Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi e-ISSN: 2460-0585

ANALISIS PENERAPAN SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI DALAM


PENGELOLAAN DANA DESA

Harnita Rahayu
Nitahar13@gmail.com
Nur Handayani

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
This research airned to analyze the implementation of system and accountancy procedure in village funds
management. While, the population was Tambaksumur Village, Waru, Sidoarjo. In accordance with the
accountability of financial Management, a good accountancy system should be computerized and related to
Permendagri Number 113, 2014 about village financial management. The Research was descriptive-qualitative
with comparative as the approach manually with excel. Moreover, the data were both primary and secondary.
Furhermore, the instrument used interview and documentation. The research result concluded village funds
accountancy system was applied manually with Exce. It was consists of General Cash Journal, Tax Subsidiary
Journal, and Bank Journal. Meanwhile, in 2017 village funds management was considered realistic as it was
arranged in budget plan. Moreover, one of the village income resources was taken from Village funds which was
taken from APBN. In addition, the funds were given through APBD which used as local government
development in form of its implementation, community building, and human resources (Plan Arrangement
APBDes 2017)
Keywords: village funds accountancy system, village funds management, village funds

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem dan prosedur akuntansi dalam
pengelolaan Dana desa. Penelitian dilakukan di desa Tambaksumur Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo. Agar pengelolaan keuangan desa dapat dipertanggungjawabkan maka harus menggunakan
sistem akuntansi desa yang baik dan terkomputerisasi dan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data berupa wawancara (interview) dan dokumentasi
(documentation). Hasil pengumpulan data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif komparatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan Dana desa yang dipakai masih
manual dengan menggunakan program Microsoft Excel yang berupa Buku Kas Umum, Buku Kas
Pembantu Pajak, dan Buku Bank. Sedangkan untuk pengelolaan Dana desa pada tahun 2017 cukup
realistis karena tersusun dalam Rencana Anggran Biaya (RAB). Dimana salah satu sumber
pendapatan desa tersebut diperoleh berupa Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota ke Desa yang digunakan
untuk penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat (Penyusunan rancangan APBDes 2017).
Kata kunci: sistem akuntansi dana desa, pengelolaan keuangan desa, dana desa.

PENDAHULUAN
Desa merupakan bagian terkecil dari Negara Republik Indonesia. Desa menjadi salah
satu peran terbesar dalam berkembangnya suatu negara, tentunya tanggung jawab suatu
desa juga besar pula. Ismail (2016) menyatakan bahwa Negara sendiri harus mengikuti
perkembangan desa atau tut wuri handayani. Hoesada (2016:231) menyatakan bahwa dalam
pembangunan sarana desa dan dusun pada tahun yang akan datang akan meningkat secara
relevan atau signifikan, pemerintah desa akan mendapat gaji dari Negara. Dalam hal ini
desa sangat diistimewakan oleh pemerintah, desa mendapat bantuan dari APBN dan APBD
seperti Dana desa dan alokasi Dana desa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 mengangkat desa dari
sekedar subjek pembangunan tetapi menjadi objek pembangunan Negara. Jadi, desa bisa
2

menjadi objek pembangunan kesejahteraan tidak hanya subjek saja. Eko (2014) Peraturan
perundang-undangan menekankan komitmen politik dan konstitusional bahwa Negara
melindungi dan memberdayakan masyarakat desa agar menjadi mandiri, maju, kuat, dan
demokratis sehingga mampu menciptakan prinsip yang kokoh dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.
Agar pembangunan desa dapat berjalan sebagaimana amanat undang-undang desa,
maka berbagai peraturan turunan undang-undang telah diterbitkan untuk mengatur
berbagai hal tentang desa yang tertuang di dalam berbagai tingkatan, mulai dari peraturan
pemerintah, peraturan menteri terkait (Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Menteri
dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi), sampai peraturan pelengkap yang diterbitkan oleh daerah. Peraturan tersebut
diharapkan mampu mendorong pemerintah desa melaksanakan pengelolaan Dana desa
mulai dari pencatatan sampai pelaporan secara reliable dan tepat waktu
Menurut Permendagri Nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan Keuangan Desa,
yang berarti keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Pemerintah
daerah mempunyai tanggungjawab yang besar dalam memantau kinerja pemerintah desa di
dalam pengelolaan keuangan desa tersebut. Dalam mengelola keuangan desa khususnya
Dana desa diharapkan pemerintah desa dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam
yang dimiliki untuk memajukan dan mengembangkan desanya sendiri.
Buku Pintar Dana Desa dengan tema Dana Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat:
menciptakan lapangan kerja, mengatasi kesenjangan, dan mengentaskan kemiskinan (2017).
Desa diberikan kewenangan dan sumber Dana yang memadai agar dapat mengelola sumber
daya yang dimilikinya untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Setiap
tahunya pemerintah pusat sudah menganggarkan Dana Desa yang cukup besar untuk
diberikan kepada desa. Pada tahun 2015, Dana Desa dianggarkan sebesar Rp 20,7 triliun,
dengan rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar Rp 280 juta.
Dalam era modern ini diharapkan pemerintah desa semakin mampu membangun
desa dan memperdayakan masyarakat desa. (BPKP:2) menyatakan bahwa dalam
pengelolaan dana desa, akan beresiko terjadinya kesalahan baik administratif maupun
substantif yang dapat mengakibatkan permasalahan hukum dalam hal pengelolaan dana
desa, dan akan ada resiko terjadinya kesalahan baik bersifat administratif maupun substantif
yang dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainya
kompetensi dalam hal penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa
oleh kepala desa dan aparat desa. Hal ini terjadi karena pemerintahan desa yang akan
mendapatkan pendanaan program dan kegiatan dari berbagai sumber (APBN dan APBD
Provinsi/Kabupaten) mengandung konsekuensi harus mampu mengelola secara transparan,
akuntabel, dan bebas dari penyalahgunaan.
Penelitian mengenai penerapan sistem dan prosedur akuntansi Dana desa juga telah
dilakukan oleh Tangkaroro et al (2017) dengan judul Penerapan Sistem dan Prosedur
Akuntansi Pengelolaan Dana Desa di Desa Tincep. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis permasalahan yang dialami oleh desa terkait pengelolaan Dana yang meliputi
Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas, Aktiva Tetap, dan Pajak. Penelitian ini dilakukan dengan
objek di Desa Tincep, Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa. Hasil dari penelitian
tersebut menyatakan bahwa secara pencatatan sudah sesuai dengan Permendagri No.
113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang
Tatacara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
Meski demikian masih ada hal yang perlu lebih diperhatikan yaitu di dalam hal pengawasan
administrasi terutama dalam proses pengeluaran kas yang masih belum akuntabel dan
belum sesuai dengan ketentuan yang semestinya. Oleh karena itu, penulis mengemukakan
bahwa kebutuhan akan sistem terkomputerisasi sehingga dalam melakukan proses
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
3

akuntansi terutama di pemerintah desa dapat dilakukan secara cepat dan hasil dari laporan
keuangan menjadi lebih handal dibandingkan dengan pelaporan secara manual.
Oleh karena itu, sistem akuntansi sangatlah penting dalam menunjang pemerintah
kota/kabupaten khususnya di dalam pemerintahan Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo dalam menjalankan pengelolaan Dana desa yang baik dan sesuai
dengan prosedur yang semestinya agar nanti dapat mempermudah dalam hal pelaporan
dan pertanggungjawaban kepada pemerintah kabupaten dalam hal ini yang berkaitan
dengan dana desa. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana Penerapan Sistem dan Prosedur Akuntansi
dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan sistem dan
prosedur akuntansi dalam pengelolaan Dana desa di Desa Tambak Smur Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan dan Akuntabilitas
Menurut Jensen dan Smith (1984) menjelaskan teori agensi adalah konsep yang
menjelaskan hubungan kontrakstual antara principals dan agents. Pihak principals
merupakan pihak yang memberikan instruksi kepada pihak lain yaitu agents untuk
melakukan semua kegiatan dengan nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil
keputusan. Dalam organisasi sektor publik yang di maksud principal adalah rakyat dan
agen adalah pemerintah sehingga pemerintah dalam hal ini meliputi kepala desa dan aparat
desa. Peraturan pemerintah memberikan penjelasana tentang adanya hubungan yang pasti
antara teori agensi dengan akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah kewajiban pemegang amanah/agen/kepala desa dan
mengungkapkan semua aktivitas dan kegiatan yang sudah menjadi tanggungjawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk
meminta pertanggungjawaban tersebut. Kepala Desa dan aparatur desa harus
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya yang dimiliki serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mewujudkan tujuan yang
telah ditetapkan secara berkala. Transparansi memberikan informasi kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalan pengelolaan sumber
daya yang dipercayakan kepadanya dan kepatuhanya pada peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya Sujarweni (2015:18) menjelaskan bahwa akuntansi pemerintahan
adalah akuntansi yang bersangkutan dengan bidang keuangan negara, dari anggaran
sampai dengan pelaksanaan dan pelaporannya, termasuk segala pengaruh yang
ditimbulkannya. Siklus akuntansi menjelaskan secara rinci tentang sistem akuntansi.
Sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasan, dan pelaporan keuangan
merupakan siklus akuntansi.

Pengertian Sistem Akuntansi


Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang sistem
akuntansi merupakan organisasi formulir, catatan, dan laporan yang di koordinasikan
sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen
untuk memudahkan pengelolaan perusahaan. Jika sistem akuntansi dijalankan dengan baik
maka akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik.
Pemerintah atau unit kerja pemerintah harus memiliki sistem akuntansi yang tidak hanya
berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, tetapi sistem akuntansi tersebut
harus mendukung pencapaian tujuan organisasi (Mulyadi, 2016:3).
4

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah serangkaian tata cara yang
dimulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengiktisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggunjawaban pelaksanaan APBD yang bisa
dilakukan secara manual dan bisa menggunakan aplikasi komputer. Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah juga memiliki karakteristik yang sesuai dengan sistem akuntansi
pemerintah pusat, antara lain; (1) Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dalam
laporan realisasi anggaranya masih menggunakan basis kas sedangkan neraca
menggunakan basis akrual. Basis kas pendapatan dapat diakui dan dicatat pada saat kas
diterima oleh rekening kas daerah serta belanja dapat diakui dan dicatat pada saat
dikeluarkan dari rekening kas daerah serta asset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat
pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah; (2) Dalam sistem pembukuan berpasangan ini didasarkan atas
persamaan dasar akuntansi yaitu utang ditambah dengan ekuitas dana sama dengan aset
setiap transaksi dibukakan dengan mendebit suatu perkiraan dan mengkreditkan perkiraan
yang lain.

Pengertian Desa
Menurut UU RI No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa juga merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang harus dihormati dan harus diakui
dalam sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Pemerintah Desa
Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah desa dijalankan oleh Kepala Desa dengan dibantu oleh perangkat desa sebagai
unsur penyelengaraann pemerintah desa. Selain kepala desa dan perangkat desa, terdapat
juga badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Dhesinta (2014) menjelaskan Pemerintah desa
merupakan bagian yang terintegrasi dengan pemerintahan daerah. Bagaimana tidak, daerah
baik kabupaten/kota dan juga provinsi terdiri dari kumpulan desa-desa hingga membentuk
pemerintahan yang lebih tinggi diatasnya.

Dana Desa
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dana Desa
adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Anggaran yang bersumber dari APBN dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan
dengan memperhatikan jumlah, angka kemiskinan desa, luas wilayah, dan tingkat kesulitan
geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
5

Akuntansi Desa dan Keuangan Desa


Akuntansi Desa adalah pencatatan dari proses transaksi yang terjadi di desa,
dibuktikan dengan nota-nota kemudian dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan
sehingga mampu menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan
untuk pihak-pihak yang berhubungan dengan desa (Suwarjeni, 2015:17).
Pengertian Keuangan Desa menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan yang
menimbulkan suatu hak dan kewajiban yang harus dijalankan masing-masing desa.

Rerangka Pemikiran

Teori Keagenan
(Agency Theory)

Pemerintah Daerah
Otonomi Daerah Desa (Agen)
(Prinsipal)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa

Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 87 Tahun 2017 Perubahan Atas Peraturan


Bupati Nomor 27 tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa

Sistem Akuntansi Pemerintah Desa

Pelaksanaan meliputi Penatausahaan meliputi Buku


Penerimaan Kas dan Kas Umum, Buku Kas
Pengeluaran kas Pembantu Pajak, dan Buku
Bank

Akuntansi Desa

Gambar 1
Rerangka Pemikiran
Sumber: Data Diolah, 2019
6

METODE PENELITIAN
Jenis Peneltian dan Gambaran Objek Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekaan Kualitatif adalah yang
menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-
peristiwa, pengetahuan, dan objek studi yang diamati oleh penelitian.
Di dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan gambaran yang jelas
mengenai fenomena yang terjadi pada penerapan sistem dan prosedur akuntansi dalam
pengelolaan Dana desa di Desa Tambak Sumur yang ada di Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penggambaran dari sebuah fenomena,
maka dianggap juga penelitan fenomenologi yang mengacu pada pendapat (Moelong,
2007:5), yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan
penedekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman
tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Dengan begitu, fenomenologi
yang digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana para aparatur desa di
dalam memahami Penerapan Sistem dan Prosedur Akuntansi dalam pengelolaan Dana Desa
khususnya di Desa Tambaksumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

Teknik Pengumpulan Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Menurut Sugiono (2015:225) data Primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dapat diperoleh dari wawancara
atau dokumentasi secara langsung kepada para informan yang berhubungan pada sumber
masalah yang sedang terjadi. Dalam penelitian ini informan yang bersangkutan yaitu
perangkat desa seperti kepala desa, bendahara desa, dan informan yang berkaitan dengan
peneliatian ini. Sugiono (2015:225) data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Dalam penelitian ini data sekunder dapat diperoleh dari bukti atau catatan yang tesusun
rapi dalam arsip (data dokumen), seperti buku kas, buku pembantu pajak, dan buku bank
desa. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini
adalah wawancara dan dokumentasi. Menurut Sugiono (2015:231) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya-jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Sugiono (2015:240) dokumentasi
merupakan catatatan peristiwa yang sudah berlaku.

Satuan Kajian
Dalam penelitian ini satuan kajian mengungkapkan hal-hal yang dibahas peneliti
dalam penelitiannya, sehingga akan mengarahkan perhatian peneliti terhadap sesuatu yang
akan diteliti. Satuan kajian dalam penelitian ini meliputi sistem dan prosedur akuntansi desa
yang diterapkan dan dirancang dengan baik dan terkomputerisasi maka menjamin
pertanggungjawaban pelaporan keungan yang baik pula. Ratih (2012) menyatakan bahwa
rancang bangun dan pemahaman sistem Akuntansi Keuangan Daerah menjadikan sebuah
proses menjadi sangat mudah dan cepat serta kemampuan dalam penatausahaan Keuangan
daerah dan pengelolaan barang milik daerah berpengaruh secara simultan terhadap kinerja
SKPD.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 tahun 2014, Pengelolaan Keuangan
Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan
dan pertanggungjawaban keuangan desa. Di dalam sistem akuntansi pemerintah daerah
yang mempunyai wewenang untuk mengelola keuangan daerah adalah pejabat pengelolaan
keuangan daerah melalui bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Jadi, peneliti
hanya memfokuskan pada tahap pelaksanaan dan penatausahaan.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
7

Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini teknik data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu
suatu metode pembahasaan permasalahan yang sifatnya menggunakan, menggambarakan,
dan membandingkan satu data atau keadaan dan melukiskan dan menerangkan suatu
keadaan sehingga dapat ditarik kesimpulan. Analisis data merupakan proses memilih,
memilah, membuang, dan menggolongkan data untuk dapat menjawab dua permasalahan
pokok yaitu tentang masalah apa saja yang ada di data ini dan sejauh apa data-data ini
membantu masalah tersebut.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Deskripsi wilayah penelitian
Secara geografis luas wilayah Desa Tambak Sumur sebesar 151,486 Ha dan Desa
Tambak Sumur adalah desa yang berada di sisi timur KecamatanWaru Kabupaten Sidoarjo
Provinsi Jawa Timur dengan ketinggian 4 meter dari permukaan laut, dengan topografi
dataran rendah dengan suhu udara rata-rata 30° C.Berdasarkan data administrasi
Pemerintahan Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2017
berjumlah 8.594 jiwa. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4.285 jiwa,
sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4.309 jiwa, sedangkan dilihat dari
batas wilayah administrasi dengan desa-desa sebagai berikut:
Sebelah Barat : Desa Wadung Asri, Kecamatan Waru
Sebelah Timur : Desa Tambak Oso, Kecamatan Waru
Sebelah Utara : Sungai Berem, Kelurahan Gunung Anyar, Kodya Surabaya
Sebelah Selatan : Sungai Bunting, Desa Tambak Rejo, Kecamatan Waru.
Kantor kepala desa Tambaksumur terletak di Jalan Zainal Abidin No. 63, Tambak
Sumur, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, sistem Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa,
Bendahara Desa, Pelaksanaan Kewilayahan, dan Pelaksana Teknis) dan Badan
Persmusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan untuk Kepala Desa yaitu 6 Tahun, sehingga
untuk melaksanakan kegiatan birokrasi yang ada di Pemerintahan Desa dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang sesuai dengan kebutuhannya, maka akan dipimpin
oleh Kepala Desa dan dibantu oleh Perangkat Desa. Dalam merencanakan program kepala
desa dibantu oleh perangkat desa yang mengikutsertakan warga dari tambaksumur dalam
memusyawarahkan programnya atau Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 ayat 4, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lemabaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan
yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis. Berikut struktur organisasi Kantor Desa Tambak Sumur
dan anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2017:
Tabel 1
Struktur Organisasi Desa Tambak Sumur tahun 2017
No Nama Jabatan
1 Mas’ud S. Ag Kepala Desa
2 A’an Luthfi Kurniawan Sekretaris
3 Rifqy Ainul Muqorrobin Kasi Keuangan
4 Moch. Samsul Huda Kasi Perencanaan
5 M. Nur Akhsan Kasi Tu dan Umum
6 M. Syukron Ali Kasi Pembinaan
7 Widya Arlia Dinanti Kasi Pelayanan
8 Totok Sugiarto Kasun Tambak
9 Hartono Kasun Sumur
Sumber: Data Wawancara Diolah, 2019
8

Tabel 2
Nama Badan Permusyawaran Desa Tambak Sumur tahun 2017
No Nama Jabatan
1 Gunawan Ketua
2 Bambang P Sekretaris
3 Sugiharti Anggota
4 Siti Shofiyah Anggota
5 Deddie Anggota
6 Amin S Anggota
7 Iwan S Anggota
8 Frisdianto Anggota
9 Hendrawan M. Juni Anggota
Sumber: Data Wawancara Diolah, 2019

Tahapan Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Tambak


Sumur tahun 2017.
Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBD) adalah rencana anggaran keuangan
tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan suatu kegiatan maupun
program yang menjadi wewenang desa. Proses penyusunan APBD di Tambak sumur
dilakukan oleh semua perangkat desa dan masyarakata desa khususnya desa tambaksumur
melalui BPD. Agar rancangan APBDes berjalan dengan baik pemerintah desa Tambaksumur
melakukan penyusunan mengenai rancangan Peraturan Desa tentang APBDes, sebagai
berikut; (1) Rancangan peraturan desa tentang APBDes disampaikan Kepala Desa kepada
BPD untuk dibahas guna mendapatkan persetujuan bersama. Penyampaian Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDes dan Pembahasan; (a) Kepala Desa menyampaikan
Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun kepada BPD, disertai nota penyerahan dari
kepala desa; (b) Pembahasan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes oleh BPD dan
Pemerintah Desa; (c) Keputusan BPD tentang Persetujuan terhadap Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDes untuk ditetapkan menjadi APBDes; (2) Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDes ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah ApBD Kabupaten
ditetapkan dengan menyesuaikan ketepatan waktu penyusunan rancangan APBDes; (3)
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes yang telah disetujui bersama dengan
BPD,sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa, disampaikan kepada camat untuk dievaluasi
paling lama 3 (tiga) hari kerja; (4) Evaluasi didasarkan pada kriteria kesesuaian dengan
kepentingan umum, dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi; (5) Ruang lingkup administrasi terdiri dari empat aspek yaitu Aspek Administrasi,
Aspek Legalitas, Aspek Kebijakan, dan Aspek Struktur Anggaran.

Analisis dan Pembahasan


Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Desa
Penerimaan desa adalah uang yang berasal dari semua pendapatan desa yang masuk
ke APBDes melalui Rekening Kas Desa atau yang diterima oleh Bendahara Desa. Bendahara
desa wajib melakukan pencatatan setiap ada penerimaan di kas desa. Penerimaan
pendapatan desa bisa berasal dari Pendapatan asli daerah, Alokasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Dana Desa), bagian hasil pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Kabupaten/Kota, Alokasi Dana Desa, Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota, Hibah dan Sumbangan yang tidak mengikat dari Pihak Ketiga, dan Lain-
lain Pendapatan yang Sah. Pencairan dana dalam rekening desa ditandatangani oleh Kepala
Desa dan Bendahara Desa. Agar operasional kegiatan berjalan lancar, dimungkinkan juga
pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan dengan menggunakan kas tunai melalui
pelaksana kegiatan (panjar kegiatan). Pemberian panjar kepada pelaksana kegiatan
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
9

dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari Kepala Desa setelah melalui verifikasi
Sekretaris Desa.

Pusat
(Kemenkeu)
Kab/Kota

Dana Desa Provinsi

ADD, Bagi Hasil pajak atau


Retribusi, dan Bantuan
Bantuan
Keuangan
Keuangan

Desa

PADesa, Pendapatan
lainnya

Gambar 2
Aliran pendapatan desa
Sumber: Data UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Diolah, 2019

Di dalam penelitian ini yang menyangkut dengan Dana Desa yang ada dalam
kelompok pendapatan transfer. Dana untuk desa ditransfer dari APBN kabupaten/kota
yang selanjutnya akan di transfer ke APBDes. Penyaluran Dana Desa ini dilakukan dengan
cara pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD dan terakhir ke Rekening Kas Desa yang ada di
desa Tambaksumur. Penyaluran Dana Desa di Desa Tambak Sumur ini dilakukan secara
bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan, sebagai berikut; (1) Penyaluran
pada tahap 1 yaitu pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus) dilakukan
paling lambat 7 hari kerja setelah di kas daerah dengan syarat ditetapkanya Peraturan
Bupati/Walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa yang
telah disampaikan kepada menteri dan APBD kabupaten/Kota yang sudah ditetapkan serta
dengan laporan penggunaan Dana Desa pada tahun sebelumnya; (2) Penyaluran pada tahap
2 yaitu pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus) dilaporkan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di kas daerah dengan syarat laporan penggunaan
Dana Desa Tahap 1; (3) Penyaluran pada tahap 3 yaitu pada bulan November sebesar 20%
(Dua puluh per seratus) paling lambat dilakukan 7 hari kerja setelah diterima kas Daerah
dengan syarat laporan penggunaan Dana Desa tahap 2.
Untuk penerimaan transfer, Bendahara Desa mendapatkan informasi dari Bank
berupa Nota Kredit. Setiap ada penerimaan yang diterima dengan kwitansi atau Nota kredit
dari bank, kemudian bendahara melakukan pengecekan saldo rekening bank kas desa yang
dilakukan secara manual, jika saldo rekening sudah sesuai kemudian dicatat di buku bank
dan buku kas umum menggunakan komputer Microsoft Excel karena desa Tambaksumur
pada tahun 2017 dalam pencatatan keuangan desanya masih manual belum ada aplikasi
yang memudahkan pencatatan keuangan desa.
Berdasarkan wawancara yang diperoleh peneliti di lapangan yang bersumber dari
bapak Rifqy Ainul Muqorrobin selaku bendahara desa menyatakan bahwa:
“Dana yang berasal dari daerah dan kabupaten itu semua ditransfer ke rekening desa
Bank Jatim, ketika pencairanya dengan menggunakan Surat Perintah Pembayaran
(SPP) setelah itu Bendahara Desa akan memberikan kepada kasi-kasi yang
10

membidangi kegiatan tersebut. Untuk penerapan sistemnya yang ada di desa


Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2017 masih
manual. Munculnya Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) di desa Tambak Sumur
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo di semester kedua tahun 2017. Sebenarnya
pada tahun 2017 siskeudes sudah ada tetapi realisasinya baru di mulai pada tahun
2018”.
Jadi, Sistem yang dijalankan di Desa Tambak Sumur pada tahun 2017 belum efektif.
Tetapi, Untuk penerimaan kas dari APBN yang disebut Dana Desa di Desa Tambaksumur
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo sudah sesuai dengan Perbub Sidoarjo Nomor 15 tahun
2015 tentang Tata Cara penyaluran alokasi Dana desa, Bagi Hasil Pajak Daerah, dan
retribusi Daerah, dan Dana Desa. Namun hanya saja sering ada keterlambatan dari
pusat/daerah dalam proses pancairan Dana desa yang mengakibatkan program yang
direncanakan oleh desa tidak berjalan secara baik.

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Desa


Akuntansi Pengeluaran Kas adalah sistem yang digunakan untuk mencatat
pengeluaran kas desa. Bendahara desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk mencatat
semua pengeluaran desa. Dalam sistem akuntansi pengeluaran kas desa di Desa
Tambaksumur masih menggunakan sistem manual atau dibantu dengan program Microsoft
Excel yang terdiri dari buku kas umum, buku kas pembantu pajak, dan buku bank.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti langsung berkaitan dengan
Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Desa yaitu Bapak Ainul Rifqy Muqqorobin selaku
bendahara desa menyatakan bahwa:
“Sama dengan poin pertama tadi dalam pengeluaran kas di desa Tambaksumur
berdasarkan SPP atau Surat Permintaan Pencairan dari Kasi kegiatan kepada
Bendahara Desa yang sudah diverifikasi oleh sekretaris desa dan Kepala Desa
kemudian bisa langsung dicairkan ke Pelaksana Kegiatan atau Kasi yang
membidangi”
Jadi, pengeluaran kas di desa Tambaksumur dimulai dari kasi kegiatan yang
Pencairannya menggunakan Surat Permintaan Pencairan (SPP) sebelumnya disusun
Rencana Anggaraan Biaya (RAB) yang akan di berikan kepada Bendahara Desa yang
sebelumnya sudah diverifikasi oleh Sekretaris Desa dan Kepala Desa. Setelah Dana sudah
dicairkan maka Bendahara Akan mencatatnya di Buku Kas Umum.Untuk kendala yang
dihadapi dalam pengeluaran kas di Desa Tambaksumur menunggu pencairan dari pusat
yang masih sering terlambat.

Penggunaan Dana Desa


Dalam Peraturan Bupati Sidoarjo No. 5 /2018 tentang Besaran Alokasi Dana Desa,
Bagi Hasil Pajak Daerah, Bagi Hasil Retribusi Daerah, Dana Desa Dan Bantuan Keuangan
Kepada Desa Tahun Anggaran 2018 Pasal 1 Ayat (5), Dana Desa adalah dana yang
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa
yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti dilapangan yang
bersumber dari Bapak Mas’ud S.Ag selaku Kepala Desa, menyatakan bahwa:
“Dana Desa yang bersumber dari APBN yang ditransfer ke rekening desa Tambak
Sumur akan digunakan dalam bidang pembangunan desa dan pemberdayaan desa.
Setiap tahun Dana Desa berbeda-beda nominal jumlahnya pada tahun 2017 kurang
lebih 600 juta tergantung tingkat kemiskinan setiap desa. Jika kemiskinan di desa
tersebut meningkat maka jumlahnya Dana desa akan bertambah, sebaliknya jika
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
11

kemiskinan menurun maka jumlah dana desa yang ditransfer ke desa juga akan
menurun. Dana desa akan digunakan juga untuk membuat Perpustakaan desa
(perpusdes) dan membangun gedung serba guna untuk menambah pendapatan desa
yang akan diserahkan ke BUMDes guna penopang mengganti dana desa kalau
nantinya dana desa sudah tidak ada lagi”

Berikut realisasi penggunaan Dana desa yang ada di Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2017:
Tabel 3
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahun 2017
Pemerintah Desa Tambaksumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
Uraian Anggaran Realisasi Saldo

Pendapatan
Pendapatan Transfer
Dana Desa Rp 796.395.577 Rp 477.837.346 Rp 318.558.231
Jumlah Pendapatan Rp 796.395.577 Rp 477.837.346 Rp 318.558.231

Belanja
Bidang Pembangunan Desa
Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan (saluran
Rp 294.093.313 Rp 289.593.313 Rp 4.500.000
air RT 02 A dan RT 05)
Pembentukan dan pengembangan BUM Desa Rp 90.407.000 Rp 12.253.000 Rp 78.154.000
Perbaikan Saluran Irigasi (Plengsengan + Tutup RT 04 B) Rp 236.250.000 Rp 40.000.000 Rp 196.250.000
Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan (Paving +
Rp 38.696.497
saluran air RW 01 & 03) Rp 38.696.497 Rp -
Pembersihan daerah aliran sungai ( Gotong royong) Rp 6.293.000 Rp - Rp 6.293.000
Pelayanan Kesehatan Desa seperti Posyandu Balita, Posyandu
Rp 76.675.000
Lansia dan ibu Hamil Rp 87.175.000 Rp 10.500.000
Pelestarian lingkungan hidup Penghijauan Rp 154.500.000 Rp 115.580.000 Rp 38.920.000
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban Rp 48.000.000 Rp - Rp 48.000.000

Rp 19.220.000
Pelatihan usaha ekonomi,pertanian, perikanan dan perdagangan Rp 25.000.000 Rp 5.780.000
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan PKK Rp 13.500.000 Rp 3.600.000 Rp 9.900.000

Jumlah Belanja Rp 993.914.810 Rp 477.306.313 Rp 516.608.496

Surplus/Defisit Rp 197.519.233 Rp 531.033 Rp 198.050.266


Sumber: Data Wawancara Diolah, 2019

Pengelolaan Dana Desa


Berdasarkan Peraturan Bupati Sidoarjo No. 87 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa yang mengacu pada Permendagri Nomor 113 Tahun 2014,
adapun tahap penyusunan pengelolaan Keuangan Dana Desa, meliputi:
Pelaksanaan
Pelaksanaan Keuangan Desa, terdapat prinsip umum yang harus ditaati yang
mencakup penerimaan kas dan pengeluaran kas desa yang harus dilaksanakan melalui
rekening kas desa. Pencairan Dana dalam rekening kas desa harus ditandatangani oleh
kepala desa dan bendahara adapun tahapan pelaksanaan yang telah diatur didalam
PERBUP Bupati Sidoarjo Nomor 87 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa.
Penerimaan Kas
Dalam penerimaan kas, adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut; (1)
Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan yang disertai
dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya (RAB); (2) Rencana Anggaran Biaya
(RAB) tersebut harus diverifikasi dahulu oleh Sekretaris Desa dan Kepala Desa; (3)
12

Pelaksana kegiatan yang bertanggungjawaban dalam tindakan pengeluaran yang


menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan Buku
Pembantu Kas Kegiatan didesa; (4) Berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelaksanan
kegiatan harus mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa; (5)
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak boleh dilakukan sebelum barang dan atau jasa
diterima; (5) Pengajuan SPP terdiri atas Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Pernyataan
Tanggunjawab Belanja, dan Lampiran Bukti Transaksi; (6) Dalam pengajuan pelaksanaan
pembayaran sekretaris desa wajib meneliti kelengkapan, menguji kebenaran perhitungan
tagihan atas beban APBDes,menguji ketersediaan dana permintaan pembayaran yang
diajukan oleh pelaksana kegiatan dan menolak pengajuan permintaan pembayaran jika
kegiatan tersebut tidak memenuhi syarat yang ditetapkan; (7) Setelah SPP sudah diverifikasi
Sekretaris Desa, Kepala Desa menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara
melakukan pembayaran.
Pengeluaran Kas
Dalam pengeluaran kas adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut; (1)
Untuk pelaksanaan pengeluaran kas diajukan Surat Permintaan Pembayaran yang
sebelumnya sudah diverifikasi oleh sekretaris desa sebelum disetujui oleh Kepala Desa; (2)
Pembayaran yang telah dilakukan selanjutnya bendahara desa akan mencatat pengeluaran;
(3) Bendahara wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya dan wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya rekening kas
Negara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh oleh peniliti dilapangan yang
bersumber dari Bapak Rifqy Ainul Muqorrobin selaku bendahara desa, menyatakan bahwa:
“Didalam pengelolaan keuangan desa yang ada didesa Tambak Sumur berdasarkan
yang telah diatur oleh Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 87 tahun 2017 tentang
pedoman pengelolaan keuangan desa, tetapi hanya saja kita belum menginput
laporan keuangan untuk tahun 2017 dikarenakan pada tahun 2017 perangkat
desanya belum lengkap hanya ada kepala desa dan kepala bagian jadi ada
keterlambatan menginput laporan keuangan yang berpedoman dengan peraturan
Bupati Sidoarjo”
Dimana Peraturan Bupati Sidoarjo tersebut terdapat format rancangan peraturan
desa tentang APBDes, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, format Rencana Anggaran
Biaya (RAB), format Buku Kas Pembantu Kegiatan, Format Surat Permintaan Pembayaran
(SPP), dan Format Pernyataan Tanggungjawab Belanja serta bukti transaki berupa rekening
Koran.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan oleh peneliti bahwa dalam tahap pelaksanaan di Desa
Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo sudah sesuai dengan peraturan Bupati
Sidoarjo Nomor 87 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Pencatatan
yang dilakukan oleh bendahara berupa penerimaan kas dan pengeluaran kas sudah
dilakukan secara rutin dan melakukan tutup buku setiap akhir bulan yang dilaksanakan
sebulan sekali secara tertib. Yang mana dalam pengimplementasianya Bendahara Desa telah
menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB), Buku kas Pembantu Kegiatan, Surat Permintaan
Pembayaran (SPP), Pernyataan Tanggungjawab Belanja, dan Bukti Transaksi berupa
rekening koran.

Penatausahaan
Menurut PERBUP No. 87/2017 Pedoman Keuangan Desa, penatausahaan Keuangan
Desa adalah kegiatan yang khususnya dilakukan oleh bendahara. Dalam kegiatan
penatausahaan bendahara harus mencatat semua penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Adapun tahapan kegiatan penatusahaan, antara lain; (1) Bendahara Desa wajib melakukan
pencatatan terhadap semua transaksi yang berupa penerimaan dan pengeluaran di desa; (2)
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
13

Bendahara desa menyusun tutup buku setiap akhir tahun secara tertib; (3) Penatausahaan
yang dilakukan bendahara desa dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu berupa
pembukuan belum menggunakan jurnal akuntansi; (4) Penatausahaan baik penerimaan kas
maupun pengeluaran kas, menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan
Buku Bank.
Berdasarkan wawancara yang diperoleh peneliti di lapangan yang bersumber dari
Bapak Riqy Ainul Muqorrobin selaku bendahara desa, mengatakan bahwa:
“Proses Penatausahaan Keuangan Desa di Desa tambak sumur sudah sesuai dengan
Peraturan Bupati sidoarjo karena kita mengambil dari lampiran-lampiran yang ada
di Perbup no 87 tahun 2015 tersebut. Sejauh ini, untuk kendala hanya ada di dalam
penyusunan laporan itu saja”
Adapun pendapat lain yang diutarakan oleh Bapak A’an Luthfi Kurniawan selaku
Sekretaris Desa menyatakan bahwa:
“Bahwa dalam penatusahaan keuangan desa ada kendala dalam masalah waktu per
kegiatan yang belum bisa tertib tersebut dikarenakan belum bisa mengatur kegiatan
fisik dan pengadministrasian. Begitu juga dengan perangkat desanya sendiri yang
masih 1 tahun bekerja dan masih tahap belajar. Tetapi setiap 2 minggu perangkat
desa selalu diadakan pelatihan di kecamatan yang materinya sesuai dengan kegiatan
masing-masing perangkat desa”
Sehingga dapat ditarik kesimpulan oleh peneliti dalam tahap penatausahaan
keuangan di Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 87 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa yang berisi tentang Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku
Bank yang dicatat langsung oleh bendahara desa.

Akuntansi Desa
Akuntansi desa adalah pencatatan dari proses transaksi yang terjadi di desa,
dibuktikan dengan nota-nota kemudian dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan
sehingga akan menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan
pihak-pihak yang berhubungan dengan desa. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
desa khususnya dalam pengelolaan keuangan dsea yang transparan dan bertanggunjawab,
diperlukan pengaturan mengenai pertanggungjawaban keuangan Desa.
Pertanggungjawaban Pelaksaanaan Keuangan Desa diwujudkan dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Desa, untuk mewujudkan pertanggungjawaban keuangan desa yang memadai,
laporan keuangan pemerintah desa disusun dan di sajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan Desa (SAPDes). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan, yang
selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Peraturan ini yang menjelaskan
bahwa pencatatan yang di lakukan oleh pemerintah desa berbasis kas yang mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Di Desa Tambaksumur dalam pelaporannya sudah sesuai dengan Permendagri No.
113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yaitu Kepala Desa menyampaikan
Laporan Realisasi Anggaran Pelaksanaan APBDes kepada Bupati/Walikota berupa laporan
semester pertama dan laporan semester akhir tahun. Laporan semester pertama di laporkan
pada bulan Juli 2017 dan laporan semester akhir tahun di laporkan pada bulan Januari 2018
serta pelaporannya masih dalam bentuk buku yang dijilid dan akan di laporkan ke
kecamatan kemudian ke kabupaten. Kepala Desa juga menyampaikan Laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksaaan APBDes kepada Bupati/Walikota setiap tahun
anggaran yang terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
14

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan sistem dan
Prosedur Akuntansi dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Tambak Sumur Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Penerapan sistem akuntansi
untuk pengelolaan Dana Desa di Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
pada tahun 2017 dalam pencatatanya masih manual belum ada sistem tersendiri untuk
pencatatnya atau masih dibantu dengan Microsoft Excel yang berupa Buku Kas Umum,
Buku Kas Pembantu pajak, dan Buku Buku Bank serta Laporan Realisasi Anggaran tahap
pertama dan tahap kedua. Penggunaan Dan Desa juga sudah efektif karena digunakan
langsung dengan kegiatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat desa Tambak
Sumur. Jadi, penggunaan Dana Desa tersebut sudah sesuai dengan Permendagri No. 113
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan keuangan Desa dan PMK Nomor 49/PMK.07/2016 tentang
Pengalokasian, penyaluran, penggunaan, pemantauan dan Evaluasi Dana Desa. (2) Untuk
pengelolaan Dana Desa di Desa Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yang
terdiri dari tahap pelaksanaan dan penatausahaan juga sudah sesuai dengan Peraturan
Bupati Sidoarjo Nomor 87 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa yang
mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa. Dimana penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan
melalui rekening Kas Desa ditandantangani oleh Kepala Desa dan Bendahara Desa. Di Desa
Tambak Sumur sudah mempunyai rekening sendiri di Bank Jatim guna memudahkan
pencairan yang nanti dananya untuk kegiatan yang langsung berhubungan dengan
masyarakat. Semua Penerimaan dan pengeluaran juga sudah didukung oleh bukti yang
lengkap dan sah.

Saran
` Perlu adanya sistem akuntansi yang lebih baik seperti sistem akuntansi yang
terkomputerisasi, agar nantinya pelaporan Dana desa mampu dilakukan dengan cepat dan
output laporan keuangan desa lebih handal dibandingkan pelaporan secara manual. Setiap
proses Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas yang dilakukan harus sesuai dengan
prosedur yang semestinya dan berdasarkan undang-undang yang mengatur.
Pengelolaan Dana Desa harus lebih akuntabel dan transparan agar dapat diakses oleh
masyarakat desa Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Sehingga, perlu
adanya peningkatan kapasitas aparatur desa agar setiap komponen perangkat desa yang ada
dapat lebih mengerti dan memahami akan tugas dan tanggungjawab masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
BPKP, 2015. Panduan Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta.
Dhesinta, W, S dan Annisa, A., P. 2015. Analisis Yuridis mekanisme Pengelolaan Keuangan Desa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Guna Terwujudnya
Pembangunan. Yogyakarta: Fakultas Hukum, Universitas Gajah Mada.
Djpk, Kemenkeu. 2017. Buku Pitar Dana Desa. Dana Desa untuk Kesejahteraan Rakyat.
Kemenkeu: Jakarta.
Hoesada, J. 2014. Komite standar akuntansi pemerintah (KSAP). Jakarta
Ismail, M. Widagdo, A., K. dan Widodo, A. 2016. Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa.
Jurnal Eknomi dan Bisnis 19(2): 323-340.
Jensen, M., C. dan Cifford W., S. 1984. The modern theory of corporate finance. 2ed. McGraw-
Hill.
Tangkaroro, K., L, VentjeIlat, dan Wokas, H. 2017. Penerapan Sistem Dan Prosedur Akuntansi
Pengelolaan Dana. Jurnal Akuntansi 13(2): 1-10.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 5, Mei 2019
15

Moelong, Lexy., J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Salemba Empat: Jakarta
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 87 Tahun 2017 Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor
27 tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Bupati Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Besaran Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil
Pajak Daerah, Bagi Hasil Retribusi Daerah, Dana Desa Dan Bantuan Keuangan Kepada Desa
Tahun Anggaran 2018
Bupati Sidoarjo Nomor 47 Tahun 2017 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Badan Permusyawaratan Desa.
Bupati Sidoarjo Nomor 15 tahun 2015 tentang Tata Cara penyaluran alokasi Dana
desa, Bagi Hasil Pajak Daerah, dan retribusi Daerah, dan Dana Desa.
Menteri Dalam Negeri No. 113 tahun 2104 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 tentang Pengalokasian, penyaluran,
penggunaan, pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi No.22 Tahun
2016 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa TA 2017.
Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
Ratih dan Asri, E. 2012. Pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, penatausahaan
keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah terhadap kinerja SKPD pada
Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Ekonomi dan bisnis 2(1): 67-78
Sanjiweni, N. 2015. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa: Study kasus Pengelolaan Alokasi Dana
Desa di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember Tahun 2013. Jurnal Akuntansi: 3(8): 1-6
Eko, S. 2014. Desa membangun Indonesia. Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD):
Yogyakarta
Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RAD. Alfabeta. Bandung.
Sujarweni, V., M. 2015. Akuntansi Desa Pedoman Tata Kelola Keuangan Desa. Pustaka Baru
Press. . Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Suwarjeni. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Pustaka Baru Press. Jakarta
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Desa.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2104 Tentang Pemerintah Daerah.
https://www.keuangandesa.info/2015/11/pelaksanaan-pengelolaan-keuangan-desa.html Diakses pada
tanggal 21 Februari 2018 (14.18)
https://www.keuangandesa.info/2015/11/penatausahaan-keuangan-desa.html Diakses pada tanggal
21 Februari 2018 (14.25)

Anda mungkin juga menyukai