Anda di halaman 1dari 2

Gaya Hidup

 Faktor pengunaan air sumur sebagai kebutuhan hidup berhubungan dengan kejadian diare,
teryata bermakna sebagaimana penelitian oleh Yuniarno (2005), di DAS Solo, pada 66
subjek menunjukan adanya pengaruh kandungan E.coli pada air sumur, yang tidak
memenuhi standar (>50/100 ml sampel) dan memiliki probabilitas untuk terkena diare
sebesar 17 %. Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Apabila faktor
lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar bakteri apalagi
didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja tidak hygienis,
kebersihan perorangan, lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan
yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
 Faktor hygiene perorangan (personal hygiene) merupakan hal yang sangat penting untuk
mencegah terjadinya diare. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan yang
signifikan antara mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita yang berobat ke BRSU
Tabanan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Vera,dkk (2007), yang
menyebutkan bahwa klastering kasus diare terjadi dengan perilaku hidup bersih dan sehat
yang dilihat dari penggunaan jamban keluarga, penggunaan air bersih, pembuangan sampah
dan kebiasaan mencuci tangan.
 Faktor Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang dan berpengaruht erhadap praktek baik secara langsung atau tidak
langsung melalui perantara sikap. Dengan adanya Pengetahuan yang baik mengenai diare
meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat
dari penyakit diare , dapat menjadi langkah penting dalam penurunan angka
kematian dan pencegahan kejadian diare yang terjadi. Dengan adanya Pengetahuan, juga
mempengaruhi tindakan seseorang tentang pencegahan terhadap suatu penyakit
khusus nya diare
 Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penyebab diare. Penyakit diare erat
hubungannya dengan pendapatan keluarga. Karena prevalensi diare cenderung lebih tinggi
pada kelompok dengan pendapatan keluarga lebih rendah (Joshi et al. 2011). Status ekonomi
kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga, pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang kesehatan keluarga karena dapat memenuhi semua kebutuhan baik
primer maupun sekunder. Dengan pendapatan yang memadai daya beli keluarga juga akan
semakin tinggi dan tentu akan menunjang pola konsumsi yang sehat serta sanitasi keluarga
yang baik. Keadaan ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi tingkat partisipasi aktif
dalam melaksanakan upaya pelayanan masyarakat, misalnya meningkatkan fasilitas
kesehatan lingkungan, meningkatkan status gizi masyarakat yang merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare di masyarakat. Selain itu misalnya berpenghasilan
rendah pada umumnya mempunyai keadaan sanitasi yang buruk dan kebersihan
perorangannya juga buruk (Kahabuka et al., 2012).

Daftar Pustaka
Ni Ketut Elsi Evayanti, I Nyoman Purna I Ketut Aryana. 2014. "Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita yang berobat ke badan Rumah Sakit Umum
Tambangan”. Vol 4 No 2 November 2014 : 134-139. http://poltekkes-
denpasar.ac.id/files/JURNAL%20KESEHATAN%20LINGKUNGAN/V4N2/Ni%20Ketut
%20Elsi%20Evayanti1,%20I%20Nyoman%20Purna2,%20I%20Ketut%20Aryana3.pdf

Jon W. Tangka, Rizqa Alamri, dan Joice Mermy Laoh Jurusan Keperawatan Poltekkes
kemenkes Manado. 2014. “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS BINTAUNA
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA”. Vol 3 No 2 September 2014.
file:///C:/Users/Ny%20%2007/Downloads/149-Article%20Text-278-1-10-20180322.pdf
Jannah, M. F. (2016). Hubungan antara pengetahuan dan tindakan pencegahan ibu dengan
kejadian diare pada balita di Puskesmas Tikala Baru Kota Manado. PHARMACON, 5(3).
Iskandar, W. (2019). ANALISIS JALUR PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN,
KEPEMILIKAN JAMBAN, STATUS EKONOMI DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN
DIARE DI TAPALANG (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Anda mungkin juga menyukai