Anda di halaman 1dari 11

KETENTUAN PENGERJAAN UJIAN AKHIR SEMESTER

ILMU PERUNDANG UNDANGAN

1. WAKTU PENGERJAAN HANYA 60 MENIT


2. KERJAKAN 5 SOAL DARI 10 SOAL YANG TERSEDIA
3. MAKSIMAL PUKUL13.00 SELURUH JAWABAN DARI MAHASISWA SUDAH
DI TERIMA OLEH KETUA KELAS.
4. MAKSIMAL PUKUL 13.30 KETUA KELAS MENGIRIMKAN EMAIL KE
ibnusamwidodo@gmail.com DALAM 1 FOLDER BERISI JAWABAN UAS
DARI SELURUH ANGGOTA KELAS.
5. FILE MASING-MASING MAHASISWA HARUS DI BERI JUDUL UAS
ILPER_NAMA LENGKAP_NIM
6. PENGERJAAN DI KETIK MENGGUNAKAN
a. Font Arial
b. Ukuran 11
c. Spasi 1.5
7. HASIL PENGERJAAN YANG DI KIRIMKAN DALAM FORMAT pdf.
8. SAYA TIDAK MENERIMA HASIL UJIAN YANG DI KIRIMKAN SECARA
INDIVIDU. SEMUA HASIL UAS DIKIRIMKAN JADI 1 OLEH KETUA KELAS.
9. TIDAK ADA UJIAN SUSULAN.
10. SETELAH PUKUL 13.30 SAYA MENERIMA EMAIL DARI KETUA KELAS
BARU ABSENSI DI GAPURA SAYA BUKA. SAYA TIDAK AKAN MEMBUKA
ABSENSI JIKA EMAIL BELUM SAYA TERIMA.
11. SELAMAT MENGERJAKAN.
UJIAN AKHIR SEMESTER
ILMU PERUNDANG UNDANGAN
KERJAKAN 5 SOAL DARI 10 SOAL

1. Jelaskan struktur penulisan Naskah Akademik yang lengkap berdasarkan


Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang Undangan.
2. Jelaskan tentang kewajiban penyusunan Naskah Akademik dalam
pembentukan peraturan perundang undangan berdasarkan Undang Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang
Undangan.
3. Jelaskan urgensitas bab V Naskah Akademik dan apa kaitannya dengan
Rancangan Peratuan yang akan di susun dan bagaimana menurut pendapat
saudara terkait dengan ruang lingkup dan sasaran yang terdapat di bab V
Naskah Akademik.
4. Jelaskan kenapa dalam setiap peraturan perundang undangan selalu
menyertakan tulisan “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA”.
5. Hukum dipandang sebagai produk politik, demikian yang kerap kita dengar.
Kita perlu kritis mencermati pertanyaan ini, khususnya berkaitan dengan
posisi penyusunan NA, yang merupakan satu tahap dalam rangkaian
pembentukan peratuan perundang-undangan
a. Benarkah pernyataan bahwa NA menjadi acuan dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan? Jelaskan!
b. Di bagian apa nuansa politik pembentukan peratuan perundang-
undangan sarat dengan muatan politik? Jelaskan!
6. Peratuan perundang-undangan harus diundangkan, dan harus
disosialisasikan agar dapat dilaksanakan dengan baik.
a. Apa perbedaan sosialisasi dan pengundangan peraturan perundang-
undangan?
b. Di manakah pengundangan peratuan perundang-undangan?
7. Untuk mengatasi cacat peraturan perundang-undangan, sejak lama dikenal
ada lembaga review, baik oleh pembuatnya maupun oleh institusi di luarnya.
Sebutkan review apa saja yang dikenal di Indonesia? Jelaskan singkat
dengan disertasi contoh!
8. Hukum dalam suatu negara harus merupakan suatu sistem. Di Indonesia,
peratuan perundang-undangan dibuat harus mencerminkan Pancasila
sebagai sumber segala sumber hukum negara, dan UUD NRI Tahun 1945
sebagai hukum dasar peraturan perundang-undangan. Apa makna
keberadaan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dalam pengujian
peraturan perundang-undangan? Jelaskan!
9. Dalam penyusunan peraturan perundang undangan, maka digunakan Bahasa
Indonesia Hukum. Penggunaaan Bahasa Indonesai Hukum tentunya berbeda
dengan penggunaan Bahasa Indonesai baik dalam percakapan verbal sehari
hari maupun Bahasa Indonesia yang digunakan untuk penulisan karya tulis
ilmiah. Jelaskan pedoman-pedoman yang digunakan dalam Bahasa
Indonesia Hukum.
10. Jelaskan dan beri contoh (minimal 3) tips penulisan bahasa indonesia hukum
yang benar
Nama : Try Probo Ardiyansyah

NIM : 185010100111140

Absen : 11

Kelas : Ilmu Perundangan- Undangan D

JAWABAN UAS Ilmu Perundang-Undangan

1. Struktur Penulisan Naskah Akademik berdasarkan Undang Undang Nomor 12


Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan, sebagai berikut
:

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan memuat latar belakang, sasaran yang akan diwujudkan, identifikasi


masalah, tujuan dan kegunaan, serta metode penelitian.

A.Latar Belakang

Latar belakang memuat pemikiran dan alasan-alasan perlunya penyusunan


Naskah Akademik sebagai acuan pembentukan Rancangan Undang-Undang atau
Rancangan Peraturan Daerah tertentu. Latar belakang menjelaskan mengapa
pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah suatu
Peraturan Perundang-undangan memerlukan suatu kajian yang mendalam dan
komprehensif mengenai teori atau pemikiran ilmiah yang berkaitan dengan materi
muatan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah yang akan
dibentuk. Pemikiran ilmiah tersebut mengarah kepada penyusunan argumentasi
filosofis, sosiologis serta yuridis guna mendukung perlu atau tidak perlunya
penyusunan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah.

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa yang akan


ditemukan dan diuraikan dalam Naskah Akademik tersebut. Pada dasarnya
identifikasi masalah dalam suatu Naskah Akademik mencakup 4 (empat) pokok
masalah, yaitu sebagai berikut:
1)Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat serta bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.

2)Mengapa perlu Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah


sebagai dasar pemecahan masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan
negara dalam penyelesaian masalah tersebut.

3)Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis


pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah.

4)Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan
arah pengaturan.

C.Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas,


tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

1)Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa,


bernegara, dan bermasyarakat serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut.

2)Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan


Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar
hukum penyelesaian atau solusi permasalahan dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.

3)Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis


pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah.

4)Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,


jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang atau
Rancangan Peraturan Daerah.

D.Metode

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan


penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang
berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Penelitian hukum dapat
dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris.

Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode


yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data
sekunder yang berupa Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan,
perjanjian, kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil
pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan
wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat. Metode
yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan penelitian
normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundang-undangan (normatif) yang
dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk
mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap
Peraturan Perundang-undangan yang diteliti.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoretis, asas, praktik,
perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan ekonomi, keuangan
negara dari pengaturan dalam suatu Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi,
atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab berikut:

A.Kajian teoretis.

B.Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma.

Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek


bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibuat,
yang berasal dari hasil penelitian.

C.Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan


yang dihadapi masyarakat.

D.Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-
Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan
dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara.

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


TERKAIT

Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan terkait


yang memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan Undang-Undang dan Peraturan
Daerah baru dengan Peraturan Perundang-undangan lain, harmonisasi secara
vertikal dan horizontal, serta status dari Peraturan Perundang-undangan yang ada,
termasuk Peraturan Perundang-undangan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
serta Peraturan Perundang-undangan yang masih tetap berlaku karena tidak
bertentangan dengan Undang-Undang atau Peraturan Daerah yang baru.

Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan ini dimaksudkan untuk mengetahui


kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
substansi atau materi yang akan diatur. Dalam kajian ini akan diketahui posisi dari
Undang-Undang atau Peraturan Daerah yang baru. Analisis ini dapat
menggambarkan tingkat sinkronisasi, harmonisasi Peraturan Perundang-undangan
yang ada serta posisi dari Undang-Undang dan Peraturan Daerah untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih pengaturan. Hasil dari penjelasan atau uraian ini menjadi
bahan bagi penyusunan landasan filosofis dan yuridis dari pembentukan Undang-
Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang
akan dibentuk.

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A.Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran,
dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia
yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

B.Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.

C.Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan
diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-
Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang
sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis
peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah,
peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama
sekali belum ada.

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI


MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI, ATAU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi


muatan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang akan dibentuk. Dalam Bab ini,
sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran yang akan
diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan. Materi didasarkan pada ulasan yang
telah dikemukakan dalam bab sebelumnya.

Selanjutnya mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup:

A.ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan


frasa;

B.Materi yang akan diatur;

C.ketentuan sanksi; dan

D.ketentuan peralihan.

BAB VI PENUTUP

A.Simpulan

Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang berkaitan dengan praktik


penyelenggaraan, pokok elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya.

B.Saran

Saran memuat antara lain:

1.Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu Peraturan


Perundang-undangan atau Peraturan Perundang-undangan di bawahnya.

2.Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan Rancangan Undang-


Undang/Rancangan Peraturan Daerah dalam Program Legislasi Nasional/Program
Legislasi Daerah.

3.Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan penyusunan


Naskah Akademik lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka memuat buku, Peraturan Perundang-undangan, dan jurnal yang


menjadi sumber bahan penyusunan Naskah Akademik.

LAMPIRAN

RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

4. Karena sebenarnya pembentukan sebuah peraturan perundang-undangan


ini diharapkan bermakna nilai-nilai ketuhanan yang mana bertujuan agar hukum
dapat dijalankan dengan baik dan seadil-adilnya. Ketika nilai-nilai Ketuhanan
tersebut ditegakkan, maka penegakan hukum akan berjalan baik. Jika aparat
penegak hukum menerapkan nilai religiositas, maka secara moral mereka akan
takut melakukan penyimpangan hukum. Jadi, maksud dari setiap kata “DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA” yang disertakan dalam kata peraturan
perundang-undangan itu bertujuan supaya mempunyai nilai nilai Ketuhanan
sehingga dapat terciptanya keadilan hukum, kemanfaatan hukum dan kepastian
hukum.

6. A. Perbedaan antara sosialiasi dan pengundangan dalam peraturan


perundang-undangan :

a) Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan dilaksanakan bertujuan agar


terciptanya aparatur dan masyarakat Kabupaten Natuna yang memahami
produk hukum nasional dan produk hukum daerah yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari serta untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran
hukum.
b) Pengundangan adalah penempatan Peraturan Perundang-undangan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran
Daerah, atau Berita Daerah. ( Pasal 1 angka 12 UU 12/2011) .
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan ialah “diterbitkannya
Lembaran Negara”, definisinya adalah ditempatkannya undang-undang itu di
dalam lembaran negara.

B. Dalam hal peraturan perundang-undangan yang ada penjelasannya,


maka pengundangannya ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia, meliputi :

1.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

2.Peraturan Pemerintah;

3.Peraturan Presiden mengenai:

- pengesahan perjanjian antara negara Republik Indonesia dan negara lain atau
badan internasional; dan

- pernyataan keadaan bahaya.

4.Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan Perundang-


undangan yang berlaku harus diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
7. Dalam mengatasi cacat produk hukum dalam peraturan perundang-
undangan. Terdapat lembaga review berupa judicial review dan legislative review,
berikut penjelasan dan contoh dari lembaga review tersebut :

a) Judicial Review merupakan proses pengujian peraturan perundang-


undangan yang lebih rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi yang dilakukan oleh lembaga peradilan. Dalam judicial review
hanya bertindak sebagai negative legislator. Dalam artian, lembaga
peradilan hanya bisa menyatakan isi norma atau keseluruhan norma dalam
peraturan perundang-undangan itu tidak memiliki kekuatan hukum mengikat
bila bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Jadi, tidak boleh menambah norma baru ke dalam peraturan perundang-
undangan yang di-judicial review.
Contohnya, dalam judicial review (pengujian) undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi (“MK”).
Sedangkan, pengujian peraturan perundang-undangan di bawah UU
terhadap UU dilakukan oleh Mahkamah Agung (“MA”).
b) Legislative Review merupakan suatu upaya lembaga legislatif atau
lembaga lain yang memiliki kewenangan legislasi untuk mengubah suatu
peraturan perundang-undangan.
Contohnya, pihak yang keberatan terhadap suatu undang-undang dapat
meminta legislative review ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan tentunya
pemerintah (dalam UUD 1945, pemerintah juga mempunyai kewenangan
membuat UU) untuk mengubah UU tertentu

8. Makna keberadaan Mahkamah Agung dan juga Mahkamah Konstitusi dalam


pengujian peraturan perundandang –undangan ialah sebagai lembaga yang
berwenang dalam judicial review. Berdasarkan Pasal 24A ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”) MA
berwenang, antara lain, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang. Kemudian pada Pasal 24C ayat (1) UUD 1945,
MK berwenang, antara lain, mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar. Selain itu, ketentuan ketentuan tersebut sudah diatur dalam Pasal 9 UU
12/2011, yang berbunyi:

a) Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya
dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi; dan
b) Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang
diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Agung.

Jadi, keberadaan dan makna dari MA dan MK itu penting dalam pengujian
peraturan perundang-undangan. Karena sudah diatur dalam Undang-undang
sebagai lembaga yang berwenang untuk menguji peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai