Anda di halaman 1dari 16

POLEMIK TAKLID DALAM TAREKAT DAN PEMBARUANNYA

Oleh : Teviani Suanty Fadilla (E97217044)

Pendahuluan

Tasawuf merupakan cabang disiplin ilmu keislaman yang berkembang pesat pada abad ke-13. Tasawuf
bertujuan untuk memperbaiki dan memperteguh jiwa masyarakat yang mulai rapuh yang disebabkan oleh
peperangan yang dilakukan oleh Bangsa Mongol sehingga pada masa itu hilangnya rasa percaya diri
terhadap agama yang dianut masyarakat. Kemudian tasawuf membentuk lembaga - lembaga seperti tarekat
yang berkaitan dengan khurafat, perdukunan, klenik ataupun pemujaan tokoh - tokoh tarekat yang sudah
meninggal. Tasawuf juga dituduh sebagai penyebab kejumudan bahkan kemunduran pada umat Islam. 1
Seiring dengan munculnya tarekat, amalan - amalan didalamnya menjadi sorotan dan menimbulkan
kontroversi yang menyebabkan pertikaian antara kaum sufi dan para pengkritiknya. Para pengkritik
menyebutkan bahwa amalan - amalan tasawuf telah menyeleweng dari ajaran tauhid dan syariat.
Amalan tersebut yang diperlihatkan oleh para sufi cenderung menjadi gerakan yang khusus atau rahasia
yang menjurus kepada panteisme yang dapat diartikan musyrik dan berbagai penyimpangan moral dan
sosial dalam tarekat. Selanjutnya munculah sufisme baru yang diusung oleh Fazlur Rahman yang biasa
disebut dengan istilah neo-sufisme yang menimbulkan rasa optimisme terhadap tasawuf dan tarekat. 2 neo-
sufisme adalah sufisme yang sudah terotak atik dan bukan merupakan “barang baru” tetapi hanya
mengganti ajaran - ajaran yang dianggap menyimpang oleh kaum pembaru dalam sufisme lama.
Ajaran sufisme baru juga tidak seluruhnya meninggalkan seluruh ajaran sufisme lama. Pembaru seperti
Ibn Taymîyyah mengakui ajaran sufisme lama seperti halnya penerimaan kasyf. Sangat bertolak belakang
dengan sufisme lama, sufisme baru menekankan untuk “melibatkan” diri dalam masyarakat semisal
perilaku zuhud atau sikap asketisme seperti yang dikutip dalam kitab bahasa Melayu tulisan Jawi (Arab
Melayu).3 Yang menjadi pusat perhatian dalam sufisme baru yaitu pengembalian sosio - moral dari
masyarakat muslim. sufisme baru menekankan dan memperbarui faktor moral dan kontrol diri yang puritan

1
Nurkhalis A, “Tasawuf dan Penyebaran Islam di Indonesia”, dalam Jurnal Rihlah, vol 3, no.1( 2015), 60.
2
Mahrus As’ad, ”Pengaruh Neosufisme terhadap Perkembangan Tasawuf dan Tarekat Baru”, dalam Jurnal Miqot, vol XXXVI
no.1,( 2012) . 24-26.
3
(fasal) menyatakan bahwa zuhud yakni benci akan dunia maka yaitu martabat yang terlebih hampir kepada Haqq Ta’ala karena
manakala benci akan dunia itu melazimkan gemar akan akhirat dan gemar akhirat itulah peringai yang dikasih Haqq Ta’ala
seperti sabda yang dikatakan Rasul: “ tinggalkan olehmu dunia niscaya Allah dimasuk hatimu ilmu hikmah yaitu ilmu hakikat
maka ketika nyatalah kau pandang hakikat dunia ini nyatalah kau pandang hakikat akhirat itu hingga kau ambil akan terlebih
baik bagimu”. Lihat Sudirman Tebba, Orientasi Sufistik Cak Nur,(Jakarta: Paramadina, 2004) 166.
1
dalam tasawuf dan membuang hal - hal yang berlebihan dan juga meyimpang. Sufisme baru juga dapat
dikatakan sebagai upaya penggembalian akan aspek nilai - nilai Islam yang utuh yakni keseimbangan
antara aspek kehidupan dan dalam segi ekspresi kemanusiaan.4 Neo - sufisme mendorong gerakan
puritanisme yang membersihkan doktrin – doktrin agar tetap steril dalam artian tidak terkontaminasi
dengan doktrin – doktrin yang bukan dari ajaran Islam. Tujuan neo – sufisme yaitu mengarahkan umat ke
tasawuf yang benar , tidak menyimpang dan selalu berada dalam syariat Islam. Pengembalian tarekat pada
ajaran al-Quran dan Hadis menjadikan bebas dari ajaran – ajaran yang bukan berasal dari ajaran Islam. Dan
fungsi utamnya yaitu sebagai sarana pendekatan diri pada Allah dan menyebarkan dakwah Islam.5

Taklid dan Pembaruan dalam Islam

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata taklid adalah keyakinan atau kepercayaan kepada sesuatu
paham (pendapat) ahli hukum yang sudah - sudah tanpa mengetahui dasar atau alasanya. Taklid secara
etimologi berasal dari kata qallada yang memiliki makna meletakan tali leher atau ikatan tali pada leher
yang mengisyaratkan bahwa adanya ketergantungan terhadap orang lain. Secara terminologi kata Taklid
bermakna meniru atau mengikuti seseorang dalam berpendapat atau perilaku orang lain dan sangat
meyakini kebenaranya tanpa mengetahui dasar atau dalilnya.6 Dalam realitanya Taklid acapkali dipandang
negatif tetapi disisi lain taklid juga memiliki sisi positif. Dalam kacamata fiqh Sisi positifnya yaitu ketika
7
orang tidak memenuhi syarat untuk melakukan ijtihad (orang yang tidak mampu) dan menetapkan
pandanganya untuk menentukan hukum syari’at maka orang tersebut diperbolehkan untuk taklid pada
Imam mujtahid.8 Sisi negatifnya dari taklid menurut ulama seperti Abdul Karim Zaidan berpendapat bahwa
hukum dari taklid adalah larangan atau tindakan yang tercela,karena taklid menyebabkan fanatisme
sehingga dapat melahirkan permusuhan, dan juga taklid menyebabkan seseorang menyalahi aturan untuk

4
Azyumardi Azra. Konteks berteologi di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2005) 12.
5
Mahrus As’ad, ”Pengaruh Neosufisme terhadap Perkembangan Tasawuf dan Tarekat Baru”, dalam Jurnal Miqot, vol XXXVI
no.1,( 2012) . 54
6
Ahmad Imam Mawardi, “Sisi Positif Taqlid dalam Sejarah Perkembangan Hukum Islam”. dalam Jurnal Islamica, vol 5, no. 2,
(2011) , 48
7
Ijtihad secara etimologi berasal dari kata al-jahd, al-juhd, dan ath-thaqat yang berarti kesulitan, kesusahan dan juga berupa
kesanggupan atau kemampuan. Lihat Misno,”Redefinisi Ijtihad Dan Taklid”. dalam Jurnal Al-Maslahah:Jurnal Hukum dan
Pranata Sosial.
8
Seperti yang dijelaskan dalam al-Quran pada surat al-Anbiya ayat 7 yang artinya “Maka tanyakanlah oleh mu kepada orang-
yang berilmu , jika kamu tiada mengetahui”. Muhiddin Muhammad Bakry, “tajdid dan taqlid”. dalam Jurnal al-Asas, vol 3,
no. , ( 2015) , 118.
2
memahami syari’at, yang merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam untuk taat kepada Allah dan Rasul. 9
al - Maudhudi berpendapat bahwa taklid merupakan hak dari setiap orang kepada perkembangan umat dan
Negara non muslim akan tetapi harus melakukan riset atau penelitian terlebih dahulu, lalu mengambil buah
dari pemikiran tersebut untuk dikembangkan demi memperbaiki keadaan sehingga bermanfaat bagi dunia
hal tersebut wajib taklid. Akan tetapi menurutnya jika menyangkut dengan ajaran dan syariat islam
seseorang tidak boleh taklid. 10 Menurut Muhammad Abduh bahwa Islam mengalami masa kemrosotan
karena umat Islam masih berpegang teguh dengan tradisi dan umat Islam tidak menghendaki adanya
perubahan.11

Perihal reformasi dan modernisasi dalam tradisi Islam pada saat itu, terjadi gerakan pembaruan Islam
yang merupakan dianggap sebagai sejarah umat Islam. Gerakan pembaruan islam (tajdid) muncul dengan
predikat seperti reformisme, modernisme, puritanisme, revitalisme, dan sampai fundamentalisme. 12
Perubahan yang dimaksud yaitu dalam hadis yang disesuaikan oleh umat Islam dengan situasi atau
persoalan yang dihadapi oleh umat islam dan hal tersebut melatar belakangi munculnya tajdid. 13 Menurut
Ahmad Jainuri dalam bukunya Orientasi Ideologi Gerakan Islam bahwa tajdid mempunyai dua tujuan yang
pertama yaitu mengembalikan ajaran-ajaran agama Islam yang murni (kepada zaman awal mula islam)
dengan tujuan membentengi aqidah dari ritual-ritual yang tidak sesuai dengan al-Quran dan Sunnah atau
dapat dikatakan menyesatkan yang tenar pada masa sufisme lama. Dan yang kedua yaitu upaya untuk
menerapkan ajaran Islam yang sesuai dengan realitas dan problamatika perkembangan zaman. Setalah
kepergian Rasul banyak muncul kerusuhan dan kerusakan akan kehidupan sosial dan hal tersebut
didasarkan pada suatu pendapat yang menyimpang dari inti ajaran Islam. Dan yang menjadi alasan
rusaknya kehidupan keagamaan yaitu keadaan dalam pelaksanaan syariat islam yang dilakukan oleh kaum
muslim itu sendiri dan bukan disebabkan oleh ajaran - ajaran agama Islam. Hal ini jelas terlihat sepeninggal
Rasul pengaruh tradisi dan juga pengetahuan tentang agama Islam dari para pemeluknya yang menjadi
alasan kerusakan.14 Namun faktor terbesar yang menjadi alasan rusaknya umat Islam yaitu banyak nya

9
Ahmad Imam Mawardi, “Sisi Positif Taqlid dalam Sejarah Perkembangan Hukum Islam”, dalam Jurnal Islamica, vol 5, no. 2,
(2011) , 248.
10
Muhiddin Muhammad Bakry, “Tajdid dan Taqlid”, dalam Jurnal al-Asas,vol 3, no.2 ,( 2015) , 123.
11
Abdul Sani, Perkembangan Modern Dalam Islam, (Jakarta : Raja Grafindo, 1998)
12
Achmad Jainuri, Orientasi Ideolgi Gerakan Islam, (Surabaya:LPAM, 2004) 5
13
Tajdid memiliki banyak pengertian. Menurut para ahli merupakan revitalisasi nilai nila agama yang hilang dan harus mengkaji
al-Quran dan Hadits,meruntuhkan perilaku Bid’ah dan kembali menerapkan hukum-hukum syariat islam yang sesuai dengan
realitas. Lihat Muhiddin Muhammad Bakry, “Tajdid dan Taqlid”, dalam Jurnal al-Asas, vol 5. no 2 , (2011).24
14
Jainuri, Orientasi Ideolgi Gerakan Islam, 14-15
3
praktik-praktik bid’ah yang masuk dalam islam.15 Hal - hal seperti itulah yang melatar belakangi kritik -
kritik yang dilancarkan oleh pembaru.

Dalam mengembangkan inti dari ajaran Islam diperlukan suatu cara yang diharapkan dapat memberikan
pandangan terhadap sumber inti ajaran Islam dalam realitas kaum muslimin, cara atau metodologi yang
diharapkan yaitu ijtihad.16 Dan ijtihad juga dianggap sebagai intepretasi terhadap Quran dan Sunnah. tajdid
dan ijtihad saling menguatkan, karena munculnya mujadid merupakan menunjukan bahwa pintu Ijtihad
tidak tertutup. Ijtihad dijadikan sebagai sumber hukum ketiga bagi umat Islam dan ijtihad pertama kali
digunakan sepeninggal Rasul yang digunakan untuk menentukan siapa Khalifa pada masa itu. Ijtihad juga
digunakan dalam berbagai bidang politik, akidah, tasawuf, dan filsafat.17 Ijtihad dianggap penting karena
seiring perkembangan zaman masalah - masalah yang terjadi dalam realita tidak ada peneyelesaian dalam
al-Quran dan Hadis dan masalah tersebut dapat dipecahkan oleh para ulama.18

Secara umum ijtihad merupakan kunci dinamika dalam Islam . Di dalam Islam terdapat dua ajaran,
ajaran pertama yaitu ajaran secara absolut atau mutlak, universal, kekal dan tidak boleh diubah dan ajaran
yang kedua yaitu ajaran yang tidak absolut atau tidak mutlak dan boleh diubah dan dalam kelompok ajaran
ini para ulama turut andil untuk menentukan sebuah hukum. 19 Dalam hal ini Muhammad Abduh juga
mengkritik orang yang membunuh ijtihad adalah orang yang melarang orang lain untuk ber - ijtihad dan al-
Tahtawi berpendapat bahwa ijtihad juga penting untuk dilakukan untuk mengahadapi masalah - masalah
yang muncul pada zaman modern yang tentunya masalah tersebut tidak sesuai dengan masalah - masalah
yang terjadi pada masa lampau.20 Menurut pendapat Ibn Taymîyyah, ijtihad yang digunakan dalam bidang
tasawuf bahwasahnya sufi merupakan seorang mujtahid dalam masalah kepatuhan. Seorang sufi juga
melakukan ijtihad dalam menentukan tata cara ibadah. 21 Begitu sangat diperlukannya ijtihad sampai-sampai
dibentuk lembaga ijtihad.22

Syariat Islam merupakan syariat yang penuh dan lengkap namun bukan berati pintu ijtihad dan tajdid
tertutup bhakan pintu ijtihad selalu terbuka lebar . karena bagaimana pun juga kita harus menyesuakan

15
Ibid., 17
16
Ibid., 25
17
Ahmad Azhar Basyir Dkk, Ijtihad dalam Sorotan, (Bandung: Mizan, 1996), 108-112
18
Ibid.,
19
Ibid.,
20
Ibid., 113
21
Ibid.,
22
Ibid.,
4
zaman yang kian lama tidak sama dengan zaman lalu. Oleh karena itu lah dalam memperlajari ilmu agama
didalamnya harus terdapat peran akal dalam menentukan dan memahami ketentuan – ketentuan dalam teks
– teks.23

Kritik terhadap Taklid dalam Tarekat

Dalam sebuah ordo-sufi yang didalamnya terdapat suatu buah pemikiran doktrin - doktrin mistik yang
dimana zikir,wirid,doa, etika ber-tawassul,ziarah sebagai jalan spiritual yang ditempuh sufi dan dari sebuah
tata cara hidup sufi yang menekankan kesalihan individual dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.24 Dan didalam tarekat seorang salîk percaya bahwa keputusan yang diambil oleh seorang
mursyid merupakan sesuatu yang sakral karena salîk mempercayai bahwa keputusan yang diambil mursyid
merupakan petunjuk yang datang dari Allah. 25 Kemudian menjadi sebuah polemik akan kepatuhan tanpa
dasar atau taklid seorang salîk pada mursyid ibarat seperti jenazah yang dimandikan.26 Menurut pendapat
Abû ‘Âlî al- Daqqâq awal dari segala perpisahan dalam tarekat adalah pertentangan. Dalam artian
pertentangan terhadap mursyid. Jika terjadi pertentangan antara mursyid dan salîk hubungan keduanya
dianggap terputus meskipun keduanya berada di suatu tempat yang sama. Hal itu mengisyaratkan bahwa
seorang salîk mau tidak mau harus patuh terhadap mursyid dengan tujuan untuk mencapai tingkatan
makrifat.27 Hal inilah yang ditentang oleh pembaru.

Pembaru seperti Ibn Taymîyyah mengkritik habis-habisan tentang Taklid, upacara - upacara agama,
praktek - praktek penyembahan kuburan dan pemujaan terhadap para wali. 28 Ibn Taymîyyah mengkritik hal
tersebut dengan salah satu tujuan nya untuk memerangi praktik - praktik Bid’ah yang dilakukan oleh para
23
Muhiddin Muhammad Bakry, “Tajdid dan Taqlid”, dalam Jurnal al-Asas, vol 3, no. 2 , ( 2015) , 119.

24
Agus Riyadi, “Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf” dalam Jurnal at-Taqqadum, vol 6, no. 2 , (2014) , 359.
25
Menurut pendapat Abu Bakar Aceh bahwa seorang salîk harus lah memiliki seorang mursyid dengan tujuan untuk
menanamkan iman dan juga untuk menjaga seorang salîk dari godaan iblis. Dan Mursyid dianggap sebagai petunjuk jalan bagi
Salîk karena itu lah bagai orang yang buta yang pasrah kepada penuntunya dan Salîk harus menyadari dan mengakui bahwa
pendapat seorang Mursyid adalah yang paling benar walaupun mungkin itu salah dan keliru daripada pendapat seorang salîk
walupun mungkin benar.Lihat Lindung Hidayat Siregar, “Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial”. dalam Jurnal Miqot vol XXXIII
no, (2009) , 175
26
Ibid.,
27
Ibid.,
28
Fazlur Rahman, islam, terj. Senoaji Saleh,(Jakarta: Bumi Aksara,1992) 234-235
5
sufi.29 Tatkala nama “anti sufi” yang sempat disandang oleh Ibn Taymîyyah sebagai pengkritik sufi namun
Ibn Taymîyyah juga tidak membabi buta dalam mengkritik, ia masih memberikan apresiasi selagi memiliki
3 syarat seperti melakukan semua kewajiban yang diperintahkan Allah dan tidak melakukan hal hal yang
dilarang Allah,tidak melaksanakan ritual tanpa adanya dasar yang jelas dan yang terakhir yaitu bersedia
hidup dengan sederhana tidak berlebihan.30 Ibn Taymîyyah juga mengapresiasi para sufi seperti Al-
Muhasibi (243 H) dan Al-Junayd Al-Baghdadi (297 H) yang dianggapnya masih batas wajar dan tidak
nyeleneh dalam artian masih bersandar pada dasar al-Quran dan Hadis. 31 Muhammad bin Abdulwahab juga
mengkritik adanya hal-hal atau ritual yang tidak sesuai dengan Quran dan Hadis, ia melakukan perlawanan
akan kebatilan yang dilakukan oleh para sufi dengan cara menghilangkan sesuatu yang keramat dan sesuatu
yang dipuja - puja oleh umat.32

Ibn Taymîyyah mengakui kasyf sebagai pengalaman spiritual sufi (penyingkapan kebenaran Allah) atau
juga dapat dikatakan sebagai ilham intuitif, namun Ibn Taymîyah menolak bahwa klaim sufi tidak dapat
salah. Hanya dengan mengandalkan adanya kasyf bahwa jika kasyf sebanding dengan kebersihan moral
yang mempunyai tingkatan.33 Ibn Taymîyyah juga mengakui ajaran mengenai zuhud, sabar dan cinta
ilahiah dan perihal lain yang menjadi fokus dalam tasawuf. 34 Kritik yang diberikan oleh Ibn Taymîyyah
juga mengenai khalwat yang dilakukan oleh para sufi yang cenderung mencintai khalwat. Mengutip dari
pendapat Ibn Taymîyyah beliau mengatakan bahwa terkait dengan ber-khalwat sebagian kaum sufi ber-
argumen dengan khalwat sama dengan tahannuts seperti hal nya nabi sebelum menerima wahyu, Ibn
Taymîyyah mengatakn hal itu keliru jika ber-khalwat dilakukan sebelum nabi dan di isyaratkan setelah
kenabian hal itu tentu sudah diperintahkan untuk melakukanya, jika tidak ada maka hal tersebut tidak boleh
dilakukan.35 kritik Ibn Taymîyyah secara zhahir pada kasus khalwat ditujukan berupa pengesampingan ilmu
(belajar) demi berkonsentrasi berdzikir pada Allah. Padahal Al-Ghazali menganggap bahwa ilmu juga
dianggap sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan menyibukan diri dengan dzikir tanpa
melakukan aktivitas lainya dengan tujuan untuk menguatkan hubungan sufi dengan Allah. Dan hal ini
bukanlah sesuatu yang disalahkan sebab karena tujuan dari menuntut ilmu adalah amal. 36 Pertama Ibn
29
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak. Terj. Kamtan As’at dan Fakhri Ghazali, (Jakarta:Amzah,2013) 179
30
Abdul Mun’im Kholil, “Jejak Motodologis Anti Sufi;Analisis Kritis Pemikiran Sufisme Ibnu Taymîyah”. dalam Jurnal
Refletika, vol 13, no. 1, ( 2017) , 28.
31
Ibid.,
32
Imam Munawir, Kebangkitan islam dan Tantangan-Tantangan yang dihadapi dari masa ke masa, (Surabaya: Bina Ilmu
Offiset, 1984), 234
33
Tebba, Orientasi Sufistik Cak Nur. 166
34
Kholil, tasawuf islam dan akhlak. 54
35
Ibid., 177-178
36
Ibid., 180
6
Qayyim al-Jauziyah seorang murid kebangga - an gurunya Ibn Taymîyyah juga melakukan kritik
tergahadap ilmu pengetahuan agama yang dimiliki oleh para sufi yang sedikit dan hal itu menjadikan dasar
dalam bertasawuf. Yang kedua beliau juga mengkritik sufi lebih mendahulukan ibadah dan mendekatkan
diri pada Allah tetapi mengesampingkan ilmu dan ini menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah merupakan sesuatu
yang salah, walaupun ibadah merupakan membersihkan hati namun hal itu juga membutuhkan ilmu untuk
melakukanya. Ketiga yaitu Ibn Qayyim al-Jauziyah mengkritik bahwa sumber yang tidak berasal dari al-
Quran dan hadis karena banyak dari kalangan sufi yang mengesampingkan hal itu. Dan yang ke empat
yaitu sufi yang taklid pada mursyidnya, mengaggungkan hal hal yang dianggap keramat dan
mengkhultukan mursyid bahwa mereka tidak pernah melakukan dosa dan terbebas dari dosa. 37 Ibn Qayyim
juga melakukan penghidupan kembali dalam ajaran tasawuf yaitu dengan dengan cara menerapkan ajaran
tasawuf yang tidak menyimpang seperti zuhud yaitu menurutnya zuhud yaitu usaha yang untuk
memperbaiki hidup manusia, bersikap positif, berani menerima tantangan zaman dan dapat
menyeimbangkan keadaan saat mendapat dan meninggalkan sesuatu.38

Organisasi Penggerak Pembaruan Islam

Pada abad ke 18 sampai 19 Islam mulai bangkit yang ditunjukan dengan munculnya karya karya dalam
tarekat. Namun perkembangan dalam tarekat tidak membuat para ulama pada masa itu senang, dan
menimbulkan protes keras terhadap Tasawuf. Para fuqaha menganggap bahwa para sufi bukanlah seorang
Muslim yang benar. Di pihak lain para sufi mendasarkan semua ajaran dan filsafat mereka pada al-Quran
dan ajaran Nabi Muhammad SAW.39 Pada tahun 1837 tarekat Sanusiyyah pertama kali mendirikan
Zawiyah di Abu Qubais di Mekkah. Setelah beliau memangun beberapa zawiyah di Afrika Utara dan
menjadikanya pusat kegiatan untuk murid menimba ilmu. Tarekat Sanusiyyah dibentuk tidak hanya dengan
tujuan menghidupkan kembali Islam dan menanamkan semangat didalam nya tetapi juga untuk
menyebarkan dan menyampaikan Islam kepada orang - orang yang tidak mengenal Islam. 40 Sanusiyyah
menerima dan melakukan reformasi untuk melakukan reformasi Islam dengan intelektual setingkat Afghani
dan Muhammad Abduh yang dimana gerakan yang timbul lebih progresif dan konstruktif.41

37
Arif Budi Cahyono, “Revitalisasi Tasawuf Ibnu Qayyimal-Jauziyah”, (Skripsi-FUF UIN Sunan Ampel, Surabaya,2018) 62-64.
38
Menurut Ibn Qayyim penyebab masyarakat bertaklid buta pada waktu itu dikarenakan kemelut para penguasa yang berubut
kursi kekuasaan dan membatasi maysrakat untuk berpikir bebas . para penguasa cenderung mengarahkan masyarakat unutk ber –
taklid buta. Ibid.,73-74
39
Nicola A Ziadeh, Tariqat Sanusiyyah,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001) xx
40
Ibid., 161-163
41
Ibid.,167
7
Faham Wahabi muncul pada abad ke-18 di tanah Arab yang menjadikannya banyak sorotan dari banyak
pihak dan merupakan suatu respon dikala para petinggi pada masa itu berebut kekuasaan. Pada masa itu
ajaran Islam telah tercemari dengan ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan syariat. Faham yang dibawa
oleh Abdul Wahab ini muncul serasa angin segar. Inti dari ajaran Wahabi yang merupakan pengikut
madzah Hambali ini memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu pertama ketuhanan yang Esa dan mutlak. Kedua
kembali kepada ajaran Islam yang sejati yaitu berdasarkan al-Quran dan Hadis. Ketiga kepercayaan dan
tindakan seperti shalat dan beramal tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan dan tindakan. Keempat
percaya bahwa al-Quran bukan cipataan manusia. Kelima kepercayaan yang nyata terhadap al-Quran dan
Hadis. Keenam mengutuk setiap tindakan yang tidak benar dan ketujuh mendirikan negara Islam
berdasarkan hukum Islam secara eksklusif.42 Faham Wahabi ini muncul dengan tujuan memurnikan tauhid
umat Islam seperti bid’ah, khurafat dan takhayul yang berkembang pesat pada masa itu, mengunjungi
tempat - tempat keramat guna mencari berkah. Abdul Wahab berangapan bahwa segala sesuatu yang
dijadikan pemujaan kecuali Allah adalah palsu dan hal itu merupakan perbuatan syirik.43

Pada abad ke 19 di Afrika yang kala itu dilanda bencana kekeringan dan kelaparan kurang lebih selama
10 tahun. Dihadapkan kondisi seperti itu Usuman Ibn Fudi atau dikenal sebagai Usuman Ibn Fodi muncul
sebagai reformer dari tarekat Qodiriyah. Ia turut berkontribusi dalam masyarakat Afrika pada masa itu yang
tertimpa bencana, ia mencoba membangun kembali masyarakat Fulbe dan Hausa, membersihkan praktek –
praktek bid’ah. Tujuan Usuman Ibn Fodi yaitu menjadikan masyarakat mencapai kehidupan yang Islami
dan dapat mencampurkan taubat dan perjuangan hidup sehingga yang diharapkan mencapai ridha dan
Allah. Dan dengan demikian masyarakat terbebas dari penderitaan duniawai.44 Doktrin – doktrin seperti ini
memiliki daya tarik yang kuat pada masyarakat Afrika tepatnya di Hausa dan Fulbe. Beliau juga sempat
berjihad militer dan meraih kemenangna pada tahun 1810. Namun menurutnya jihad yang besar yaitu
melawan hawa nafsunya dalam diri. Beliau juga mengkritik dan menentang peng – khultusan makam yang
dilakukan banyak sufi meskipun demikian sepeninggalnya pada tahun 1817 makam nya menjadi tempat
ziarah dan ditangi banyak orang.45 Usuman mempuyai komitmen terhadap kehidupan sufi . namun ia tidak
masyarakat untuk berpastisipasi dalam tarekat asal beliau yaitu tarekat qodiriyah. Sufisme yang dibawa
Usuman merupakan sufisme yang bersifat lebih pribadi dan lebih cenderung pada gebrakan gerakan sosial

42
Nur Umamah,”Peranan Gerakan Wahabiyyah Dalam Membantu Mewujudkan Pemerintahan Raja Abdul Aziz Di Arab Saudi”,
(FAH-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2011),23.
43
Ibid.,26 (39)
44
Elizabeth Sirriyeh, Sufi Dan Anti Sufi,(Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), 19.
45
Ibid.,21
8
dan tarekat Qodiriyah bisa dikatakan organisasi marginal atau pinggiran. Dalam tarekat Qodiriyah memiliki
citra baik dikalangan masyrakat dan menjadi inspirasi bagi para penguasa dalam kasus ini. 46

Tak hanya itu di Afrika juga muncul tarekat Tijaniyah yang juga berkontribusi dalam perkembangan di
Afrika, tarekat Tijaniyah yang didirikan oleh Ahmad at-Tijani yang lahir di daerah bagian Selatan Aljazair
pada tahun 1737. Setelah ia berkelana sembari mencari bekal ilmu agama untuk disebarkan, lambat laun ia
mendapatkan penghormatan dari ‘Abd al-Karim as-Samman . setelah 5 tahun lalu ia mendakwakan ajaran-
ajaran Islam dan ia secara sadar mendawakan dirinya secara sadar melihat Rasul yang mengajarinya
serangkaian ilmu wirid. Kelebihan doktrin – doktrin Tijaniyah yang mendukung perkembangan dan
propaganda yaitu bahwa anggota – anggota dalam tarekat Tijaniyah harus meninggalkan seluruh komitmen
pada tarekat- tarekat lain (yang diikutinya) dengan keyakinan bahwa semua tarekat itu rendah dan bukanlah
suatu dosa untuk meninggalkan tarekat – tarekat tersebut. Dalam tarekat Tijaniyah terdapat kritik – kritik
terhadap sufisme yang menggunakan argumen dari fakta – fakta yang berkaitan dengan pengaruh kaum sufi
yang menyimpang. Dalam diri at-Tijani tidak ada kecenderungan dalam menjalani kewajiban dalam tarekat
dengan sungguh namun pengikut tarekat Tijaniyah diharuskan melaksanakan kewajiban – kewajiban agama
yang ditambah dengan wirid dan doa – doa , serta pengikut tarekat ini dianjurkan untuk bekerja dan tidak
dianjurkan untuk menerima atau mengharapkan sedekah. Pembaruan yang dimaksud disini yaitu terlihat
bahwa tarekat Tijaniyah menganjurkan pengikutnya bekerja keras dalam artiann tidak meninggalkan
kehidupan dunia dan tidak berharap disedekahi oleh orang lain sehingga muncul perasaan untuk mandiri
dan lenyaplah rasa ketergantungan terhadap orang lain 47
Tarekat yang ditunggangi oleh Ahmad at – Tijani menimbulkan rasa keragu – raguan pada masyarakat
dikarenakan Tijani memiliki harta duniawi yang berlimpah . terdapat pertanyaan – pertanyaan yang
membumbung dalam masyarakat atas penolakan at-Tijani mengenai ajaran zuhud yang merupakan hal
penting dalam keberlangsungan kuantitas anggota tarekat Tijaniyah. Seiring waktu muncul latihan – latihan
keras dengan cara menolak kenikmatan dan dalam tarekat Tijaniyah men doktrin pengikut nya untuk
membangun rasa syukur pada Allah. Dan dalam tarekat ini at-Tijani medoktrin pengikutnya bahwa tidak
perlu melepaskan gaya hidup mewah, tetapi kemewahan itu harus dimanfaatkan untuk mengabdi dalam
tarekat ini. Namun banyak para sufi yang bertentangan dengan tarekat Tijaniyah ini. Disisi lain terdapat
tarekat baru yaitu tarekat Sanusiyyah yang muncul pada abad 19 yang dimana dalam tarekat ini mendoktrin

46
pendekatan yang lain yang dilakukan oleh Usumun tertuang dalam tulasan- tulisan yang berkaitan erat dengan ajaran – ajaran
dasar agama Islam kepada masyarakat untuk menjalankan kawajiban agama dan sebagaian ditujukan kepada orang – orang yang
memiliki latar belakang intelektual. Lihat buku Sirriyeh, Sufi Dan Anti Sufi,(Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), 22.
47
Ibid., 28
9
para pengikutnya untuk bekerja denngan etika yang bagus. Dimana tarekat Sanusiyyah yang ditunggangi
oleh Muhammad Ibn ‘Ali as-Sanusi yang lahir pada tahun 1787. As-Sanusi menyeruhkan pada orang –
orang menfaat bekerja dan ia mulai membangun jaringan atau pondok – pondok pesantren yang menjadi
tarekat Sanusiyyah berdakwah atau berkegiatan. Pondok – pondok pesantren yang dicanangkan oleh as –
Sanusi ini meluas sampai ke daerah Libya sampai ke Afrika tengah dan Barat. . ia menyerukan pada orang
– oranng bahwa hidup di dunia haruslah tolong menolong . As-Sanusi juga menganjurkan latihan militer
yang bertujuan untuk mewujudkan perdamaian dunia dan peraturan Islam. Yang membuat as-Sanusi
berbeda dengan at-Tijani lantaran kecaman terhadap kemewahan. Tarekan as-Sanui merupakan tarekat
yang terkenal di Afrika dan Arab. 48 Dan masyarakat Afrika sangat tertarik dengan tarekat serta dorongan
untuk mengadakan perbaikan masa. Nampak jelas menginginkan perubahan kearah yang lebih baik
khususnya dalam cabang tarekat Naqsyabandiyyah49

Gerakan pembaruan yang berkaitan dengan sosio-politik yang berkembang kala itu yang dimana muncul
nama al-Tahtawi, Muhammad Ali Pasya dan Jamal Al-Din Al-Afghani berhasil mendobrak ajaran-ajaran
yang dtidak sesuai dengan al-Quran dan hadis. Al-Afghani berkontribusi dan pengaruh terhadap pembaruan
di Indonesia dengan corak sosio - politik,pendidikan dan ketauhidan. Dan wujud dari pembaruan tersebut
dalam bentuk organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan , organisasi - organisasi
tersebut memiliki keterbukaan dan menerima sistem wacana Barat dan gerakan puritanisme yang kembali
kepada al-Quran dan Hadis.50 Gerakan pembaruan di Indonesia yang berwatak global, sehingga
memunculkan kaum reformis modernis sebagai akibat benturan antara Barat dan Islam. Hal tersebut
memunculkan doktrin terbukanya pintu ijtihad dan ajaran ketauhidan atau kembali pada al-Quran dan
Hadis.51 Gerakan pembaruan Islam pertama kali muncul di Sumatera Barat yang dipelopori oleh tiga tokoh
yaitu Sumanik, Piobang dan Miskin. Dimana gerakan pembaruan ini masih memiliki pengaruh pada
gerakan Wahabiyah di Arab Saudi. Kemunculan gerakan pembaruan di Sumatra Barat ini sebagai reaksi
terhadap doktrin - doktrin dalam tarekat (sufisme lama) yang masih berorientasi terhadap kuburan. 52
Gerakan yang memiliki pengaruh terhadap gerakan Wahabiyah tersebut salah satu pemicu berlangsungnya
perang paderi pada tahun (1821-1837).53

48
Sirriyeh , Sufi, 28 – 30.
49
Ibid.,
50
Nur Syam, Pembangkangan Kaum Tarekat,(Surabaya:PT Bina Ilmu Ofset,2004), 53.
51
Ibid.,54
52
Ibid.,
53
Ibid.,
10
Di Indonesia pada abad ke 20 muncul gerakan pembaruan yang memiliki tujuan untuk menegakan
ajaran – ajaran Islam dan mewajudkanya melalui suatu organisasi sebagai wadah dalam mencapai tujuan
itu. Gerakan pembaruan di Indonesia awal mula nya muncul dari upaya perseorangan dengan membuka
sekolah – sekolah , karya cetak seperti majalah, pembentukan organisasi yang bergerak dibidang ekonomi,
keagamaan dan bahkan bergeser menjadi organisasi politik. Hal tersebut terinspirasi oleh Wahabiyah yang
menjadi penggerak pembaruan Islam di Arab yang membawa pemurnian dan menginginkan pemurnian
dalam pelaksanaan syariat Islam. Tak ayal prektek – praktek bid’ah sangat merajalela pada saat itu. Di
Sumatra Barat awal mula organisasi bertujuan untuk melawan Cina yang mendominasi dalam perdagangan
pada waktu itudan gerakan penggagas masalah sosial masyarakat seperti hal nya al – Irsyad ,
Muhammadiyah dan persatuan Islam.54 Kemuadian muncul pembaru Islam lainya seperti kaum Paderi
yang ditunggangi oleh Muhammad Syahab yang dikenal dengan Imam Bonjol. Kaum Paderi dikenal
dengan menggunakan cara kekerasan sehingga mengakibatkan timbul konflik antara kaum Paderi dan
kaum adat yang di tandai dengan adanya perang terbuka antara kedua belah pihak. Disisi lain yang
mengkritisi adat Minang yaitu Ahmad Khatib yang secara terang – terangan tidak menyetujui
Naqsabandiyah. Dan muncul pembaru Islam yaitu Thahir Djalaluddin al-Azari yang dimana pemikiran
dalam pembaruan Islam ia curahkan dalam majalah al-Imam. Dan juga tokoh pembaruan Islam yaitu
Abdullah Ahmad yang menyalurkan pemikiran pembaruan Islam nya melalui al-Munir dengan tujuan
untuk memimpin dan memajukan anak bangsa dalam agama yang lurus dan i’tikad yang benar. 55

Di pulau Jawa juga terdapat gerakan pembaruan Islam yang merupakan gerakan organisasi reaksi
terhadap tradisi Islam yang cenderung lebih menyesuaikan dengan kebudayaan Kraton Yogyakarta yang
dimana umat kala itu masih mengalami keterbelakangan. Ahmad Dahlan yang mendirikan gerakan tersebut
ia beri nama Muhhamadiyah yang berdiri pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. 56 Adapun
gerakan pembaruan Islam lainya yaitu PERSIS kepanjangan dari persatuan Islam yang didirikan oleh haji
Zamzam dan haji Muhammad Yunus. Gerakan organisasi Islam ini lahir di Bandung sekitar tahun 1920 an.
Gerakan ini sangat terkenal dengan pemikiran Islam politik yang digagas oleh Muhammad Natsir. Gerakan

54
Soegijanto Padmo, “Gerakan Pembaharuan Islam Dari Masa Ke Masa : Sebuah Pengantar”, Dalam Jurnal Humaniora, vol 19,
no. 2 , 2 Juni (2007) , 153-254.
55
Ibid.,156
56
Menurut Pendapat Mitsuo Nakamura , Organisasi Muhammadiyah Merupakan Gerakan pembaruan yang pertama kali
dilancarkan oleh abdi dalem santri dan klas menengah kota. Gerakan pembaruan ini lahir dan hidup di ruang lingkup kraton.
Pendiri gerakan Muhammadiyah Ahmad Dahlan bertugas sebagai khotin sholat Jumat di Masjid kerajaan yang dibantu oleh abdi
dalem dan sultan lainya. Ia melakukan pembaruan keyakinan keagamaan yang lambat laun menjadi perubahan dan mengarah ke
gerakan agama dan sosial. Lihat buku Nur Syam, Pembangkangan Kaum Tarekat,(Surabaya:PT Bina Ilmu Ofset,2004), 55.
11
pembaruan lainya ialah Nahdatul Ulama (NU) yang muncul sebagai reaksi gerakan pembaruan Islam.
Didirikan oleh beberapa tokoh yaitu KH. Hasyim Asy’ari dari Tebu ireng, KH. Bisri berasal dari,KH.
Nawawi berasal dari Pasuruan, KH. Asnawi berasal dari Kudus, KH Nachrowi berasal dari Malang dan Kh
Kholil berasal dari Bangkalan pada tahun 1926. Sebagai reaksi terhadap gerakan pembaruan Islam pada
masa itu paham keagamaan umat Islam kolot dari situ masyarakat meng - klaim bahwa NU merupakan
organisasi pembaruan. 57

NU juga turut berkontribusi dalam perpolitikan, terbukti dengan keterlibatanya dengan penyadaran
politik dan memberikan dukungan tehadap kemerdekaan bangsa yang sangat terlihat. Tak hanya sampai
situ, keterlibatan NU dalam dunia perpolitikan berlanjut setelah Indonesia merdeka pernah menduduki
empat besar dalam pemilu pada tahun 1955 dan partisipasi NU dalam perpolitikan berlanjut sampai adamya
gabungan partai politik pada tahun 1973. Terdapat gerakan pembaruan lagi disamping yang telah dijelaskan
diatas seperti Jam’iyat al-wasliyah yang berada di Sumatra, Nahdlatul Wathon di Lombok. Gerakan-
gerakan pembaruan tersebut lebih bersifat keagamnaan (puritan) dibandingkan dengan kegiatan yang
berbau sosio - politik.58

Revitalis tasawuf oleh pembaru


Revivalis dalam Islam mulai tersebar pada tahun 1979 dan mulai tersebar luas di dunia. khususnya
setelah revolusi Iran yang terjadi pada tahun 1979. Sebagian besar ada yang memprediksi bahwa tarekat
banyak yang menyimpang dan melenceng dari syariat. Banyak perhatian yang dikeluarkan terhadap elemen
– elemen Islam yang aktif dalam rana politik dan hal inilah yang acap kali berbentuk anti – sufi yang
dimana mereka ditutut dengan membangun tatanan Islam dengan. Kebangkitan sufisme secara politik
ditandai dengan legalisme esoterik. Yang dapat dikatakan dengan tren – tren yang cenderung negatif.
Negatif bagi sufisme yang melancarkan berbagai serangan pada tarekat – tarekat. 59 kebangkitan tasawuf
dalam rana politik ditandai dengan banyaknya ceramah yang dimana populasinya yang membahas tentang
orang – orang yang tertindas dan yang menindas tetapi banyak mata yang justru perhatianya tertuju pada
revolusi Iran. Terdapat asumsi bahwa bahwa hal tersebut memang benar adanya namun terdapat aspek yang
positif bagi proses kebangkitan sepanjang sufisme terorganisir60
57
Ibid.,
58
Ibid.,55-56
59
Sirriyeh , Sufi, 214 - 215.

60
Ibid.,
12
Tasawuf merupakan sejarah yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan zaman. Tasawuf
mengahasilkan buah pemkiran dari pembaru seperti karya - karya dan gagasan yang muncul seiring dengan
perkembangan zaman. Sirhindi merupakan seorang pembaru melenium kedua yang lahir pada tahun 1954
di Sirhind sebelah Barat laut Delhi . ia mnegkritik Wahdat al-Wujud yang dimana konsep ini menurutnya
menjauh dan menyimpang dari syariat. Namun beliau tidak membabi buta dalam mengkritik konsep
Wahdat a l-Wujud beliau juga melihat dari beberapa latar belakang penganut konsep Wahdat al - Wujud
seperti kondisi religius, situasi,sosial dan politik di India tempatnya dilahirkan. Terdapat faktor yang
melatar belakangi perbedaan antara pemikiran Sirhindi dan pemikiran Ibn Arabi yaitu perbedaan dalam
tasawuf. Ibn Arabi menekankan pada tasawuf falsafi sehingga pendekatan yang ia lakukan yaitu
pendekatan filsafat sedangkan Sirhindi lebih menekankan pada tasawuf sunni yang menggunakan
pendekatan ilmu kalam.
Sirhindi oleh juga berpendapat bahwa konsep menyatu dengan Tuhan langkah awal yang harus dilalui
oleh sufi yaitu mengetahui perbedaan antara Tuhan dengan alam. Para sufi harus belajar hal itu dan
parahnya banyak sufi yang belum bisa membedakanya. Setelah proses pertama dilakukan hal kedua yang
dirasakan oleh para sufi yaitu merasakan kebenaran, yaitu kebenaran yang dasarnya kembali pada Allah
Swt. Selanjutnya yaitu proses seorang sufi akan merasakan perbedaan setelah bersatu dan seorang sufi akan
mengetahui perbedaan antara menyatu dan tidak menyatu dan hal tersebut tidak bisa dibandingkan dengan
apapun. Seorang sufi jika sudah melalui tahap pemisah seorang sufi dapat mengethui perbedaan Tuhan
dengan alam. Dan pada tahap inilah seorang sufi tidak menemukan sesuatau yang bertentangan dengan
syariat.61 Dan pemikiran konsep penyatuan Sirhindi memiliki perbedaan dengan konsep yang miliki Ibn
Arabi. Menurut Ibn Arabi proses penyatuan merupakan suatu puncak dan titik tertinggi dari pencapaian
seorang sufi atau Salîk . namun menurut pandagan Sirhindi pencapaian tertinggi seorang sufi atau salîk
seorang hamba Tuhan dan berakhir pada kebenaran dari pada menyatu.62
Seperti hal nya pembaru yang lain, Ibnu Qayyim juga berkontribusi dalam pembaruan tasawuf. Yang
dimana pada zaman itu kacaunya pemahaman masyarakat akan taklid buta yang disebabkan oleh kemelut
penguasa yang sewenang – wenang dalam memerintah sehingga membuat rakyat sulit untuk berpikir bebas.
Dan salah satu penyebab nya yaitu kondisi politik pada masa itu tidak stabil dan banyaknya budaya –
budaya , namaun para penguasa saling berebut kursi kekuasaan sehingga para penguasa tersebut seperti
mengarahkan rakyat untuk ber – taklid buta. Ia merubah pemikiran para sufi yang kebanyakan melenceng
dan menyimpang. Ia kemudian ingin mengembalikan ajaran tasawuf yang hakiki dengan cara ber – jihad
dengan merujuk pada al-Quran dan Hadis. Pada masa beliau tasawuf sangat berbanding terbalik dengan
61
Arif Budi Cahyono, “Revitalisasi Tasawuf Ibnu Qayyim al-Jauziyah”, (Skripsi-FUF UIN Sunan Ampel, Surabaya,2018) 37-38
62
Ibid.,41
13
konsep iman, Islam, dan Ihsan. Dalam upaya mengembalikan ajaran tasawuf, beliau lebih berkonstrasi yang
memerlukan penghayatan dan penanaman konsep dasar kehidupan agama Islam. Dalam me - revitalisasi
ajaran tasawuf , Ibnu Qayyim mencurahkan melalui doktrin – doktrin tasawuf seperti zuhud, tawadhu’, dan
tauhid.63
Lambat laun tasawuf semakin melebarkan sayapnya dan menyebar hingga ke Indonesia. Yang dimana
memiliki pengaruh dan karakter tersendiri terhadap para ulama yang kebanyakan berasal dari negeri Mesir.
Pemikiran pembaru Hamka di Indonesia ini berbeda dengan yang lainya Pemikiran Hamka dalam
pembaruan tasawuf yaitu lebih berorientasi terhadap penghayatan hal – hal yang bersifat khusus (esoteris)
dalam Islam. Dengan alasan, tasawuf merupakan ajaran dalam Islam yang dapat dilakukan dengan cara
tidak menyimpang dari syariat. 64 Hamka ada ulama kenamaan Indonesia yang berada pada posisi terdepan
dalam masyarakat millenium seperti sekarang ini. Sehingga ia meluncurkan gagasan – gagasan tentang
tasawuf yang seiring dengan perkembangan zaman modern. Menurut Hamka ajaran tasawuf mempunyai
arti yaitu cara mendekatkan diri pada Allah Swt dan ia menyebutnya ittisial. Tujuan tasawuf menurut
Hamka yaitu untuk memperoleh hubungan langsung dengan Allah secara sadar, sehingga seorang sufi akan
berada sedekat mungkin dengan Allah namun,setiap sufi atau salik memiliki cara berbeda dalam
pendekatan diri kepada Allah.65
Kontribusi Hamka dalam merevitalisasi tasawuf tercurah dalam karya nya yaitu Tafsir al - Ashar. Beliau
mengangkat tasawuf sebagai kajian ilmiah yang sempat hilang karena didalamnya terdapat praktek-praktek
yang salah atau menyimpang tidak sesuai dengan al-Quran dan Hadis pada abad lalu. Namun Hamka
mengolah tasawuf secara sederhana sehingga masyarakat umum dapat memahami inti sari dari tasawuf dan
tasawuf Hamka ia kemas sesuai dengan perkembangan zaman. 66 Hamka juga menggagas bahwa bertasawuf
tanpa meninggalkan syariat Islam karena sebagai umat Islam harus mengetahui cara untuk mendekatkan
diri pada Allah dengan benar. Tasawuf menurut nya yaitu keluar dari budi perketi yang tercela dan masuk
dalam budi perkerti yang terpuji.67 Beliau juga mengatakan bahwa jika ingin menjadi sufi tidak perlu
berpakaian memakai pakaian khas sufi, tidak juga menjadi isolatif terhadap masyarakat dan tidak
menjauhkan diri dari dunia. Namun harus dapat menyeimbangkan dunia dan akhirat. 68
Hamka sangat semangat membawakan tasawuf yang notabenya sebagai ajaran yang terdapat dalam
Islam. Terdapat empat hal yang melatar belakangi munculnya gerakan pembaruan Islam di Indonesia yaitu

63
Ibid., 70-80
64
Ibid., 41-42
65
Ibid.,
66
Ibid.,
67
Ibid.,
68
Ibid.,
14
faktor kuat yang meluruskankan ajaran - ajaran atau praktek – praktek keagamaan umat Islam yang didalam
nya mengandung unsur sinkretisme, khurafat dan juga bid’ah. Faktor kedua yaitu munculnya semangat
nasionalisme dan patriotisme yang mana pada kala itu kondisi Indonesia setelah terjajah oleh kolonialisme
asing. Ketiga yaitu faktor munculnya yang didorong kuat keinginan untuk memperkuat kondisi sosial,
ekonomi, budaya dan politik. Yang dimana Indonesia masih terbayang - bayang masa penjajahan
kolonialisme. Faktor ke - empat yaitu faktor yang mendorong kuat keinginan untuk merombak dan
melakukan pembaruan sistem pendidikan Indonesia, dimana sisitem pendidikan Indonesia sangat rendah
dibanding negara – negara lain dan juga tertutup sehingga mengakibatkan pendidikan Islam tidak mampu
berkembang dari tujuan awal, tidak mampu menjawab sesuai dengan kebutuhan zaman dan tidak bisa
menjadi penggerak dinamika kebudayaan manusia pada abad modern seperti saat ini.69
Di Indonesia sendiri tasawuf muncul sudah terlihat jelas dan banyak faktor yang melatar - belakangi
nya.. contoh kecilnya literatur – literatur yang berbau tasawuf sangat digemari masyarakat Indonesia yang
laris terjual. Namun yang jadi pertanyaan di ero modern seperti ini yang dimana ilmu pengetahuan dan
teknologi marak justru banyak orang berbondong – bondong untuk ilmu mengkaji tasawuf ? khususnya di
Indonesia? . Dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam era modern yang dimana perkembangan teknologi
70
dan ilmu pengetahuan bertumbuh pesat namun hal tersebut tanpa memberi makna kehidupan.
modernisme dipandang gagal memberikan kehidupan yang memiliki makna kepada umat manusia. Dari
situlah tidak heran bahwa sebagian besar orang berbondong – bondong untuk kembali pada agama . yang
dimana fungsi agama lebih memberikan makna dan memberikan tujuan kehidupan umat manusia. Dalam
kebangkitan abad ke – agamaan seperti sekarang ini dimana spiritualital. Tampaknya seperti sekarang ini
agama formal dipandang memparsempit universalitas Tuhan. Nurcholish majid melancarkan kritik – kritik
dan menolak tentang pernyataan bahwa agama formal dipandang sebagai penyempit universlitas Tuhan. Di
dalam Islam, kebangkitan non-organized religion yang dimaksud dengan bangkitnya sufisme di era modern
seperti sekarang ini . namun juga sufisme bukan satu – satu nya gejala yang muncul. Dan disisi lain respon
terhadap Islam di masa seperti sekarang adalah yang sering kali disebut denan sebutan fundamentalisme .
yang dimaksudkan disini adalah fundamentalisme yang diamana paham untuk membangkitkan kembali
Islam kepada doktrin – doktrin Islam , yang dimana doktrin – doktrin Islam otentik. Atau kembali ke zaman
dimana pemahaman fundamentalisme Islam terhadap teks – teks al- Quran yang lebih cenderung tekstual
dan tidak kritis dan cenderung uraian yang sistematis atau apologetik (menurut Azumardi Azra ,1993).

69
Ibid.,46
70
Jurgen Habermas seorang filosof dari jerman berpendapat bahwa ekspansi dan globalisasi merupakan ujung tombak ang tidak
hanya condong kehidupan yang matrealistis namun juga hedonistik dan hal tersebut mengakitbkatkan adanya kontrol rasional
dalam berbagai sektor kehidupan. Lihat buku Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 1999 ) 130.
15
Gejala fundamentalisme yang sangat baku yang berpijak pada literature. Dan perkembangan pada
masyarakat modern tidak lagi memadai lagi jika hanya dipenuhi doktrin – doktrin ibadah pokok . tetapi
dalam era seperti sekarang ini diperlukan pengalaman dalam ilmu agama yang lebih intens dalam proses
pencarian ilmu agama tersebut.71

Kesimpulan

Penolakan neosufisme terhadap taklid merupakan sesuatu yang wajar. Hal itu dikarenakan dituduhnya
tarekat yang didalamnya terdapat taklid buta sebagai salah satu faktor penyebab ke jumud an bahkan
kemunduran umat Islam. Taklid memunculkan polemik dalam sejarah umat Islam . namun disisi lain taklid
tidak melulu berdampak negatif, ketika kita tidak punya kemampuan atau ilmu kita diwajibkan untuk
bertaklid dalam sudut pandang fikih . Namun yang dikritik habis – habisan oleh pembaru yaitu dalam
tarekat. Disamping itu umat Islam tidak tinggal diam dengan keaadan yang seperti itu lama kelamaan umat
Islam mulai bangkit dan menorehkan dikertas sejarah umat Islam. Umat Islam mulai memperbaiki dan
pembentuk pembaruan Islam dalam bentuk organisasi maupun sistem yang secara sistematis. Yang dimana
sebagai umat Islam yang puritan harus dapat menyeimbangkan urusan duniawi dan akhirat. Dalam era
modern seperti ini umat manusia berbondong – bondong untuk membekali diri dengan ilmu agama dan
tasawuf bermain didalamnya .

71
Ibid.,130 - 133
16

Anda mungkin juga menyukai