
dengan Imam Hambali. Sedangkan NU menganut paham Ahlussunnah Waljamaah,
dalam bidang fiqhnya lebih cenderung mengikuti madzhab Syafi’I dikenal dengan
sebutan Imam Syfi’i

Dalam kasus, Sholat Shubuh menggunakan Qunut dan tidak berQunut. Khilafiyuah
ini sering terjadi antara pemahaman fiqh Muhammadiyah dan NU. Tetapi prihal
Qunut dan tidak berqunut kembali kepada Qissah imam Syafi’I yang menghormati
pendapat Imam Abu Hanifah. Ketika berada di Bagdad dan kebetulan melaksanakan
sholat shubuh didekat makm Abu hanifah, Imam Syafi’I memilih tidak melakuakn
qunut shubuh untuk menghindari khilaffiyah dengan para mujtahid lainya.

BAB III
KESIMPULAN

Al-Qur’an merupakan sumber utama yang dijadikan oleh para mujtahid dalam
menentukan hukum ajaran Islam. Karena, segala permasalahan hukum agama
merujuk kepada Al-Qur’an tersebut atau kepada jiwa kandungannya. Apabila
penegasan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an masih bersifat global, maka hadist
dijadikan sumber hukum kedua, yang mana berfungsi menjelaskan apa yang
dikehendaki Al-Qur’an. Sumber hukum yang lain adalah Ijmak dan Qiyas.
Ijmak dan Qiyas merupakan sumber pelengkap, yang mana wajib diikuti
selama tidak bertentangan dengan Nash syari’at yang jelas.

10
11
DAFTAR PUSTAKA
 M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003),
hal. 5-7
 Dr. H. Moh. Rifai, Fiqh, (Semarang: CV. Wicaksana, 2003), hal. 124
 M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
hal. 33
 https://m.liputan6.com/hot/read/3931864/fungsi-al-quran-bagi-umat-
manusia-petunjuk-jalan-yang-benar

 https://republika.co.id/berita/p302vv313/memahami-sumber-hukum-
islam-kedua

 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ijtihad

 http://irmansiswantoaceh.blogspot.com/2018/02/sumber-sumber-hukum-
islam-al-quran.html?m=1

 M.Pd.I,Partono,Metodologi studi islam(Kudus:2019).hal.47-61

 Qs An-nisa':59/Qs Al-Jaatsiyah: 18/ Al-Maidah:90

iv

Anda mungkin juga menyukai