Makalah Terapi Komplementer Terapi Anti
Makalah Terapi Komplementer Terapi Anti
TERAPI KOMPLEMENTER
TERAPI ANTI GANGGUAN POLA NAPAS
Di susun :
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuni-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Terapi
Komplementer, program studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura.
Penulisan makalah ini, penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Faisal Kholid Fahdi, S.Kep., M.Kep selaku dosen Fasilisator mata
kuliah “Terapi Komplementer” ini;
2. Seluruh Pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun sangatlah penyusun harapkan dari
pembaca, agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
D. Metode Penulisan......................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang dapat
mengenai mereka yang memiliki faktor resiko. Penyakit ini mempunyai
spektrum gejala klinis yang bervariasi mulai dari ringan hanya berupa batuk,
sampai berat berupa serangan yang mengancam jiwa.v c Asma adalah
gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai episode berulang
mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk. Berbagai sel inflamasi berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel
(National Asthma Council, 2006). Menurut Scadding dan Godfrey dalam
Oemiati et al ( 2010), asma merupakan penyakit yang ditandai dengan variasi
luas dalam waktu yang pendek terhambatnya aliran udara dalam saluran nafas
paru yang bermanifestasi sebagai serangan batuk berulang atau mengi
(bengek/weezing) dan sesak nafas biasanya terjadi di malam hari. (Pratama,
2017)
Mengutip data dari WHO, saat ini ada sekitar 300 juta orang yang
menderita asma di seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang
disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di
negara dengan ekonomi rendah-sedang. Prevalensi asma terus mengalami
peningkatan terutama di negara-negara berkembang akibat perubahan gaya
hidup dan peningkatan polusi udara. Resiko kematian akibat asma jarang
terjadi, tetapi resiko kematian meningkat seiring dengan peningkatan usia,
terutama pada pasien lanjut usia dengan 4,4 kematian per 100.000 pasien
(American Lung Association, 2010). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
melaporkan prevalensi asma di Indonesia adalah 4,5% dari populasi, dengan
jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh pada
disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan orang
tua usia 75-79 tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang, namun
1
lebih banyak memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14
besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di seluruh dunia. (Muhammad
Ikhwan Rizki, 2015).
Faktor pencetus asma menyebabkan fase sensitisasi, antibodi IgE
meningkat. Alergen akan berikatan dengan antibodi IgE dengan cara melekat
pada sel mast. Sel mast mengandung neutral triptase yang mempunyai
bermacam aktivitas proteolitik antara lain aktivasi komplemen, pemecahan
fibrinogen dan pembentukan kinin menyebabkan sel ini berdegranulasi
mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator yang
dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan
bradikinin yang berperan pada bronkokonstriksi. Hal itu akan menimbulkan
efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental
dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga
menyebabkan inflamasi saluran napas. (Rengganis, 2008).
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar pada
berbagai kepulauan di seluruh Indonesia, memiliki banyak sekali produk
budaya terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Produk budaya yang
berhubungan dengan kesehatan terwujud dalam bentuk obat tradisional dan
cara tradisional yang digunakan masyarakat untuk mengatasi permasalahan
mereka dibidang kesehatan. Hal ini senada dengan Undang-undang No. 36
tahun 2009, pasal 59 menyatakan berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan
kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan ramuan.
Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki banyak
khasiat dalam mengatasi berbagai penyakit (Heinrich et al, 2012).
Kemampuan tanaman dalam mengatasi berbagai penyakit disebabkan adanya
efek sinergisme antar senyawa metabolit sekunder. Selain itu, senyawa
metabolit sekunder memiliki polivalent activity, sehingga memungkinkan
mengatasi berbagai penyakit (Bone & Mills, 2013). Obat tradisional yang
digunakan oleh masyarakat yang ada dibeberapa daerah di Indonesia sangat
2
beragam. Masyarakat disuatu daerah tertentu memiliki obat tradisional yang
berbeda dengan masyarakat daerah lainnya, hal ini dikarenakan
keanekaragaman hayati yang terdapat dilingkungan tempat mereka hidup
serta kearifan lokal yang mereka miliki menjadi penyebab munculnya
bermacam-macam produk budaya. Berdasarkan hal tersebut, Asma dapat di
atasi dengan pengobatan non farmakologi berupa tanaman Herbal. (Hendy
Lesmana, 2009)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah jenis-jenis obat herbal yang dapat mengatasi Asma?
2. Apa saja kandungan zat aktiv dalam Herbal dalam mengatasi Asma?
3. Bagaimana etiologi herbal jahe merah untuk obat Asma?
4. Bagaimana pemanfaatan pengobatan Herbal dalam Dunia Keperawatan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan membuat riset
mendalam mengenai Pengobatan Herbal pada Penyakit Gangguan Pola
Nafas (Asma).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Pengobatan Herbal dan Penyakit Asma
b. Mengetahui jenis-jenis obat herbal untuk mengatasi Asma
c. Mengetahui etiologi dari Pengobatan Herbal dengan Jahe Merah terhadap
penyakit Asma
d. Mengetahui bagaimana pemanfaatan obat Herbal dalam Dunia
Keperawatan
D. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini adalah :
Metode Pustaka yaitu Metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan dari pustaka dan berhubungan dengan tema yang diambil baik
berupa buku maupun jurnal yang terkait.
3
BAB II
TERAPI HERBAL
4
B. Kandungan Zat Aktif dari Herbal
Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (volatile oil) dan
minyak tak menguap (non-volatile oil) dan pati. Minyak menguap disebut
minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma khas, sedangkan minyak
yang tak menguap disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa
pedas dan pahit. Komponen yang terdiri dari oleoresin merupakan kandungan
jahe merah yang meliputi fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol dan
resin (Herlina et al dalam Arobi 2010).
5
D. Pemanfaatan dalam Dunia Keperawatan
Manfaat jahe merah baru saja diproklamirkan pada Konferensi
Internasional American Thoracic Society 2013 di Philadelphia. Dalam
pertemuan ini dinyatakan bahwa jahe merah atau akar pedas pedas dapat
membantu penderita asma bernapas lebih mudah.Dalam studi tersebut,
peneliti menyelidiki apakah komponen jahe merah bisa meningkatkan efek
beta-agonis. Obat asma yang disebut beta-agonis (β-agonis) bekerja
dengan relaksasi otot polos (ASM) jaringan di saluran napas.Elizabeth
Townsend, doktor di Universitas Columbia Departemen Anestesiologi
menyatakan bahwa dalam penelitian tersebut, komponen jahe merah dapat
bekerja secara sinergis dengan β-agonis untuk merelaksasi jaringan otot
di saluran nafas atau yag disebut ASM.Dalam studi tersebut, para peneliti
mengambil sampel ASM untuk neurotransmitter asetilkolin. Tim kemudian
menggabungkan isoproterenol β-agonis dengan tiga ekstrak jahe merah
terpisah: 6gingerol, 8-gingerol atau 6-shogaol (Kartini & Pratama, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Kartini & Pratama, 2017 yang
berjudul POTENSI EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI
KEJADIANASMA PADA ATLET menyebutkan bahwa Berdasarkan uraian
yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kandungan
ekstrak jahe merah dapat membantu penderita asma bernafas lebih mudah,
karena kandungan ekstrak jahe merah dapat meningkatkan efek beta-agonis
yang bekerja dengan relaksasi otot polos (ASM) sehingga dapat menjadi
terapi alami yang baik untuk mengurangi gejala asma.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai
episode berulang mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk. Berbagai sel
inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag,
neutrofil dan sel epitel (National Asthma Council, 2006).
Tumbuhan herbal adalah tumbuh-an atau tanaman obat yang dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan tradi-sional terhadap penyakit. Sejak zaman
dahulu, tumbuhan herbal berkhasiat obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat
Jawa.
Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan tanaman
obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah termasuk dalam
suku temu-temuan (zingiberaceae), satu keluarga dengan temu-temuan yang
lain seperti temu lawak, temu hitam, kunyit dan kencur.Tanaman jahe merah
suatu tanaman rumput-rumputan tegak dengan ketinggian 30-100 cm, namun
kadang-kadang tingginya mencapai 120 cm.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartini & Pratama, 2017 menyebutkan
bahwa Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kandungan ekstrak jahe merah dapat membantu penderita
asma bernafas lebih mudah, karena kandungan ekstrak jahe merah dapat
meningkatkan efek beta-agonis yang bekerja dengan relaksasi otot polos
7
(ASM) sehingga dapat menjadi terapi alami yang baik untuk mengurangi
gejala asma.
B. Saran
Dengan adanya tersusunnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis. Dalam penulisan ini kami penulis sadar bahwa
masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arobi, I. 2010. Pengaruh Ektsrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap
Perubahan Pelebaran Alveolus Paru-paru Tikus (Rattus norvegicus) Yang
Terpapar Alletthrin. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim. Malang.
Hendy Lesmana, A. P. (2009). PENGOBATAN TRADISIONAL PADA
MASYARAKAT TIDUNG KOTA TARAKAN: STUDY KUALITATIF
KEARIFAN LOKAL BIDANG KESEHATAN. Jurnal Ners Vol.4 No.1 ,
9-18.
Muhammad Ikhwan Rizki, L. C. (2015). Tanaman dengan Aktivitas Anti-Asma.
Jurnal Pharmascience .
Pratama, P. R. (2017). POTENSI EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI
ALAMI KEJADIAN ASMA PADA ATLET.
Rengganis, I. (2008). Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah
Kedokteran Indonesia , 58(11):444-451.
Suparmi, & Wulandari, A. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
Yessy Susanty Sabri, Y. C. (2014). Penggunaan Asthma Control Test (ACT)
secara Mandiri oleh Pasien untuk Mendeteksi Perubahan Tingkat Kontrol
Asmanya. Jurnal Kesehatan Andalas .