Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG RANGE OF MOTION

(ROM) PADA PASIEN STROKE DAN CIDERA OTAK DI RUANG


MELATI RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER

Diajukan untuk memenuhi tugas profesi stase Medikal

Oleh :
Kelompok D8
M. Cholilurrohmohman H. NIM 192311101160
Irfan Firmansyah NIM 202311101020
Maraytus Sissetyaningrul P. NIM 202311101086
Mila Sari Lestia D. NIM 202311101087
Wan Sandra Clarista P. NIM 202311101090
Mufida Noor Habiba NIM 202311101079
Rurin Nurmaidah NIM 202311101083

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM PROFESI NERS
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi


Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat
stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya
kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh
secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang
merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang
tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark
karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik
yang merusak jaringan otak.
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar
12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di
Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung
dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan
terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰),
DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur
sebesar 16 per mil. Prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring
bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok
usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis
kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) 2 dibandingkan dengan perempuan
(6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan lebih
tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). (Riskesdas,
2013). Di indonesia diperkirakan setiap tahunnya ada 500.000 penduduk yang
terkena serangan stroke. Sekitar 25% meninggal, dan sisanya cacat ringan
maupun berat. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat dikemudian
hari, oleh karena perubahan gaya hidup, lingkungan yang semakin tidak sehat,
jenis makanan yang semakin beragam dan berlemak dan sebagainya. (Sofwan,
2010).
Selanjutnya cedera otak juga menjadi masalah yang mengakibatkan
mordibilitas dan mortalitas pada semua kelompok umur. Cedera otak yang
disebakan oleh faktor trauma merupakan penyebab utama dari kematian pada
usia muda. Cedera otak traumatik sering terjadi pada usia dewasa muda,
dengan prosentase sekitar 2% untuk seluruh penduduk dunia pertahunnya
(Pramesti,dkk., 2017). Di Amerika serikat, prevalensikasus cedera otak
mencapai 500.000 kasus pertahunnya, dengan 10% dari kejadian tersebut
meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Pada Negara Amerika Serikat
kasus cedera otak mencapai 500.000 kasus setiap tahunnya. Sebanyak 10%
mengalami cedera otak sedang, 10% lainnya mengalami cedera otak berat dan
sisanya mengalami cedera otak ringan. Sedangkan di Jerman, kejadian cedera
otak mencapai 350 per 100.00 jiwa dan sebanyak 280.000 pasien masuk ke
rumah sakit setiap tahunnya akibat mengalami cedera otak. Sebesar 35% dari
kasus tersebut tergolong cedera otak sedang dan berat (Priyanto dan
Kusdaryono, 2017). Adapun etiologi dari terjadinya cedera otak karena
trauma, terbanyak diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (21%),
olahraga (10%), dan sisanya adalah penyebab lain (Polapa,dkk., 2016).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas
Keperawatan di ruang Melati RSD dr. Soebandi Jember pada tanggal 9 Maret
2021 didaptakan bahwa sebagian besar pasien mengalami penurunan
kesadaran dan imobilisasi yang disebabkan oleh penyakit sistem saraf dan
penymbatan pembuluh darah. Keterlibatan keluarga dalam melakukan ROM
pasif maupun aktif sangat dibutuhkan untuk meningkatkan status kesehatan
pada pasie baik di rumah sakit ataupun di rumah ketika sudah keluar rumah
sakit.
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan ini bertujuan
untukmembantumeningkatkan status kesehatan pasien yang ada di
Ruang Melati RSD dr. Soebandi Jmeber.
2.1.2 Tujuan Khusus
1. Keluarga pasien mampu untuk memahami konsep latihan gerak
(ROM) untuk pasien stroke dan cidera otak.
2. Keluarga pasien mampu melakukan kegiatan latihan gerak
(ROM) untuk pasien stroke dan cidera otak.
3. Keluarga pasien mampu mengaplikasikan latihan gerak (ROM)
untuk pasien stroke dan cidera otak dalam kehidupan sehari-hari
secara rutin
2.2 Manfaat
2.2.1 Bagi Keluarga
Menambah pengetahuan serta pemahaman tentang latihan gerak
kepada keluarga untuk penatalaksanaan pasien dengan stroke dan
cidera otak
2.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Mempengaruhi perilaku keluarga dengan penyampaian pesan untuk
mencapai tujuan hidup sehat
BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda san gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat lokal atau global yang berkembang cepat (dalam detik atau
menit ). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian. (Ginsberg, 2007). Dalam bahasa sederhana stroke adalah serangan
mendadak yang terjadi di otak yang melibatkan pembuluh darah di otak
(tersumbat atau pecah) dan akhirnya bermanifestasi dalam beragam gejala
(mulai dari kelumpuhan, bicara pelo, gangguan menelan, dan sebagainya).
Sumbatan atau adanya pembuluh darah yang pecah didalam otak tersebut
akan menimbulkan gangguan pada daerah otak tertentu yang diperdarahi oleh
pembuluh darah yang pecah atau tersumbat(Sofwan, 2010).
Penyebab tersering stroke adalah penyakit degeneratif arterial, baik
aterosklerosis maupun penyakit pembuluh darah kecil (lipohialinosis).
Kemungkinan berkembangnya penyakit degeneratif arteri yang signifikan
meningkat pada beberapa faktor risiko vaskular yakni usia, riwayat penyakit
vaskular dalam keluarga, hipertensi, diabtes mellitus, merokok,
hiperkoleterolemia, alkohol, kontrasepsi oral, dan fibrinogen plasma.
(Ginsberg, 2007).
Selanjutnya mengenai cidera otak diawali dengan adanya cedera kepala.
Cedera kepala merupakan suatu trauma atau kerusakan yang terjadi di kepala
akibat adanya benturan fisik dari luar yang dapat menurunkan kesadaran
serta menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif maupun fungsi fisik.
Kasus kematian akibat trauma sebanyak 50% disebabkan oleh cedera kepala
(Untoro dkk., 2019). Menurut Millatina, (2019)cedera kepala merupakan
gangguan traumatic Yang terjadi pada fisiologis otak baik disertai atau
tidaknya perdarahan pada interstitial didalam substansi pada otak , dan tanpa
diikuti dengan terputusnya kontinuitas pada otak. Banyak hal yang mungkin
terjadi saat mengalami cedera kepala , dimana selain adanya tulang kranial,
didalam kepala juga terdapat selaput meningens dan cairan yang memiliki
fungsi untuk melindungi otak dari trauma dan shock absorbtion. Secara tidak
langsung trauma kepala dapat menyebabkan otak kehilangan fungsinya
meskipun kerusakan yang dilihat hanya pada bagian kepala saja. Adanya
trauma akan memicu terjadinya hematom pada ruang disekitar otak sehingga
hal ini dapat mempengaruhi sistem sirkulasi perifer dan menyebabkan
kerusakan dari hubungan saraf-saraf yang ada di dalam otak (Rasul, dkk
2013).Cedera otak diklasifikasikan menjadi ringan, sedang dan berat
yangmana dilihat dari tingkat kesadaran klien.

3.2 Kerangka Penyelesaian

Pemateri menjelaskan secara Pemateri memberikan


singkat tentang konsep dasar reinforcement positif pada
Range Of Motion keluarga setelah melakukan
pengulangan kembali

Keluarga mampu memahami Keluarga dapat memahami


maksud dari pemateri dan mengulang kembali
materi yang telah diajarkan
oleh pemateri
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RANGE OF MOTION UNTUK KLIEN DENGAN STROKE DAN CIDERA
OTAK

Topik : Range Of Motion


Sasaran : Keluarga dan pasien di Ruang Melati RSD dr. Soebandi
Tempat : Ruang Melati RSD dr. Soebandi
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Maret 2021
Waktu : 20 menit

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan keluarga dapat memahami cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan derajad kesehatan pasien dengan cara
melakukan Range Of Motion dengan baik.

2. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x20 menit, diharapkan
keluarga dan pasien yang mengalami stroke dan cidera otak mampu:
a. Menjelaskan pengertian Range Of Motion
b. Menyebutkan Kalsifikasi Range Of Motion
c. Menyebutkan Tujuan Range Of Motion
d. Menyebutkan Prinsip dasar Range Of Motion
e. Menyebutkan Gerakan Range Of Motion
3. Pokok Bahasan : Range Of Motion
4. Sub pokok Bahasan
a. Pengertian Range Of Motion
b. Kalsifikasi Range Of Motion
c. Tujuan Range Of Motion
d. Prinsip dasar Range Of Motion
e. Gerakan Range Of Motion
5. Waktu : 20 menit
6. Bahan/Alat yang Diperlukan : Materi
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: demonstrasi
b. Landasan teori :
c. Langkah pokok
1. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
2. Mengidentifikasi pilihan tindakan
3. Menetapkan tindak lanjut sasaran
a. Media
Leaflet
b. Setting Tempat

Keterangan:

: Fasilitator dan pemateri

: Peserta
c. Kegiatan Penyuluhan

Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Pendahuluan  Memberikan salam 1. Menjawab salam 2 menit
 Perkenalan 2. Mendengarkan dan
 Menjelaskan TIU dan memperhatikan
TIK
 Menyebutkan materi
yang akan diberikan

Penyajian 1. Menanyakan (review)  Menjawab pertanyaan 10 menit


kepada keluarga penyuluhan
terkait latihan gerak  Mendengarkan dan
sendir terhadap memperhatikan
pasien stroke dan  Bertanya pada
cidera otak menurut penyuluh bila masih
pengetahuan warga ada yang belum jelas
2. Menjelaskan materi
tentang:
a. Pengertian Range
Of Motion
b. Kalsifikasi Range
Of Motion
c. Tujuan Range Of
Motion
d. Prinsip dasar
Range Of Motion
e. Gerakan Range
Of Motion

Penutup  Evaluasi 1. Menjawab pertanyaan 3 menit


 Menyimpulkan 2. Memperhatikan
 Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
penutup

4 Evaluasi
1. Apa pengertian Range Of Motion?
2. Apa prinsip dasar Range Of Motion !
3. Sebutkan gerakan Range Of Motion !
DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta:


Erlangga.

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 05 November 2018,
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20 2013.pdf

Sofwan, Rudianto. 2010. Stroke dan rehabilitasi Pasca Stroke. Jakarta: PT


Bhuana Ilmu Populer.

Polapa, M., Prasetyo, E., & Oley, M. C. 2016. Hubungan Antara Dinamika Suhu
Tubuh Dan Leukosit Perifer Dengan Skala Skor FOUR Penderita Cedera
Otak Risiko Tinggi. Jurnal Biomedik: JBM. 8(3).

Pramesti, F. A., Purnomo, H., & Balafif, F. 2017. Pengaruh Ekstrak Propolis
terhadap Apoptosis Melalui Ekspresi Brain-Derived Neurotrophic Factor
(BDNF) pada Sel Otak Tikus Model Cedera Otak Traumatik. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 29(3): 209-215.

Priyono.2019.Asuhan Keperawatan pada Klien Cedera Otak Berat (COB) dengan


Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Studi Di Ruang High Care Unit RSUD
Bangil Pasuruan. Karya Tulis Ilmiah D III Keperawatan. STIKES Insan
Cendekia Medika Jombang

Millatina, E.N.2019.Gambaran Care Dependency pada pasien Postkraniotomi di


RSD dr.Soebendi Jember.Skripsi

Rasul, M., Arifin, M.Z., dan Winarno. 2013. Penatalaksanaan pasien cedera kepala dengan fraktur
panfasial dan pneumosefalus: Laporan Kasus. Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi dan Bagian Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
PadjadjaranXUntoro, D. B., T. Permono, dan S. Subandrate. 2019. Hubungan
epidural hematoma dengan fraktur kranium pada pasien cedera kepala.
Sriwijaya Journal of Medicine. 2(3):164–167.
Lampiran 1. SOP
JUDUL SOP :

RANGE OF MOTION
(ROM)

PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :
I
TANGGAL DITETAPKAN OLEH :
TERBIT :
PROSEDUR
Ketua FKEP
TETAP
Universitas Jember

1. PENGERTIAN Range Of Motion (ROM) adalah


segenap gerakan yang dalam keadaan
normal dapat dilakukan oleh sendi
yang bersangkutan
2. TUJUAN 1. Untuk memelihara fungsi
dan mencegah kemunduran.
2. Untuk memelihara dan
meningkatkan pergerakan sendi.
3. Untuk merangsang
sirkulasi darah.
4. Untuk mencegah kelainan
bentuk (deformitas).
5. Untuk memelihara dan
meningkatkan kekuatan otot.
4. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri
anda, dan identifikasi klien
dengan memeriksa identitas
klien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk
meninggalkan ruangan, beri
privasi kepada klien
4. Atur posisi klien sehingga
merasakan aman dan nyaman
5. PERSIAPAN ALAT Baki beralas berisi:
1. Handuk kecil
2. Lotion/baby oil
3. Minyak penghangat bila perlu
(mis : minyak telon)
6. CARA BEKERJA :
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman
3. Periksa alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
5. Posisikan klien senyaman mungkin
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
A. Fleksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku klien, kemudian tangan
kanan memegang tangan klien.
2. Angkat tangan ke atas dari sisi tubuh.
3. Gerakan tangan perlahan-lahan, lemah lembut ke arah kepala sejauh
mungkin.
4. Letakkan tangan di bawah kepala dan tahan untuk mencegah
dorongan fleksi, tekuk tangan dan siku.
5. Angkat kembali lengan ke atas kembali ke posisi semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
B. Abduksi dan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku klien, tangan kanan
memegang tangan klien.
2. Pertahankan posisi tersebut, kemudian gerakkan lengan sejauh
mungkin dari tubuh dalam keadaan lurus.
3. Tekuk dan gerakkan lengan segera perlahan ke atas kepala sejauh
mungkin.
4. Kembalikan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
C. Rotasi Interna dan Eksterna Bahu
1. Tempatkan lengan klien pada titik jauh dari tubuh, bengkokkan siku.
Pegang lengan atas, tempatkan pada bantal.
2. Angkat lengan dan tangan.
3. Gerakkan lengan ke bawah dan tangan secara perlahan-lahan ke
belakang sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
D. Penyilangan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di bawah siku dan tangan lain
memegang tangan klien.
2. Angkat lengan klien.
3. Posisi lengan setinggi bahu, gerakkan tangan menyilang kepala
sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
E. Supinasi dan Pronasi Lengan
1. Permulaan posisi : pegang tangan klien dengan kedua tangan, posisi
telunjuk pada telapak tangan, kedua ibu jari di punggung tangan.
2. Tekuk telapak tangan klien menghadap wajah klien.
3. Kemudian tekukkan telapak tangan bagian punggung ke muka klien.
4. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
F. Ekstensi dan Fleksi Pergelangan Tangan dan Jari
1. Pegang pergelangan tangan klien dengan satu tangan klien dan
tangan klien bergenggaman dengan tangan perawat.
2. Tekuk punggung tangan ke belakang sambil mempertahankan posisi
jari tetap lurus.
3. Luruskan tangan.
4. Tekuk tangan ke depan sambil jari-jari menutup membuat
genggaman, kemudian buka tangan.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
G. Fleksi dan Ekstensi Ibu Jari
1. Pegang tangan klien, tekuk ibu jari ke dalam telapak tangan klien.
2. Dorong ibu jari ke belakang pada titik terjauh dari telapak tangan
klien. Ulangi lebih kurang sampai 3 kali.
3. Gerakkan ibu jari klien secara memutar/sirkulasi pada satu lingkaran.
H. Fleksi dan Ekstensi Panggul dan Lutut
1. Tempatkan salah satu tangan perawat di bawah lutut klien, tangan
lain di atas tumit dan menahan kaki klien.
2. Angkat tungkai dan tekukkan pada lutut, gerakkan tungkai ke
belakang sejauh mungkin.
3. Luruskan lutut di atas permukaan kaki, kembalikan pada posisi
semula.
4. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
I. Rotasi Interna dan Eksterna Panggul
1. Tempatkan satu tangan perawat di bawah lutut klien, tangan lain di
bawah tumit kaki klien.
2. Angkat tungkai dan tekuk membuat sudut yang besar di atas lutut.
3. Pegang lutut dan kaki klien mendorong ke hadapan perawat.
4. Gerakkan kaki ke posisi semula.
5. Dorong kaki sejauh mungkin dari perawat, gerakkan ke posisi
semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
J. Abduksi dan Adduksi Panggul
1. Tempatkan satu tangan perawat di bawah lutut klien, letakkan tangan
lain di bawah tumit.
2. Pegang tungkai dalam keadaan lurus, kemudian angkat ke atas
setinggi 5 cm dari kasur.
3. Tarik kaki ke arah luar, ke hadapan perawat.
4. Dorong tungkai ke belakang dan kembalikan ke posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
K. Dorso dan Plantar Fleksi Pergelangan Kaki
1. Pegang tumit klien dengan tangan perawat, biarkan istirahat beberapa
saat pada tangan perawat.
2. Tekan lengan perawat pada telapak kaki, gerakkan menghadap
tungkai.
3. Pindahkan tangan perawat pada posisi semula.
4. Pindahkan tangan ke ujung kaki dan bagian bawah kaki, dorong kaki
ke bawah pada titik maksimal secara bersamaan, kemudian dorong
kembali ke atas pada tumit.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
L. Eversi dan Inversi Kaki
1. Putar kaki satu persatu ke arah luar.
2. Kemudian kembali ke arah dalam.
3. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
M. Ekstensi dan Fleksi Jari-jari Kaki
1. Mulai dengan menarik ujung jari kaki ke atas.
2. Ujung-ujung jari kaki di dorong ke bawah.
3. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.

7. Rapihkan klien ke posisi semula.


8. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
9. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepas sarung tangan
10. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela.
11. Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)
12. Berikan reinforcement positif pada klien
13. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
14. Akhiri kegiatan dengan baik
15. Cuci tangan
7. HASIl :
Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/jam tindakan, Hasil Yang
diperoleh, Respon klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat Pelaksana
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Pegang ekstremitas pada sendi-sendi seperti : elbow, wrist, knee.
Gerakkan sendi secara perlahan-lahan, selanjutnya teruskan. Jika tidak
nyaman/agak nyeri pada sendi, misalnya : adanya arthritis  dukung
ekstremitas pada daerah tersebut.
2. Gerakan setiap sendi melalui ROM lebih kurang 3 kali terus menerus
secara teratur dan perlahan-lahan.Hindarkan pergerakan yang berlebihan
dari persendian pada saat latihan ROM.Hindarkan tekanan yang kuat
pada saat pergerakan yang kuat.
3. Hentikan pergerakan bila ada nyeri.
4. Catat adanya ketidaknyamanan (nyeri, kelelahan), kontraktur/kekakuan
sendi, kekuatan otot dan adanya atrofi otot.
5. Apabila ada perasaan nyeri akibat kekejangan/spasme otot, gerakkan
sendi secara perlahan-lahan, jangan berlebihan.
Gerakkan dengan lemah lembut secara bertahap sampai terjadi relaksasi.
6. Aktifitas fungsional untuk menguji lingkup gerak sendi dapat dilakukan
pada klien yang sudah dapat melakukan pergerakan sendiri tanpa
bantuan.
7. Pergerakan diuji/diperiksa oleh terapis untuk menentukan adanya
pergerakan daerah sendi.Pergerakan sendi klien sangat dipengaruhi oleh
kondisi fisik, faktor penyakit dan faktor genetik. Latihan disesuaikan
dengan keadaan klinis klien.
8. Setiap sendi tubuh mempunyai suatu lingkup pergerakan yang normal.
9. Sendi-sendi akan kehilangan lingkup pergerakan sendi yang normal.
Kekakuan akan mengakibatkan suatu keadaan ketidakmampuan yang
menetap. Hal ini sering terjadi pada kondisi Neuromuskuler
(Hemiplegia).
10. Latihan ROM direncanakan dengan individu, lingkup pergerakan
bervariasi sesuai dengan perbedaan tubuh dan kemampuan serta
golongan umur.
11. Latihan ROM dapat dilakukan kapan saja, dimana keadaan fisik tidak
aktif.
Lampiran 2. Materi

a. Pengertian Range Of Motion


Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan batas
atau besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai
dasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal
(Helmi, 2012).
Menurut (potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah
jumlah pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu
dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal. Range Of Motion
(ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh
sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagi menjadi dua jenis yaitu
ROM aktif dan ROM pasif. (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008)
Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-
masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Tujuan ROM adalah : (1). Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot,
(2). Memelihara mobilitas persendian, (3) Merangsang sirkulasi darah, (4).
Mencegah kelainan bentuk. (Potter dan Perry (2006).
b. KalsifikasiRange Of Motion
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi rom
sebagai berikut:
1) ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif
adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendii
dan kooperatif.
2) ROM pasif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang
maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga
klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
c. Tujuan Range Of Motion
Tujuan ROM Menurut Johnson (2005), Tujuan range of motion (ROM)
sebagai berikut:
1) Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas yang
sakit.
2) Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
3) Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas
4) Memudahkan kenyamanan. Sedangkan tujuan ltihan Range Of Motion
(ROM)
menurut Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah (2008) :
1) Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.
2) Memelihara mobilitas persendian.
3) Merangsang sirkulsi darah.
4) Mencegah kelainan bentuk.

d. Prinsip dasar Range Of Motion


Prinsip Dasar ROM Prinsip dasar latihan range of motion (ROM) menurut
Suratun, Heryati, Manurung, & Raenah (2008) yaitu:
1) ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2kali sehari
2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan pasien.
3) Dalam merencanakan program latihan range of motion (ROM) ,
Memperhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah
baring.
4) ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli
fisioterapi
5) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, atau pergelangan kaki.
6) ROM dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai
mengurangi proses penyakit.
7) Melakukan ROM hrus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan.
e. Gerakan Range Of Motion
Rom aktif Merupakan latian gerak isotonik ( Terjadi kontraksi dan
pergerakan otot )yang dilakukan klien dengan menggerakan masingmasing
persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal. (Kusyati Eni,
2006 )
Rom pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang
menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. (Kusyati
Eni, 2006 )
Prosedur pelaksanaan:
Gerakan pinggul dan panggul
1. Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul
a. Angkat kaki dan bengkokkan lutut
b. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
c. Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki sampai
pada kasur.
2. Abduksi dan adduksi kaki
a. Gerakkan kaki ke samping menjauh klien
b. Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya
3. Rotasikan pinggul internal dan eksternal
4. Putar kaki ke dalam, kemudian ke luar Gerakkan telapak kaki dan
pergelangan kaki
1) Dorsofleksi telapak kaki
a. Letakkan satu tangan di bawah tumit
b. Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk menggerakkannya ke
arah kaki
2) Fleksi plantar telapak kaki
a. Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya
berada pada tumit
b. Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
3) Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
a. Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan tangan
yang lainnya pada pergelangan kaki
b. Bengkokkan jari-jari ke bawah
c. Kembalikan lagi pada posisi semula
4) Intervensi dan eversi telapak kaki
a. Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang lainnyadi
atas punggung kaki
b. Putar telapak kaki ke dalam, kemudian ke luar

Anda mungkin juga menyukai