Anda di halaman 1dari 6

Nama : Aryan Dita Aprillia Putri

NIM : 200341617247
Offering : C 28
Prodi/Fakultas : Pendidikan Biologi / FMIPA

LEMBAR KERJA MAHASISWA

A. Soal Dan Latihan


Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan ringkas dan jelas!
1. Bagaimana pandangan Islam perihal cinta?
Jawab:
Cinta dalam pandangan Islam adalah suatu perkara yang suci. Islam adalah agama
fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan
perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang
untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut
diutarakan.

“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahawa ia


mencintainya.”HR Abu Daud dan At-Tirmidzi

Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai, bahkan
dianjurkan agar mendapat keutamaan-keutamaan. Islam tidak membelenggu cinta,
kerana itu Islam menyediakan penyaluran untuk itu (misalnya lembaga pernikahan)
dimana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta.

2. Mengapa naluri cinta dan berpasangan harus disalurkan secara benar melalui
perkawinan?
Jawab: Menurut ajaran Islam, perasaan cinta akan membawa kebaikan pada manusia
bila disalurkan hanya dalam bingkai pernikahan. Hal ini karena dalam pernikahan,
hampir semua bentuk interaksi antara laki-laki dan perempuan menjadi halal, bahkan
bernilai pahala bila dilakukan karena Allah. Di luar pernikahan, semua bentuk
hubungan cinta laki-laki dan perempuan adalah terlarang. Sebab orang yang sedang
“jatuh” cinta, umum diketahui bahwa mereka seringkali menyalurkan perasaan
cintanya dengan cara selalu berada dekat dengan sang pujaan hati, saling
memandang, berbicara berdua, bahkan mungkin lebih dari itu. Semua aktivitas ini
secara tegas oleh Islam terlarang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang bukan
suami-istri, karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu, keluarga,
maupun masyarakat.

3. Apakah Islam membenarkan perilaku hidup membujang yang dilakukan dengan


kesengajaan?
Jawab:
Rasulullah melarang umatnya untuk hidup membujang. Rasul bahkan memerintahkan
umatnya untuk menikah. Dalam sebuah hadis, Rasul pernah melarang seorang
pemuda untuk hidup membujang.

" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengizinkan ‘Utsman bin


Mazh’un untuk tabattul (hidup membujang), kalau seandainya beliau mengizinkan
tentu kami (akan bertabattul) meskipun (untuk mencapainya kami harus) melakukan
pengebirian.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Dalam riwayat lain disebutkan ada tiga pemuda yang berniat untuk tetap hidup
membujang. Mereka akan memperbanyak ibadah selama hidupnya. Namun, Rasul
tetap melarang mereka dan memerintahkan untuk menikah.

" Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah,
sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku
berpuasa dan aku berbuka, aku salat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini
perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak
termasuk golonganku." [HR Bukhari dan Muslim]

4. Adakah pacaran yang Islami, jelaskan!


Jawab: Bagaimanapun bentuknya yang Namanya pacaran hukumnya adalah haram,
dan tidak ada istilah yang membenarkan pacarana islami karena sebab berikut:
 Orang yang sedang pacaran tidak mungkin menundukan pandangannya
terhadap kekasihnya. Awal munculnya rasa cinta itu pun adalah dari seringnya
mata memandang kepadanya.
 Orang yang sedang pacaran tidak akan bisa menjaga hijab.
 Orang yang sedang pacaran biasanya sering berdua-duaan dengan kekasihnya,
baik di dalam rumah atau di luar rumah
 Wanita akan bersikap manja dan mendayukan suaranya saat bersama
kekasihnya
 Pacaran identik dengan saling menyentuh antara laki-laki dengan wanita,
meskipun itu hanya jabat tangan.
 Orang yang sedang pacaran, bisa dipastikan selalu membayangkan orang yang
dicintainya
5. Apa pendapat anda tentang pacaran setelah menimbang keuntungan dan kerugiannya?
Berikan alasan anda!
Jawab: Menurut saya, pacaran adalah kegiatan yang sebisa mungkin harus di hindari
karena dapat membawa dampak negatif dan kemaksiatan. Dapat dilihat mengenai
keuntungan, hal tersebut tidak terjamin akan terjadi seperti yang diharapkan bisa jadi
malah kebalikannya. Tanpa pacaranpun kita dapat melakukan berbagai aktivitas
dengan meyakini dan selalu berserah pada Allah SWT.

6. Sebutkan ciri-ciri keluarga berkah!


Jawab:
 Keluarga berkah adalah keluarga yang baik, yang membawa kebaikan pada
diri mereka dan orang lain.
 Kebaikan yang ada pada keluarga tersebut bertambah seiring berjalannya
waktu. Merujuk pada Al Qur’an surat al-Rum;31, keluarga berkah adalah
keluarga yang sakinah (tenang, tentram), mawaddah (penuh cinta), dan
rahmah (diliputi kasih).
 Keluarga berkah membuat semua anggotanya merasa nyaman, tenang, dan
bahagia.
 Keluarga berkah juga ditandai dengan makin meningkatnya kualitas keimanan
para anggota keluarga tersebut.Hal ini berarti keluarga berkah menjadikan
syariat Islam sebagai pedoman hidup dan ridho Allah sebagai tujuan. Ciri lain
keluarga berkah adalah kualitas pribadi-pribadi dalam keluarga tersebut
berkembang menuju kebaikan; sikap semakin matang, bertambah bijak,
wawasan bertambah, akhlak makin baik. Rizki dan kesehatan yang membawa
kebaikan, dan anak-anak yang sholeh atau sholehah merupakan ciri lain dari
keluarga berkah.

7. Bagaimanakah tuntunan agama dalam mewujudkan keluarga berkah?


Jawab:
a. Sebelum Menikah
1) Menata niat menikah, yaitu untuk meraih ridho Allah
2) Tidak berpacaran. Mencari calon pendamping hidup melalui cara yang
diperbolehkan ajaran Islam, misalnya ta‟aruf.
3) Memilih calon pendamping hidup yang sesuai dengan pedoman Islam
sebagaimana telah diajarkan Rasulullah SAW.
4) Menyiapkan diri secara fisik dan psikis, termasuk ilmu berumah tangga.
5) Bermusyawarah dengan orang tua agar memperoleh restu dan dukungan.
b. Saat akad nikah
1) Menjaga agar niat tetap lurus, yakni menikah untuk meraih ridho Allah.
2) Minta didoakan orang tua dan orang-orang sholeh.
c. Saat Menjalani Kehidupan Rumah Tangga
1) Mempertahankan motivasi menjalani pernikahan untuk beribadah.
2) Menjadikan ridho Allah sebagai pedoman dalam berumah tangga
3) Nafkah yang halal, dan diupayakan diperoleh di negaranya sendiri.
4) Suami dan istri menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik.
5) Memperlakukan pasangan dengan ma‟ruf (baik)
6) Saling membantu dalam mengerjakan urusan rumah tangga
7) Bersikap toleran pada pasangan terkait urusan yang tidak melanggar agama.
8) Membiasakan bersikap sabar dan syukur.
9) Saling terbuka dalam berbagai urusan
10) Berbuat adil dan bijak dalam: berbagi peran, memberikan penilaian,
menerapkan aturan, memberikan penghargaan dan sanksi. 11)Bermusyawarah
dalam memutuskan permasalahan atau urusan. (Kusnaeni, 2006 dan Takariawan,
2006)

8. Jelaskan hokum nikah mut’ah dan alasannya!


Jawab:
Nikah Mut’ah adalah pernikahan untuk sehari, seminggu atau sebulan. Dinamakan
Mut’ah karena orang laki-laki memanfaatkan dan menikmati perkawinan serta
bersenang-senang hingga tempo yang telah ditentukan waktunya. Imam-imam
mazhab, menurut Jamal (1999:263-264), sepakat bahwa nikah mut’ah adalah haram
karena beberapa dalil berikut.
1) Perkawinan ini tidak mempunyai hukum sebagaimana yang tercantum dalam al-
Qur’an tentang perkawinan, talak, iddah, dan warisan
2) Rasulullah SAW bersabda: “Hai sekalian manusia, pernah kuizinkan kalian
melakukan kawin mut’ah. Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mengharamkan
hingga hari Kiamat“.

B. Tugas Kontekstual Lakukan aktivitas-aktivitas berikut dan catatlah hasilnya!


1. Identifikasi akibat negatif pacaran pra nikah yang dilakukan muda-mudi di
lingkungan sekitarmu!
Jawab: Akibat negatif dari pacaran yang sering terjadi yaitu perasaan menjadi resah,
tidak tenang atau biasa disebut galau, sehingga dapat menghambat kegiatan yang lain.
Efek sakit hati saat putus cinta dapat menyebakan sedih berlebihan hingga tidak
nafsun makan dan sakit. Bahkan hilangnya keperawanan dan keperjakaan akibat tidak
bisa mengendalikan nafsu.

2. Lakukan investigasi kepada teman-teman anda yang berpacaran mengenai alasan


sesungguhnya mereka berpacaran
Jawab: Kebanyakan orang berpacaran alasannya adalah agar tidak merasa sendirian,
senang karena ada yang memperhatikan dan mendapat perhatian lebih, ada teman
untuk berbagi banyak hal.

3. Buatlah studi kasus perceraian dan lakukan analisis terhadap penyebabnya!


Kasus : 1.201 Janda Muda di Mojokerto

Mojokerto - Jumlah kasus pernikahan anak di bawah umur di Kabupaten


Mojokerto cukup memprihatinkan. Kasus pernikahan dini menjadi salah satu pemicu
banyaknya perceraian pasangan muda. Sehingga menghasilkan 1.201 janda muda dalam
setahun.

Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Mojokerto Supardi mengatakan dalam kurun
waktu Januari-Agustus 2019 terdapat 90 pernikahan anak di bawah umur. Disebut
pernikahan dini karena si pria atau si wanita masih berusia di bawah umur. Yaitu di
bawah 16 tahun untuk perempuan dan di bawah 18 tahun untuk pria.

Sementara sepanjang 2018, jumlah pernikahan anak di bawah umur mencapai 117 kasus.
Ironisnya, sebagian besar pernikahan dini terjadi karena hamil di luar nikah. Sementara
pemicu lainnya karena kekhawatiran para orang tua terhadap anak-anak mereka
melanggar norma agama maupun kesusilaan.

"Tahun ini 52 kasus pernikahan dini karena hamil duluan, tahun lalu 56 kasus,"
kata Supardi kepada detikcom, Kamis (12/9/2019).

Wakil Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)
Kabupaten Mojokerto Hamidah berpendapat, pernikahan anak di bawah umur menjadi
salah satu pemicu tingginya angka perceraian pasangan muda. Karena menurut dia,
pasangan yang menikah dini belum siap secara psikis dan finansial untuk membangun
rumah tangga.

"Saya sering menangani kasus pernikahan dini kemudian tak lama bercerai.
Sering kali pernikahan hanya untuk melegalkan anak hasil hubungan mereka sebelum
menikah," ujarnya.

Data yang diterima detikcom dari Pengadilan Agama Mojokerto, jumlah kasus perceraian
sepanjang 2018 mencapai 2.992 kasus. Sementara hingga Agustus tahun ini, perceraian
mencapai 2.427 kasus.

Tahun ini perceraian banyak terjadi di Kecamatan Ngoro dengan 187 kasus. Disusul 163
kasus di Kecamatan Pungging, 159 kasus di Kecamatan Mojosari, 157 kasus di
Kecamatan Sooko, serta 151 kasus di Kecamatan Trowulan.

Ribuan kasus perceraian yang terjadi tahun ini paling banyak dialami oleh pasangan
muda dengan rentang usia 20-30 tahun. Jumlahnya mencapai 1.201 kasus. Perceraian usia
30-40 tahun sejumlah 1.103 kasus, sedangkan usia di atas 40 tahun hanya 688 kasus.
Dengan begitu, tahun ini saja terdapat 1.201 janda muda di Kabupaten Mojokerto.

Hamidah menjelaskan, masih tingginya kasus pernikahan dini dipicu oleh beberapa
faktor. Antara lain pergaulan bebas, masih mudahnya remaja mengakses konten
pornografi di internet, serta minimnya perhatian dan pengawasan para orang tua.

"Oleh sebab itu para orang tua perlu mengontrol pergaulan dan tontonan anak-
anak," terangnya.

Ia menuturkan, pernikahan anak di bawah umur banyak menimbulkan dampak negatif.


Salah satunya dampak kesehatan bagi bayi yang mereka kandung. Menurut dia, bayi yang
dilahirkan dari pernikahan dini cenderung kurang sehat. Karena pasangan anak di bawah
umur cenderung belum siap menjadi orang tua.

"Anak-anak yang menikah muda kebanyakann belum bekerja, masih bergantung ke orang
tua. Kalau orang tua mereka tidak mampu, mereka akhirnya kerja asal-asalan. Ekonomi
mereka juga karut-marut," jelasnya.

Untuk menekan kasus pernikahan anak di bawah umur, Hamidah meminta peran berbagai
pihak di Pemkab Mojokerto. Salah satunya Dinas Kesehatan dan Dinas Pengendalian
Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Kabupaten Mojokerto.

"Dinas Kesehatan dan KB harus lebih kencang lagi memberikan penyuluhan ke kalangan
pelajar dan organisasi kepemudaan. Utamanya soal alat reproduksi dan bahayanya ketika
terlalu dini menggunakan alat reproduksi," tandasnya. (fat/iwd)

Analisis: berdasarkan kasus di atas penyebab perceraiannya salah satunya adalah pernikahan dini
atau nikah muda. Fenomena ini sudah sangat sering dijumpai pernikahan anak di bawah umur ini
disebut pernikahan dini karena si pria atau si wanita masih berusia di bawah umur. Yaitu di
bawah 16 tahun untuk perempuan dan di bawah 18 tahun untuk pria. Tingginya kasus pernikahan
dini dipicu oleh beberapa faktor. Antara lain pergaulan bebas, masih mudahnya remaja
mengakses konten pornografi di internet, serta minimnya perhatian dan pengawasan para orang
tua. pernikahan anak di bawah umur banyak menimbulkan dampak negatif. Salah satunya
dampak kesehatan bagi bayi yang mereka kandung. Menurut dia, bayi yang dilahirkan dari
pernikahan dini cenderung kurang sehat. Karena pasangan anak di bawah umur cenderung belum
siap menjadi orang tua.

Anda mungkin juga menyukai