Anda di halaman 1dari 11

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai beberapa kesenjangan antara tinjauan

pustaka dengan pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan secara

continuity of care pada Ny.“M”. Penulis membahas dengan mengelompokkan

berdasarkan tahapan continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus

dan keluarga berencana.

5.1 Dokumentasi Asuhan Soap

5.1.1 Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara

berkala untuk menjaga ksehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini meliputi pemeriksaan

kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan dan intervensi dasar yang

dilakukan (Ika dan Saryono, 2010). Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan

ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak dirinya hamil untuk

menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta

mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya

resiko-resiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal

terhadap kehamilan (Mufdillah, 2009).

Berdasarkan data hasil pengkajian pada Ny. “M” didapatkan data bahwa

pada kunjungan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara umum keadaan ibu baik dan ibu tidak

mengeluh apapun. Riwayat obstetri ibu ditemukan bahwa ini merupakan

kehamilan yang kedua. Selama kehamilan dilakukan pemeriksaan laboratorium

170
2

seperti Hb, Golda, VCT dan HbsAg. Didapatkan hasil pemeriksaan lab

Hemoglobin Ny”M” 11,7 gr/dl.

Menurut teori dan fakta hal ini menunjukkan bahwa kunjungan kehamilan

yang dilakukan Ny”M” dari awal kehamilannya sampai menjelang persalinan

sudah memenuhi standart kunjungan kehamilan, sehingga dapat dikaji dari awal

komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi di saat kehamilan, persalinan dan

nifas. Sesuai dengan teori Ny”M” sudah melakukan tes laboratorium dari

kehamilan trimester 1 dan hasilnya Ny”M” tidak mengalami penyakit apapun.

5.1.2 Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Menurut Manuaba 2010 menyatakan bahwa persalinan adalah proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat

hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan.

Tanda-tanda persalinan menurut Mochtar, 2013. Tanda Pasti Persalinan meliputi,

Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan teratur, keluar

lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan- robekan kecil pada

serviks, kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya dan pada pemeriksaan

dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan. Menurut Hanifa Winkjosastro

(2010) Effecement/ perdataran serviks keras (0%-30%), sedang (40%-50%), lunak

(60%-75%), dan sangat lunak (75%-100%). Menurut Sumarah (2009) His atau

kenceng-kenceng dan keluar lendir merupakan keluhan akibat kontraksi rahim

pada saat persalinan. Menurut Johariyah dan Ema (2012) pada ibu bersalin

tekanan darah meningkat 10-20 (sistolik) dan 5-10 (diastolik), nadi <100x/menit,

pernapasan normal 18-24x/menit, kenaikan suhu tidak lebih dari 0,5-1˚c. Menurut
3

Samarah (2009), Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I servik membuka

dari pembukaan 0-10 cm. Kala I dinamakan juka kala pembukaan, kala II disebut

kala pengeluaran, kala III disebut juga kala pengeluaran urie, sedangkan kala IV

dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Menurut Sulistyawati

(2010) Pasien dikatanya dalam persalina kala I, jika sudah terjadi pembukaan

servik dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40

detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini

terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana servik membuka sampai 3

cm dan fase aktif (6 jam) dimana servik membuka dari 3-10 cm. (Sulistyowati.

2010: 7) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu : Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, Fase dilatasi maksimal, dalam 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat. Dari 4 cm menjadi 9 cm, Fase deselerasi, pembukaan

melambat kembali. Dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm. Menurut

Manuaba (2010). Fase laten yang memanjang Fase laten yang melampaui waktu

20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan

abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup : Serviks belum matang

pada awal persalinan, Posisi janin abnormal, Disproporsi fetopelvik, Persalinan

disfungsional, Pemberian sedatif yang berlebihan, Serviks yang belum matang

hanya memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks akan membuka secara

normal begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20

jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai.

Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau

pun anak.
4

Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa Ny. “M” datang ke Ponkesdes

Arjasa 23.20 WIB dengan mengeluh perut mules-mules dari dan keluar lendir

pukul 20.00 WIB belum keluar darah. Data tersebut merupakan hal yang fisiologis

dan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Dari hasil perpaduan antara teori dengan fakta yang ada Ny”M”

mengalami tanda-tanda persalinan tidak sesuai dengan waktunya karena

kehamilan ibu sudah melewati tapsiran persalinan dan ibu juga mengalami

oligohidram nion dan tidak ada tanda-tanda kemajuan pebukaan yang terjadi pada

ibu teori katakan disebabkan Serviks belum matang pada awal persalinan, Posisi

janin abnormal, Disproporsi fetopelvik, Persalinan disfungsional, Pemberian

sedatif yang berlebihan, Selama Ny”M” hamil keluarga juga sangat mendukung

dan selalu membimbing ibu untuk jalan-jalan pagi hari. Tanda-tanda persalinan

salah satunya adalah nyeri perut bagian bawah yang menandakan adanya

penurunan kepala, menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2

minggu menjelang persalinan. Sedangkan keluhan mules kadang-kadang juga

termasuk salah satu tanda-tanda persalinan yang. Pemeriksaan fisik didapatkan

data berada pada batas normal dengan TFU sesuai dengan usia kehamilan yaitu

pada usia 42 minggu 6 Hari TFU berada pada 2 jari dibawah px (Mc. Donald 358

cm) dan TBJ 4805 gram.

Hasil pemeriksaan dalam pukul 23.20 WIB, pembukaan 1cm, effecement

25%, ketuban (+), UUK kadep depan, HII. Menurut Manuaba (2010), penipisan

dan pembukaan serviks pada kala I fase laten pembukaan serviks dimulai dari 1- 3

cm, fase aktif dimulai dari pembukaan 4-10 cm. Kemudian hasil pemeriksaan
5

dalam pembukaan 1cm, effecement 25%, ketuban (+), hodge 2, kemudian bidan

menyuruh ibu pulang dan ibu disarankan untuk melakukan USG dan konsul ke

dokter SPOG. Kemudian pada tanggal 11 Januari 2019 jam 16.00 WIB didapati

hasil dari USG kehamilan ibu sudah lebih bulan dan mengalami oligohidramnion

dan bayi harus segera di lahirkan, kemudian ibu di rujuk ke Rumah Sakit dr.

Abdoer Rahem Situbondo.

Dari perpaduan antara teori dengan fakta Ny”M” sudah mengalami tanda-

tanda persalinan dan akan dilakukan penatalaksanaan pada Ibu sebagaimana

asuhan yang diberikan rujukan karena kehamilan ibu lebih bulan dan oligihidram

nion.

5.1.3 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir

antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada

kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat, evaluasi nilai APGAR dilakukan

mulai dari menit pertama sampai 5 menit (Marmi dan Rahardjo, 2015). Caput

suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding

vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada

kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak

diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. Menurut Ridha

(2014) ikterus fisiologis memiliki tanda-tanda, antara lain sebagai berikut : a)

Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga setelah bayi lahir dan

tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang sampai hari

kesepuluh. b) Kadar bilirubin indirek tidak lebih dari 10 mg/dl pada neonatus
6

kurang bulan dan 12,5 mg/dl pada neonatus cukup bulan. c) Kecepatan

peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg/dl per hari. d) Kadar bilirubin

direk tidak lebih dari 1 mg/dl.

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir (Bayi Ny”M”) diawali dengan

pengkajian data yang didapat dari Rumah Sakit pada tangga 11 Januari 2019.

Dimana bayi baru lahir normal, PB 45 cm, BB 2450 gr, keadaan umum baik, tapi

pada pemeriksaan fisik ditemukan kelainan fisiologis seperti caput succedenum

dan ikterus fisiologis. Pada kunjungan neonatus hari ke-1 dari hasil pemeriksaan

fisik didapatkan caput succedenum di kepala bayi dan wajah bayi terlihat kuning.

Hal ini masih dikatakan fisologis karena bayi masih dalam proses adaptasi dan

terjadi pada hari ke-1. Kunjungan neonatus II dilakukan pada tanggal 10-01-2019

pukul 16.00 WIB, hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik, berat bayi naik

menjadi 3700 gr, tali pusat sudah kering dan sudah lepas, menganjurkan ibu untuk

segera membawa anaknya apabila ada keluhan ke fasilitas kesehatan terdekat. Ibu

mengatakan ibu menyusui bayi sesering mungkin saat bayi menginginkan ataupun

payudara terasa penuh dan ibu juga sudah mengerti cara perawatan bayi.

Kunjungan neonatus III dilakukan pada tanggal 27-01-2019 pukul 16.00 WIB,

hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik, berat badan bayi naik menjadi 4500

gr, mengingatkan ibu tentang pemberian ASI sesering mungkin, tanda bahaya

pada bayi baru lahir dan menjaga kebersihan bayi. Ibu mengatakan bayi menyusu

kuat, bayi mandi 2 kali sehari di pagi dan sore hari oleh ibu.

Menurut asumsi penulis keluhan-keluhan pada bayi Ny”M” adalah

keadaan fisiologis sehingga membutuhkan penatalaksanaan asuhan kebidanan


7

penulis memberikan konseling agar ibu menjemur bayinya pada pagi hari selama

10 menit pada pagi hari dan frekuensi menyusui bayi sesering mungkin setiap

hari, sehingga jumlah cairan dan kalori sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.

mengajarkan ibu cara memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat,

mengingatkan ibu tentang ASI Eksklusif menganjurkan pada ibu agar bayi rutin

kunjungan ke posyandu untuk melihat perkembangan dan pertumbuhannya, dan

menganjurkan ibu untuk segera membawa anaknya apabila ada keluhan ke

fasilitas kesehatan terdekat. Berdasarkan keluhan yang terjadi tidak ada

kesenjangan antara teori dan fakta.

5.1.4 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal

masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

Tanda infeksi masa nifas Tanda-tanda infeksi masa nifas menurut

Manuaba (2010), yaitu: Infeksi lokal a) Pembengkakan luka b) Terbentuk pus c)

Perubahan warna lokal d) Pengeluaran lochea bercampur nanah e) Mobilisasi

terbatas karena rasa nyeri f) Temperatur badan dapat meningkat dan Infeksi umum

a) Tampak sakit dan lemah b) Temperatur meningkat lebih dari 390C c) Tekanan

darah menurun dan nadi menaingkat d) Pernafasan meningkat dan terasa sesak e)

Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma f) Terjadi gangguan involusi uterus

g) Lochea bau dan keluar nanah.

Bendungan asi adalah pembendungan asi karena penyempitan duktus

laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak d kosongkan dengan sempurna


8

atau karena kelainan pada puting susu, payudara yang membengkak ini yang

sering terjadi biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau ke empat

(bahiyatun, 2008).

Menurut Reni Heryani (2012), Produksi ASI (kolostrum) pada hari

pertama sampai hari ketiga tidak terlalu banyak karena menyesuaikan kebutuhan

bayi baru lahir yang belum membutuhkan banyak minum.

Kunjungan masa nifas pada Ny”M” dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu

kunjungan nifas 1 pada tanggal 14 Januari 2019 , kunjungan nifas 2 pada tanggal

17 Januari 2019, dan kunjungan nifas pada tanggal 20 Januari 2019. Kunjungan

masa nifas yang dilakukan pada Ny”M” sudah sesuai dengan kujungan yang

dijadwalkan dibuku KIA

Pemeriksaan umum pada Ny.“M” dalam keadaan umum baik, kesadaran

composmentis. Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu ibu pada setiap kali

kunjungan dalam batas normal, pada kunjungan petama ibu mengeluh merasa

nyeri pada payudaranya dan dari hasil pemeriksaan payudara teraba keras dan

pengeluaran ASI sedikit dan pada pemeriksaaan fisik lainnya ibu terlihat pucat

dan terdapat tanda-tanda infeksi seperti pus pada luka jahitan. TFU 2 jari bawah

pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, terdapat pengeluaran lochea

rubra, ibu belum BAB dan hasil lab kadar Hb 8,6 gr/dl. Pada kunjungan kedua

post partum, ibu mengeluh sering pusing dan muka ibu terlihat pucat dan

dilakukan pemeriksaan dengan hasil, TTV dalam batas normal, ASI sudah lancar,

TFU 3 jari diatas sympisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,

terdapat pengeluaran lochea serosa, luka jahitan perineum terdapat tanda-tanda


9

infeksi yaitu pengeluaran pus dan sudah ibu sudah BAB. Pada kunjungan ketiga

post partum, hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, pemeriksaan payudara

didapatkan ASI sudah keluar dan lancar, TFU tidak teraba, terdapat pengeluaran

lochea alba dan luka jahitan perineum sudah kering dan keadaan luka baik.

Merujuk dari keluhan Ny”M” dari awal kunjungan sampai kunjungan

kedua ada beberapa penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny”M” diantaranya

menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya, anjurkan mengopres payudara

dengan air hangat, menjaga kebersihan luka jahitan, dan menganjurkan ibu untuk

tetap mengkonsumsi tablet Fe karena Ny”M” didiagnosa Anemia lanjutan dari

masa kehamilannya dan juga dilakukan pemeriksaan Hemoglobin. Menurut

Saifuddin, dkk (2013) pemberian tablet fe dan vitamin A merupakan tindakan

yang baik untuk masa nifas dalam hal gizi. Dan pada kunjungan kedua juga

menasehati ibu untuk terus menjaga kebersihan luka jahitannya, menganjurkan

ibu untuk mengkonsumsi makanan yang benyak mengandung serat, protein dan

sayuran hijau dan tetap mengkonsumsi tablet Fe dan juga dilakukan pengecekan

Hemoglobin. Dan pada kunjungan ketiga keadaan ibu sudah baik dan luka jahitan

sudah baik dan dilakukan konseling tentang KB.

5.1.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana (KB)

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan

jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan

program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

Sesuai dengan (BKKBN,2015) keluarga berencana adalah upaya untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan


10

bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan,

pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan

usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak,

mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak.

ditentukan. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu: a)

Mencegah ovulasi b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba fallopp. Menurunkan kejadian tumor

jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

(Sulistyawati, 2013).

Asuhan keluarga berencana pada Ny”M” dilakukan setelah kunjungan

nifas ke empat, dimana ibu sudah memutuskan kontrasepsi jenis apa yang akan

ibu gunakan setelah mendapat penjelasan dari penulis mengenai jenis-jenis

metode dan alat kontrasepsi serta kegunaannya Ny“M” memilih metode KB

Suntik 3 bulan setelah dilakukan konseling pada kunjungan ke 3 kehamilan dan

dievaluasi pada kunjungan nifas. Untuk ibu menyusui metode KB Suntik 3 bulan

diperbolehkan karena tidak mengandung hormon estrogen sehingga tidak

memiliki pengaruh terhadap proses laktasi. Dari hasil pemeriksaan umum

didapatkan tanda-tanda vital ibu dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan fakta untuk pemasangan kontrasepsi

suntik 3 bulan.

Setelah dilakukan kunjungan rumah pada masa kehamilan dan nifas

dengan mengevaluasi kembali tentang KB pasca salin, ibu dan suami tetap
11

memilih metode kontrasepsi suntik 3 bulan jadi penatalaksanaan yang diberikan

ibu direncanakan ikut KB suntik 3 bulan pada tanggal 30 Januari 2019 (30 hari

postpartum).

Anda mungkin juga menyukai