Anda di halaman 1dari 8

CHMK HEALTH JOURNAL

VOLUME 4 NOMOR 2,APRIL 2020

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG BALITA DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2019

Risna Melina Rumahorbo 1, Nurul syamsiah1, Mirah1


1
STIKes Mitra Husada Medan
risnamelina12@gmail.com

ABSTRAK
World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan bahwa data prevalensi balita
yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan adalah 28,7% dan Indonesia
termasuk kedalam Negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara.
Laporan Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang menyatakan bahwa 90 balita
(39%) status gizinya berada di bawah garis merah (BGM). Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita di wilayah kerja
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Penelitian ini adalah
observasional yang bersifat analitik dengan desain cross sectional. Analisa data
menggunakan uji chi square dengan jumlah sampel 48 orang balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan antara status gizi, penyakit infeksi, pendapatan orang tua, dan tingkat
pengetahuan ibu dengan pertumbuhan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Dari hasil penelitian disarankan kepada Kader
Posyandu dapat mengadakan program penyuluhan untuk Ibu-Ibu yang memiliki balita
mengenai pentingnya upaya perbaikan gizi untuk keluarga khususnya balita. Kepada ibu yang
memiliki balita diharapkan aktif mengikuti kegiatan penimbangan di Posyandu agar
pertumbuhan dan perkembangan balita dapat terpantau tiap tiap bulannya.

Kata Kunci : status gizi, penyakit infeksi, balita

ABSTRACT
World Health Organization (WHO) in 2018 reported that data on the prevalence of children
under five with impaired growth and development was 28.7% and Indonesia was included in
the third country with the highest prevalence in the Southeast Asian region. The Pancur Batu
Puskesmas report in Deli Serdang Regency stated that 90 under-five children (39%) had
nutritional status below the red line (BGM). The purpose of this study was to determine the
factors influencing the growth and development of children under five in the area of
Puskesmas Pancur Batu, Deli Serdang Regency in 2019. This research was analytic
observational with cross sectional design. Data analysis used chi square test with a sample of
48 toddlers in Pancur Batu Health Center in Deli Serdang Regency in 2019. The results
showed that there was a relationship between nutritional status, infectious diseases, parental
income, and the level of maternal knowledge with the growth of toddlers in the region The
Work of the Pancur Batu Health Center in Deli Serdang Regency in 2019. From the results of
the study it was suggested that Posyandu cadres could hold a counseling program for mothers
who have children under five regarding the importance of nutrition improvement efforts for
families especially toddlers. Mothers who have children under five are expected to actively
participate in weighing activities at Posyandu so that their growth and development can be
monitored every month

Keywords: nutritional status, infectious diseases, toddlers

158
CHMK HEALTH JOURNAL
VOLUME 4 NOMOR 2,APRIL 2020

PENDAHULUAN masyarakat kekurangan penyediaan bahan


Masa depan sebuah bangsa terletak makananAspek pertumbuhan dan
di tangan generasi mudanya, termasuk yang perkembangan pada balita sekarang ini
masih berusia balita. Anak Balita sebagai adalah salah satu aspek yang diperhatikan
masa emas atau "golden age" yaitu apabila secara serius oleh para ahli kesehatan,
pada masa tersebut anak balita tidak dibina karena hal tersebut merupakan aspek yang
secara baik, maka anak tersebut akan menjelaskan mengenaiproses pembentukan
mengalami gangguan perkembangan emosi, seseorang, baik secara fisik maupun
sosial, mental, intelektual dan moral yang psikososial3.
nantinya dapat mempengaruhi sikap dan Berdasarkan hasil Riskesdas
prilakunya di masa yang akan datang. (2018) terlihat bahwa dari 82.661 balita
Pertumbuhan anak sangat berguna bagi yang dilakukan penimbangan berat
perkembangan kecerdasan dimulai sejak badansecara Nasional,terdapat prevalensi
usia 0 sampai 5 tahun. Pertumbuhan dan berat kurang (underweight) sebanyak
perkembangan anak tidak hanya tergantung 19,6%, yaitu terdiri dari 5,7% gizi buruk,
pada keadaan perekonomian keluarga tetapi dan 13,9% gizi kurang. Data ini masih jauh
sangat tergantung pada pola pikir dan pola dari harapan SDGs 2018 untuk prevalensi
asuh yang diberikan orang tua pada gizi buruk – kurang yaitu sebesar 17%. Di
anaknya1. World Health Organization Indonesia tercatat bahwa ada 18 provinsi
(WHO) tahun 2018 melaporkanbahwa data yang memiliki prevalensi gizi buruk –
prevalensi balita yang mengalami gangguan kurang diatas angka 21,2% - 33,1%,
pertumbuhan dan perkembangan adalah beberapa di antaranya NTB, Sumatera
28,7% dan Indonesia termasuk kedalam Utara dan Jambi4.
Negara ketiga dengan prevalensi tertinggi Alasan dilakukan penelitian di
di regional Asia Tenggara/South-East Asia wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu
Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi Kabupaten Deli Serdang adalah mengacu
balita stunting di Indonesia tahun 2005- pada data yang ada di Puskesmas dan
2017 adalah 36,4%2. tercatat 90 balita (39%) status gizinya
Hasil laporan pencapaian tujuan berada di bawah garis merah(BGM). Dari
MDGs tahun 2015 menunjukkan bahwa catatan masing-masing Posyandu, 90 balita
penyebab kematian bayi dan balita yang tersebut kemudianmendapatkan bantuan
paling utama adalah masalah neonatal asupan gizi berupa susu dan makanan
(Asfiksia, Berat Badan Lahir Rendah, dan (biskuit) dari BKM(Bantuan Kesejahteraan
infeksi Neonatal), penyakit Infeksi (diare Masyarakat) “ Puspa Sejahtera”. Bantuan
dan peneumonia), dan masalah status gizi berupa asupangizi, susu dan makanan
(gizi buruk dan gizi kurang). Masalah gizi, (biskuit) dirasa sangat membantu bagi Ibu-
khususnya pada balita, menjadi masalah Ibu yangtingkat ekonominya tergolong
besar karenaberkaitan erat dengan indikator rendah, serta mengantisipasi agar status gizi
kesehatan umum seperti tingginya angka balitatidak menjadi buruk5.
kesakitan serta angka kematian bayi dan Setiap anak yang dilahirkan
balita. Masalah kekurangan gizi sangat membawa sejumlah potensi. Potensi
umumterjadi pada anak-anak terutama pada tersebut akan dapat berkembang secara
balita, dikarenakan balita sedang optimal apabila dikembangkan sejak dini
mengalami proses pertumbuhan yang melalui pemenuhan kebutuhan kesehatan,
sangat pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang memadai, layanan pengasuhan
makananyang relatif banyak dan kualitas yang tepat6. Anak sebagai individu tidak
yang lebih tinggi. Kelompok balita juga mungkin bisa berkembang tanpa bantuan
termasukkelompok rentan gizi yaitu orang lain. Dan kehidupan anak bisa
kelompok masyarakat yang paling mudah berlangsung, jika dia ada bersama dengan
menderitakelainan gizi bila suatu orang lain. Hal ini di buktikan bahwa anak

159
CHMK HEALTH JOURNAL
VOLUME 4 NOMOR 2,APRIL 2020

bisa memasuki dunia luar jika anak dibawa HASIL DAN PEMBAHASAN
atau dimasukkan oleh dan bersama-sama Analisis Univariat
dengan manusia lain. Itulah sebabnya Berdasarkan penelitian yang
diperlukan pengetahuan akan tumbuh dilakukan, didapatkan data tentang riwayat
kembang balita dari keluarga7.Berdasarkan status Gizi Balita di Wilayah Kerja
uraian latar belakang di atas, perlu Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli
dilakukan penelitian dengan tujuan untuk Serdang yaitu bahwa 41,7% balita memiliki
mengetahui faktor-faktor yang riwayat status gizi normal/baik, 58,3%
mempengaruhi tumbuh kembang balita di balita memiliki riwayat status gizi kurang
wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu dan tidak ada status gizi buruk.Berdasarkan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa
METODE PENELITIAN 22,9% balita ada/pernah mengalami
Penelitian ini adalah deskriptif penyakit infeksi (diare kronik) dan 77,1%
observational dengan desain cross tidak ada yang mengalami penyakit
sectional yang dilakukanbulanOktober- infeksi.Berdasarkan penelitian yang
Desember 2019. Sampel dalam penelitian dilakukan, diketahui bahwa 62,5% yang
ini menggunakan teknik total sampling, di dijadikan obyek penelitian berpendapatan
mana seluruh populasi digunakan sebagai kurang (<UMR) dan 37,5% berpendapatan
sampel. Populasi dalam penelitian ini tinggi (>UMR).Berdasarkan penelitian
adalah seluruh balita di Wilayah Kerja yang dilakukan,diketahui bahwa Ibu yang
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli mempunyai pengetahuan baik sebesar
SerdangTahun 2019. Sampel dalam 18,8%, berpengetahuan cukup sebesar
penelitian ini adalah sebagian balita di 22,9% dan berpengetahuan kurang 58,3%.
Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
Kabupaten Deli SerdangTahun 2019 yang diketahui bahwa pertumbuhan Balita yang
jumlahnya dihitung berdasarkan besar baik sebesar 37,5% dan pertumbuhan dan
sampel dan diperoleh sampel sebanyak 48 perkembangan fisik yang kurang sebesar
orang. Sampel diperoleh dengan dengan 62,5%.
menggunakan metode acak sederhana Analisis Bivariat
(simple random sampling)8,9. Data primer Hasil penelitian menunjukkan
diperoleh melalui wawancara langsung bahwapertumbuhan dan perkembangan
dengan menggunakan kuesioner yang balita tidak normal lebih banyak pada balita
diberikan kepada responden yang berisi yang memiliki status gizi kurang yaitu
daftar pertanyaan serta jawaban yang telah sebanyak 27 orang (96,4%) dibandingkan
disiapkan.Data sekunder diperoleh dari data pada anak dengan status gizi normal yaitu
yang tercatat di Puskesmas Pancur Batu 3 orang (15,0%). Sedangkan pertumbuhan
Tahun 2019 dan data yang berasal dari dan perkembangan normal lebih banyak
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli pada balita yang memiliki status gizi
Serdang.Analisa data dilakukan dengan uji normal yaitu 17 orang (85,0%)
statistic menggunakan chi-square, untuk dibandingkan dengan ibu balita dengan
melihat adanya hubungan antara variable status gizi kurang yaitu 1 orang (3,6%)Dari
independen dan variable dependen dengan hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai
derajat kemaknaan α =0,05. Apabila p p = 0,000 (p < 0,05), maka dapat
value < 0,05 maka Ho ditolak dan apabila p disimpulkan bahwa ada hubungan yang
value > 0,05 maka Ho gagal ditolak10. bermakna antar status gizi dengan
petumbuhan dan perkembangan balita di
wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.

160
CHMK HEALTH JOURNAL
VOLUME 4 NOMOR 2,APRIL 2020

Tabel 1. Hubungan antara Status Gizi dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Status Gizi Pertumbuhan dan Jumlah p-value
Perkembangan

Tidak Normal Normal


n % n % N %
Kurang 27 96,4 1 3,6 28 100 0,000
Normal 3 15,0 17 85,0 20 100
Jumlah 30 62,5 18 37,5 48 100

Hasil penelitian menunjukkan dibandingkan dengan ibu balita dengan


bahwapertumbuhan dan perkembangan penyakit infeksi (0,0%). Dari hasil uji
balita tidak normal lebih tinggi proporsinya statistic chi-square diperoleh nilai p =
pada balita yang memiliki penyakit infeksi 0,003 (p<0,05), maka dapat disimpulkan
yaitu sebanyak 11 orang (100,0%) bahwa ada hubungan yang bermakna antara
dibandingkan pada balita tanpa penyakit penyakit infeksi dengan petumbuhan dan
infeksi yaitu 19 orang (51,4%). Sedangkan perkembangan balita di wilayah kerja
pertumbuhan dan perkembangan normal Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli
lebih banyak pada balita tanpa penyakit Serdang Tahun 2019.
infeksi yaitu 18 orang (48,6%)
Tabel 2.Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Pertumbuhandan Perkembangan
Balita
Penyakit Infeksi Pertumbuhan dan
Perkembangan Jumlah
p-
Tidak Normal Normal value
n % n % N %
Ada 11 100 0 0,0 11 100 0,003
Tidak Ada 19 51,4 18 48,6 37 100
Jumlah 30 62,5 18 37,5 48 100

Hasil penelitian menunjukkan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan


bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang bermakna antara pendapatan keluarga
balita tidak normal lebih banyak pada balita dengan petumbuhan dan perkembangan
yang memiliki keluarga dengan balita di wilayah kerja Puskesmas Pancur
pendapatan rendah yaitu sebanyak 27 orang Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
(90,0%) dibandingkan pada balita yang
memiliki keluarga dengan pendapatan
tinggi yaitu sebanyak 3 orang (16,3%).
Sedangkan pertumbuhan dan
perkembangan normal lebih banyak pada
balita yang memiliki keluarga dengan
pendapatan tinggi yaitu sebanyak 15 orang
(83,3%) dibandingkan pada balita yang
memiliki keluarga dengan pendapatan
rendah yaitu sebanyak 3 orang
(10,0%).Dari hasil uji statistic chi-square
diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05),maka

161
CHMK HEALTH JOURNAL
VOLUME 4 NOMOR 2,APRIL 2020

Tabel 3. Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Pertumbuhan dan


Perkembangan Balita
Pendapatan Pertumbuhan dan p-value
Perkembangan
Jumlah
Tidak Normal Normal
n % n % N %
Rendah 27 90,0 3 10,0 30 100 0,000
Tinggi 3 16,7 15 83,3 18 100
Jumlah 30 62,5 18 37,5 48 100

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan baik yaitu 16 orang yaitu


bahwa pertumbuhan dan perkembangan (80,0%) dibandingkan dengan balita yang
balita tidak normal lebih banyak pada balita memiliki ibu dengan tingkat pengetahuan
yang memiliki ibu dengan tingkat kurang yaitu sebanyak 2 orang (7,1%).Dari
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 29 hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai
orang (92,9%) dibandingkan pada balita p = 0,000 (p < 0,05), maka dapat
yang memiliki ibu dengan tingkat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
pengetahuan baik yaitu 4 orang (20,0%). bermakna pengetahuan ibu dengan
Sedangkan pertumbuhan dan petumbuhan dan perkembangan balita di
perkembangan normal lebih banyak pada wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu
balita yang memiliki ibu dengan tingkat Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
Tabel 4. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Pertumbuhan
Pengetahuan Pertumbuhan dan Jumlah p-value
Perkembangan
Tidak Normal Normal
n % n % N %
Kurang 29 92,9 2 7,1 28 100 0,000
Baik 4 20,0 16 80,0 20 100
Jumlah 30 62,5 18 37,5 48 100
Berdasarkan penelitian yang pangan agar terjadi perbaikan status gizi
dilakukan riwayat status gizi terhadap masyarakat11.
pertumbuhan balita diperoleh p value < Dalam keadaan gizi baik dan sehat
0,05 yaitu 0,000. Hal ini membuktikan (seimbang) pertumbuhan seorang anak
bahwa riwayat status gizi berhubungan akan normal. Sebaliknya bila anak dalam
dengan pertumbuhan balita. Dari hasil keadaan gizi anak akan kurang seimbang
pengamatan di lapangan riwayat status gizi maka pertumbuhan anak akan terganggu
balita masuk dalam kategori kurang bergizi. seperti anak akan kurus, pendek atau
Pemberian makanan pada balita mengikuti gemuk.Gizi menjadi bagian yang sangat
pola konsumsi makanan keluarga, dimana penting dalam pertumbuhan dan
pola pemberian makanan pada balita harus perkembangan. Hal ini seperti diungkapkan
bervariasi dan mengandung cukup zat-zat oleh Hidayat (2016), bahwa salah satu
gizi untuk menunjang faktor yang mempengaruhi tumbuh
pertumbuhannya.Sesuai dengan teori kembang anak adalah faktor biologis
bahwa status gizi merupakan salah satu dimana salah satunya adalah gizi12. Selain
faktor yang menentukan kualitas gizi anak, pertumbuhan dan perkembangan
sumberdaya manusia dan kualitas hidup. anak juga dipengaruhi oleh status gizi ibu
Karena itu program status gizi bertujuan saat mengandung anak. Ibu yang
untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi mengalami anemia pada saat kehamilan,

162
CHMK HEALTH JOURNAL
VOLUME 4 NOMOR 2,APRIL 2020

anak yang dikandungnya memiliki risiko kemungkinan dapat disebabkan oleh


yang lebih besar untuk mengalami beberapa faktor diantaranya asupan
gangguan pertumbuhan dan makanan yang diterima setiap harinya tidak
13
perkembangan . sesuai dengan kebutuhan untuk
Pertumbuhan jaringan otak yang beraktivitas. Adanya penyakit infeksi yang
pesat pada anak terjadi pada usia bayi diderita oleh balita mengakibatkan daya
sampaidengan 2 tahun. Pada usia 2 tahun tahan tubuh menurun dan berdampak pada
ukuran otak anak mencapai 80% dari penurunan berat badan dan kehilangan
ukuran otak orang dewasa. Selanjutnya energi dalam tubuh6.
otak akan berkembang dengan Berdasarkan penelitian yang
perkembangan yang lebih lambat. Otak dilakukan, pendapatan orang tua terhadap
yang tidak berkembang secara optimal pertumbuhan balita, diperoleh p value >
maka akan mempengaruhi perkembangan 0,05 yaitu 0,000. Hal inimembuktikan
kognitif pada anak. Perkembangan kognitif bahwa pendapatan orang tua berhubungan
meliputi kemampuan anak memahami dengan pertumbuhan. Dari hasil
dunianya melalui inderanya, kecakapan pengamatan di lapangan, responedn (Ibu
motoric dan proses berfikir logis maupun balita) tingkat pendapatannya rendah, yaitu
abstrak. Diperlukan asupan nutrisi yang tergantung pada penghsilan suami. Dilihat
baik pada masa pertumbuhan dan dari tingkat pendapatan inilah ada kaitan
perkembangan otak, agar otak dapat dengan pemenuhan kebutuhan makan
berkembang secara optimal, sehingga anak sehari-hari, sehingga anggapan mereka
memiliki perkembangan kognitif yang yang penting bisa makan walaupun dengan
optimal14. menu seadanya.
Anak-anak yang menderita kurang Menurut Mulyono Joyomartono
gizi setelah mencapai usia dewasa (2005) daya untuk membeli makanan
tubuhnya tidak akan tinggi yang seharusnya tergantung pada penghasilan kita. Perilaku
akan dicapai, serta jaringan-jaringan otot konsumsi makan merupakan refleksi dari
dan kognitif yang kurang berkembang15. interaksi antara faktor-faktor ekonomi
Oleh karena itu tatus gizi pada masa balita dengan faktor- faktor sosial budaya. Faktor
perlu mendapatkan perhatian yang serius ekonomi berhubungan dengan tingkat
dari orang tua, karena kekurangan gizi pada pendapatan dan melahirkan daya beli.
masa ini akan menyebabkan kerusakan Seseorang atau sekelompok orang,
yang irreversible dan bisa berdampak pada misalnya keluarga, untuk memenuhi
perkembangan otak12. kebutuhan utama dari fisiknya, ialah
Berdasarkan penelitian yang makan. Tingkat pendapatan akan
dilakukan hubungan penyakit infeksi menentukan kualitas dan kuantitas diet.
terhadap pertumbuhan dan perkembangan Besarnya suatu keluarga serta komposisi
balita diperoleh p value < 0,05 yaitu 0,003. dari suatu keluarga, dan tingkat pendapatan
Hal ini membuktikan bahwa penyakit keluarga berasosiasi dengan kualitas dan
infeksi berhubungan dengan kuantitas diet yang berlaku didalam
pertumbuhan.Anak balita adalah anak-anak keluarga itu16.
yang berusia dibawah lima tahun yang Berdasarkan penelitian yang
sedang menunjukkan pertumbuhan badan dilakukan, pengetahuan Ibu terhadap
yang pesat sehingga memerlukan zat-zat pertumbuhan balita, diperoleh p value
gizi yang lebih tinggi setiap kilogram berat <0,05 yaitu 0,000. Hal ini membuktikan
badan. Makanan untuk anak harus bahwa pengetahuan Ibu berhubungan
mengandung kualitas dan kuantitas cukup dengan pertumbuhan balita.Tingkat
untuk menghasilkan kesehatan yang baik. pengetahuan Ibu yang kurang dikarenakan
Kekurangan gizi akan mengakibatkan anak tidakadanyainformasi yang jelas mengenai
mudah terserang penyakit. Hal ini kebutuhan nutrisi bagi kesehatan. Para Ibu

163
CHMK HEALTH JOURNAL
VOLUME 4 NOMOR 2,APRIL 2020

kurang jelas mengenai bahan makanan Posyandu, Ibu yang memiliki balita, serta
pokok apa saja yang dapat diganti dengan masyarakat) lebih ditingkatkan untuk saling
bahan makanan lain yang nilai gizinya mendukung dalam meningkatakan status
sama. Penggantian bahan makanan ini kesehatan balita.
karena disesuaikan dengan pendapatan DAFTAR PUSTAKA
(uang) yang mereka terima dari 1. Arian, Irianton. 2016. Pemantauan
penghasilan suami. Sehingga ketika mereka Pertumbuhan Balita. Yogyakarta
menghidangkan makanan dengan menu :Kanisius.
seadanya tanpa mengerti nilaigizinya. 2. WHO. 2018. Levels and trends in
Hal ini sesuai dengan pendapat child malnutrition.
Aritonang (2016) bahwa pengetahuan yang http://www.who.int/nutgrowthdb
baik akan menyebabkan seseorang mampu 3. Soediaoetama, Achmad Djaeni.
menyusun menu yang baik untuk 2009. Ilmu Gizi Jilid III Cetakan III.
dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan Jakarta : Dian Rakyat.
seseorang maka ia akan memperhitungkan 4. Badan Litbangkes Kemenkes RI.
jenis dan jumlah makanan yang diperoleh 2018.Riset Kesehatan Dasar Tahun
untuk dikonsumsi dan zat gizi yang 2018. Jakarta
dikonsumsi akan berpengaruh terhadap 5. Puskesmas Pancur Batu. 2018.
pertumbuhan seseorang17. Profil Kesehatan Puskesmas
SIMPULAN Pancur Batu Tahun 2017
Dari hasil pembahasan, maka dapat 6. Zaviera, Ferdinand. 2018. Tumbuh
diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan Kembang Anak. Katahati : Jakarta
antara status gizi dengan pertumbuhan 7. Kartono,Kartini. 2017. Psikologi
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Perkembangan Anak. MandarMaju :
Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Bandung
Ada hubungan antara faktor penyakit 8. Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi
infeksi dengan pertumbuhan Balita di Penelitian Kesehatan. Jakarta
Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu :Rineka Cipta.
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Ada 9. Dharma, K.K. 2011. Metodelogi
hubungan antara faktor pendapatan Penelitian Keperawatan. Jakarta :
orangtua dengan pertumbuhan Balita di CV. Trans Info Media.
Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu 10. Lameshow, Stanley. 1997. Besar
Kabupaten Deli SerdangTahun 2019. Ada Sampel Dalam Penelitian
hubungan antara factor tingkat pengetahuan Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah
Ibu dengan pertumbuhan Balita di Wilayah Mada University Press
Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten 11. Dewi, Cholida. 2015. Pengetahuan
Deli Serdang Tahun 2019. keluarga tentang Pertumbuhan dan
SARAN Perkembangan Balita di
Diharapkan kepada Kader Posyandu Lingkungan Amaliah Kelurahan
untuk mengadakan program penyuluhan Kuala Simpang Kabupaten Aceh
untuk Ibu-Ibu yang memiliki balita Tamiang. Diakses dari repository
mengenai pentingnya upaya perbaikan gizi USU
untuk keluarga khususnya balita. Bagi Ibu 12. Hidayat, AA. 2016. Pengantar Ilmu
yang memiliki balita diharapkan aktif Kesehatan Anak untuk Pendidikan
mengikuti kegiatan penimbangan di Kebidanan.Salemba Medika:
Posyandu agar pertumbuhan dan Jakarta
perkembangan balita dapat terpantau tiap 13. Purba, Edy Marjuang. 2018.
tiap bulannya. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Diharapkan kerja sama semua pihak Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah
(Pemerintah, kader Puskesmas, kader Kerja Puskesmas Desa Pon

164
CHMK HEALTH JOURNAL
VOLUME 4 NOMOR 2,APRIL 2020

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun


2017. Excellent Midwifery Journal.
Nolume 1 Nomor 1 April 2018.
http://jurnal.mitrahusada.ac.id/index
.php/emj/article/view/32
14. Soetjiningsih. 2012. Konsep Dasar
Tumbuh Kembang Anak, In :Ranuh
IGNG: Jakarta.
15. Sutarta. 2014. Pangan, Gizi, dan
Pertanian, UI Press: Jakarta.
16. Joyomartono, Mulyono. 2015.
Antropologi Kesehatan. Semarang :
UNNES Press.
17. Aritonang, Irianton. 2016.
Pemantauan Pertumbuhan Balita.
Yogyakarta :Kanisius.

165

Anda mungkin juga menyukai