Anda di halaman 1dari 17

Pengembangan Ekonomi Islam ...

Thohir Yuli Kusmanto

PENGEMBANGAN EKONOMI ISLAM BERBASIS


KEPENDUDUKAN DI PERDESAAN
Thohir Yuli Kusmanto
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang
Email: thohiryuli@yahoo.co.id

Abstrak
Nowadays, Islamic economy is growing and developing considerably in
Indonesia. It is considered as a better alternative of the earlier economic systems
which are traditional (communal) and capitalist economy. These two economic
systems did not quite give way to get a prosperous life for Indonesian people.
The existing Islamic economics hopefully might answer this problem. So,
organizing Islamic economic system as a discourse and praxis must be developed
in the community’s life. The growth and development of Islamic economic
institutions were initially an urban phenomenon. However, lately it has been
gone through rural areas. The efforts to develop the role and contribution of
Islamic economic institutions in rural areas, can take advantage of the conditions
of rural population. Understanding the composition of the population might help
to establish economic institutions, to distribute funds and to develop various
forms of business.
***
Ekonomi Islam tumbuh dan berkembang di Indonesia, sebagai alternatif dari
sistem ekonomi yang terlebih dahulu ada yaitu ekonomi tradisional (komunal)
dan kapitalis. Kedua sistem ekonomi yang ada tidak cukup mampu memberikan
jalan menuju kehidupan sejahtera bagi masyarakat Indonesia. Hadirnya ekonomi
Islam, tentu harus mampu menjawab persoalan tersebut. Pelembagaan dan
pengorganisasian sistem ekonomi Islam baik sebagai wacana dan praksis harus
berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan
lembaga ekonomi Islam, pada awalnya merupakan fenomena perkotaan. Namun
akhir-akhir ini telah merambah pedesaan. Upaya pengembangan peran dan
kontribusi lembaga ekonomi Islam di perdesaan, bisa memanfaatkan kondisi
kependudukan di perdesaan. Pemahaman komposisi penduduk akan membantu
dalam mendirikan lembaga ekonomi, mendistribusikan dana dan
mengembangkan berbagai bentuk usaha.

Keywords: Islamic Economics, Institutions, Population, and Rural

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 219
Thohir Yuli Kusmanto Pengembangan Ekonomi Islam ...

A. Pendahuluan
Akhir-akhir ini sistem ekonomi Islam dalam wacana dan praktik telah
berkembang luas dalam kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Sebagai
wacana ia telah menjadi bagian dari pemberitaan dalam berbagai media,
bahan diskusi, seminar, loka karya dan perundang-undangan. Sistem ekonomi
Islam tumbuh secara dualistik; berorientasi profit dan non profit. Ekonomi
Islam yang berorientasi profit berupa lembaga keuangan syari’ah, dalam
bentuk perbankkan syari’ah, unit usaha syari’ah, lembaga pembiayaan
syari’ah, pegadaian syari’ah, dan lain – lain. Ekonomi Islam non profit berupa;
baitul mal, badan amal zakat infaq dan sadaqah (BAZIS), lembaga amal zakat
infaq dan sadaqah (LAZIS), dan lembaga wakaf.
Pakar ekonomi memperkirakan ekonomi Islam di Indonesia akan
mengalami perkembangan pesat 15 tahun ke depan dan akan menjadi
ekonomi syariah terbesar di dunia. Hal tersebut mengingat potensi pasar yang
sangat besar, ditambah lagi sektor riil yang terkait ekonomi Islam dapat
berjalan lebih baik. Namun demikian market share ekonomi Islam baru sekitar
dua persen pasar ekonomi konvensional di perbankan, asuransi dan pasar
modal. 1
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dan dunia, terutama sektor
ekonomi berorientasi profit, dipengaruhi sejarah pertumbuhan bank syariah.
Ia muncul pertama kali di Mesir, tidak menggunakan label Islam, untuk
mengantisipasi kecurigaan sebagai gerakan fundamentalis. Perintisnya
membentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian
laba) di kota Mit Ghamr tahun 1963. Hingga tahun 1967, sudah berdiri 9 bank
dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun
menerima bunga, tetapi dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan
yang didapat dengan para penabung.2 Pengalaman di Mesir menyebar ke
seluruh dunia, termasuk di Indonesia tahun 1980-an, dengan wacana
mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam.3
Di Indonesia sejak Desember 2005, telah beroperasi 3 Bank Umum
Syariah dan 19 Unit Usaha Syariah dari Bank Konvensional, yang menyebar ke
berbagai wilayah. Data dari Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia

1 http://syakirsula.com/index.php?option=com_content&view=article&id=82: potensi-
pasar-indonesia-calon-kiblat-ekonomi-syariah&catid=1:berita-syakir-terkini&Itemid=54 unduh
19 Juni 2013 Rabu, jam 4.17
2 http://syakirsula.com/index.php?option=com_content&view=article&id=95 :sejarah-

perkembangan-ekonomi-syariah-1&catid=33:ekonomi-islam&Itemid=75 unduh, 19 juni 2013,


rabu jam 4.10
3 ebookbrowse.com/is/islam-sebagai-sistem-ekonomi, lembaga-lembaga ekonomi sistem

ekonomiislam vs lembaga ekonomi sistem pasar

220 JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054
Pengembangan Ekonomi Islam ... Thohir Yuli Kusmanto

Desember 2005, menyebutkan total asset dari seluruh bank syariah nasional
(belum termasuk BPRS) baru Rp. 20,9 triliun atau 1,42 persen dari seluruh
total aset perbankan nasional, dana pihak ketiga yang dihimpun sebesar
Rp.15,6 triliun atau kira-kira 1,38 persen dari dana pihak ketiga yang
dihimpun seluruh sistem perbankan.4
Sistem ekonomi Islam non profit pun berkembang pesat di Indonesia.
Sistem ini mengelola; zakat, sadaqah, infak, dan wakaf. Potensinya sangat
besar, jika terkoordinasi dengan baik, menurut riset Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dan Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) IPB tahun 2011
mencapai angka 3,4 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) atau
kurang lebih Rp 217 triliun. Khusus potensi zakat dari Giro Wadiah dan
Deposito Mudharabah di perbankan syariah, ditemukan bahwa potensi zakat
keduanya mencapai masing-masing sebesar Rp 155 miliar dan Rp 739 miliar.5
Perkembangan dan pertumbuhan sistem ekonomi Islam bukan hanya
sebagai fenomena perkotaan, tetapi juga perdesaan. Bahkan sistem ekonomi
Islam non profit ini sesungguhnya, telah lama berkembang di perdesaan,
terutama yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam.
Berkembangnya sistem ekonomi Islam di perdesaan berproses secara evolutif,
dalam kehidupan masyarakat perdesaan. Dinamika sistem ekonomi Islam di
perdesaan baik sebagai wacana maupun praksis, menarik penulis untuk
menyusun makalah ini.. Analisis kependudukan menjadi pisau untuk
menjelaskan potensi pengembangan ekonomi Islam di perdesaan.
Kajian atas tema ini bisa menjadi isu menarik dalam rangka
pengembangan ilmu pengembangan masyarakat Islam. Baik dalam ranah
teoretik maupun praktis. Hal ini selaras dengan upaya pengetahuan tentang
pengembangan masyarakat Islam yang selama ini masih terus mencari
alternatif. Apalagi fakta yang ada dari ilmu pengembangan masyarakat Islam
memiliki dimensi yang luas, sehingga mengembangkan multi dimensi yang
berifat abstrak maupun praktis perlu dilakukan.

B. Dinamika Sistem Ekonomi di Perdesaan Indonesia


Pengembangan ekonomi Islam di pedesaan tentu buka sesuatu yang
baru bagi mayoritas desa yang penduduknya beragama Islam. Nilai-nilai Islam
yang telah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa
telah menjadi dasar dari praktik-praktik ekonomi. Namun demikian seringkali
masyarakat pedesaan kurang menyadari bahwa mereka telah mempraktikkan
sistem ekonomi Islam. Dalam konteks kekinian yang merupakan evolusi yang

4 Ibid. hlm. 6.
5 Lihat dalam http://www.baznas.or.id/ib-peduli/ unduh, Rabu, 26 Juni 2013, jam 16.08.

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 221
Thohir Yuli Kusmanto Pengembangan Ekonomi Islam ...

panjang kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan merupakan sistem


ekonomi campuran yang dualistik.
Sistem ekonomi perdesaan di Indonesia dalam konteks kekinian
berlangsung dalam pergumulan sistem ekonomi tradisional (prakapi-talistik)
dengan ekonomi modern (kapitalistik). Sistem ekonomi kapita-listik di
perdesaan merupakan bentuk penetrasi perkotaan atas perde-saan.
Mentalitas ekonomi kota telah menjungkirbalikan prinsip – prinsip ekonomi
produksi masyarakat perdesaan. Selama ini proses produksi ekonomi
perdesaan dilakukan untuk swasembada, dengan sedikit kele-bihan yang
dijual ke pasar. Mentalitas kota telah merubahnya menjadi hukum pertukaran
sebagai dasar proses produksi. Petani tumbuh menjadi wiraswasta,
berproduksi untuk usaha-usaha perdagangan.6
Kapitalisme kota mengikis karakteristik utama masyarakat perdesaan
yang sebelumnya bersifat homogen. Kehidupan masyarakat desa yang selama
ini, didasari oleh nilai kesederhanaan dan kebersa-maan. Semangat
kolektivitas dalam berbagai aspek kehidupan berlangsung secara kontinyu,
harmoni sosial cenderung lebih mudah tercipta. Persoalan pangan dan
deferensiasi sosial akibat tekanan pertumbuhan penduduk, diselesaikan
dengan ekspansi statis oleh komunitas sehingga homogenitas akan tetap
terjaga (Boeke, 1974). Permukiman dan pertanian baru akan dibuka dalam
jumlah yang secukupnya sekedar untuk memenuhi kebutuhan subsistensi,
ketika komunitas baru telah penuh populasinya maka pola yang sama akan
dilakukan.7
Kemajuan teknologi informasi meretas batas – batas isolasi sosial
budaya, ekonomi, dan politik perdesaan. Desa menjadi bagian dari kesatuan
global. Kualitas kehidupan desa yang terus meningkat baik dalam pemenuhan
kebutuhan pokok (pangan, sandang dan papan), pendidikan dan kesehatan
telah meningkatkan pula jumlah penduduk perdesaan. Akibatnya, tingkat
kepadatan penduduk desa pun tinggi. Lahan – lahan pertanian berubah fungsi
menjadi tempat tinggal atau ruang ekonomi dan sosial non pertanian.
Perubahan fungsi tersebut menjadikan lahan pertanian semakin sempit. Untuk
memenuhi kebutuhannya, maka masyarakat mengembangkan teknologi dan
komersialisasi pertanian. Tranformasi tersebut berdampak sosial dan ekologi

6 Lihat dalam J.H. Boeke, Pra Kapitalisme di Asia, terjemahan D. Projosiswoyo (Jakarta :

Penerbit Sinar Harapan, 1983), hlm. 9 – 10.


7 Darmawan Salman, Sosiologi Desa : Revolusi Senyap dan Tarian Kompleksitas (Makasar :

Ininnawa, 2012), hlm. 52.

222 JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054
Pengembangan Ekonomi Islam ... Thohir Yuli Kusmanto

sangat luas. Secara sosiologis telah menyebabkan deferensiasi sosial baru di


perdesaan.8
Ekonomi kapitalistik perkotaan di desa menurut Boeke, belum
sepenuhnya menguasai kehidupan perdesaan. Masyarakat desa pada
beberapa situasi tertentu masih menjalankan sistem ekonomi dan sosial lama
dalam kehidupannya. Perang sistem tersebut masih terus berlang-sung.
Situasi tersebut diistilahkan Boeke sebagai sistem perekonomian dualistik.
akibatnya keselarasan sosial dan kesatuan ekonomi tidak ada. Kedamaian
internal yang sejati, hilang dalam kehidupan desa. Keseimbangan ekonomi
terguncang dan tanpa dapat dihentikan.9
Kemajuan teknologi informasi meretas batas – batas isolasi sosial
budaya, ekonomi, dan politik perdesaan. Desa menjadi bagian dari kesatuan
global. Kualitas kehidupan desa yang terus meningkat baik dalam pemenuhan
kebutuhan pokok (pangan, sandang dan papan), pendidikan dan kesehatan
telah meningkatkan pula jumlah penduduk perdesaan. Akibatnya, tingkat
kepadatan penduduk desa pun tinggi. Lahan – lahan pertanian berubah fungsi
menjadi tempat tinggal atau ruang ekonomi dan sosial non pertanian.
Perubahan fungsi tersebut menjadikan lahan pertanian semakin sempit. Untuk
memenuhi kebutuhannya, maka masyarakat mengembangkan teknologi dan
komersialisasi pertanian. Tranformasi tersebut berdampak sosial dan ekologi
sangat luas. Secara sosiologis telah menyebabkan deferensiasi sosial baru di
perdesaan.10
Faktor yang dominan mempengaruhi perubahan di pedesan menurut
Popkin11 (1989) adalah politik dan ekonomi. Dominasi kehidupan politik,
sangat terlihat dalam banyaknya kepentingan politik atas desa. Diantaranya
perkembangan pemerintahan-pemerintahan yang terpusat yang kuat dan
ekspansi pasar nasional dan internasional yang disertai dengan perubahan-
perubahan mendasar bentuk-bentuk desa dan hubungan petani dengan elit-
elit agraria. Sebagian besar petani saat ini hidup dengan bentuk-bentuk desa
yang terbuka, yang bercirikan tanggung jawab individual dalam perpajakan,
batas-batas desa yang tidak jelas dengan dunia luarnya, sedikit atau tanpa
pembatasan-pembatasan dalam pemilikan tanah. Dalam konteksi ini, muncul

8 Yusup Napiri Maguantara, Pembenahan Tata Produksi Pertanian Pangan : Strategi dan

Pratik Menuju Kedaulatan Petani, dalam Jurnal Analisis Sosial, Vol. 10 No. 1 Juni 2005, Penerbit
Akatiga Bandung, hlm. 36.
9 J.J. Boeke, Op. Cit,. hlm. 11 – 12.
10 Maguantara, Yusup Napiri, Pembenahan Tata Produksi Pertanian Pangan : Strategi dan

Pratik Menuju Kedaulatan Petani, dalam Jurnal Analisis Sosial, Vol. 10 No. 1 Juni 2005, Penerbit
Akatiga Bandung, hlm. 36.
11 Lihat dalam Samuel S. Popkin, Petani Rasional, (Jakarta: Yayasan Padamu Negeri,

1986), hlm.1-2.

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 223
Thohir Yuli Kusmanto Pengembangan Ekonomi Islam ...

suatu perkembangan dalam hal ketidakjelasan pengertian-pengertian tentang


kewargadesaan (village citizenship), dan pemilikan tanah secara pribadi.
Faktor dominan dalam aspek perekonomian, terlihat pada relasi petani
(penggarap) dengan orang yang memberikan tanah (elit-elit agraria)
cenderung berubah bentuk menjadi kontraktual yang tepat dan jelas (dahulu
patron-klien) untuk mendapatkan barang-barang dan jasa dari beberapa
orang yang berbeda. Perubahan relasi ekonomi ini, sebagai akibat dari adanya
ekspos petani secara langsung dengan kekuatan-kekuatan pasar. Dampak
yang lebih luas akan membahayakan kesejahteraan petani. Kondisi tersebut
sangat bertolak belakang dengan masa lalu. Hubungan ekonomi di masa lalu
senantiasa memperhitungkan aspek moral dalam tata kelola ekonomi,
sehingga kehidupan petani lebih sejahtera. Pola ini diatur oleh lembaga-
lembaga desa. Kondisi di masa lalu tersebut, bisa berlangsung karena
semangat kolektivitas masing tinggi
Wacana dan praksis ekonomi Islam memasuki kehidupan masyarakat
perdesaan dalam pergulatan sistem ekonomi lama (tradisional komunal)
dengan sistem ekonomi baru (modern individual liberal). Perkembangan dan
pertumbuhan sistem ekonomi Islam di perdesaan di Indoneisa (khususnya
Jawa) sangat signifikan khsususnya di perdesaan padi sawah. Kecenderungan
ini merupakan sesuatu yang wajar, karena desa dengan sistem pertanian padi
sawah selalu mudah menerima perubahan. Apalagi secara sosioreligius
masyarakat perdesa-an di Jawa mayoritas menganut agama Islam. Secara
normatif dan ideologis tentunya mereka akan mudah menerima sistem ini,
karena sesuai basis moral atau keyakinan agamanya. Bahkan wacana dan
praksis telah dipraktekan sebagai bagian menerapkan syari’at Islam.

C. Prinsip – Prinsip dan Perkembangan Ekonomi Islam


Sistem ekonomi Islam tumbuh dan berkembang di pedesaan, diantara
sistem ekonomi kapitalis (perkotaan) yang dominan dan pra kapitalis bagian
dari masa lalu desa. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang
merujuk pada syari’at sebagai nilai dan norma kehidupan yang datang dari
Allah SWT, yang diyakini para penganutnya sebagai suatu sistem yang
memiliki kekuatan dan kemampuan memakmurkan dan mensejahterakan
para pengamalnya baik muslim maupun non muslim. Berdasarkan pada
penjelasan tersebut maka sistem ekonomi Islam bersifat universal bagi semua
umat manusia, tidak pandang Islam atau non Islam.12 Sebagai pengetahuan

12Pradja, Juhaya S., Ekonomi Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm.74. Definisi

tersebut menunjukkan realitas yang bersifat normatif (wacana), untuk itu perlu upaya

224 JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054
Pengembangan Ekonomi Islam ... Thohir Yuli Kusmanto

ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari berbagai upaya manusia


yang berlandaskan prinsip-prinsip dasar nilai Islam (Al Qur’an dan As Sunah)
dalam mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk mencapai falah
(kemuliaan, kesejahteraan).13
Dalam pandangan Didin S. Damanhuri (2013) falah menunjuk pada
kondisi kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan umum, baik secara
material maupun spiritual, dan terciptanya kemakmuran serta keadilan sosial.
Untuk mewujudkan kondisi tersebut maka harus ada keadilan ekonomi baik
makro maupun mikro sebagai basis sederhana (felt needs). Terlembagakannya
keuangan syariah yang progreseif, sebagai bentuk dekonstruksi sistem bubble
economy, erzatz/crony capita-lism. Pengembangan sistem extended family
sebagai basis pengembangan model negara kesejahteraan yang mementing-
kan peran nilai dan materi secara seimbang. Kemudian mewujudkan negara
dengan berlandaskan pada tauhid, adalah, dan kholifatul fil ardh. Prinsip-
prinsip tersebut berlaku pula dalam upaya mewujudkan kehidupan yang baik
(hayatan thoyyiban). 14
Falah sebagai dasar dan tujuan dari praktik ekonomi Islam berlangsung
dalam konteks kehidupan dunia dan akherat. Dalam rangka kepentingan
dunia, mencakup aspek kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, dan
kekuatan serta kehormatan. Untuk kepentingan akherat mencakup
kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi, dan kemuliaan abadi.
Selain itu konsep falah mencakup pula unsur-unsur yang bersifat mikro dan
makro, sehingga cakupannya menjadi lebih luas.15
Konsep ekonomi Islam berbeda secara mendasar dengan konsep
kapitalisme dan sosialisme. Ekonomi dalam Islam, selain didasarkan pada
komitmen spritual, juga didasarkan atas konsep persaudaraan universal
sesama manusia. Komitmen Islam yang besar pada persaudaraan dan
keadilan, menuntut agar semua sumber daya yang menjadi amanat suci
Tuhan, digunakan untuk mewujudkan maqashid syari’ah, yakni pemenuhan

mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah praksis. Dalam praktiknya


tentu ekonomi Islam belum tentu sepenuhnya berhasil, walaupun secara prinsipil bagus.
Kegagalan dalam praksis, merupakan akibat dari kegagalannya dalam memecahkan berbagai
masalah ekonomi masyarakat. Bukan karena kelemahan atau kekurangan dari prinsip-
prinsipnya melainkan karena kegagalan para ekonom dalam mentafsir dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut. Lihat dalam Munrokhim Misanam, dkk.,
Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm. 18.
13 Ibid. hlm. 19.
14 Lihat dalam Didin S. Damanhuri, Globalisasi, Sistem Ekonomi dan Model Pembangunan

yang Ber“Keadilan Sosial” (Revitalisasi Maqasid Syariah di Tengah-Tengah Hegemoni Ekonomi


Konvensional), di Dunia dan di Indonesia, makalah, IE FEM IPB, September 2013.
15 Munrokhim Minsanam, dkk., Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm. 2.

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 225
Thohir Yuli Kusmanto Pengembangan Ekonomi Islam ...

kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan dasar (primer), seperti


sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Persaudaraan dan
keadilan juga menuntut agar sumberdaya didistribusikan secara adil kepada
seluruh rakyat melalui kebijakan yang adil. Instrumennya berupa; zakat, infaq,
sedekah, pajak, kharaj, jizyah, cukai ekspor-impor dan sebagainya.16
Dalam ekonomi Islam, nilai-nilainya bersumber Alquran dan hadits
berupa prinsip-prinsip universal. Di saat sistem ekonomi lain hanya terfokus
pada hukum dan sebab akibat dari suatu kegiatan ekonomi, maka Islam lebih
jauh membahas nilai-nilai dan etika yang terkandung dalam setiap kegiatan
ekonomi tersebut. Mendasarkan nilai-nilai tersebut, kegiatan ekonomi Islam
berlangsung. Fondasi utama Ekonomi Islam yaitu tauhid (aqidah), syariah dan
akhlak17.
Titik tolak gerakan ekonomi Islam khususnya lembaga keuangan di
Indonesia dimulai tahun 1980-an18, ditandai adanya upaya untuk membangun
proyek ekonomi Islam (termasuk "bank syariah" dan pelarangan bunga19).
Dalam perkembangan awal tersebut, ada perbe-daan pandangan antar Ulama
Islam dengan latar belakang organisasi kemasyarakatan yang berbeda. Titik
temu antar Ulama Islam tersebut baru didapat pada tahun 1990-an. Beberapa
Ulama Islam yang berada di dalam organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan Ikatan Cedekia-wan Muslim Indonesia (ICMI) menyepakati untuk
mendukung pem-bentukan bank syariah pertama di Indonesia. Dukungan

16 Agustianto, Filsafat Ekonomi Islam, makalah tanpa tahun dan penerbit.


17 Ibid., hlm.2
18 Perkembangan ekonomi Islam yang berorientasi profit merupakan bagian dari wacana

global di dunia Islam. Dalam konteks ini muncul pertanyaan dari beberapa kalangan apakah
pertumbuhan perbankan Islam akibat dari keunggulan komparatif dari paradigma perbankan
Islam atau itu terutama disebabkan oleh kebangkitan Islam di seluruh dunia sejak akhir 1960-
an? Haruskah bank syariah diatur berbeda dari sistem perbankkan konvensional produk dari
Barat? lihat dalam Beng Soon Chong dan Ming-Hua Liu, Islamic banking: Interest-free or interest-
based?, Available online at www.sciencedirect.com Pacific-Basin Finance Journal 17 (2009) 125–
144. Sejarah pertumbuhan ekonomi Islam di tandai oleh didirikannya bank syariah. Ia pertama
kali muncul di Mesir, tidak menggunakan label Islam, untuk mengantisipasi kecurigaan sebagai
gerakan fundamentalis. Perintisnya membentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit
sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr tahun 1963. Hingga tahun 1967, sudah berdiri 9
bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima
bunga, tetapi dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para
penabung(Syakirsyula, 2013). Titik awal ini, merupakan bagian dari kebangkitan Islam dalam
mengembangkan sistem ekonomi dalam wacana dan praksis. Pengalaman dari Mesir menyebar
ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
19 Pelarangan bunga karena sebagian besar ulama Islam melihatnya sebagai riba. Dalam

Al Qur’an riba merupakan larangan dari Allah SWT sebagaimana dalam Surat Ali Imron (3) : 130
: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

226 JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054
Pengembangan Ekonomi Islam ... Thohir Yuli Kusmanto

tersebut memiliki pengaruh yang strategis dalam gerakan ekonomi Islam.


Bahkan dampak dari dukungan MUI, menjadikannya memiliki peran yang
semakin kuat dalam menentukan pertumbuhan industri ekonomi Islam
setelah tahun 1998.20 Pada masa ini terjadi perubahan yang mendasar dalam
sistem politik di Indonesia akibat reformasi atas pemerintahan Orde Baru
akibat krisis ekonmi. Ruang kebebasan menjadi terbuka lebar, sehingga
perkembangan ekonomi Islam semakin terbuka. Apalagi dalam krisis tersebut
lembaga keuangan Islam berhasil keluar dari krisis.
Kebijkan dan regulasi sangat penting dan strategis bagi perkem-bangan
kelembagaan ekonomi Islam khususnya pada pengelolaan keuangan.
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) tahun 1991,21 menjadi tonggak
sejarah perbankan Islam di Indonesia. Dasar hukum dari keberadan BMI
adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan
Prinsip Bagi Hasil.22
Kebijakan dan regulasi terus berkembang, diantaranya berupa fatwa
dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan
Peraturan Bank Indonesia (PBI). Sejumlah fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) meliputi: Fatwa No.
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Muraba-hah, Fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000
tentang Pembiayaan Mudharabah, Fatwa No. 08/ DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah. Beberapa fatwa DSN-MUI tersebut menjadi dasar
penyusunan materi dari berbagai Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang juga
evolutif. Misalnya PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan
Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah. Kemudian dicabut dengan mengeluarkan PBI baru No.

20 Choiruzzad, Shofwan Al Banna dan Bhakti Eko Nugroho, Indonesia’s Islamic Economy

Project and the Islamic Scholars, Available online at www.sciencedirect.com Procedia


Environmental Sciences 17 ( 2013 ) p. 957.
21 Menurut M. Dawam Raharjo, berdirinya BMI merupakan tahap pertama dari

pelembagaan ekonomi keuangan Islam di Indonesia. Tahapan ini merupakan tahap survival yang
dalam teori ekonomi perusahaan disebut sebagai tahap kritis. Keberhasilannya dalam mengatasi
kondisi kritis, akan menentukan apakah perusahaan akan mengalami kebangkrutan atau tetap
berlanjut. Tahap ini berlangsung antara tahun 1992-1998. Tahap kedua dari perkembangan
lembaga keuangan Islam adalah berdirinya Bank Syariah Mandiri pada tahun 2002. BSM
merupakan anak perusahaan dari Bank Mandiri yang merupakan bank konvensional bagian dari
badan usaha milik negara (BUMN). Berdirinya BSM diikuti berbagai bank konvensional lainnya,
dalam jumlah yang tidak sedikit. Lihat dalam M. Dawam Raharjo, Menuju Perbankan Sosial Islam
Transformatif, Makalah, Jakarta, Agustus, 2013.
22 Dalam Anshori, Abdul Ghofur, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah di

Indonesia dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional, La Riba : Jurnal Ekonomi Islam, Vol.
II, No. 2, Desember 2008, hlm.161.

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 227
Thohir Yuli Kusmanto Pengembangan Ekonomi Islam ...

9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan


Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah,
sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.23

D. Analisa Kependudukan untuk Pengembangan Ekonomi


Islam di Perdesaan
Wacana dan praktik dari sistem ekonomi Islam tidak bisa melapaskan
diri dari aspek kependudukan. Kondisi kependudukan menurut pakar dan
praktisi ekonomi Islam merupakan salah indikator untuk memproyeksikan
perkembangan ekonomi Islam di Indonesia. Berdasarkan data kependudukan
hasil sensus tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia 87% beragama Islam.
Jumlah penduduk tersebut merupakan potensi pasar yang besar. Namun
perkembangan terkini, terlihat bahwa capaian perbankan syariah baru sekitar
2,3 persen dalam menggarap potensi pasar tersebut.
Analisa kepenedudukan untuk pengembangan ekonomi Islam tidak
semata-mata mengacu pada jumlah kumulatif penduduk yang menganut
agama Islam di Indonesia. Jumlah penduduk beragama Islam umur produktif
bisa menjadi instrumen lain. Penduduk pada usia ini menentukan dinamika
ekonomi masyarakatnya. Jumlahnya yang besar merupakan potensi pasar
yang menentukan pengembangan sistem ekonomi Islam.
Jumlah penduduk yang menganut agama Islam dan tingkatan usianya di
Indonesia, pada sensus penduduk 2010 sebagai berikut;

Tabel 1. Penduduk Indonesia Berdasarkan Agama yang Dianut


Tahun 201024
Agama Satuan: jiwa
Kelom-
pok Umur Khong Tidak Tidak
Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Jumlah
Hu Chu Terjawab Ditanyakan
0-4 19 701 622 1 730 941 731 201 340 030 117 323 7 349 33 818 5 924 10 494 22 678 702

5-9 20 076 013 1 830 056 788 072 364 129 132 162 8 000 36 687 3 639 14 722 23 253 480

10-14 19 570 144 1 716 328 738 669 351 300 129 950 7 939 29 180 11 431 116 140 22 671 081

15-19 18 047 190 1 490 013 614 571 302 277 135 442 8 402 24 663 14 291 243 885 20 880 734

20-24 17 356 491 1 368 715 545 779 275 403 143 362 8 970 23 152 18 234 151 527 19 891 633

25-29 18 751 271 1 405 502 552 770 316 382 153 338 9 375 23 360 15 286 83 159 21 310 443

30-34 17 394 118 1 356 633 531 404 331 215 131 651 7 563 20 664 13 116 44 321 19 830 685

Ibid., hlm.163.
23

Lihat dalam http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?wid=3300000000&tid


24

=321&fi1=57&fi2=3 unduh, 25 Juni 2013 jam 08.15

228 JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054
Pengembangan Ekonomi Islam ... Thohir Yuli Kusmanto

Agama Satuan: jiwa


Kelom-
pok Umur Khong Tidak Tidak
Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Jumlah
Hu Chu Terjawab Ditanyakan
35-39 16 216 251 1 254 291 494 365 356 120 115 180 6 568 19 530 11 786 31 040 18 505 131

40-44 14 501 505 1 096 115 448 778 310 958 109 682 6 728 18 042 10 308 22 736 16 524 852

45-49 12 333 954 906 890 382 055 258 209 112 479 7 889 16 258 8 571 14 677 14 040 982

50-54 10 128 813 741 151 320 824 214 235 114 915 9 161 14 557 7 463 10 202 11 561 321

55-59 7 351 878 550 988 246 793 168 424 100 220 8 620 10 690 5 640 5 317 8 448 570

60-64 5 249 024 388 405 185 779 136 828 74 438 6 741 9 709 4 483 3 354 6 058 761

65-69 4 098 516 277 214 134 964 112 302 53 429 4 709 7 303 3 609 1 985 4 694 031

70-74 3 037 243 197 096 90 945 79 280 38 114 3 972 5 626 2 549 1 506 3 456 331

75-79 1 729 706 115 960 52 701 48 752 22 741 2 591 3 151 1 575 728 1 977 905

80-84 1 006 474 63 192 29 007 28 066 11 745 1 503 1 848 811 524 1 143 170

85-89 380 819 26 189 12 410 11 440 4 941 702 787 366 307 437 961

90-94 150 870 8 611 4 439 4 414 1 617 226 352 145 225 170 899

95+ 94 260 4 223 2 347 2 352 525 83 240 355 269 104 654

Jumlah 207 176 162 16 528 513 6 907 873 4 012 116 1 703 254 117 091 299 617 139 582 757 118 237 641 326

Sumber data : sensus penduduk Indonesia tahun 2010

Dalam tabel 1 terlihat bahwa mayoritas penduduk Indonesia menganut


agama Islam; 207.176.162 jiwa, kemudian Kristen; 16.528.513, Katolik;
6.907.873, Hindu; 4.012.116, Budha; 1.703.254, Kong Hu Cu; 117.091, lainnya;
299 617, Tidak Terjawab ; 139.582, Tidak Ditanyakan ; 757 118. Penduduk
usia produktif (usia 15 – 64 tahun) yang menganut agama Islam di Indonesia
jumlahnya; 137.220.495 jiwa atau 66,23 % dari total penduduk Indonesia
yang menganut agama Islam. Jumlah tersebut merupakan pasar potensial
untuk pengembangan ekonomi Islam, karena pada usia produktif proses
ekonomi seseorang berlangsung baik produksi, distribusi maupun konsumsi.
Penduduk usia produktif penentu dinamika ekonomi masyarakat.
Gambaran yang bersifat komparatif dan lebih jelas dalam bentuk
persentase dapat dibaca dalam bentuk grafik sebagai berikut;

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 229
Thohir Yuli Kusmanto Pengembangan Ekonomi Islam ...

Berdasarkan grafik di atas penduduk penganut agama Islam di


Indonesia persentasenya paling tinggi dibandingkan dengan agama lain. Islam
; 87 %, Kristen; 7 % , Katholik; 3 %, Hindu; 2 %, Budha; 1 %, yang lain – lain 0
%. Besarnya jumlah penduduk penganut Islam tersebut merupakan potensi
yang luar biasa. Namun belum memahami dan menggunakan sistem ekonomi
Islam dalam kehidupannya.
Analisa kependudukan bisa juga dilakukan berdasarkan komposisi
jumlah penduduk perdesaan berdasarkan agama yang di anutnya. Berikut ini
data tentang penduduk perdesaan berdasarkan agama yang dianutnya.

Tabel 2. Penduduk Perdesaan di Indonesia


Berdasarkan Agama yang Dianut25
Kelom- Agama Satuan: jiwa
pok Khong Hu Tidak Tidak
Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Jumlah
Umur Chu Terjawab Ditanyakan
0-4 9 797 401 1 097 707 531 983 167 853 17 036 2 099 32 424 2 239 4 900 11 653 642
5-9 10 236 188 1 179 153 576 957 181 567 19 214 2 317 35 121 1 690 5 178 12 237 385
10-14 10 222 178 1 095 547 533 800 178 710 19 392 2 268 27 568 4 633 44 818 12 128 914
15-19 8 625 678 835 614 390 871 139 605 17 599 2 177 22 746 4 488 86 370 10 125 148

20-24 7 782 053 677 862 322 530 121 737 15 062 2 103 21 496 4 163 40 816 8 987 822

25 Ibid.

230 JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054
Pengembangan Ekonomi Islam ... Thohir Yuli Kusmanto

Kelom- Agama Satuan: jiwa


pok Khong Hu Tidak Tidak
Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Jumlah
Umur Chu Terjawab Ditanyakan
25-29 8 564 860 740 994 340 983 148 930 15 495 2 171 21 787 4 332 23 389 9 862 941

30-34 8 081 760 738 305 328 763 156 747 13 741 1 813 19 237 3 882 10 328 9 354 576
35-39 7 789 315 682 403 303 632 169 247 12 784 1 512 17 871 3 763 6 780 8 987 307

40-44 7 079 286 588 465 271 683 145 649 12 686 1 590 16 467 3 639 4 709 8 124 174

45-49 6 223 017 484 331 231 984 129 362 13 036 1 881 14 900 3 148 2 808 7 104 467

50-54 5 231 796 393 193 192 291 111 749 12 473 2 156 13 228 2 903 1 862 5 961 651
55-59 3 890 557 291 258 142 737 88 083 10 267 1 875 9 651 2 297 1 005 4 437 730

60-64 2 971 927 211 922 112 913 76 340 8 083 1 457 8 965 2 017 733 3 394 357

65-69 2 345 176 154 343 84 694 63 317 6 244 919 6 750 1 764 454 2 663 661

70-74 1 793 863 110 418 57 964 46 564 4 485 802 5 221 1 217 389 2 020 923
75-79 1 025 704 67 073 34 035 28 152 2 736 486 2 874 661 209 1 161 930
80-84 606 531 37 367 18 734 16 942 1 507 309 1 681 388 142 683 601
85-89 228 456 15 581 7 933 6 722 639 129 704 174 52 260 390
90-94 92 500 5 383 3 058 2 790 218 42 327 72 20 104 410
95+ 59 348 2 916 1 836 1 542 82 13 223 67 14 66 041
Jumlah 102 647 594 9 409 835 4 489 381 1 981 608 202 779 28 119 279 241 47 537 234 976 119 321 070

Sumber data : sensus penduduk Indonesia tahun 2010

Data tabel di atas bisa dibaca bahwa jumlah penduduk Indonesia di


perdesaan yang menganut agama Islam merupakan mayoritas yaitu;
102.647.594 jiwa, Kristen; 9.409.835 jiwa, Katolik; 4.489.381 jiwa, Hindu;
1.981.608 jiwa, Budha ; 202.779 jiwa, Khon Hu Cu ; 28.119, lainnya; 279.241
jiwa, Tidak Terjawab ; 47 537, Tidak ditanyakan ; 234 976. Gambaran data
tersebut menunjukkan potensi pasar untuk pengembangan ekonomi Islam di
perdesaan sangat besar.
Potensi pasar ekonomi Islam di perdesaan bisa dijelaskan mengacu
pada jumlah penduduk penganut agama Islam usia produktif. Tabel di atas
menunjukkan jumlah penduduk muslim perdesaan usia produktif (15 – 64
tahun ) sebanyak ; 66.241.249 jiwa atau 64,45 % dari total penduduk
perdesaan beragama Islam. Penduduk usia produktif sangat menentukan
dinamika ekonomi masyarakat, karena perannya dalam produksi dan
distribusi pendapatannya.
Komparasi komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut pada
masyarakat perdesaan dapat dibaca dalam gambar berikut:

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 231
Thohir Yuli Kusmanto Pengembangan Ekonomi Islam ...

Gambar 2. Penduduk Indonesia di Perdesaan


Berdasarkan Agama yang Dianut
2% 0% 0% 0% 0% 0%
4%
8% Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
Kong Hu Cu
Lainnya
86%
Tidak terjawab
Tidak ditanyakan

Dalam gambar di atas penduduk perdesaan di Indonesia yang menganut


agama Islam. 86 %, kemudian agama Kristen; 8 %, agama Katolik; 4 %, Hindu ;
2 %, yang lain-lainnya; 0%. Berarti mayoritas penduduk perdesaan di
Indonesia beragama Islam.

E. Simpulan
Hadirnya sistem ekonomi Islam di perdesaan akan mampu menjadi
alternatif dalam memperbaikin kehidupan masyarakat perdesaan yang
mayoritas berada dalam jerat kemiskinan. Kemampuan tersebut mengacu
pada prinsip dan praktik ekonomi Islam yang mengedepankan keseimbangan
kebutuhan individual dan kelompok untuk mencapai kesejahteraan (falah).
Upaya ini sangat relevan dengan watak usaha ekonomi perdesaan yang lebih
bersifat usaha kecil, mikro dan menengah. Sedangkan ekonomi Islam lebih
perhatian pada jenis usaha tersebut. Pengembangan sistem ekonomi Islam di
perdesaan Indoesia diproyeksikan memiliki prospek yang cerah. Analisis
kependudukan menunjukkan bahwa mayoritas penduduk menganut agama
Islam pada tingkat nasional yaitu 87 %. Dari jumlah tersebut, mayoritas
penduduk penganut agama Islam yang tinggal di perdesaan yaitu; 66.241.249
jiwa atau 64,45 %. Merujuk pada jumlah tersebut maka dapat dimanfaatkan

232 JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054
Pengembangan Ekonomi Islam ... Thohir Yuli Kusmanto

untuk mengembangkan potensi ekonomi perdesaan dengan pendekatan


sisten ekonomi Islam. Namun potensi tersebut belum semuanya tergarap
secara optimal. Faktor pemahaman menjadi persoalan utama. Untuk itu perlu
sosialisasi terus menerus, dengan memanfaatkan berbagai instrumen
keislaman, dan media massa dalam berbagai bentuk. Juga pembuktian
kapasitas sistem ekonomi Islam dalam menjamin stabilitas dan kesejahteraan
ekonomi.

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 233
Thohir Yuli Kusmanto Pengembangan Ekonomi Islam ...

DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, Filsafat Ekonomi Islam, makalah tanpa tahun dan penerbit.


Anshori, Abdul Ghofur, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah di
Indonesia dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional, La Riba :
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. II, No. 2, Desember 2008.
Boeke, J.H,. Pra Kapitalisme di Asia, terjemahan D. Projosiswoyo (Jakarta :
Penerbit Sinar Harapan, 1983).
Chaudhry, Muhammad Sharif, Sistem Ekonomi Islam : Prinsip Dasar,
terjemahan Suherman Rosyidi, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2012).
Choiruzzad, Shofwan Al Banna dan Bhakti Eko Nugroho, Indonesia’s Islamic
Economy Project and the Islamic Scholars, Available online at
www.sciencedirect.com Procedia Environmental Sciences 17 ( 2013 )
957 – 966
Chong, Beng Soon dan Ming-Hua Liu, Islamic banking: Interest-free or interest-
based?, Available online at www.sciencedirect.com Pacific-Basin
Finance Journal 17 (2009) 125–144.
Damanhuri, Didin S., Globalisasi, Sistem Ekonomi dan Model Pembangunan
yang Ber“Keadilan Sosial” (Revitalisasi Maqasid Syariah di Tengah-
Tengah Hegemoni Ekonomi Konvensional), di Dunia dan di Indonesia,
makalah, IE FEM IPB, September 2013.
Hayami ,Yujiro dan Masao Kikuchi, Dilema Ekonomi Desa : Suatu Pendekatan
Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia, terjemahan
Zahara D. Noer, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1987).
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?wid=3300000000&tid=321&fi1=57
&fi2=3 unduh, 25 Juni 2013 jam 08.15
http://syakirsula.com/index.php?option=com_content&view=article&id=82:poten
si-pasar-indonesia-calon-kiblat-ekonomi-syariah&catid=1 :berita-syakir-
terkini&Itemid=54 unduh 19 Juni 2013 Rabu, jam 4.17
http://syakirsula.com/index.php?option=com_content&view=article&id=95:sejara
h-perkembangan-ekonomi-syariah-1&catid=33:ekonomi-islam&Itemid=75
unduh, 19 juni 2013, rabu jam 4.10
http://www.baznas.or.id/ib-peduli/ unduh, Rabu, 26 Juni 2013, jam 16.08.

234 JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054
Pengembangan Ekonomi Islam ... Thohir Yuli Kusmanto

Lembaga-Lembaga Ekonomi Sistem Ekonomi Islam Vs Lembaga Ekonomi


Sistem Pasar, lihat dalam ebookbrowse.com/is/islam-sebagai-sistem-
ekonomi, unduh Senin, 24 Desember 2012.
Maguantara,Yusup Napiri, Pembenahan Tata Produksi Pertanian Pangan :
Strategi dan Pratik Menuju Kedaulatan Petani, dalam Jurnal Analisis
Sosial, Vol. 10 No. 1 Juni 2005, Penerbit Akatiga Bandung.
Munrokhim Minsanam, dkk., Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013).
Popkin, Samuel S., Petani Rasional, (Jakarta: Yayasan Padamu Negeri, 1986).
Pradja, Juhaya S., Ekonomi Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2012).
Raharjo, M. Dawam, Menuju Perbankan Sosial Islam Transformatif, Makalah,
Jakarta, Agustus, 2013.
Salman, Darmawan, Sosiologi Desa : Revolusi Senyap dan Tarian Kompleksitas
(Makasar : Ininnawa, 2012).

JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 34, No.2, Juli - Desember 2014 ISSN 1693-8054 235

Anda mungkin juga menyukai