Garuda 959566
Garuda 959566
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
_________________________________________________________________
Fresh chicken is very sensitive of biologic danger. One of microbes which contaminate chicken is Salmonella.
The aims of this research are to find out the correlation between the seller’s hygiene and sanitation with
Salmonella contamination on fresh chicken in Banjaran and Trayeman traditional market at Tegal regency.
This research used cross sectional approach. Population taken in this research is all of the chicken seller in
Banjaran and Trayeman traditional market, while the sample are 30 sellers. The instruments used are
questionnaire, check list and laboratory experiment. Univariate and bivariate analysis was used in analyzing
the data.The result of this research is there is a correlation between the seller hygiene with Salmonella
contamination on fresh chicken (p value=0,045 and CC=0,386); there is correlation between sanitation and
Salmonella contamination on fresh chicken (p value=0,022 and CC=0,461). Sellers are suggested to prepare
clean water during selling activity and also apply correct way in washing hands. It is better for official health
department to give such a counseling for the seller to improve their knowledge about hygiene and sanitation.
Besides that, the department should intensively supervise the sellers in order to improve food’s safety quality.
9
Asmorowati Nugroho Aerita / Unnes Journal of Public Health 3 (4) (2014)
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan suatu hal mutlak bahan pangan akan menimbulkan masalah
yang perlu dijaga, bukan hanya menjadi kesehatan konsumen. Dari data statistik
tanggung jawab individu semata melainkan juga diketahui bahwa sekitar 90% penyakit yang
tanggung jawab bagi masyarakat maupun terjadi pada manusia mempunyai keterkaitan
pemerintah. Pemenuhan kebutuhan kesehatan dengan pangan. Penyakit semacam ini disebut
bisa didapat dari makanan. Makanan penyakit bawaan makanan atau foodborne disease
merupakan substansi yang dibutuhkan oleh (Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin,
tubuh dan memegang peranan yang penting 2009:322).
untuk kesehatan manusia, mengingat setiap saat Diketahui pada tahun 2008 Badan
dapat tejadi penyakit yang diakibatkan oleh Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah
makanan (Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul mencatat 197 kasus keracunan pangan diseluruh
Chayatin, 2009:322). Indonesia dengan 9.022 penderita, yang
Selain kaya akan zat gizi, makanan juga meliputi 8.943 orang sakit atau dirawat dan 79
harus bersih dan terbebas dari racun. Racun yang meninggal dunia. Ditinjau dari Kejadian
dapat berupa zat kimia yang berbahaya atau Luar Biasa (KLB) keracunan makanan
tidak berbahaya dalam jumlah kecil, tetapi disimpulkan bahwa 85 (43,15%) kasus belum
sangat beracun dalam jumlah besar. Dalam diketahui penyebabnya, 54 (27,41%) kasus
waktu singkat bahan beracun dalam makanan karena mikrobiologi, 37 (18,78%) kasus karena
tersebut mampu menimbulkan penyakit, bahan kimia dan 21 (10,66%) kasus tidak ada
terutama yang mengganggu saluran cerna sampel.
(Arisman, 2009:6). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Makanan bergizi dapat bersumber dari Kabupaten Tegal tahun 2012, tercatat kasus
bahan pangan tumbuhan maupun hewan. keracunan makanan yang terjadi pada 71 orang
Salah satunya adalah daging yang merupakan di 5 kecamatan. Kecamatan di wilayah
sumber hewani. Daging mengandung nilai gizi Kabupaten Tegal tersebut yaitu Bumijawa,
yang cukup kompleks. Nilai nutrisi daging Adiwerna, Margasari, Jatinegara dan
berhubungan dengan kandungan protein, Balapulang. Penyebab dari keracunan makanan
lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang adalah jamur, jajanan sekolah, ayam kecap dan
terdapat dalam daging (I.W Suardana dan hepatitis di kolam renang.
Swacita, 2009:35). Ada beberapa jenis bakteri yang sering
Kebutuhan daging di Indonesia menyebabkan keracunan, yaitu Salmonella,
mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar Escherichia coli, Listeria, Clostridium perfringens,
4.849 kg/kapita/tahun menjadi 5.110 Bacillus aureus, Staphylococcus aureus, dan
kg/kapita/tahun pada tahun 2011. Pada tahun Clostridium botulinum (P. Hariyadi dan Ratih,
2011 kebutuhan konsumsi daging masih di 2009:14). Menurut Standar Nasional Indonesia
dominasi dari sektor unggas, jumlah konsumsi (SNI) Nomor 32924 Tahun 2009, persyaratan
daging unggas ini meliputi daging ayam ras maksimum mutu mikrobiologi yaitu untuk Coli
pedaging (broiler) sebesar 3.650 form maksimum 1x10² dengan satuan cfu/g,
kg/kapita/tahun, daging ayam kampung 0.626 Staphylococcus aureus maksimum 1x10² dengan
kg/kapita/tahun, dan daging unggas lainnya satuan cfu/g, Salmonella negatif per 25 g,
sebesar 0.052 kg/kapita/tahun (Direktorat Escherichia coli maksimum 1x10¹ dengan satuan
Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, cfu/g, dan Campylobacter negatif per 25 g.
2011:112). Bakteri Salmonella sering mengontaminasi
Daging ayam rentan terhadap bahaya daging ayam, berperan sebagai infeksi pada
biologi yang merupakan benda hidup, manusia. Sebagian besar kasus disebabkan oleh
umumnya mikroba yang keberadaannya pada S. enteritidis dan S. typhimurium. Penularannya
10
Asmorowati Nugroho Aerita / Unnes Journal of Public Health 3 (4) (2014)
melalui konsumsi daging yang dimasak kurang Proses keamanan dan kelayakan daging
matang terutama unggas, daging sapi, babi, telur ayam harus dilakukan sedini mungkin. Karena
ayam yang terinfeksi melalui saluran telur, dan bahan pangan seperti daging ayam dapat
susu mentah (B.K. Mandal, 2008:144). tercemar oleh mikroorganisme sebelum dipanen
Salmonella merupakan bakteri yang cukup atau dipotong (pencemaran primer) dan sesudah
dikenal yaitu bakteri yang menyebabkan dipanen atau dipotong (pencemaran sekunder).
salmonellosis pada manusia. Salmonellosis Keamanan pangan (food safety) adalah hal yang
ditandai dengan sakit kepala secara mendadak, membuat produk pangan aman untuk dimakan
sakit perut, diare, mual, dan muntah disertai dan bebas dari faktor yang dapat menyebabkan
demam. Jika terjadi dalam waktu cukup lama, penyakit (P. Hariyadi dan Ratih, 2009:2). Salah
akan menyebabkan dehidrasi yang berbahaya satu aspek yang dapat mempengaruhi terjadinya
(P. Hariyadi dan Ratih, 2009:13). suatu kontaminasi oleh mikroorganisme yaitu
Berdasarkan hasil penelitian oleh higiene dan sanitasi.
Wardani Endang Setiowati (2011:71) selama Higiene pada pedagang sangat
bulan April-Juni di wilayah DKI Jakarta berpengaruh terhadap keamanan pangan, agar
terhadap 213 sampel daging ayam dan 83 bahan pangan tidak tercemar. Sedangkan
sampel hati ayam, hasil uji laboratorium sanitasi tempat penjualan dilakukan untuk
menunjukan 7,9 % daging ayam dan 14,4% hati pengendalian kondisi lingkungan sejak
ayam tercemar bakteri Salmonella. Kondisi ini penanganan bahan baku sampai proses
mencerminkan bahwa daging ayam dan hati distribusi (P. Hariyadi dan Ratih, 2009:70).
ayam yang beredar di pasar DKI Jakarta belum Dari hasil wawancara yang dilakukan
bebas dari bakteri Salmonella. oleh peneliti tanggal 4 Januari 2013 terhadap
Selain itu, hasil penelitian yang telah Bapak Sukiman dan Bapak Suprayoso yang
dilakukan oleh Kiki Dwi Restika (2012:2) dari merupakan pegawai kantor Pasar Banjaran dan
24 sampel daging ayam yang berada di 3 pasar Pasar Trayeman, yaitu untuk pedagang ayam di
tradisional di kota Tangerang Selatan (Pasar Pasar Banjaran terdapat 19 pedagang dan di
Jombang, Pasar Bukit, Pasar Modern) Pasar Trayeman 24 pedagang. Untuk proses
kemudian diuji keberadaan Salmonella penyembelihan hingga daging siap jual sebagian
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) penjual ada yang memprosesnya di rumah dan
Nomor 2897 Tahun 2008. Hasil pengujian ada yang diproses langsung di pasar.
laboratorium menunjukkan bahwa ditemukan
Salmonella pada daging ayam di setiap pasar METODE
dengan persentase Pasar Jombang 33,3% (1 dari
3 sampel), Pasar Bukit 18,2% (2 dari 11 sampel), Jenis penelitian ini adalah “survei
Pasar Modern 10% (1 dari 10 sampel) dan analitik”, menggunakan pendekatan cross
persentase total sebesar 16,7% (4 dari 24 sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan
sampel). dengan pengamatan dimana variabel sebab atau
Berdasarkan penelitian dari Eddy Sukma resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada
Winata (2011:17) pada 12 kabupaten atau kota obyek penelitian diukur atau dikumpulkan
di Provinsi Jawa Barat terhadap 24 sampel dalam waktu bersamaan (Soekidjo
daging sapi dan 36 sampel daging ayam. Hasil Notoatmodjo, 2005:145). Populasi dalam
pengujian laboratorium menunjukan bahwa penelitian ini adalah semua penjual daging
54,2% (13 dari 24 sampel) daging sapi dan ayam potong yang berada di Pasar Banjaran dan
66,7% (24 dari 36 sampel) daging ayam Pasar Trayeman sejumlah 43 pedagang, jumlah
tercemar Salmonella. Cemaran Salmonella lebih pedagang di Pasar Banjaran yaitu 19 pedagang,
banyak ditemukan pada daging ayam dan pada Pasar Trayeman 24 pedagang.
dibandingkan dengan daging sapi. Untuk mendapatkan sampel dalam
penelitian ini maka sampel penelitian
11
Asmorowati Nugroho Aerita / Unnes Journal of Public Health 3 (4) (2014)
ditentukan dengan teknik acak sederhana (simple akurat mengenai kondisi sanitasi lingkungan
random sampling). Instrumen penelitian adalah meliputi penggunaan air bersih, tempat sampah,
perangkat yang digunakan untuk mengungkap kebersihan peralatan serta higiene pedagang
data (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:48). meliputi praktek pengolahan, kebersihan
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tangan, kebersihan rambut, kebersihan pakaian
digunakan untuk mengetahui perilaku para dan kondisi kesehatan, serta uji laboratorium
responden dalam menjaga kebersihan dan dilakukan untuk mendeteksi kontaminasi
kesehatan diri responden secara lebih terperinci. Salmonella pada daging ayam potong. Uji
Lembar observasi untuk memperoleh data yang statistic yang digunakan adalah uji chi-square.
2. Baik 14 46,7
Jumlah 30 100
2. Baik 25 83,3
Jumlah 30 100
Hasil penelitian dilapangan mengenai pedagang) memiliki sanitasi yang baik. Subyek
sanitasi pedagang daging ayam potong, bahwa sanitasi yang diobservasi meliputi penyediaan
pedagang dengan sanitasi buruk sebanyak air bersih, penyediaan tempat sampah dan
16,7% (5 pedagang) dan sebanyak 83,3% (25 kebersihan peralatan.
12
Asmorowati Nugroho Aerita / Unnes Journal of Public Health 3 (4) (2014)
Jumlah 30 100
Hubungan Higiene Pedagang dengan Kontaminasi Salmonella pada Daging Ayam Potong
Tabel 4. Tabulasi Silang Higiene Pedagang dengan Kontaminasi Salmonella pada Daging Ayam
Potong
Kontaminasi Salmonella Total α p CC
Positif(+) Negatif(-) Value
Sanitasi ∑ % ∑ % ∑ %
Buruk 5 31,3 11 68,8 16 100 0,05 0,045 0,386
Baik 0 0 14 100 14 100
Total 5 16,7 25 83,3 30 100
13
Asmorowati Nugroho Aerita / Unnes Journal of Public Health 3 (4) (2014)
perpindahan mikroorganisme. Hal ini sesuai tidak menggunakan lap bersih setelah selesai
dengan data penelitian epidemiologis yang mencuci tangan.
menunjukan bahwa 5% dari jumlah penyakit Menurut H. A. Purnawijayanti (2011:42)
yang dilaporkan di Inggris dan Wales, 10% di bahwa dalam proses pencucian tangan perlu
New South Wales dan 20% di Amerika adanya langkah-langkah untuk menjamin
disebabkan karena bahan pangan yang kebersihan tangan diantaranya membasahi
terkontaminasi langsung oleh pekerja yang tangan dengan air mengalir dan menggunakan
menangani makanan (Siti Fathonah, 2005:11). sabun, menggosok tangan secara menyeluruh
Sumber lain menunjukan bahwa sekitar pada bagian meliputi punggung tangan, telapak
90% penyakit yang terjadi pada manusia tangan, sela-sela jari dan bagian dibawah kuku,
mempunyai keterkaitan dengan makanan. pembilasan dengan air mengalir dan melakukan
Sebanyak 25% penyebaran penyakit melalui pengeringan tangan dengan handuk atau alat
makanan diakibatkan oleh pekerja yang pengering.
menderita infeksi dan higiene perorangan yang Tangan yang kotor atau terkontaminasi
buruk. Kebersihan penjamah makanan dalam dapat memindahkan bakteri atau virus patogen
istilah populernya disebut higiene perorangan, dari tubuh, faeces atau sumber lain ke makanan
merupakan kunci kesuksesan dalam pengolahan (Siti Fathonah, 2005:13). Kebiasaan tangan
makanan yang aman dan sehat. Penjamah (hand habites) dari pekerja pengelola pangan
makanan harus mengikuti prosedur yang mempunyai andil yang besar dalam peluang
penting bagi pekerja pengolah makanan yaitu melakukan perpindahan kontaminasi dari
pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri manusia ke makanan.
(H. A. Purnawijayanti, 2001:41). Kebiasaan tangan ini dikaitkan dengan
Pencucian tangan merupakan salah satu pergerakan tangan yang tidak disadari seperti
faktor higiene yang ikut berpengaruh dengan menggaruk kulit, menggosok hidung, merapikan
terjadinya kontaminasi pada suatu makanan. rambut, menyentuh atau meraba pakaian dan
Hal ini didasarkan dari hasil penelitian bahwa hal lain yang serupa (BPOM, 2003:6). Oleh
pedagang kurang menjaga kebersihan tangan karena itu sebaiknya pedagang mencuci tangan
seperti masih adanya pedagang yang mengaku dengan sabun dan air bersih atau air mengalir
tidak memakai sabun ketika mencuci tangan baik setelah buang air kecil (BAK) maupun
sebanyak 50% atau 15 pedagang, dan kuku buang air besar (BAB), dan menggunakan tisue
pedagang dalam keadaan panjang dan tidak kering atau lap bersih untuk mengeringkannya
terjaga kebersihannya sebanyak 66,7% atau 20 sehingga resiko terjadinya kontaminasi
pedagang. Sebanyak 53,3% atau 16 pedagang Salmonella semakin kecil.
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa (2 sampel) positif Salmonella dan 92% (23
5 pedagang yang sanitasinya buruk, terdapat pedagang ) negatif Salmonella.
60% (3sampel) yang positif Salmonella dan 40% Analisis dari uji Fisher diperoleh nilai p
(2 sampel) yang negatif Salmonella. Sedangkan value 0,022 (p<0,05) yang berarti bahwa ada
25 pedagang yang sanitasinya baik, terdapat 8 % hubungan sanitasi dengan kontaminasi
14
Asmorowati Nugroho Aerita / Unnes Journal of Public Health 3 (4) (2014)
15
Asmorowati Nugroho Aerita / Unnes Journal of Public Health 3 (4) (2014)
16