Anda di halaman 1dari 3

NAMA : LODOVIKUS UN

KELAS : F

NIM : 1702010604

DOSEN PA : DR.JEFFRY CH LIKADJA,S.H

1. Substansi Hukum (legal substance)

Subtansi hukum bisa dakatakan sebagai norma, aturan, dan perilaku nyata
manusia yang berada pada sestem itu, di dalam subtansi hukum ada istilah “
produk” yaitu suatu keputusan yang baru di susun dan baru di buat yang mana
di sini di tekankan pada suatu hukum akan di buat jika melalui peristiwa
terlebih dahulu.
Seperti tertulis pada KUHP pasal 1 di tentukan “tidak ada suatu perbuatan
pidana yang dapat di hukum jika tidak ada aturan yang mengaturnya”, system
ini sangat mempengaruhi system hukum di Indonesia. Peluang besar bagi
seorang pelanggar hukum untuk lari dari sebuah sanksi dari tindakan yang
menyalahi hukum itu sendiri.
Sudah banyak kasus yang terjadi di Indonesia, yang di sebabkan lemahnya
system yang sehingga para pelanggar hukum itu seolah meremehkan hukum
yang ada. Subtanci hukum juga mencakup hukum yang hidup (living law),
bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books).
Sebagai negara yang masih menganut sistem Civil Law Sistem atau sistem
Eropa Kontinental (meski sebagaian peraturan perundang-undangan juga telah
menganut Common Law).
Masalah yang di sebabkan subtansi karna Indonesia masih menggunakan
hukum eropa continental jadi hukum nya itu menganut sisitem yang belanda
dan hukum itu pun di buat sejak dulu, contoh seorang pencuri ayam di malang
mencuri ayam di kota A, dan di kota B itu sudah berbeda sansi yang di terima .
nah itu lah salah satu kelemahan dari hukum yang kita anut di bangsa ini.

2. Substansi (substance)
substansi, the substance is composed of substantive rules and rules about how
institution should be have. Substansi adalah aturan, norma, dan pola perilaku
nyata manusia yang berada dalam sistem tersebut. Atau dapat dikatakan sebagai
suatu hasil nyata, produk yang dihasilkan, yang diterbitkan oleh sistem hukum
tersebut. Elemen substansi meliputi peraturan-peraturan sesungguhnya, norma
dan pola perilaku dari orang-orang di dalam sistem tersebut. Hasil nyata ini
dapat berbentuk inconcreto, atau norma hukum individu yang berkembang
dalam masyarakat, hukum yang hidup dalam masyarakat (living law), maupun
hukum inabstracto, atau norma hukum umum yang tertuang dalam kitab
undang-undang (law in books).

3. kultur hukum (legal culture)

the legal culture, system-their beliefs, values, ideas, and expectation. Budaya
hukum adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum, kepercayaan,
nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur atau budaya hukum berupa sikap tindak
masyarakat beserta nilai-nilai yang dianutnya. Atau dapat juga dikatakan, bahwa
budaya hukum adalah keseluruhan jalinan nilai sosial yang berkaitan dengan
hukum beserta sikap tindak yang mempengaruhi hukum, seperti adanya rasa
malu, rasa bersalah apabila melanggar hukum dan sebagainya.

Budaya hukum juga merupakan unsur yang penting dalam sistem hukum, karena
budaya hukum memperlihatkan pemikiran dan kekuatan masyarakat yang
menentukan bagaimana hukum tersebut ditaati, dihindari, atau disalahgunakan.
Lawrence M. Friedman menjelaskan pentingnya budaya hukum dengan
memberikan kiasan filosofis ikan dengan air, adalah sebagai berikut: Hukum
tanpa budaya hukum adalah seperti ikan mati dalam suatu ember, bukan ikan
yang hidup berenang di samudera wahananya. Budaya hukum adalah suasana
pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum
digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Tanpa budaya hukum, sistem hukium
itu sendiri tidak berdaya, seperti ikan mati yang terkapar di keranjang, bukan
seperti ikan hidup yang berenang di lautnya.

Permasalahan budaya hukum tidak hanya dapat ditangani dalam satu lembaga
saja, tetapi perlu penanganan secara simultan dan antardepartemen, serta
diupayakan secara bersama-sama dengan seluruh aparat penegak hukum,
masyartakat, asosiasi profesi, lembaga pendidikan hukum, dan warga masyarakat
secara keseluruhan. Peranan tokoh masyarakat, para ulama, pendidik, tokoh
agama, sangat penting dalam memantapkan budaya hukum

Anda mungkin juga menyukai