13 Bab V
13 Bab V
PEMBAHASAN
berdasarkan tahapan continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara
berkala untuk menjaga ksehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini meliputi pemeriksaan
dilakukan (Ika dan Saryono, 2010). Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan
ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak dirinya hamil untuk
menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta
Berdasarkan data hasil pengkajian pada Ny. “M” didapatkan data bahwa
pada kunjungan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara umum keadaan ibu baik dan ibu tidak
170
2
seperti Hb, Golda, VCT dan HbsAg. Didapatkan hasil pemeriksaan lab
Menurut teori dan fakta hal ini menunjukkan bahwa kunjungan kehamilan
sudah memenuhi standart kunjungan kehamilan, sehingga dapat dikaji dari awal
nifas. Sesuai dengan teori Ny”M” sudah melakukan tes laboratorium dari
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan teratur, keluar
lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan- robekan kecil pada
dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan. Menurut Hanifa Winkjosastro
(60%-75%), dan sangat lunak (75%-100%). Menurut Sumarah (2009) His atau
pada saat persalinan. Menurut Johariyah dan Ema (2012) pada ibu bersalin
tekanan darah meningkat 10-20 (sistolik) dan 5-10 (diastolik), nadi <100x/menit,
pernapasan normal 18-24x/menit, kenaikan suhu tidak lebih dari 0,5-1˚c. Menurut
3
Samarah (2009), Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I servik membuka
dari pembukaan 0-10 cm. Kala I dinamakan juka kala pembukaan, kala II disebut
kala pengeluaran, kala III disebut juga kala pengeluaran urie, sedangkan kala IV
(2010) Pasien dikatanya dalam persalina kala I, jika sudah terjadi pembukaan
servik dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40
detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini
terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana servik membuka sampai 3
cm dan fase aktif (6 jam) dimana servik membuka dari 3-10 cm. (Sulistyowati.
2010: 7) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu : Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam
Manuaba (2010). Fase laten yang memanjang Fase laten yang melampaui waktu
20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan
abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup : Serviks belum matang
hanya memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks akan membuka secara
normal begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20
jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai.
Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau
pun anak.
4
Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa Ny. “M” datang ke Ponkesdes
Arjasa 23.20 WIB dengan mengeluh perut mules-mules dari dan keluar lendir
pukul 20.00 WIB belum keluar darah. Data tersebut merupakan hal yang fisiologis
Dari hasil perpaduan antara teori dengan fakta yang ada Ny”M”
kehamilan ibu sudah melewati tapsiran persalinan dan ibu juga mengalami
oligohidram nion dan tidak ada tanda-tanda kemajuan pebukaan yang terjadi pada
ibu teori katakan disebabkan Serviks belum matang pada awal persalinan, Posisi
sedatif yang berlebihan, Selama Ny”M” hamil keluarga juga sangat mendukung
dan selalu membimbing ibu untuk jalan-jalan pagi hari. Tanda-tanda persalinan
salah satunya adalah nyeri perut bagian bawah yang menandakan adanya
data berada pada batas normal dengan TFU sesuai dengan usia kehamilan yaitu
pada usia 42 minggu 6 Hari TFU berada pada 2 jari dibawah px (Mc. Donald 358
25%, ketuban (+), UUK kadep depan, HII. Menurut Manuaba (2010), penipisan
dan pembukaan serviks pada kala I fase laten pembukaan serviks dimulai dari 1- 3
cm, fase aktif dimulai dari pembukaan 4-10 cm. Kemudian hasil pemeriksaan
5
dalam pembukaan 1cm, effecement 25%, ketuban (+), hodge 2, kemudian bidan
menyuruh ibu pulang dan ibu disarankan untuk melakukan USG dan konsul ke
dokter SPOG. Kemudian pada tanggal 11 Januari 2019 jam 16.00 WIB didapati
hasil dari USG kehamilan ibu sudah lebih bulan dan mengalami oligohidramnion
dan bayi harus segera di lahirkan, kemudian ibu di rujuk ke Rumah Sakit dr.
Dari perpaduan antara teori dengan fakta Ny”M” sudah mengalami tanda-
asuhan yang diberikan rujukan karena kehamilan ibu lebih bulan dan oligihidram
nion.
Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir
antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada
kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat, evaluasi nilai APGAR dilakukan
mulai dari menit pertama sampai 5 menit (Marmi dan Rahardjo, 2015). Caput
suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding
vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada
kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak
diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. Menurut Ridha
Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga setelah bayi lahir dan
tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang sampai hari
kesepuluh. b) Kadar bilirubin indirek tidak lebih dari 10 mg/dl pada neonatus
6
kurang bulan dan 12,5 mg/dl pada neonatus cukup bulan. c) Kecepatan
peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg/dl per hari. d) Kadar bilirubin
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir (Bayi Ny”M”) diawali dengan
pengkajian data yang didapat dari Rumah Sakit pada tangga 11 Januari 2019.
Dimana bayi baru lahir normal, PB 45 cm, BB 2450 gr, keadaan umum baik, tapi
dan ikterus fisiologis. Pada kunjungan neonatus hari ke-1 dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan caput succedenum di kepala bayi dan wajah bayi terlihat kuning.
Hal ini masih dikatakan fisologis karena bayi masih dalam proses adaptasi dan
terjadi pada hari ke-1. Kunjungan neonatus II dilakukan pada tanggal 10-01-2019
pukul 16.00 WIB, hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik, berat bayi naik
menjadi 3700 gr, tali pusat sudah kering dan sudah lepas, menganjurkan ibu untuk
segera membawa anaknya apabila ada keluhan ke fasilitas kesehatan terdekat. Ibu
mengatakan ibu menyusui bayi sesering mungkin saat bayi menginginkan ataupun
payudara terasa penuh dan ibu juga sudah mengerti cara perawatan bayi.
Kunjungan neonatus III dilakukan pada tanggal 27-01-2019 pukul 16.00 WIB,
hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik, berat badan bayi naik menjadi 4500
gr, mengingatkan ibu tentang pemberian ASI sesering mungkin, tanda bahaya
pada bayi baru lahir dan menjaga kebersihan bayi. Ibu mengatakan bayi menyusu
kuat, bayi mandi 2 kali sehari di pagi dan sore hari oleh ibu.
penulis memberikan konseling agar ibu menjemur bayinya pada pagi hari selama
10 menit pada pagi hari dan frekuensi menyusui bayi sesering mungkin setiap
hari, sehingga jumlah cairan dan kalori sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.
mengajarkan ibu cara memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat,
mengingatkan ibu tentang ASI Eksklusif menganjurkan pada ibu agar bayi rutin
terbatas karena rasa nyeri f) Temperatur badan dapat meningkat dan Infeksi umum
a) Tampak sakit dan lemah b) Temperatur meningkat lebih dari 390C c) Tekanan
darah menurun dan nadi menaingkat d) Pernafasan meningkat dan terasa sesak e)
Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma f) Terjadi gangguan involusi uterus
atau karena kelainan pada puting susu, payudara yang membengkak ini yang
sering terjadi biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau ke empat
(bahiyatun, 2008).
pertama sampai hari ketiga tidak terlalu banyak karena menyesuaikan kebutuhan
kunjungan nifas 1 pada tanggal 14 Januari 2019 , kunjungan nifas 2 pada tanggal
17 Januari 2019, dan kunjungan nifas pada tanggal 20 Januari 2019. Kunjungan
masa nifas yang dilakukan pada Ny”M” sudah sesuai dengan kujungan yang
composmentis. Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu ibu pada setiap kali
kunjungan dalam batas normal, pada kunjungan petama ibu mengeluh merasa
nyeri pada payudaranya dan dari hasil pemeriksaan payudara teraba keras dan
pengeluaran ASI sedikit dan pada pemeriksaaan fisik lainnya ibu terlihat pucat
dan terdapat tanda-tanda infeksi seperti pus pada luka jahitan. TFU 2 jari bawah
pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, terdapat pengeluaran lochea
rubra, ibu belum BAB dan hasil lab kadar Hb 8,6 gr/dl. Pada kunjungan kedua
post partum, ibu mengeluh sering pusing dan muka ibu terlihat pucat dan
dilakukan pemeriksaan dengan hasil, TTV dalam batas normal, ASI sudah lancar,
TFU 3 jari diatas sympisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
infeksi yaitu pengeluaran pus dan sudah ibu sudah BAB. Pada kunjungan ketiga
post partum, hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, pemeriksaan payudara
didapatkan ASI sudah keluar dan lancar, TFU tidak teraba, terdapat pengeluaran
lochea alba dan luka jahitan perineum sudah kering dan keadaan luka baik.
dengan air hangat, menjaga kebersihan luka jahitan, dan menganjurkan ibu untuk
yang baik untuk masa nifas dalam hal gizi. Dan pada kunjungan kedua juga
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang benyak mengandung serat, protein dan
sayuran hijau dan tetap mengkonsumsi tablet Fe dan juga dilakukan pengecekan
Hemoglobin. Dan pada kunjungan ketiga keadaan ibu sudah baik dan luka jahitan
jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan
program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak,
kemampuan penetrasi sperma c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
(Sulistyawati, 2013).
nifas ke empat, dimana ibu sudah memutuskan kontrasepsi jenis apa yang akan
dievaluasi pada kunjungan nifas. Untuk ibu menyusui metode KB Suntik 3 bulan
didapatkan tanda-tanda vital ibu dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik tidak
suntik 3 bulan.
dengan mengevaluasi kembali tentang KB pasca salin, ibu dan suami tetap
11
ibu direncanakan ikut KB suntik 3 bulan pada tanggal 30 Januari 2019 (30 hari
postpartum).