Makalah Ilmu Pendidikan Islam
Makalah Ilmu Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan terhadap Allah SWT atas nikmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang " Personal Pendidikan Islam : Pendidik Dalam
Pendidikan Islam, Proses Belajar Mengajar, Evaluasi Dalam Pendidikan Islam " Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Pendidikan Islam ”. Makalah ini dapat
diselesaikan atas bantuan beberapa pihak, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. . sebagai dosen mata kuliah ilmu pendidikan islam
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini kurang dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan kepada dosen demi
perbaiki dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak.
REKA WIDIAWATI
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
1. BAB I PENDAHULUAN
2. BAB II PEMBAHASAN
3.1. KESIMPULAN......................................................................................................11
3.2. SARAN..................................................................................................................11
3.3. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11-12
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1. Untuk mengetahui tentang pendidik dalam perspektif pendidikan islam
2. Untuk mengetahui bagaimana cara belajar mengajar
3. Untuk mengetahui apa itu evaluasi dalam pendidikan Islam
BABII
PEMBAHASAN
‘Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanya yang menjadikan mereka
beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Bukhari).’
1. Kedudukan Guru
“Sesungguhnya Allah, para malaikat, dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi,
sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar, semuanya bersalawat kepada
mu’allim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (HR. Tirmidzi).”
Tingginya kedudukan guru dalam Islam, menurut Ahmad Tafsir, tak bisa
dilepaskan dari pandangan bahwa semua ilmu pengetahuan
bersumber pada Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Baqarah ayat 32: :
“Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui (lagi) Maha Bijaksana.”
Karena ilmu berasal dari Allah, maka guru pertama adalah Allah. Pandangan
demikian melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu
5
itu tidak terpisah dari Allah, ilmu tidak terpisah dari guru. Dengan demikian,
kedudukan guru amat tinggi dalam Islam. Alasan lain
mengapa guru mendapat kedudukan mulia dalam Islam adalah terkait dengan kewajiban
menuntut ilmu bagi setiap muslim. Proses menuntut ilmu berlangsung di bawah
bimbingan guru. Tanpa guru, sulit rasanya peserta didik bisa memperoleh ilmu secara
baik dan benar. Itulah sebabnya, kedudukan guru sangat istimewa dalam Islam. Bahkan
dalam tradisi tasawuf/tarekat, dikenal ungpan, “siapa yang belajar tanpa guru, maka
gurunya adalah setan”.
Kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses interaksi yang bersifat edukasi
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Belajar merupakan suatu sistem yang termuat
dalam proses pembelajaran, dan pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling
berinteraksi satu sama lain, yang terdiri dari: guru, siswa, tujuan, materi, media, metode, dan
evaluasi. Komponen-komponen pembelajaran adalah seluruh aspek yang saling
membutuhkan.
6
Pembelajaran tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya komponen
pembelajaran, dan komponen pembelajaran memiliki hubungan yang erat satu sama lain
tanpa dapat dipisahkan. Dengan demikian, seluruh komponen haruslah digunakan dalam
proses pembelajaran. Apabila salah satu komponen tidak digunakan, maka pembelajaran
tidak akan efektif.
1. Definisi Mengajar dan Belajar
Definisi Mengajar
Menurut Ramayulis seperti yang dikutipnya dari M. Arifin, mengajar sebagai suatu
kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada pelajar agar dapat menerima, menggapai,
menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Informasi yang disampaikan oleh seorang pengajar dalam konteks pengajaran adalah
pengetahuan tertentu yang di transfer kepada para pelajar sehingga membantu membawa atau
mengantarkan mereka baik secara individu maupun secara kelompok kepada tingkat
perkembangan kepribadian yang lebih tinggi dari apa yang dimilki sebelumnya. Islam
mengajarkan bahwa dalam menyampaikan pelajaran, seorang pengajar tidak mendorong
pelajarnya untuk mempelajari sesuatu diluar kemampuannya. Atau dengan kata lain bahwa
dalam proses belajar mengajar pengajar harus memperhatikan keadaan pelajar, tingkat
pertumbuhan dan perbedaan perorangan yang terdapat diantara mereka.
Dalam surat Al-Rahman ayat 1-4 Allah berfirman: “Allah yang Maha pengasih, yang
telah mengajarkan Al-Qur‟an, dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.”
Departemen Agama RI Al-Qur‟an terjemah perkata (2009:531) Ayat ini menjelaskan, bahwa
Allah mengajarkan Al-Qur‟an dan AlBayan kepada manusia. Perbincangan pengajaran
tersebut di mulai dengan namaNya Al-Rahman yang menggambarkan kasih sayang, tidak
dimulai dengan nama lain terutama yang menggambarkan kekuasaan-Nya yang mutlak
seperti AlMutakabbir, Al-Qahhar, dan Al-Jabbar. Hal ini bermakna, bahwa mengajarkan itu
mempunyai prinsip kasih sayang. Mengajarkan mesti dimaknai sebagai perwujudan kasih
sayang, karena kita menyayangi peserta didik maka kita melaksanakan kegiatan mengajar.
Prinsip kasih sayang ini akan melahirkan prinsip-prinsip mengajar yang lain, yaitu ikhlas,
demokrasi, kelembutan dan tenggang rasa terhadap anak didik.
Sehubungan dengan keutamaan belajar, ditemukan salah satu hadist yang dikutip oleh
Bukhari Umar. “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, apabila
manusia telah meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang mendoakan (orangtuanya).” (HR. Muslim,
Ahmad, An-Nasa‟i, At-Tirmizi, dan Al-Baihaqi). Dalam hadist diatas terdapat informasi
bahwa ada tiga hal yang selalu diberi pahala oleh Allah pada seseorang, kendati pun ia sudah
meninggal dunia. Tiga hal itu yaitu pertama, sedekah jariah (wakaf yang lama kegunaannya),
kedua, ilmu yang bermanfaat, dan ketiga, doa yang dimohonkan oleh anak yang shaleh untuk
orang tuanya. Sehubungan dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu
yang diajarkan oleh seseorang alim kepada orang lain dan tulisan yang dapat bermanfaat bagi
orang lain.
Definisi Belajar
Belajar menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disadari atau
disengaja. Di dalam memaparkan definisi belajar ini, akan dikemukakan beberapa defmisi
belajar baik yang belasal dari daerah Anglo Saksis terutama Amerika Serikat dan definisi
yang berasal dari Eropa Barat sebagaimana Sumadi Suryabrata dalam buku Psikologi
7
Pendidikan telah mengutipnya dan untuk melengkapinya akan dipaparkan pula definisi dari
dunia Islam.
1. Definisi belajar dari daerah Anglo Saksis terutama Amerika Serikat ada empat yaitu
8
kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
9
Keempat peran di atas semuanya harus diperankan oleh guru PAI, yaitu berperan sebagai
penerus dan penyampai ilmu Agama Islam (mubalUgh), pelatih kemampuan keagamaan
peserta didik, mitra belajar PAI peserta didik serta berperan sebagai pembimbing, pengarah
dan pendorong peserrta didik agar mereka belajar dan mengamalkan Agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Selain keempat peran tersebut ada satu peran yang memiliki peran
urgen untuk kesuksesan pembelajaran PAI yaitu peran manager; yaitu sebagai manager
dalam proses pembalajaran PAI, Guru merencanakan pembelajaran PAI, melaksanakan
program pembelajaran PAI bersama peserta didik, mencari data-data berkaitan dengan
pelaksanaan program dan mengevaluasi.
10
artinya :” dan dia mengajarkan kepada adam nama-nama benda seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman :” sebutkanlah kepada-Ku
nama-nama benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”.
c. memberika semacam tabsyir ( berita gembira ) bagi yang beraktifitas baik dengan
memberikan pahala dan bagi yang beraktifitas buruk diberikan siksa. Q.s. Al-zalzalah
99:7-8.
artinya : “ barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberaat dzarah, niscaya dia akan
melihat balasannya. dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah
niscaraya dia akan melihat balsannya pula”.
2. Objek Evaluasi Pendidikan Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang
umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek
tertentu yang terdapat pada peserta didik. Evaluasi pendidikan Islam dapat di
lakukan dengan dua cara yaitu: (1) evaluasi diri sendiri; (2) evaluasi terhadap
orang lain (peserta didik). Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan
mengadakan intropeksi atau perhitungan terhadap diri sendiri.
3. Manfaat Evaluasi
1. Manfaat bagi siswa
a. Siswa dapat mengetahui hasil evaluasi memuaskan atau tidak memuaskan.
b. Siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran
yang diberikan oleh guru.
2. Manfaat bagi guru.
a. Guru akan mengetahui siswasiswa mana yang sudah menguasai bahan
pelajarannya.
b. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi
siswa.
c. Guru akan mengetahui apakah metode yang diberikan sudah tepat atau
belum.
3. Manfaat Bagi sekolah
a. Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi belajar yang dilangsungkan di
sekolah.
b. Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah, sebagai bahan
pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
c. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah
memenuhi standart atau belum. Pemenuhan standart akan terlihat dari
bagusnya angkaangka yang diperoleh.
3.1 KESIMPULAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
Dalam dunia pendidikan, sebutan guru dikenal sebagai pendidik dalam
jabatan. Dalam konteks pendidikan Islam guru adalah semua pihak
yang berusaha memperbaiki orang lain secara Islami. Mereka ini bisa
orang tua (ayah-ibu), paman, kakak, tetangga, tokoh agama,
tokoh masyarakat, dan masyarakat luas. Khusus orang tua, Islam
memberikan perhatian penting terhadap keduanya sebagai pendidik
pertama dan utama bagi anak-anaknya,
Kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses interaksi yang bersifat
edukasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Belajar merupakan
11
suatu sistem yang termuat dalam proses pembelajaran, dan pembelajaran
terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain,
yang terdiri dari: guru, siswa, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi.
Komponen-komponen pembelajaran adalah seluruh aspek yang saling
membutuhkan.
Pengertian evaluasi secara harfiah berarti evaluation ( inggris).al-
taqdiir(arab) ,penilaian (indonesia). Dengan demikian secara harfiah dapat
diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Menurut
istilah maka evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses enentuan
nilai pendidikan, sehinggdapat diketahui mutu dan hasilnya.
3.2 SARAN
Saya sebagai penulis menyarankan bahwa penting nya adanya pendidikan
islam bagi para calon calon pendidik generasi bangsa kita selanjutnya
katena untuk membentuk pondasi pondasi bangsa yang kuat dan kokoh
perlunya ada iman dan ketakwaan yang tebal maka dari itu kita perlu
tenaga tenaga pendidik yang benar benar tau cara belajar mengajar secara
islam
Athiyah, M. Al-Abrasyi, terjemah, Gani Bustami, A, dan Bahri Johan, Dasardasar pokok Pendidikan
Islam, Jakarta. 1984.
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah Per-kata, 2009. TYPE HIJAZ. Muhammad Muchlis Solichin,
Jurnal Tadris, Volume I. No 2 2006.
M. Yusuf Kadar, Tafsir Tarbawi, Pesan-pesan Al-Qur‟an tentang pendidikan, Jakarta. 2013.
Nata Abuddin, Pemikiran Para Tokoh pendidikan Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2000
Tim Redaksi B. Indursia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa. 2008.
12
13