MANAJEMEN
KEPERAWATAN
NIM : P.1337420920150
BAB 1
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu layanan penyedia jasa, merupakan suatu
standar pelayanan rumah sakit, sedangkan tenaga kesehatan di rumah sakit dalam
hak pasien. Dengan demikian rumah sakit dituntut untuk bekerja lebih profesional
dirumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting.
tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas
di rumah sakit. Menurut Sabarguna, S. Boy, H (2005) ciri kualitas atau mutu yang
baik adalah tersedia dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat sumber daya, tepat
standar/etika profesi, wajar dan aman, serta mutu memuaskan bagi pasien yang
Keperawatan, 2008).
survey akreditasi rumah sakit. Namun hasil survey tersebut belum dapat
karena survey hanya berfokus pada evaluasi input dan proses. Maka untuk
keperawatan. Kecemasan pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit dapat
dari orang terdekat pasien dalam hal ini adalah keluarga, biaya perawatan yang
harus dibayar, pekerjaan yang ditinggalkan, tindakan medis yang akan diperoleh,
dan cemas akan penyakitnya yang tambah parah atau bahkan tidak bisa
disembuhkan.
dapat menurunkan sistem imun tubuh. Hal ini terjadi melalui serangkaian aksi
4
yang diperantarai oleh HPA Axis (hipotalamus, Pituitari, dan Adrenal). Stress
kortisol. Kortisol inilah yang selanjutnya menekan sistem imun tubuh (Ader,
1.2 TUJUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatanyang sesuai dengan standar profesi dan
efisien, efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma
praktik keperawatan dimulai sejak era Florence Nightingale (tokoh perawat) yang
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan
peristiwa atau kondisi. Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah indikator
status nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993). Indikator juga
ditandai oleh gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang
masa depan (American Psychiatric Association, 1994, dalam Barlow, 2002). Pada
manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat subyektif,
sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah, resah), atau respon fisiologis
yang bersumber di otak dan tercermin dalam bentuk denyut jantung yang
yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang
yang ditandai oleh afek negatif dan gejala ketegangan jasmaniah dimana
gangguan jika menimbulkan ketakutan yang hebat dan menetap pada individu
1) Teori Psikoanalitik
terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super ego. Sedangkan id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang. Super ego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma. Norma budaya ego seseorang atau
aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan. Sedangkan
8
fungsi dari kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya. Freud
2) Teori Interpersonal
untuk berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan. Jadi di sini kecemasan
timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri
3) Teori Perilaku
pada kehidupan selanjutnya. Pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu
4) Teori Keluarga
9
Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dan merupakan hal yang
hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
5) Teori Biologi
itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
atau pengaruh yang khusus pula. Dengan demikian apabila individu mengalami
suatu kecemasan, maka individu tersebut akan berusaha untuk menyusun suatu
untuk tegang dan gelisah (Durand dan Barlow 2006). Seperti sebagian besar
gangguan psikologis lainnya, dan tidak seperti warna rambut atau mata, tidak ada
Sebaliknya, kontribusi kecil dari banyak gen di wilayah kromosom yang berbeda
secara kolektif membuat kita rentan mengalami kecemasan (Kendler, 1995, dalam
Durand dan Barlow 2006), jika ada faktor psikologis dan sosial tertentu yang
mendukungnya.
tidak selangsung itu. Beberapa tahun terahir ini semakain banyak perhatian yang
difokuskan pada peran sistem corticotropin releasing factor (CRF) (faktor pelepas
(Sullivan , 2002, dalam Durand dan Barlow 2006). Ini disebabkan karena CRF
mengaktifkan HPA Axis, yang merupakan bagian sistem CRF, dan sistem CRF
ini memiliki efek yang luas pada wilayah otak yang terimplikasi dalam
amigdala, lokus sereleus dalam batang otak, korteks prefrontal, dan sistem
noradrenergik.
sistem limbik (Charney dan Drevets, 2002, dalam Durand dan Barlow, 2006),
yang bertindak sebagai mediator antara batang otak dan korteks. Batang otak,
yang lebih primitif, memonitor dan merasakan perubahan dalam fungsi – fungsi
yang lebih tinggi melalui sistem limbik. Jeffrey Gray, seorang pakar
dan Gray, 2000, dalam Durand dan Barlow, 2006) dan mungkin juga relevan pada
manusia. Sirkuit ini bermula dari wilayah septal dan hipokampal dalam sistem
limbik ke korteks frontal (sistem septal hipokampal ini diaktifkan oleh lintasan
yang dimediasi CRF, seretonergik, dan noradrenergik yang berasal dari batang
otak). Sistem yang oleh Gray disebut behavioral inhibition system (BIS) ini
diaktiflkan oleh sinyal yang berasal dari batang otak, dari adanya kejadian yang
tak terduga, seperti terjadinya perubahan besar pada fungsi tubuh yang mungkin
merupakan sinyal adanya bahaya. Sinyal bahaya sebagai respon terhadap sesuatu
yang kita lihat dan mungkin bersifat mengancam itu turun dari korteks ke sistem
septal hipokampal. BIS juga menerima dorongan yang besar dari amigdala
(Davis, 1992 dan LeDoux, 1996, dalam Durand dan Barlow, 2006). Bila BIS
diaktifkan oleh sinyal yang muncul dari batang otak atau turun dari korteks,
memang ada.
mengubah sensitivitas sirkuit otak ini, yang membuat Anda menjadi lebih atau
diseputar reaktivasi situasi menakutkan masa anak – anak. Para pakar teori
atau peniruan, dan bentuk belajar lainya (Bandura, 1986, dalam Durand dan
Barlow, 2006). Semakin banyak bukti yang mendukung model integrasi tentang
mungkin kita memperoleh kesadaran bahwa tidak semua kejadian dapat kita
kontrol (Chorpita dan Barlow, 1998, dalam Durand dan Barlow, 2006). Kontinum
untuk persepsi ini bisa bervariasi dari keyakinan penuh atas kemampuan untuk
tentang diri kita sendiri dan kemampuan kita untuk mengatasi berbagai kejadian
yang akan datang. Persepsi bahwa berbagai kejadian mungkin tidak dapat kita
kontrol ini paling tampak nyata dalam bentuk keyakinan yang dipenuhi bahaya.
Bila Anda mencemaskan prestasi anak di sekolah, Anda mungkin berfikir bahwa
Anda tidak akan berhasil dalam ujian yang akan datang. Anda juga akan berfikir
bahwa tidak ada cara untuk bisa lulus dalam mata kuliah dimaksud, meskipun
semua nilai Anda selama ini selalu A atau B, tidak pernah kurang dari itu.
13
“parasaan tidak mampu mengontrol” yang bersifat umum dapat berkembang sejak
usia belia sebagai fungsi dari pola asuh dan faktor lingkungan lainnya.
Manariknya, tindakan orang tua pada masa anak – anak awal tampaknya
mengontrol (Chorpita dan Barlow, 1998, dalam Durand dan Barlow, 2006).
Secara umum tampaknya orang tua yang berinteraksi dengan anak – anaknya
secara sangat positif dan dapat diprediksi memiliki fungsi penting. Ini dilakuakan
dan seterusnya. Pada orang tua ini mengajarkan pada anaknya bahwa mereka
memiliki kontrol terhadap lingkungannya dan respon mereka memiliki efek pada
orang tua dan lingkungan mereka. Selain itu, orang tua yang membiarkan anaknya
adalah bagaimana memberikan “rumah yang aman” bagi anak Anda, di mana
Anda selalu ada ketika anak – anak membutuhkan Anda selama mereka
mengeksplorasi dunianya (Chorpita dan Barlow, 1998, dalam Durand dan Barlow,
2006). Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi, terlalu intrusif, dan selalu
“memuluskan jalan” yang harus dilaui anaknya, dan tidak pernah memberikan
menciptakan situasi di mana anaknya tidak pernah belajar tentang cara mengatasi
kesulitan yang dihadapinya. Dengan demikian anak – anak itu juga tidak tahu
mampu mengontrol yang berkembang dari pengalaman awal ini merupakan faktor
kita selanjutnya.
ditempat kerja, kematian orang yang dicintai, dan sebagainya. Sebagian lainnya
mungkin bersifat fisik, seperti cedera atau penyakit. Tekanan sosial, seperti
misalnya tekanan untuk menjadi juara di sekolah, dapat juga menimbulkan stress
Stressor yang sama dapat memicu reaksi fisik seperti sakit kepala atau
hipertensi serta reaksi emosional seperti misalnya serangan panik (Barlow, 2002,
dalam Durand dan Barlow, 2006). Cara khas yang kita gunakan untuk
keluarga kita. Kalau Anda memberikan reaksi berupa sakit kepala, misalnya,
maka anggota keluarga Anda mungkin juga memiliki reaksi yang sama. Temuan
yang terkait dengannya yang disebut triple vulnerability theory (Barlow, 2002,
dalam Durand dan Barlow, 2006). Kerentanan yang pertama adalah generalized
15
disertai keyakinan bahwa dunia ini berbahaya dan diluar kontrol Anda, dan bahwa
Anda tidak akan mampu mengatasi bila ada hal buruk yang menimpa Anda. Bila
persepsi ini kuat, berarti Anda memiliki kerentanan psikologis menyeluruh untuk
vulnerability, dimana Anda belajar dari pengalaman awal misalnya dari apa yang
diajarkan oleh orang tua Anda, bahwa situasi atau objek tertentu berbahaya
kecenderungan psikologis Anda untuk merasa bahwa Anda mungkin tidak akan
mampu mengatasi situasi dan mengontrol stress Anda. Begitu siklus ini berjalan,
maka ia cenderung mengisi dirinya sendiri sehingga mungkin tidak akan pernah
bersifat sangat umum, ditimbulkan oleh banyak aspek dalam kehidupan Anda.
Tetapi, ia biasanya difokuskan pada salah satu bidang saja, misalnya prestasi
merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar
kebutuhan dasarnya.
Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam
terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau peran diri, dan
hubungan interpersonal.
Menurut Priest (1994), dalam Lubis (2009), sumber umum dari kecemasan
yaitu:; Pergaulan; Kesehatan; Anak – anak; Kehamilan; Menuju usia tua;
Kegoncangan rumah tangga; Pekerjaan; Kenaikan pangkat; Kesulitan keuangan;
Problem; dan Ujian
atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi ansietas yang terjadi
1) Kecemasan ringan
Respon fisiologis: nafas pendek atau sesak, gemetar, tidak dapat istirahat dengan
tenang, suara tidak stabil, kerut kening, bibir bergetar, nadi dan tekanan darah
tindakan.
18
Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan ,
2) Kecemasan sedang
Respon fisiologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah
meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, sering
Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak
3) Kecemasan berat
Individual cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
lain.
Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan
Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak
4) Panic (panik )
Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi terhadap
Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak –
teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktivitas motorik tak tentu), perasaan
terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan atau
orang lain.
KECEMASAN
Menurut Long (1996) kecemasan yang terjadi akan direspon secara spesifik dan
berbeda oleh setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu:
Perkembangan kepribadian seseorang dimulai sejak usia bayi hingga 18 tahun dan
2) Maturasional
tingkat kecemasan lebih disebabkan oleh perpisahan, lingkungan atau orang yang
tidak kenal dan perubahan hubungan dalam kelompok sebaya. Kecemasan pada
3) Tingkat Pengetahuan
Individu yang tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan mempunyai koping yang
lebih rendah.
4) Karakteristik Stimulus
Intensitas stimulus yang semakin besar maka semakin besar pula kemungkinan
respon yang nyata akan terjadi. Stimuluis hebat akan menimbulkan lebih banyak
respon yang nyata daripada stimulus yang timbul secara perlahan. Stimulus yang
koping.
Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi seseorang dan akhirnya, akan
Stressor yang ada akan lebih meningkatkan kecemasan pada individu daripada
Makna, stressor bagi individu merupakan suatu faktor utama, yang mempengaruhi
memilih tindakan yang akan memudahkan adaptasi stressor dimasa lampau akan
mempunyai ketrampilan koping yang lebih baik dan dapat menangani secara
Jika status kesehatan buruk, energi yang digunakan untuk menangani stimulus
skala 5-titik, mulai dari 0 (tidak ada gejala/keluhan) sampai 4 (gejala berat sekali)
No Parameter Score
1 ANXIOUS MOOD
Worries
Anticipates worst
Chest Pain
Sensation of feeling faint
2 TENSION
Startles
Cries easily
Restless
Trembling
3 FEARS
4 INSOMNIA
5 INTELLECTUAL
Poor concentration
Memory Impairment
6 DEPRESSED MOOD
Tinnitus
Blurred vision
9 CARDIOVASCULAR SYMPTOMS
Tachycardia
Palpitations
Chest Pain
Sensation of feeling faint
10 RESPIRATORY SYMPTOMS
Chest pressure
Choking sensation
Shortness of Breath
11 GASTROINTESTINAL SYMPTOMS
Dysphagia
Nausea or Vomiting
Constipation
Weight loss
Abdominal fullness
12 GENITOURINARY SYMPTOMS
Impotence
13 AUTONOMIC SYMPTOMS
Dry Mouth
Flushing
Pallor
Sweating
14 BEHAVIOR AT INTERVIEW
Fidgets
Tremor
Paces
HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HAM-A)
Nilai utama dari HAM-A adalah untuk menilai respon pasien terhadap
1959 oleh Dr M. Hamilton, skala telah terbukti berguna tidak hanya dalam
mengikuti pasien individu tetapi juga dalam penelitian yang melibatkan banyak
14 – 17 = Kecemasan ringan
18 – 24 = Kecemasan sedang
25 – 30 = Kecemasan berat
Parameters - based on how the patient has felt during the past 2 days:
(4) worrying
(6) restlessness
unable to keep still for more than a few minutes and engages 4
in restless pacing or other purposeless activities
and self-integrity
27
BAB 4
PEMBAHASAN
hari rawat dan pasien dapat mencederai diri , orang lain dan
lingkungan
Analisa :
lingkungan
Kelemahan :
parameter ketidaknyamanan.
Analisa :
pasien
Kelemahan :
beda
tempat/wilayah
masing RS.
Analisa :
Kelemahan :
antara lain:
kebutuhan dasarnya.
hubungan interpersonal.
Analisa
identifikasi
Kelemahan :
Denumerator Jumlah pasien yang dirawat adalah total atau jumlah pasien
setiap bulan
Analisa :
Kesesuaian :
Hasil analisis kelompok dari kedua instrument (HAM-A dan CAS) diatas
tersebut sesuai dengan indikator kecemasan yang diterbitkan oleh Depkes tahun
2008.
7. Peningkatan ketegangan
8. Pernafasan meningkat
16. Diare
17. Emosional
CAS sudah lebih spesifik clinical anxiety, sehingga lebih mudah diterapkan pada
Namun pada penggunaan instrumen HAM-S dan CAS di rumah sakit masih
mempertimbangkan aspek waktu lama perawatan. Maka dalam hal ini pengukuran
seharuskan memperhatikan aspek waktu. Namun pada instrumen CAS tidak bisa
35
BAB 5
KESIMPULAN
berdampak pada kondisi fisiologis, yang juga bisa memberi implikasi pada status
kesehatan pasien. Kondisi cemas bisa terjadi karena banyak hal, salah satunya
adalah kurangnya pengetahuan, ancaman integritas fisik dan atau ancaman sistem
diri, kondisi cemas jika tidak diberi intervensi yang tepat akan bisa menambah
lama perawatan.
kesehatan (Depkes, 2008) sehingga bisa diambil hubungan bahwa angka kejadian
cemas pasien di rumah sakit, bisa berpengaruh terhadap mutu pelayanan. Peran
perawat dalam hal ini adalah bekerja sama dengan tim pengendali mutu untuk
yang baik. Sehingga diharapkan kecemasan pasien berkurang dan bahkan tidak
merasa cemas lagi. Namun tidak hanya pada perihal cemas saja, karena
penerapan atau implementasi dari semua indikator mutu harus dilaksanakan secara
masih perlu ditelaah dan dimodifikasi untuk menyempurnakan draft yang sudah
pada pasien menggunakan HAM-S dengan total skor 25 yang tergolong keemasan
sedang. Setelah dikaji penyebab keemasan klien adalah klien merasa takut akan
DAFTAR PUSTAKA