Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM


PERSONAL PENDIDIK ISLAM : PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM , PROSES BELAJAR MENGAJAR , EVALUASI DALAM
PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :

1. MUHAMMAD RIFQI BADRUL AKMAL (2001020010)


2. REKA WIDIAWATI (2001020014)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METR0
T.P 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan terhadap Allah SWT atas nikmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang " Personal Pendidikan Islam : Pendidik Dalam
Pendidikan Islam, Proses Belajar Mengajar, Evaluasi Dalam Pendidikan Islam " Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Pendidikan Islam ”. Makalah ini dapat
diselesaikan atas bantuan beberapa pihak, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. . sebagai dosen mata kuliah ilmu pendidikan islam
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini kurang dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan kepada dosen demi
perbaiki dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak.

Metro , 24 maret 2021

REKA WIDIAWATI

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

1. BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................4
1.3 TUJUAN...................................................................................................................4

2. BAB II PEMBAHASAN

2.1. PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM............................5-6


2.2. PROSES BELAJAR MENGAJAR.....................................................................6-9
2.3 EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM..................................................9-10

3. BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN......................................................................................................11
3.2. SARAN..................................................................................................................11
3.3. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11-12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidik (Guru) merupakan salah satu hal terpenting dalam proses pendidikan.
Tugas guru sebagai pendidik merupakan hal yang sangat mulia di sisi Allah SWT dan
mendapatkan penghargaan yang tinggi. Tapi penghargaan yang tinggi tersebut diberikan
kepada guru yang bekerja secara tulus dan ikhlas dalam mengajar peserta didiknya, atau
bisa disebut juga guru tersebut bekerja secara professional.
Guru bukan hanya mengajarkan materi saja kepada anak didiknya. Tapi juga
membimbing mereka menjadi murid yang mempunyai akhlak mulia. Serta guru juga
menjadi motivator bagi peserta didiknya. Motivasi sangat diperlukan sebagai respon
terhadap tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Belajar senantiasa merupakan kegiatan yang berlangsung di dalam suatu proses dan
terarah ke pencapaian suatu tujuan. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara sempurna
maka membutuhkan hasil yang maksimal dari suatu proses pembelajaran.
Islam mengajarkan kepada seluruh pemeluknya untuk senantiasa mengevaluasi diri.
Bahkan sedemikian pentingnya, evaluasi terhadap diri sendiri harus dilakukan sebelum
benar-benar dievaluasi oleh Allah Swt.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan pendidik dalam perspektif pendidikan islam
2. Apa definisi dari belajar mengajar
3. Apa yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan Islam
1.3 TUJUAN

4
1. Untuk mengetahui tentang pendidik dalam perspektif pendidikan islam
2. Untuk mengetahui bagaimana cara belajar mengajar
3. Untuk mengetahui apa itu evaluasi dalam pendidikan Islam

BABII
PEMBAHASAN

2.1 PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
Dalam dunia pendidikan, sebutan guru dikenal sebagai pendidik dalam jabatan. Dalam
konteks pendidikan Islam guru adalah semua pihak yang berusaha memperbaiki orang
lain secara Islami. Mereka ini bisa orang tua (ayah-ibu), paman, kakak, tetangga,
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat luas. Khusus orang tua, Islam
memberikan perhatian penting terhadap keduanya sebagai pendidik pertama dan utama
bagi anak-anaknya, sertasebagai peletak fondasi yang kokoh bagi pendidikan anak-
anaknya di masa depan. Banyak dalil naqli yang menunjukkan hal ini, misalnya sabda
Rasulullah SAW :
‫ال‬BB‫ال ق‬BB‫ه ق‬BB‫فأبواه يهودانه أو ينصرانه أويمجسانه يولد على الفطرة وسلم كل مولود عن أبي هريرة رضي اﷲ عن‬
‫رسول اﷲ‬
...‫رواه البخاري‬

‘Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanya yang menjadikan mereka
beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Bukhari).’

1. Kedudukan Guru

Kedudukan guru dalam Islam sangat istimewa. Banyak dalil naqli


yang menunjukkan hal tersebut. Misalnya Hadits yang diriwayatkan
Abi Umamah berikut :

“Sesungguhnya Allah, para malaikat, dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi,
sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar, semuanya bersalawat kepada
mu’allim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (HR. Tirmidzi).”

Tingginya kedudukan guru dalam Islam, menurut Ahmad Tafsir, tak bisa
dilepaskan dari pandangan bahwa semua ilmu pengetahuan
bersumber pada Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Baqarah ayat 32: :
“Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui (lagi) Maha Bijaksana.”

Karena ilmu berasal dari Allah, maka guru pertama adalah Allah. Pandangan
demikian melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu

5
itu tidak terpisah dari Allah, ilmu tidak terpisah dari guru. Dengan demikian,
kedudukan guru amat tinggi dalam Islam. Alasan lain
mengapa guru mendapat kedudukan mulia dalam Islam adalah terkait dengan kewajiban
menuntut ilmu bagi setiap muslim. Proses menuntut ilmu berlangsung di bawah
bimbingan guru. Tanpa guru, sulit rasanya peserta didik bisa memperoleh ilmu secara
baik dan benar. Itulah sebabnya, kedudukan guru sangat istimewa dalam Islam. Bahkan
dalam tradisi tasawuf/tarekat, dikenal ungpan, “siapa yang belajar tanpa guru, maka
gurunya adalah setan”.

Al-Ghazali menggambarkan kedudukan guru agama sebagai berikut: ” Makhluk


di atas bumi yang paling utama adalah manusia, bagian manusia yang paling utama
adalah hatinya. Seorang guru sibuk menyempurnakan, memperbaiki, membersihkan dan
mengarahkannya agar dekat kepada Allah azza wajalla. Maka mengajarkan ilmu
merupakan ibadah dan merupakan pemenuhan tugas dengan khalifah Allah. Bahkan
merupakan tugas kekhalifahan Allah yang paling utama. Sebab Allah telah membukakan
untuk hati seorang alim suatu pengetahuan, sifat-Nya yang paling istimewa. Ia bagaikan
gudang bagi benda-benda yang paling berharga. Kemudian ia diberi izin untuk
memberikan kepada orang yang membutuhkan. Maka derajat mana yang lebih tinggi
dari seorang hamba yang menjadi perantara antara Tuhan dengan makhluk-Nya daam
mendekatkan mereka kepada Allah dan menggiring mereka menuju surga tempat
peristirahatan abadi.
Kedudukan guru yang istimewa, ternyata berimbang dengan tugas dan
tanggungjawabnya yang tidak ringan. Seorang guru agama bukan hanya sekedar sebagai
tenaga pengajar, tetapi sekaligus sebagai pendidik. Dengan kedudukan sebagai pendidik, guru
berkewajiban untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu mengembangkan seluruh
potensi peserta didik agar menjadi muslim sempurna.
2. Sifat-sifat guru
Sifat-Sifat Guru Mengingat beratnya tugas dan tanggungjawab guru dalam Islam,
tidak semua muslim bisa menjadi guru. Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi.
Beberapa ahli pendidikan Islam telah merumuskan syarat-syarat yang harus dipenuhi guru,
terutama dari aspek kepribadian. Salah satunya Al-Gazâlî menyebut beberapa sifat yang
harus dipenuhi guru, yaitu : (a) kasih sayang dan lemah lembut; (b) tidak mengharap upah,
pujian, ucapan terima kasih atau balas jasa ; (c) jujur dan terpercaya bagi murid-muridnya;
(d) membimbing dengan kasih sayang, tidak dengan marah ; (e) luhur budi dan toleransi; (f)
tidak merendahkan ilmu lain di luar spesialisasinya; (g) memperhatikan perbedaan individu;
dan (h) konsisten.

2.2 PROSES BELAJAR MENGAJAR

Kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses interaksi yang bersifat edukasi
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Belajar merupakan suatu sistem yang termuat
dalam proses pembelajaran, dan pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling
berinteraksi satu sama lain, yang terdiri dari: guru, siswa, tujuan, materi, media, metode, dan
evaluasi. Komponen-komponen pembelajaran adalah seluruh aspek yang saling
membutuhkan.

6
Pembelajaran tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya komponen
pembelajaran, dan komponen pembelajaran memiliki hubungan yang erat satu sama lain
tanpa dapat dipisahkan. Dengan demikian, seluruh komponen haruslah digunakan dalam
proses pembelajaran. Apabila salah satu komponen tidak digunakan, maka pembelajaran
tidak akan efektif.
1. Definisi Mengajar dan Belajar

 Definisi Mengajar
Menurut Ramayulis seperti yang dikutipnya dari M. Arifin, mengajar sebagai suatu
kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada pelajar agar dapat menerima, menggapai,
menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Informasi yang disampaikan oleh seorang pengajar dalam konteks pengajaran adalah
pengetahuan tertentu yang di transfer kepada para pelajar sehingga membantu membawa atau
mengantarkan mereka baik secara individu maupun secara kelompok kepada tingkat
perkembangan kepribadian yang lebih tinggi dari apa yang dimilki sebelumnya. Islam
mengajarkan bahwa dalam menyampaikan pelajaran, seorang pengajar tidak mendorong
pelajarnya untuk mempelajari sesuatu diluar kemampuannya. Atau dengan kata lain bahwa
dalam proses belajar mengajar pengajar harus memperhatikan keadaan pelajar, tingkat
pertumbuhan dan perbedaan perorangan yang terdapat diantara mereka.
Dalam surat Al-Rahman ayat 1-4 Allah berfirman: “Allah yang Maha pengasih, yang
telah mengajarkan Al-Qur‟an, dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.”
Departemen Agama RI Al-Qur‟an terjemah perkata (2009:531) Ayat ini menjelaskan, bahwa
Allah mengajarkan Al-Qur‟an dan AlBayan kepada manusia. Perbincangan pengajaran
tersebut di mulai dengan namaNya Al-Rahman yang menggambarkan kasih sayang, tidak
dimulai dengan nama lain terutama yang menggambarkan kekuasaan-Nya yang mutlak
seperti AlMutakabbir, Al-Qahhar, dan Al-Jabbar. Hal ini bermakna, bahwa mengajarkan itu
mempunyai prinsip kasih sayang. Mengajarkan mesti dimaknai sebagai perwujudan kasih
sayang, karena kita menyayangi peserta didik maka kita melaksanakan kegiatan mengajar.
Prinsip kasih sayang ini akan melahirkan prinsip-prinsip mengajar yang lain, yaitu ikhlas,
demokrasi, kelembutan dan tenggang rasa terhadap anak didik.

Sehubungan dengan keutamaan belajar, ditemukan salah satu hadist yang dikutip oleh
Bukhari Umar. “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, apabila
manusia telah meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang mendoakan (orangtuanya).” (HR. Muslim,
Ahmad, An-Nasa‟i, At-Tirmizi, dan Al-Baihaqi). Dalam hadist diatas terdapat informasi
bahwa ada tiga hal yang selalu diberi pahala oleh Allah pada seseorang, kendati pun ia sudah
meninggal dunia. Tiga hal itu yaitu pertama, sedekah jariah (wakaf yang lama kegunaannya),
kedua, ilmu yang bermanfaat, dan ketiga, doa yang dimohonkan oleh anak yang shaleh untuk
orang tuanya. Sehubungan dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu
yang diajarkan oleh seseorang alim kepada orang lain dan tulisan yang dapat bermanfaat bagi
orang lain.

 Definisi Belajar
Belajar menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disadari atau
disengaja. Di dalam memaparkan definisi belajar ini, akan dikemukakan beberapa defmisi
belajar baik yang belasal dari daerah Anglo Saksis terutama Amerika Serikat dan definisi
yang berasal dari Eropa Barat sebagaimana Sumadi Suryabrata dalam buku Psikologi

7
Pendidikan telah mengutipnya dan untuk melengkapinya akan dipaparkan pula definisi dari
dunia Islam.
1. Definisi belajar dari daerah Anglo Saksis terutama Amerika Serikat ada empat yaitu

a. Learning is shown by a change in behavior as a results of experience (Cronbach,


1954, p. 47)
b. Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to
follow direction. (Spears, 1955, p. 94)
c. Learing is a change in performance as a result of practice ( dalam Skinner, 1958, p.
109)
d. Learning is the process by which an activity originates or is chaged training
procedures (whether ini the laboratory or in training or in the natural invironment) as
distinguished from change by factors not attributabel to training (Hilgard, 1948, p. 4)'
Definisi a dan c menunjukkan bahwa belajar itu membawa perubahan tingkah
laku. Kedua definisi ini belum menunjukkan bagaimana proses belajar itu, tetapi menitik
beratkan pada hasil dari belajar yaitu adanya perubahan dalam tingkah laku implisit di
dalamnya penambahan pengetahuan dan ketrampilan.
Definisi b dan d memaparkan tentang proses belajar yaitu suatu aktifitas berupa
mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sendiri, mendengarkan dan mengikuti
instruksi dan ia juga merupakan proses dengan suatu aktivitas yang terorganisir atau
pelatihan yang terorganisir. Dengan demikian keempat definisi tersebut saling melengkap
2. Definisi Belajar dari Eropa Barat " Learn" ist kenntnisserwerb durch wiedurholte
Darbeitungen, yang dalam arti luasnya juga meliputi; der Ansignung neur Fertigkinten
durch Wiederholung die Rede (Stern, 1950, p. 313)8 Definisi ini lebih menekankan pada
usaha sadar yang dilakukan untuk mendapat perubahan di dalam diri.
3. Definisi Belajar dari dunia Islam Rasulullah saw. sebagai guru pertaina dalam pendidikan
Islam secara eksplisit dengan sebuah kalimat yang singkat tapi penuh dengan makna
(jawami at kalim} mendeskripsikan belajar sebagai ‫(طلب ا لعلم‬menuntut ilmu); yaitu usaha
sadar (baca menuntut) untuk mendapatkan ilmu. Wujud belajar adalah al Qira'ah
(membaca) , mendengar, mercnungkan, mengamalkan dan menyampaikan.11 Adapun
tujuan belajar adalah terwujudnya perilaku yang mulia, menghilangkan kebodohan dalam
setiap aspek ( baca: mendapatkan ilmu), mendapatkan hal-hal yang bermanfaat untuk
hidup dan kehidupannya baik itu yang bersifat duniawi maupun ukhrowi, dan mcmiliki
skill untuk ma'isyahnya (baca : untuk kerja)
2. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar
Pendekatan PBM yang terdapat dalam kurikulum ada lima yaitu:
a. Pendekatan pengalaman, yaitu memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa
dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
b. Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
c. Pendekatan emosional, yaitu usaha untuk meiiggugah perasaan dan emosi siswa
dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya.
d. Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio (akal) dalam
memahami dan menerima kebenaran ajaran agamanya. e. Pendekatan fungsional,
yaitu usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan kepada segi

8
kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya.

Adapun pendekatan pendidikan budi pekerti ada lima yaitu :


a. Pendekatan Penanaman Nilai (incubation Approach) Pendekatan ini mengusahakan
agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan
bertanggungjawab atas keputusan yang diambil melalui tahapan: mengenal pilihan,
menilai pilihan, menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan
sendiri.
b. Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive moral development approach]
Pendekatan ini menekankan pada berbagai tingkatan dari pemikiran moral.
c. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) Pendekatan ini menekankan agar
peserta didik dapat menggunakan kemampuan berpikir logis dan ilmiah dalam
menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu.
d. Pendekatan klarifikasi nilai (value clarification approach) Pendekatan ini bertujuan
untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai yang lain.
e. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) Pendekatan ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti pada pendekatan analisis
dan klarifikasi nilai.
Konsep Pola Dasar Mengajar Pola Dasar Mengajar terdapat bebrapa langkah yaitu:
a. langkah pokok yang harus ditempuh oleh guru dalam proses pembelajaran. Ada empat
pola yang disajikan dalam tulisan ini, yaitu :
1. Pola Mengajar Formal Pola ini dikembangkan oleh J. Herbart yang dilandasi
oleh teori belaj ar asosiasi. Pola mengajar ini terdiri atas lima langkah sebagai
berikut: l.Persiapan (preparation). Pada langkah ini guru berusaha
mengungkapkan kembali bahan apersepsi (materi pelajaran yang tersimpan di
dalam ingatan siswa).
2. Penyajian (presentation). Guru menyajikan bahan baru kepada kelas berupa
bahan pokok dllengkapi dengan contoh dan ilustrasi.
3. Asosiasi dan perbandingan (association and comparation). Guru
menghubungkan bahan yang terkait, baik dengan materi pelajaran lainnya
maupun dengan hal-hal yang praktis di masyarakat.
4. Kesimpulan (generalization). Bersama para siswa guru mengambil
kesimpulankesimpulan berrdasarkan bahan pelajaran yang baru disajikan. Tuj
uannya untuk menentukan geralisasi konsep dan prinsip yang telah disajikan.
5. Penerapan (application). Pada langkah ini guru memberikan tugas kepada
para siswa. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
pelajaran yang baru saja disampaikan

5. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran:


1. Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu
2. Dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan.
3. Dalam konsep interaksional, guru berperan sebagai mitra belajar.
4. Dalam konsep pendidikan pribadi, guru berperan sebagai pengarah, pendorong dan
pembimbing.

9
Keempat peran di atas semuanya harus diperankan oleh guru PAI, yaitu berperan sebagai
penerus dan penyampai ilmu Agama Islam (mubalUgh), pelatih kemampuan keagamaan
peserta didik, mitra belajar PAI peserta didik serta berperan sebagai pembimbing, pengarah
dan pendorong peserrta didik agar mereka belajar dan mengamalkan Agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Selain keempat peran tersebut ada satu peran yang memiliki peran
urgen untuk kesuksesan pembelajaran PAI yaitu peran manager; yaitu sebagai manager
dalam proses pembalajaran PAI, Guru merencanakan pembelajaran PAI, melaksanakan
program pembelajaran PAI bersama peserta didik, mencari data-data berkaitan dengan
pelaksanaan program dan mengevaluasi.

2.3. EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Menurut Al-wahab Menyatakan bahwa evaluasi atau tagwim adalah sekumpulan kegiatan
kegiatan-kegiatan pendidikan yang menentukan atas suatu perkaraumtuk mengetahui
tercaapinya tujuan akhir pendidikan dan pengajaran sesuai dengan program-program
pelajaran ya g beraneka ragam.
Dalam pendidikan islam, evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem
pendidikan yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat
untukmengukur keberhasilan atau target yang dicapai dalam proses pendidikan islam dan
proses pembelajaran.
Pengertian evaluasi secara harfiah berarti evaluation ( inggris).al-taqdiir(arab) ,penilaian
(indonesia). Dengan demikian secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Menurut istilah maka evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses enentuan nilai
pendidikan, sehinggdapat diketahui mutu dan hasilnya.
1. Tujuan evaluasi perspektif al-qu’an
Agar mahasiwa ataupun siswa tidak akan melakukan kegiatan /suatu pekerjaaaan
yang sia-sia sebab segala yang dilakukan olehnya biak berpikir, merasa, meupun bertindak
harus membawa kebaikan sehingga kualotas da kapsitasnya meningkat.
sistem evaluasi pendidikan islam harus mengacu pada sistem evalluasi yang telah
digariskan oleh allah swt. dalam al-qu’an sebagaimanan telah dilakukan oleh rasulullah SAW
dalam proses pembinaan islamiyah. secara umum system evaluasi pendidikan islam
sebagaimana implikasi pedagogik al-qu’an dan as-sunnah, adalah sebagai berikut:
a. untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai problem
kehidupan yang dihadapinya. Q.s Al-baqarah 2:155
“ artinya: tatkala keduanya telah berserah diri dan ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipisnya, ( nyatalah kesabran keduanya). dan kami panggilah dia : “ hai
ibrahim. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu ( 1284 ) sesumgguhya
demiikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
sesugguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan kami tebus anak it dengan
seekor sembelihan yang besar.”
b. untuk mengukur daya kogisi hafalan dan pelajaran yang telaah diberikan kepadanya,
seperti evaluasi allah Swt terhadap nabi adam a.s dalam Q.S al-baqarah 2 : 31

10
artinya :” dan dia mengajarkan kepada adam nama-nama benda seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman :” sebutkanlah kepada-Ku
nama-nama benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”.
c. memberika semacam tabsyir ( berita gembira ) bagi yang beraktifitas baik dengan
memberikan pahala dan bagi yang beraktifitas buruk diberikan siksa. Q.s. Al-zalzalah
99:7-8.
artinya : “ barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberaat dzarah, niscaya dia akan
melihat balasannya. dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah
niscaraya dia akan melihat balsannya pula”.

2. Objek Evaluasi Pendidikan Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang
umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek
tertentu yang terdapat pada peserta didik. Evaluasi pendidikan Islam dapat di
lakukan dengan dua cara yaitu: (1) evaluasi diri sendiri; (2) evaluasi terhadap
orang lain (peserta didik). Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan
mengadakan intropeksi atau perhitungan terhadap diri sendiri.
3. Manfaat Evaluasi
1. Manfaat bagi siswa
a. Siswa dapat mengetahui hasil evaluasi memuaskan atau tidak memuaskan.
b. Siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran
yang diberikan oleh guru.
2. Manfaat bagi guru.
a. Guru akan mengetahui siswasiswa mana yang sudah menguasai bahan
pelajarannya.
b. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi
siswa.
c. Guru akan mengetahui apakah metode yang diberikan sudah tepat atau
belum.
3. Manfaat Bagi sekolah
a. Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi belajar yang dilangsungkan di
sekolah.
b. Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah, sebagai bahan
pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
c. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah
memenuhi standart atau belum. Pemenuhan standart akan terlihat dari
bagusnya angkaangka yang diperoleh.

3.1 KESIMPULAN
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
Dalam dunia pendidikan, sebutan guru dikenal sebagai pendidik dalam
jabatan. Dalam konteks pendidikan Islam guru adalah semua pihak
yang berusaha memperbaiki orang lain secara Islami. Mereka ini bisa
orang tua (ayah-ibu), paman, kakak, tetangga, tokoh agama,
tokoh masyarakat, dan masyarakat luas. Khusus orang tua, Islam
memberikan perhatian penting terhadap keduanya sebagai pendidik
pertama dan utama bagi anak-anaknya,
 Kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses interaksi yang bersifat
edukasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Belajar merupakan
11
suatu sistem yang termuat dalam proses pembelajaran, dan pembelajaran
terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain,
yang terdiri dari: guru, siswa, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi.
Komponen-komponen pembelajaran adalah seluruh aspek yang saling
membutuhkan.
 Pengertian evaluasi secara harfiah berarti evaluation ( inggris).al-
taqdiir(arab) ,penilaian (indonesia). Dengan demikian secara harfiah dapat
diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Menurut
istilah maka evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses enentuan
nilai pendidikan, sehinggdapat diketahui mutu dan hasilnya.

3.2 SARAN
 Saya sebagai penulis menyarankan bahwa penting nya adanya pendidikan
islam bagi para calon calon pendidik generasi bangsa kita selanjutnya
katena untuk membentuk pondasi pondasi bangsa yang kuat dan kokoh
perlunya ada iman dan ketakwaan yang tebal maka dari itu kita perlu
tenaga tenaga pendidik yang benar benar tau cara belajar mengajar secara
islam

3.3 DAFTAR PUSTAKA

Athiyah, M. Al-Abrasyi, terjemah, Gani Bustami, A, dan Bahri Johan, Dasardasar pokok Pendidikan
Islam, Jakarta. 1984.

Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, Jakarta, 2012.

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah Per-kata, 2009. TYPE HIJAZ. Muhammad Muchlis Solichin,
Jurnal Tadris, Volume I. No 2 2006.

M. Yusuf Kadar, Tafsir Tarbawi, Pesan-pesan Al-Qur‟an tentang pendidikan, Jakarta. 2013.

Nata Abuddin, Pemikiran Para Tokoh pendidikan Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2000

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia Jakarta, 1998.

Soemanto Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Pt Rineka Cipta, 1998.

Tim Redaksi B. Indursia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa. 2008.

12
13

Anda mungkin juga menyukai